Anda di halaman 1dari 9

Nama: Deny Zulfan Husaini

Nim: A1B018033

Kelas: Manajemen Pemasaran (c)

PENGARUH BRAND AWEARNESS DAN


IKLAN DALAM MENENTUKAN
PEMBELIAN PADA MASA PANDEMI DI
WARUNK UPNORMAL MATARAM
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia menduduki peringkat ke-37 untuk jumlah konsumsi kopi dan menduduki
peringkat keempat ekspor dunia. Industri kopi di Indonesia saat ini sedang mengalami
peningkatan yang tinggi, hal ini bisa dilihat dari meningkatnya persaingan gerai kopi
yang sangat tinggi baik itu di tingkat UMKM maupun korporasi. Pada era saat ini minum
kopi atau nongkrong di gerai kopi menjadi suatu gaya hidup bagi sebagian orang,
ketergantungan akan mengkonsumsi minuman berkapein menjadi suatu hal yang harus di
penuhi setiap harinya. Dalam sisi pasar kapasitas market share industri kopi meningkat
tinggi sejak tiga tahun terakhir. Berdasarkan riset independen Toffin, jumlah kedai kopi
di Indonesia hingga Agustus 2019 mencapai mencapai lebih dari 2.950 gerai, meningkat
hampir tiga kali lipat dibandingkan pada 2016, yang hanya 1.000 gerai. Di mana market
value yang dihasilkan mencapai Rp.4,8 trilirun market.

Hal inilah yang dilihat oleh founder dari warunk upnormal Rex Marindo, yang pada
awalnya warunk upnormal ini menjual mie istan yang di beri bumbu sendiri hingga pada
akhirnya sadar potensi pasar penikmat kopi yang tinggi, setelah berjalan satu tahun
warunk upnormal mengubah bisnis model mereka menjadi fokus menyajikan kopi yang
berkualitas dan membuat produk mie mereka menjadi produk pendamping dari kopi.
Warunk Upnormal ini merupakan bagian dari PT. Citarasa prima Indonesia Jaya (CRP
group) yang didirikan pada tahun 2013 oleh Rex Marindo dan beberapa temannya.
Produk pertama dari CRP Group adalah Nasi Goreng Mafia dan Bakso Mafia, hingga
pada 2015 CRP Group mendirikan Warunk Upnormal. Di Indonesia sendiri, sudah ada 87
cabang Warunk Upnormal dan Upnormal Cofee Roasters yang tersebar di 26 kota besar
di Indonesia, mulai dari pulau Jawa, Medan, hingga Gorontalo. Dalam tiga tahun ke
depan, jumlah tersebut ditargetkan bisa mencapai 300 cabang.
Namun semenjak pandemic Covid-19 melanda dunia, dimana ketika banyak orang
terpaksa bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19, Tahun ini tidaklah mudah bagi
pelaku industri kopi, termasuk 25 juta petani kecil yang menanam 80% dari seluruh kopi
di dunia.Secara keseluruhan, ada 125 juta orang bergantung pada kopi untuk membuat
dapur mereka tetap mengebul setiap hari, mulai dari transportasi, memanggang biji kopi,
sampai menjual produk akhir. Barista dan pemilik kedai kopi adalah beberapa di antara
banyak orang yang menutup usaha mereka saat lockdown diberlakukan. Beberapa di
antaranya tidak pernah membuka lagi kedai mereka. Warunk Upnormal mataram sendiri
dibuka pada pertengahan tahun 2020 dimana ketakutan masyarakat akan virus ini masih
sangat tinggi, lalu bagaimana cara Warunk Upnormal ini dapat mengakuisisi pasar yang
sangat besar dan menjadi salah satu brand kopi terkenal dimataram. Sehingga meneliti
tentang PENGARUH BRAND AWEARNESS DAN IKLAN DALAM MENENTUKAN
KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MASA PANDEMI DI WARUNK UPNORMAL
MATARAM, sehingga kita bisa mengetahui pengaruh akan brand dan kegitan iklan ini
memilik pengaruh yang besar atau tidak terhadap kesuksesan Warunk Upnormal.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Apakah brand Awearness mempengaruhi keputusan pembelian pada masa pandemic
di warunk upnormal?
 Apakah kegiatan Iklan dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada masa
pandemic di warunk upnormal?

1.3 TINJAUAN TEORY


Brand aweakness

American Marketing Association (Dalam Durianto 2004:61) mendifinisikan merek


sebagai “nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjuak atau
kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing.” Kesadaran
(awareness) menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat
menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam
brand equity. Menurut Surachman (2008:7) kesadaran merek (brand awareness) adalah
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa
suatu merek merupakan bagian dari kategori tertentu. Kesadaran merek juga dapat
diartikan sebagai kekuatan sebuah merek untuk dapat diingat kembali oleh konsumen dan
dapat dilihat dari kemampuan konsumen itu sendiri untuk mengidentifikasi merek dalam
berbagai kondisi. Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi
adalah sebagai berikut:
1) Unaware of Brand (Tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam
piramida 5 kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu
merek.
2) Brand Recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran merek,
dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan
kembali lewat bantuan (aided recall).
3) Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) adalah pengingatan kembali
terhadap merek tanpa bantuan (unaided recall).
4) Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh
konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata
lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam
benak konsumen

Iklan

American Marketing Association (AMA) dalam Malau (2017:85) mendefinisikan


iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide
barang atau jsa secara non perseonal oleh sponsor yang jelas.

