Anda di halaman 1dari 3

NAMA : PERMESYAWARI MUKTIONO

NIM : 119180023
UTS INTERAKSI TUMBUHAN & HEWAN

1. Moyang finch berasal dari daratan Amerika Serikat yang kemudian bermigrasi ke
Kepulauan Galapagos. Berdasarkan penagamatan yang Charles Darwin lakukan,
ditemukan pula burung finch di Inggris namun bentuk paruhnya berbeda dengan
burung finch di Amerika. Darwin menyadari bahwa struktur paruh yang bervariasi ini
terbentuk karena adaptasi lingkungan dan sumber daya makanan yang tersedia.
Burung finch di Galapagos terdiri dari 13 spesies. Secara garis besar burung finch ini
terbagi menjadi 3 berdasarkan jenis makannya, yaitu :
 Pemakan biji, terbagi menjadi pemecah biji keras, pemecah biji kecil, dan
pembuka biji kaktus.
 Pemakan tunas
 Pemakan serangga , terbagi menjadi penangkap serangga di daun, pencari
larva di dalam kayu, penangkap serangga di daun, pencari serangga di kayu
mati, dan penangkap seranga di permukaan tumbuhan. (Pratiwi,dkk. 2012)

2.
a. Alat Reproduksi Tumbuhan
Pada masa Devonian akhir, ditemukan polen dengan struktur kait. Struktur
yang terdapat polen dapat dirusak dengan cara dihisap dan ditusuk. Umumnya
bukti botani, nektar, struktur rambut.
b. Bentuk Mulut dan Cara Makan
Berdasarkan fosil, makanan hewan vertebrata sesuai dengan bentuk gigi,
gerakan rahang, dan guratan tubuh. Hewan dan tumbuhan saling berkaitan
dalam suatu simbiosis.
c. Fosil kotoran
Pada era Pennsylvanian ditemukan banyak nodus tumbuhan pada bebatuan.
Seperti jaringan akar dan daun.(Labandeira, 2002)

3. Contoh mekanisme pertahanan tumbuhan dari serangga herbivor (strategy recovery):


 Tanaman kedelai membuat mekanisme pertahanan dari serangga penggerek
polong Etilla zinckenella Treitschke dengan trikoma yang menyebar di seluruh
permukaan daun, batang dan polong yang beragam menurut jenis dan varietas
kedelai. Jenis trikoma yang utama yaitu rambut yang berbentuk uniseluler
maupun multiseluler. Trikoma pada polong secara tidak langsung sebagai
sistem pertahanan tumbuhan agar tidak dirusak dan tidak dijadikan tempat
bertelur oleh serangga herbivor. (Sari,2014)
 Tumbuhan padi yang diserang hama walang sangit saat memasuki fase masak
susu dengan menghisap cairan bulir sehingga bulirnya berasa hampa. Maka
dengan demikian, tumbuhan padi memproduksi metabolit primer yang
berperan mencegah cekaman serangga dengan meningkatkan produksi asam
amino dan penurunan konsentrasi karbohidrat. (Afra,2017)

4. Berdasarkan hipotesis HSS, tanaman tidak membatasi kelimpahan herbivora karena


kelimpahan herbivora pada dasarnya terbatas karena peningkatan predator dan parasit.
Saat jumlah pemangsa meningkat, maka jumlah herbivora berkurang. Tumbuhan
umumnya dibatasi oleh jumlah sumber daya alam yang tersedia, bukan karena
herbivora. (Hairston & Slodbokin, 1960)
Contohnya : saat serangga herbivora mencoba untuk memakan tumbuhan, tumbuhan
dapat membuat zat pertahanan diri sehingga kegiatan konsumtif yang dilakukan
serangga herbivora tersebut masih dapat ditolerir oleh tumbuhan sehingga ia tetap
dapat tumbuh. Jika pertahanan diri tumbuhan tidak berjalan dengan baik, ia masih
dapat tumbuh di area yang tersedia. Maka dari itu meskipun jumlah serangga
herbivora bertambah, namun jumlah tumbuhan akan tetap dominan.

