Anda di halaman 1dari 56

Masyarakat

Hukum Adat
Kelompok 6
01 02 03 04 05

Dilla Putri Dwi Kartini Saffana Kiyasa Putri Sergyo Reziro S Siti Nabilla N
2102111151 2102113037 2102111479 2102113032 2102111168
PENGERTIAN
HUKUM
ADAT
Menurut Van Vollenhoven, hukum Menurut Terhaar, hukum adat
adat adalah keseluruhan aturan adalah keseluruhan peraturan yang
tingkah laku masyarakat yang menjelma dalam keputusan-
berlaku dan mempunyai sanksi dan keputusan adat dan berlaku secara
belum dikodifikasikan. spontan.
PENGERTIAN
HUKUM ADAT
Hukum Adat adalah seperangkat norma atau
aturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis,
yang hidup dan berlaku untuk mengatur kehidupan
bersama Masyarakat Adat yang diwariskan secara
turun menurun, yang senantiasa ditaati dan
dihormati, serta mempunyai sanksi.
Keberadaan
Hukum Adat

Keberadaan hukum adat ini secara resmi telah diakui oleh negara
keberadaannya tetapi penggunaannya pun terbatas. Merujuk pada pasal
18B ayat (2) UUD 1945 dimana menyebutkan,
”Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-
undang”
yang berarti bahwa negara mengakui keberadaan hukum adat serta
konstitusional haknya dalam sistem hukum Indonesia.
Keberadaan
Hukum Adat

Disamping itu juga diatur dalam Pasal 3 UUPA


“Pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari
masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya
masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan
nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta
tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-
peraturan lain yang lebih tinggi”
Hak ulayat yaitu hak penguasaan atas tanah masyarakat hukum adat
yang dalam ketentuan peraturan perundang-undangan diakui oleh negara.
PERBEDAAN
HUKUM KEBIASAAN
& HUKUM ADAT
Hukum Kebiasaan
Diambil dari buku Hukum Indonesia
(2018) karya Sri Hajati, hukum
kebiasaan tidak mengikat seperti
hukum adat. Hukum kebiasaan
adalah tata cara hidup
masyarakat atau bangsa dalam
waktu yang lama.
Hukum Kebiasaan
Agar kebiasaan menjadi hukum kebiasaan,
diperlukan dua hal:

 Pertama, tindakan itu dilakukan secara


berulang-ulang.
 Kedua, unsur psikologis mengenai
pengakuan bahwa apa yang
dilakukan secara terus menerus dan
berulang adalah hukum.
Hukum Adat
Diambil dari buku Adat dalam Politik
Indonesia (2010) karya Jamie S. Davidson,
istilah hukum adat berasal dari terjemahan
adatrecht, yang dikemukakan oleh Snouck
Hurgronje kemudian digunakan oleh Van
Vallonhoven.
Menurut Van Vallonhoven, adat ada yang
memiliki sanksi dan ada pula adat yang tidak
memiliki sanksi. Adat yang memiliki sanksi
disebut dengan hukum adat. Sedangkan yang
tidak memiliki sanksi adalah kebiasaan.
Hukum Adat
Fungsinya untuk mengatur masyarakat adat
agar mendapatkan hidup yang damai. Jika
ada yang melanggar hukum adat maka
dikenakan sanksi adat, seperti halnya
pemberian sanksi kepada pelanggar hukum
kedaulatan di Indonesia.
Sanksi adat bisa berupa memberikan
persembahan, ritual, atau membayar denda
adat. Sehingga hukum adat merupakan
sesuatu peraturan atau hukum yang diberikan
mengikat.
Perlakuan
Hukum Adat

Hukum adat berlaku bagi Ketika seseorang memasuki sebuah


orang-orang yang lahir sebagai wilayah yang masih berpegang pada
bagian dari suatu adat tersebut. hukum adat, maka seseorang asing
Sehingga antara satu adat tersebut tetap harus mengikuti
dengan yang lain mungkin akan peraturan yang ada di hukum adat
memiliki peraturan atau sanksi tersebut. Namun, jika seseorang
yang berbeda. tersebut sudah keluar dari wilayah
tersebut, maka hukum adat tersebut
sudah tidak berlaku.
corak
Hukum Adat
1 2 3 4 5
Religius-magis Komunal Demokrasi Kontan Konkrit
Sifat Hukum Adat
1. Tradisional 2. Dinamis 3. Terbuka 4. Sederhana 5. Musyawarah dan mufakat
Berdasarkan Genealogis Berdasarkan Teritorial
(Keturunan) (Wilayah)

a. Sistem Kekeluargaan Patrilineal a. Desa


b. Sistem Kekeluargaan Matrilineal b. Daerah
c. Sistem Parental c. Perserikatan (beberapa kampung)
SISTEM PEWARISAN
HUKUM ADAT