Kotler dan Keller (2016:528), adversiting is any paid from nonpersonal presentation
and promotion of ideas, goods or services by an indetified sponsor atau iklan adalah
segala bentuk komunikasi nonpersonal dan promosi gagasan, produk, atau jasa yang
dibayarkan oleh sponsor tertentu atau yang diketahui.

Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur variabel periklanan


menurut Kotler dan Armstrong (2008:157) sebagai berikut :

1) Penemuan informasi tentang produk atau perusahaan dari berbagai media


mudah.
2) Design media yang digunakan menarik.
3) Informasi yang disampaikan dalam berbagai media jelas.
4) Pesan yang terkandung dalam berbagai media dapat di percaya.

Keputusan Pembeliaan

Kotler dalam jurnal Elisa,Firdaus (2015), keputusan pembelian adalah suatu


keputusan yang dilakukan oleh konsumen, baik konsumen individu maupun pembeli
organisasi melalui proses mental yang hampir sama dalam memutuskan produk dan
merek apa yang akan dibeli. Keputusan pembelian adalah seleksi terhadap dua pilihan
alternatif konsumen pada pembelian (Schiffman dan Kanuk dalam jurnal Asri Fajar
2015),

Kotler dan Keller dalam jurnal Pradnya (2015) mengatakan , ada enam indikator
keputusan pembelian, yaitu:

1) Pemilihan Produk Konsumen menentukan produk mana yang akan dibeli,


konsumen akan membeli produk yang memiliki nilai baginya.
2) Pemilihan Merek Konsumen harus menentukan merek mana yang akan dibeli,
setiap merek memilikiperbedaan-perbedaan tersendiri.
3) Pemilihan Saluran Pembelian Konsumen harus mengambil keputusan tentang
penyalur mana yang akan dikunjungi.
4) Penentuan Waktu Pembelian Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu
pembelian dapat berbeda-beda.
5) Jumlah Pembelian Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa
banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat.
6) Metode Pembayaran Konsumen dapat mengambil keputusan tentang metode
pembayaran yang akan dilakukan dalam pengambilan keputusan konsumen
menggunakan produk atau jasa.

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Malau (2017:236) mengemukakan langkah-langkah dari proses pengambilan keputusan


yaitu :

1) Membutuhkan Pengakuan Proses pembelian dimulai dengan pengenalan


kebutuhan-pembeli mengakui ada masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat
dipicu stimulus internal dan juga oleh rangsangan eksternal.
2) Pencarian Informasi Konsumen yang tertarik mungkin atau mungkin tidak
mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang
memuaskan berada dekat, ia cenderung untuk membelinya kemudian.
3) Mengevaluasi Alternatif Bagaimana konsumen berlanjut untuk mengevaluasi
alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan situasi pembelian
tertentu.
4) Keputusan Pembelian Umumnya, keputusan pembelian akan membeli merek yang
paling disukai, tetapi dua faktor bisa datang antara niat pembelian dan keputusan
pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor kedua adalah faktor
situasional yang tak terduga.
5) Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli produk, konsumen akan baik puas atau
tidak puas dan akan terlibat dalam perilaku pasca pembelian yang menarik bagi
pemasar

1.4 KERANGKA KONSEPTUAL

Brand
Aweakness
(X1)
Keputusan
pembelian
(Y)

Iklan
(X2)
Hipotesis

Hipotesis atau anggapan dasar adalah jawaban sementara terhadap masalah


yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dugaan
jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji
kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.

Atas dasar kerangka pemikiran di atas, maka dapat diajukan hipotesis Oleh karena itu,

 H1 : Brand Awareness (X1) berpengaruh positif terhadap keputusan


pembelian (Y).
 H2 : Iklan (X2) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian (Y).
 H3 : Brand Awareness (X1) dan Iklan (X2) secara simultan berpengaruh
positif terhadap keputusan pembelian (Y).

1.5 ALAT ANALISIS


1. Uji kualitas data

Uji validitas menurut Singarimbun 1987 dalam Asnawi dan Masyhuri 2011. Uji
validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang
diukur. Data hasil uji coba instrument digunakan uji validitas instrument. Jenis-jenis
validitas instrument sebagai berikut;

a) Validitas isi : kadang-kadang disebut dengan face validity, ditentukan


berdasarkan landasan teori atau pendapat pakar
b) Validitas kriteria : diukur dengan cara menghitung korelasi antara skor
masing-masing item dengan skor total menggunakan teknik korelasi produk
momen (metode interkorelasi). Bila korelasi positif dan > 0,3 maka indicator
bersangkutan valid.
2. Uji reliabilitas

Menurut Arikunto 2002 dalam Asnawi dan Masyhuri 2011 uji reliabilitas
menunjukkan pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data. Uji reliabilitas digunakan untuk melihat
konsistensi alat ukur yang biasanya menggunakan kusioner. Metode yang sering
digunakan dalam penelitian untuk mengukur skala rentangan adalah Cronbach Alpha.
Menurut Sekaran, apabila variabel yang diteliti memiliki reliabilitas kurang dari 0,6
adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.

