Anda di halaman 1dari 6

Aditya Bagus Kurniawan

19210141053

Sastra Indonesia B

Sinopsis Novel “Orang-Orang Proyek” karya Ahmad Tohari

Bercerita tentang insinyur muda bernama Kabul yang sedang menangani proyek
jembatan di Sungai Cibawor. Kabul bertemu dengan Pak Tarya, yaitu warga setempat yang
hobi memancing di aliran Sungai Cibawor dan sering memainkan seruling disela-sela waktu
memancingnya. Pak Tarya mengira bahwa semua yang bekerja di proyek jembatan itu adalah
orang-orang yang licik yang memanfaatkan anggaran jembatan tersebut untuk kepentingan
individu. Kabul membantah hal itu dengan tidak langsung karena ia merasa bahwa dia tidak
licik dalam proyek tersebut.

Dalkijo, atasan kabul yang selalu memncari celah untuk menggerogoti anggaran dana
dari proyek jembatan itu. Ia memerintahkan kabul untuk mengurangi-ngurangi kebutuhan
yang hendak digunakan, seperti mengurangi penggunaan semen yang hendak digunakan
untuk mengecor dan menggunakan besi-besi bekas untuk membuat kerangka jembatan
tersebut. Semua dilakukan agar Dalkijo bisa meminimalisir pengeluaran dana proyek tersebut
dengan mendapatkan keuntungan pribadi semaksimal mungkin. Kabul geram akan budaya
tersebut, dia terkena imbasnya juga karena ia juga dicap sebagai orang yang ikut “bermain”
dalam proyek tersebut.

Proyek tersebut juga dikerjakan dengan tergesa-gesa karena untuk mengejar hari
pemilu sehingga bisa digunakan sebagai kampanye, dimana nantinya sebuah arak-arakan
kendaraan partai hendak melewati jembatan tersebut untuk masuk ke kampung dan
berkampanye. Kabul menemui kepala desa setempat yang ternyata adalah kawan lamanya
ketika dulu menjadi aktivis di kampus. Ia mengatakan agar kampanye partai tersebut diundur
agar pembangunan jembatan bisa berjalan maksimal dengan mutu yang lebih baik. Tetapi
Basar, kepala desa tersebut menolaknya karena ia sudah menjadi kepercayaan orang partai di
kampung tersebut. Ia tak ingin posisinya menjadi kepala desa terancam karena tidak mau
menuruti orang-orang partai tersebut.
Pada akhirnya, setelah semua berjalan dengan tidak beraturan seperti banyak bahan
baku pembuatan jembatan di gerogoti oleh pimpinannya, penggunaan semen yang tidak
sesuai kebutuhan, pasir-pasir dicuri oleh warga setempat, dan pembangunan yang
dilaksanakan tergesa-gesa tanpa memikirkan kualitas jembatan dan cuaca yang sedang
berlangsung, Kabul pun mengundurkan diri dari proyek tersebut. Dan ketika arak-arakan
mobil kampanye melewati jembatan tersebut, banyak bagian-bagian jembatan yang rusak dan
retak-retak.

Substansi Novel

1. Tema
Tema yang di angkat dari novel ini yaitu Korupsi dan sifat manusia yang
serakah dan terlalu mementingkan diri sendiri.
2. Amanat
Amanat yang dperolah adalah untuk tidak bermain “nakal” dalam setiap
pekerjaan yang dilimpahkan kepada kita karena semua itu akan berakibat buruk
kedepannya.
3. Nilai
1) Nilai Moral
Nilai yang dapat diambil untuk kehidupan adalah untuk tetap menjadi orang
jujur walaupun godaan banyak terjadi disekitar kita. Mengkorupsi anggaran untuk
fasilitas umum bisa menimbulkan resiko bahaya bagi yang menggunakannya,
karena kualitas bangunan yang tidak layak, sehingga rawan rusak dan hancur.
Pada akhirnya jika mutu bangunan rendah maka bangunan tersebut akan lebih
cepat hancur dan hanya akan membuang-buang anggaran pemerintah.
2) Nilai Etika
Nilai etika yang tergantung dalam novel ini yaitu sopan santun. Sopan santun
yang terkandung dalam novel ini dituliskan dengan dialog antar tokoh yang
menggunakan kata yang semestinya, misal percakapan antara Kabul dan Pak
Tarya yang menggunakan bahasa baku karena mereka adalah orang yang
sebelumnya tidak saling mengenal.
Rendah diri juga terkandung dalam novel ini, pada saat Pak Tarya ditanya soal
masalalunya sebagai pegawai kantor penerangan dan wartawan di suatu
penerbitan, ia meresponnya dengan rendah hati seperti “Ah, cuma sebentar”
“informasi itu sedikit benarnya dan banyak salahnya” yang kemudian di respon
kabul “Tak ada gunanya menutupi jati dirimu, Pak…” Dalam percakapan tersebut
terlihat bahwa Pak Tarya tidak mau di anggap sebagai pensiunan kantor atau
mantan wartawan tetapi ia ingin dikenal sebagai orang tua yang hobi mancing dan
main seruling.
3) Nilai Budaya
Penggunaan bahasa daerah disela-sela percakapan antar tokoh menunjukan
sebuah budaya yang melekat pada masing-masing tokoh, misalnya menggunakan
kata sampeyan untuk mengganti kata anda atau kamu dan penggunaan-
penggunaan bahasa daerah lain yang kerap kali terlihat dalam novel ini.