Sistem Kewarisan Individual


Sistem Pewarisan Kolektif
Sistem Pewarisan Mayorat
M A S YA R A K AT
H U K U M A D AT
Masyarakat Hukum Adat yang selanjutnya
disebut MHA adalah sekelompok orang yang hidup
secara turun temurun di wilayah geografis tertentu,
memiliki asal usul leluhur dan/atau kesamaan tempat
tinggal, identitas budaya, hukum adat, hubungan
yang kuat dengan tanah dan lingkungan hidup, serta
sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,
politik, sosial, budaya dan hukum.
Hak Masyarakat
Hukum Adat
Mengelola, Menjaga, 01
Mencegah dan melindungi lingkungan hidup dari kerusakan
serta merehabilitasi setelah mengambil manfaat dalam
pengelolaan lingkungan hidup;
Mendapatkan Perlindungan 02
Atas kearifan local dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang berkelanjutan;
Mendapatkan Informasi 03
Pendidikan, pemberdayaan dan pelatihan terkait pengelolaan
lingkungan yang berkelanjutan;

Menentukan dan/atau Memberikan 04


Persetujuan terhadap pengelolaan untuk kepentingan
pembangunan terhadap wilayah pengelolaan sumber daya alam
yang menjadi milik Masyarakat Hukum Adat;
Memperoleh Pemulihan 05
Lingkungan hidup di wilayah adat yang mengalami kerusakan
akibat pengelolaan oleh pihak lain.
1 Pemanfaatan Air;

2 Bercocok Tanam;

3 Pengelolaan Hutan;

4 Berburu;
Hak Pengelolaan Membuka Lahan Pertanian dan Perkebunan;
Lingkungan Hidup
5

6 Menangkap Ikan Di Sungai, Danau dan Laut;


sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
7 Mengambil Hasil Alam Seperti Madu, Buah
dan Sayur;
8 Memelihara Hewan; dan/atau

9 Hak Pengelolaan Lain yang Merupakan


Kearifan Lokal.
KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

01 MENJAGA, MENCEGAH 03 MELESTARIKAN


Dan melindungi lingkungan hidup Dan mempertahankan kearifan
dari kerusakan; lokal yang dimiliki MHA dalam
pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan hidup;

02 REHABILITASI LINGKUNGAN 04 BEKERJA SAMA


Hidup yang rusak akibat Dengan pihak lain, terkait kepentingan
pemanfaatan sumber daya alam penelitian dan pengembangan ilmu
oleh MHA; pengetahuan dalam pengelolaan
sumber daya alam yang berkelanjutan
oleh MHA.
Berdasarkan UU No 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 1 Angka (32) menyatakan bahwa
Masyarakat adalah masyarakat yang terdiri atas Masyarakat Hukum Adat, Masyarakat Lokal, dan
Masyarakat Tradisional yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Masyarakat Hukum Adat
Sekelompok orang yang secara turun-temurun bermukim di wilayah geografis tertentu di Negara
Kesatuan Republik Indonesia karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan
tanah, wilayah, sumber daya alam, memiliki pranata pemerintahan adat, dan tatanan hukum adat di
wilayah adatnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 Angka 33)
Masyarakat lokal

Kelompok Masyarakat yang menjalankan tata kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah
diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum, tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tertentu. (Pasal 1 Angka 34)
Masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang menjaga, memelihara, dan mempertahankan adat
istiadat, tradisi dan lainnya yang diwarisi oleh generasi sebelumnya.
Ketentuan
Peraturan
Pemerintah
Terhadap Masyarakat Hukum Adat
Ketentuan tersebut diatur pada Pasal 67 UU No. 41 tahun
1999 tentang Kehutanan, selengkapnya ditentukan sebagai
berikut:

(1) Masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya


masih ada dan diakui keberadaannya berhak:

a. Melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan


kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat yang
bersangkutan;
b. Melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum
adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-
undang; dan
c. mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraannya.
Ketentuan tersebut diatur pada Pasal 67 UU No. 41 tahun
1999 tentang Kehutanan, selengkapnya ditentukan sebagai
berikut:

(2) Pengukuhan keberadaan dan hapusnya masyarakat hukum


adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

(3) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(4) Setiap orang berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya


hak atas tanah miliknya sebagai akibat dari adanya penetapan
kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Unsur-unsur Pengakuan
Masyarakat Hukum Adat

Penjelasan Pasal 67 ayat (1), 1. Ada kelembagaan dalam bentuk


memberikan gambaran bahwa perangkat penguasa adatnya;
masyarakat hukum adat diakui 2. Ada wilayah hukum adat yang jelas;
keberadaannya, jika menurut
3. Ada pranata dan perangkat hukum,
kenyataannya memenuhi unsur antara
khususnya peradilan adat, yang masih
lain:
ditaati;
4. Masih mengadakan pemungutan hasil
hutan di wilayah hutan sekitarnya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Pedoman Penyelesaian
Masalah Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5
tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum
Adat, ketentuan Pasal 2 menentukan bahwa:
Pedoman
Penyelesaian
Masalah Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat
01 Pelaksanaan hak ulayat
sepanjang pada kenyataannya masih ada dilakukan
oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan
menurut ketentuan hukum adat setempat.

02 Hak ulayat
masyarakat hukum adat dianggap masih ada, apabila:
Pedoman
Penyelesaian a. Terdapat sekelompok orang yang masih merasa
terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai
warga bersama suatu persekutuan hokum tertentu,
Masalah Hak Ulayat yang mengakui dan menerapkan ketentuan-
Masyarakat Hukum Adat ketentuan persekutuan tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari,

b. Terdapat tanah ulayat tertentu yang menjadi


lingkungan hidup para warga persekutuan hukum
tersebut dan tempatnya mengambil keperluan
hidupnya sehari-hari, dan

c. Terdapat tatanan hukum adat mengenai


pengurusan, penguasaan dan penggunaan tanah
ulayat yang berlaku dan ditaati oleh para warga
persekutuan hukum tersebut.
Perlindungan Kesatuan Kesatuan
Masyarakat Hukum Adat

Pada Amandemen Kedua UUD 1945 dari ketentuan pasal 18B poin (2) dan
pasal 28I poin (3), terlihat bahwa masyarakat hukum adat dilindungi dari
dua sisi:

1) Menyangkut kelembagaan masyarakat hukum adat dan,


2) Dari segi penghargaan terhadap manusia sebagai anggota
masyarakatnya.
Masyarakat Hukum
Adat Melayu Riau
Masyarakat Hukum Adat Riau adalah kelompok masyarakat yang secara turun-temurun bermukim di
Provinsi Riau, karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan
lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan
hukum.
Hukum Adat Masyarakat
Adat Melayu Riau
Salah satu sumber hukum pelaksanaan hukum adat
Melayu Riau telah diatur dalam Peraturan Daerah
Provinsi Riau Nomor 14 tahun 2018 tentang Pedoman
Pengakuan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat dalam
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Aturan
ini memberikan hak kehidupan bagi masyarakat adat
terhadap keberadaan dan tata kelola lingkungan hidupnya.
S i st e m P e m e r i n ta h a n M as ya r a k at
H u k u m A d at M e l ay u R i a u

01 Sultan Penghulu Besar 05


adalah pemimpin pemerintahan dan menjadi merupakan pemimpin yang ditunjuk langsung
orang yang paling dihormati dalam hukum oleh sultan atau dipilih masyarakat untuk
adat Melayu Riau. memimpin wilayah tertentu.

02 Kedatuan Sejawat Penghulu Kecik 06


merupakan pejabat sekelas menteri yang merupakan pemimpin wilayah yang lebih
tugasnya membantu pengambilan keputusan kecil dari penghulu besar.
sultan dan penghulu besar.

03 Hulubalang atau Panglima Datok Penghulu dan Batin 07


merupakan pengawal sultan dalam kondisi merupakan orang yang akan menghubungkan
umum dan khusus. antara penghulu kecik dan penghulu besar.