3. Uji normalitas

Menurut Santoso 2002 dalam Asnawi dan Masyhuri 2011, Uji normalitas
adalah pengujian dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel
independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi
yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang
digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan uji kolmogorow-
smirnov. jika nilai signifikansi dari hasil uji kolmogorov-smirnov e" 0,05, maka
terdistribusi normal dan sebaliknya terdistribusi tidak normal.

4. Uji asumsi klasik


 Uji non-multikolinearitas

Menurut Asnawi dan Masyhuri 2011 uji non-multikolonieritas bertujuan


untukmenguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem
multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas.

Pendeteksian multikolinearitas biasanya dilakukan pada L koefisien


determinasi (R') tetapi kadang R tinggi taksiran tidak signifikan IL. koefisien
korelasi antara X, dab X, (rxis) yang tinggi hanyalah suatu syarat yang cukup
(suficient condition) tetapi bukan syarat yang perlu (necessary condition) atau
bukan kriteria yang tepat bagi adanya multikolonieritas IL koefisien determinasi
(R2) mungkin saja tinggi, tetapi taksiran taksiran mungkin tidak signifikan.
Mekipun demikian, kombinasi dari ketiga kriteria di atas akan membantu dalam
mendeteksi adanya multikolinieritas.
 Uji heteroskedasitisitas

Menurut Hanke & Reitsch dalam Asnawi dan Masyhuri 2011


heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang
diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lain,
artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan
dalam kondisi yang melatar belakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model.
Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji koefisien korelasi rank
spearman yaitu mengkorelasikan antara absolut residual hasil regresi dengan
semua variabel bebas. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0.05 (5%)
maka persamaan regresi tersebut mengandung heteroskedastiditas dan sebaliknya
berarti non- heteroskedastisitas atau homoskedastisitas.

 Uji linearitas

Menurut Asnawi dan Masyhuri 2011 pengujian linearitas dilakukan untuk


mengetahui model yang dibuktikan merupakan model linear atau tidak. Uji
linearitas dilakukan dengan menggunakan curve estimate, yaitu gambaran
hubungan linear antara variabel X dengan Y Jika nilai signifikansi f d" 0,05, maka
variabel X tersebut memiliki hubungan linear dengan Y.

5. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode regresi linier
berganda. Analisis linier berganda menganalisis hubungan secara linear anatar dua
atau lebih variabel independen (X1,X2,…Xn) dengan variabel dependen (Y). Pada
penelitian ini variabel indepennya yaitu Kualitas web dan Kepercayaan serta variabel
dependennya Kepuasan pengguna sebagai (Y) dimana rumus persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:

Y=a+b1.X1+b2.X2+e

Keterangan:

Y = Kepuasan pelanggan
A = Konstanta

b1,b2 = Koefisien regresi

X1 = Kualitas Web

X2 = Kepercayaan

e = Standar eror

a) Uji F

Menurut Ferdinand 2014:239 uji F dilakukan untuk melihat apakah model yang
dianalisis memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang
digunakan mampu untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis, kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut:

1. H0 ditolak dan Ha diterina, jika F hitung ≥ F tabel

2. H0 diterima dan Ha ditolak, jika F hitung ≤ F table

b) Uji T

Menurut Malhotra 2009 tujuan Uji t adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Hipotesis nol (HO) yang akan diuji adalah uji parameter koefisien regresi (bl) sama
dengan nol atau H0 bi -0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan penjelasan
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternative (Ha) merupakan
parameter suatu variabel yang lebih besar dari nol atau Ha bi> 0, artinya suatu variabel
independen merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian
keberartian koefisien regresi secara menyeluruh menggunakan uji t dengan menggunakan
derajat kebebasan (df) n-k-1, pada tingkat kepercayaan 95% dan a: 0,05. Kriteria
pengarnbilan keputusan sebagai berikut:

1. HO ditolak dan Ha diterima, jika t hitung ≥ t tabel


2. HO diterima dan Ha ditolak, jika t hitung ≤ t table
c) Uji koefisien determinasi

Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui presentase besarnya perubahan


variabel terikat atau independen yang disebabkan oleh variabel bebas atau dependen. Uji
ini dilakukan dengan menghitung besarnya koefisien determinasi dengan melihat R
square yang diperoleh dari perhitungan menggunakan aplikasi SPSS. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,
2013: 97).

Anda mungkin juga menyukai