5. Contoh interaksi pemencaran biji yang dilakukan hewan terhadap tumbuhan sebagai
agen dispersal :
 Siamang di Taman Nasional Way Kambas memakan buah ara, aseman,
deluak, gandaria, kenaren, pelangas dan aspen. Terdapat 2 cara yang mereka
lakukan untuk menyebarkan biji ke lingkungan sekitar, yang pertama dengan
hanya memakan buah kenaren dan membuang bijinya dan dengan cara
memakan buah ara, aseman, deluak, gandaria, pelangas dan aspen beserta
bijinya kemudian bijinya ditemukan masih utuh pada fesesnya.
(Atmanto,dkk.2014)
 Kelelawar Megachiroptera (pemakan buah dan nectar) di Kawasan Hutan
Harapan Jambi yang aktif mencari makan pada malam hari memakan buah
lalu membuang biji sembari mereka terbang. Yang kemudian hal tersebut
membuat penyebaran biji atau disperser. (Ramona,2019)
 Burung di Kebun Benik Klonal (KBK) hinggap dan bertengger di tajuk,
ranting pohon jati sembari membersihkan sayap dan berjemur. Kemudian
burung mencari sari bunga, memakan bunga jati, buah, nectar, ulat, dsb.
Burung juga aktif di sekitar benalu lalu sembari menghisap sari bunga dan
memetik buah benalu, tidak mengupas dan menelan buah, tetapi dijatuhkan.
Penyebaran biji benalu yang dilakukan oleh burung ini yaitu :
1. terbang dari tumbuhan benalu satu ke benalu lainnya atau terbang ke
pohon lainnya sembari menggoreskan paruhnya ke sayap atau ranting
pohon yang membuat biji benalu jatuh dan tersebar.
2. Merusak tanaman benalu dengan cakarnya lalu biji benalu jatuh dan
tersebar
3. Memetik buah dan membuang bijinya begitu saja ke lingkungan sekitar.
(Muttaqin,dkk. 2017)
REFERENSI
Afra, N. (2017). Resistensi Kultivar Padi (Oryza Sativa L.) Berpigmen Tahan Terhadap
Walangsangit (Leptocorisa Oratorius F.) Dengan Metabolomik Berbasis Gc-Ms
(Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Atmanto, A. D., Dewi, B. S., & Nurcahyani, N. (2014). Peran Siamang (Hylobates
Syndactylus) Sebagai Pemencar Biji Di Resort Way Kanan Taman Nasional Way
Kambas Lampung. Jurnal Sylva Lestari, 2(1), 49-58.
Hairston, N. G., Smith, F. E., & Slobodkin, L. B. (1960). Community structure, population
control, and competition. The american naturalist, 94(879), 421-425.
Labandeira, Conrad C. 2002. "The history of associations between plants and animals." in
Plant-Animal Interactions: An Evolutionary Approach, edited by Herrera, C. and
Pellmyr, O., 26–74, 248-61. Oxford, U.K.: Blackwell Science.
Muttaqin, Z., Wasis, B., Siregar, I. Z., & Corryanti, C. (2017). Peranan Burung sebagai Agen
Penyebaran Benalu pada Jati di Kebun Benih Klonal (KBK) Padangan, Perum
Perhutani. Zoo Indonesia, 25(2).
Pratiwi, D. A., & Suharno, S. (2012). BIOLOGI untuk SMA/MA KELAS XII. Jakarta:
Erlangga.
Ramona, F. (2019). Diversitas dan Potensi Kelelawar Megachiroptera sebagai Disperser dan
Polinator di Hutan Harapan, Jambi Diversity and Potential of Megachiroptera Bats as
Dispersal Agent and Polinator at Harapan Rainforest, Jambi.
Sari, K. P. (2014). Trikoma Sebagai Faktor Ketahanan Kedelai Terhadap Hama Penggerek
Polong.

Anda mungkin juga menyukai