04 Kedatuan Kelompok Ritual Keagamaan 08


merupakan pemimpin kelompok yang ada di dipegang oleh Datuk Kadi, Datuk Labay,
bawah pemerintahan sultan. Datuk Paqih, dan Datuk Malin.
SISTEM PENYELESAIAN MASALAH
Masyarakat Hukum Adat Melayu Riau

Apabila terjadi masalah yang berada di wilayah hukum adat, maka penyelesaiannya melalui
pengadilan adat. Sistem peradilan ini dilakukan oleh mereka yang memiliki pemangku jabatan
pemerintahan. Sebuah sidang adat biasanya dipimpin oleh Datuk Para Penghulu. Proses
pengadilan tersebut juga bersifat terbuka, artinya masyarakat memiliki kesempatan untuk
memberikan masukan dan saran atas masalah yang ada.
Sanksi yang dijatuhkan kepada mereka yang melakukan pelanggaran
terhadap hukum adat di Riau ada 3 jenis, yakni:
1. HUKUM SOSIAL 2. MEMBAYAR DAM 3. PENGHAPUSAN IDENTITAS
Jenis sanksi ini yang paling Hukuman selanjutnya adalah Sanksi yang lebih berat dari
ringan, yakni dengan cara membayar dam atau denda pelanggaran hukum adat adalah
pengucilan terhadap mereka kepada mereka yang penghapusan identitas, tidak
yang melakukan pelanggaran melanggar aturan hukum adat diakui lagi sebagai bagian dari
hukum adat. Dikucilkan dalam Melayu Riau. Denda yang suku atau kelompok hingga
pergaulan merupakan ditetapkan dapat berupa pengusiran dari daerah domisili.
hukuman sosial yang diberikan uang, perhiasan, hewan ternak, Sanksi ini terbilang cukup berat
pada pelaku pelanggar beras, padi atau lainnya sesuai dan sudah banyak diterapkan
hukum adat. dengan kesepakatan bagi para pelaku pelanggaran
pengadilan adat. hukum adat yang bersifat berat.
Masyarakat Hukum
Adat Bali
Hukum
Adat Bali
Hukum adat Bali adalah hukum yang tumbuh dalam lingkungan
masyarakat hukum adat Bali yang berlandaskan pada ajaran agama
(Hindu) dan tumbuh berkembang mengikuti kebiasaan serta rasa
kepatutan dalam masyarakat hukum adat Bali itu sendiri.
Men u ru t Wayan
Windia dan Ketut
Sudantra
NORMA-NORMA Masyarakat Bali terikat oleh norma-
norma hukum yang mengatur pergaulan
hidup mereka:
HUKUM × Hukum tertulis yang berlaku
berasal dari negara dalam bentuk

ADAT BALI peraturan perundang-undangan


Republik Indonesia,

× Sedangkan hukum tidak


tertulisnya (Hukum Adat) yang
berlaku dalam masyarakat bali
bersumber dari kebiasaan-
kebiasaan masyarakat Bali yang
disebut Dresta.
BY MIKOKIT -[ F
M I
H L
A ]- SLIDE 42
-[ Karakteristik Masyarakat Hukum Adat Bali ]-

Corak kehidupan Cara pandang


masyarakat hukum adat masyarakat paguyuban, patut (kepatutan)/tidak patut menjadi standar
bernuansa komunal, dan selalu berorientasi pada sosial untuk menilai perkataan dan perilaku warga
suasana harmoni; masyarakat, bukan salah atau benar;

Alam pikir Setiap perbuatan


warga masyarakat hukum adat bercorak religius hukum harus dilakukan secara terang (dengan
dan magis, artinya masyarakat komunal selalu saksi/dihadapan banyak orang) dan kontan/tunai
berorientasi pada keseimbangan dan harmoni sehingga selesai pada saat perbuatan hukum
dalam kehidupan sekala dan niskala; dilakukan;

Setiap pengambilan keputusan Hakikat sanksi adat


dilakukan musyawarah dengan melibatkan semua bagi pelanggar norma hukum adat bukan
krama desa dalam paruman desa; dimaksudkan untuk membalas dendam, memberi
nestapa, atau menghukum dengan sanksi fisik, tetapi
memberi sanksi sosial, moral, atau sanksi melakukan
ritual/magis.