Kadar Estetika

1. Daya Spontanitas
Novel ini mengandung spontanitas dan terstrusktur. Pada saat itu, marak sekali
korupsi yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuatan, sehingga Ahmad
Tohari spontan mendapatkan ide untuk menulis novel ini karena terlalu banyak
contoh nyata yang terjadi disekitarnya. Mungkin jika pada saat itu tidak ada
permasalahan korupsi maka Ahmad Tohari tidak menulis novel yang bertemakan
korupsi. Dikatakan terstruktur karena isi dari novel ini sangat runtun, dari mulai awal
ketika Kabul baru berada dilingkungan proyek tersebut hingga akhirnya ia keluar.
Semua adegannya runtut walaupun ada beberapa kilas balik pada saat Kabul bertemu
dengan Basar. Adegan-adegannya menceritakan dengan detail mengenai kehidupan
orang-orang proyek dan bobroknya sistem pemerintahan pada masa itu yang
mempengaruhi orang-orang yang terkait disekitarnya.

2. Daya Imajinasi
Keadaan politik yang marak akan tindak korupsi membuat Tohari menulis
novel yang menyinggung masalah korupsi. Dalam menceritakannya itu, Ahmad
Tohari memilih untuk menceritakan seorang insinyur yang mendapat proyek jembatan
dari pemerintah yang kemudian dalamproyek tersebut banyak terjadi hal-hal yang
menyimpang seperti korupsi. Imajinasi Ahmad Tohari yang bisa memilih cerita sang
insinyur dan mengaitkan dengan kondisi politik pada saat itu sangatlah luar biasa.
Hingga akhirnya jembatan rusak yang di akibatkan oleh kejadian-kejadian yang
sebelumnya sudah ditulisnya.
Penjabaran terhadap kejadian pada suatu adegan pun menggunakan kata-kata
yang indah, ia mengubah hal yang biasa terjadi menjadi sebuah kata-kata indah yang
membuat pembacanya berimaji mengenai penjabarannya itu. Seperti contohnya
“Bahkan mbulu yang sudah sangat tua itu masih tetap memberi rasa aman bagi
burung-burung emprit yang bersarang pada ujung-ujung ranting yang bergoyang itu.
Mereka ikut terayun-ayun bersama goyangan ranting ketika angin bertiup.”
3. Orisinalitas
Dilihat dari judulnya “Orang-Orang Proyek”, kita tidak bisa memahami bahwa
kandungan atau isi dari novel tersebut bertujuan untuk menggambarkan atau
mengkritik budaya masyarakat indonesia yang bobrok. Karena secara gamblang
judulnya hanya tertulis “Orang-Orang Proyek” yang bisa saja ketika kita pertama kali
melihat judulnya malah membayangkan bahwa buku itu berkisah tentang orang-orang
yang bekerja di sebuah proyek dan menghadapi resiko-resiko yang dapat merenggut
nyawanya.
Pesan yang hendak disampaikan oleh penulis secara langsung disinggung
dengan kehadiran tokoh Dalkijo, Basar, dan pemerintah yang pada novel itu ditulis
sebagai orang-orang dari partai yang berkuasa pada saat itu. Ia menyampaikan pesan
bahwa orang-orang proyek identik dengan tindakan korupsi dan fasilitas umum
dinegara ini memiliki mutu yang rendah karena dananya digerogoti oleh pemerintah
hingga bawah-bawahnya sehingga banyak fasilitas umum yang tidak layak atau cepat
sekali rusak.

Struktur Novel

1. Tema
Tema yang diangkat Ahmad Tohari dalam novel ini yaitu permasalahan politik yang
bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Dimana novel ini mengkritisi praktik-praktik
menyimpang yang marak terjadi pada Rezim Orde Baru.
2. Tokoh

1) Kabul (Tokoh Utama) 2) Pak Tarya


3) Basar 6) Dan tokoh tokoh lain yang
4) Dalkijo hanya sebagai pelengkap.
5) Wati

3. Latar

1) Kantor ruangan Kabul 4) Pinggiran Sungai Cibawor


2) Area Proyek 5) Rumah Basar
3) Warung Tegal Mak Sumeh

4. Alur
Alur cerita dalam novel ini yaitu maju, dimana dari awal ketika pekerjaan proyek
yang baru dimulai sampai akhirnya proyek tersebut jadi dan digunakan mobil arak-
arakan kampanye lewat. Terdapat alur sorot balik pula (Flashback) ketika membahas
masa lalu Pak Tarya dan masa lalu Kabul dan Basar.
5. Sudut Pandang
“Orang-Orang Proyek menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan tokoh utama
yaitu Kabul. Sebagai penulis, Ahmad Tohari menempatkan dirinya sebagai orang
yang mengkritik pemerintah terhadap praktik-praktik menyimpang yang marak terjadi
pada masa itu.
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat beragam, terdapat campur kode
dalam setiap percakapan antar tokoh “Wah, saya tidak enak, Mas. Nanti saya dikira
mengajak-ajak sampeyan meninggalkan pekerjaan.”
Gaya bahasa Ahmad tohari yang khas adalah ketika ia ingin menggambarkan latar
atau kejadian alam yang sedang terjadi, seperti
Pemancing tua itu dengan serulingnya sedang asik berdendang sendiri. Alunan itu
membawanya mengembara ke ruang jiwa dengan rasa yang amat mendalam. Dia
merasa melayang, bersentuhan dengan puncak kesadaran, dan dari sana dia
merasakan hadirnya kearifan semesta. Kearifan itu, yang dia sendiri sulit
menjelaskannya, sering terasa hadirdan membuatnya tenang, genap, mapan. Ayem.
Seperti ayemnya anak yang sedang digendong emak.
Pemilihan kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan kondisi yang sedang
terjadi sangatlah indah dan jarang ditemukan, perumpamaan-perumpamaan yang sulit
ditebak tetapi masuk akal membuat imajinasi pembaca semakin liar membayangkan
apa yang sebenarnya terjadi.

Anda mungkin juga menyukai