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 43
Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Hukum Adat

Faktor magi dan animisme

Faktor Agama

Faktor kekuasaan yang lebih tinggi dari persekutuan


hukum adat

Hubungan dengan orang-orang ataupun kekuasaan asing

BY MIKOKIT
- -[ [ MF HI AL ] ]- - SLIDE 44
Masyarakat
Hukum Adat Bali
Masyarakat hukum adat Bali adalah masyarakat yang
membentuk dan melaksanakan hukumnya sendiri yakni
hukum adat Bali. Mereka yang dimaksud dengan
masyarakat hukum adat Bali ini merupakan orang-orang
Bali yang beragama Hindu (Hindu Bali) yang terikat pada
persekutuan hukumnya, baik keterikatan dalam ikatan
teritorial (desa) dan keterikatan dalam ikatan genealogis
(soroh).
Tri Murti Masyarakat
Hukum Adat Bali
Merupakan suatu keyakinan bagi masyarakat hukum adat Bali tentang siklus kehidupan manusia
yang pasti akan dijalani, yakni lahir, hidup, dan mati. Hal ini diimplementasikan dalam ajaran
Tri Murti, yakni adanya tiga dewa yang melaksanakan ketiga siklus kehidupan ini.
1. Brahma, sebagai pencipta alam kehidupan ini
2. Wisnu, sebagai pemelihara
3. Ciwa, sebagai pengembali ke asalnya
Tri Murti Masyarakat
Hukum Adat Bali
Keberadaan tiga pura yang selalu ada pada setiap desa pakraman di Bali, yakni:
1. Pura Desa atau juga sering disebutkan Pura Bale Agung, yakni pura tempat bersemayam
Dewa Brahma sebagai pencipta alam semesta;
2. Pura Puseh atau juga ada yang menyebutkannya dengan Pura Segara, yakni tempat
bersemayam Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam semesta dengan segala isinya; dan
3. Pura Dalem, yakni tempat bersemayamnya Desa Ciwa sebagai pemeralina yaitu pengembali
ke asalnya.
Prinsip kehidupan dalam bermasyarakat
hukum adat di Bali
a. Tri Hita Karana,
b. Tat Wam Asi,
c. Tri Kaya Parisuda,
Masyarakat Hukum
Adat Dayak Kalis
Hukum adat Suku Dayak Kalis merupakan sub rumpun suku Dayak
dayak kalis yang berdomisili di Kecamatan Kalis, Kabupaten
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Hukum Adat Dayak Kalis adalah hukuman atau aturan
yang terdiri dari norma-norma kesopanan, kesusilaan,
ketertiban, sampai kepada norma-norma keyakinan dan
kepercayaan yang dihubungkan dengan alam gaib dan
Sang Pencipta yang menjamin keadilan kebiasaan
kehidupan masyarakat Kalis yang diakui, dipatuhi,
dijalankan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya oleh
seluruh masyarakat Kalis.
Masyarakat
Hukum Adat Dayak Kalis

Masyarakat Hukum Adat Dayak Kalis adalah


masyarakat yang tatanan kehidupannya hingga
kini masih memegang teguh aturan adat istiadat
(hukum adat) nenek moyang yang diturunkan
secara lisan oleh para tetua adat dan para
pemegang adat yang ditunjuk.
-[ MHA DAYAK KALIS ]-

Jenis Hukum Adat

Saut Pati Nyawa atau


Raga Nyawa atau
Baar
Satanga’ Baar Adat Kampung
(Setengah Pati
Nyawa)

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 52
2 Macam Hukum Adat
Masyarakat Hukum Adat Dayak Kalis

a. Hukum Pokok atau sering disebut dengan istilah Adat Banua atau Kaki
Tembaga yakni sanksi adat berupa materi yang bernilai adat.

b. Hukum Tambahan atau suatu hukum yang berlaku terhadap kasus diantara
semua anggota masyarakat persekutuan adat.
SIFAT Hukum Adat
Masyarakat Hukum Adat Dayak Kalis

Hukum adat Suku Dayak Kalis ini bersifat mengikat dan mengatur tata kehidupan
masyarakat dalam komunitas Suku Dayak Kalis, termasuk anggota masyarakat non
Suku Dayak Kalis yang hidup dalam wilayah adat Suku Dayak Kalis.
UPAYA PELESTARIAN HUKUM ADAT
MASYARAKAT HUKUM ADAT DAYAK KALIS

01
Musyawarah I Masyarakat Adat Dayak Kalis (1997)

02
Musyawarah Adat Suku Dayak Kalis (26-28 Oktober 2007)
di Desa Nanga Danau.
MHA

Thank You
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai