Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENERAPAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM


PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Adat

Dosen Pengampu:
Ahmad Shiddiq Ridha, M. Kn
Disusun oleh:
Rahma Sarita 2011110070

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUKARNO BENGKULU
2022
PENERAPAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM
PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA
TO THE IMPLEMENTATION OF THE RIGHTS OF
MASYARAKAT HUKUM ADAT ON FOREST MANAGEMENT IN INDONESIA
Elizabeth Arden Madonna*

ABSTRAK

M asyarakat Hukum Adat merupakan suatu tatanan masyarakat yang sudah ada di
bumi nusantara jauh sebelum bangsa Indonesia lahir. Tatanan masyarakat Hukum
Adat tersebut memiliki peraturan yang menjadi pedoman hidup bagi masyarakatnya yang
sudah mereka terapkan secara turun-temurun. Peraturan ini disebut dengan istilah Hukum
Adat. Hukum adat mengatur berbagai hal, salah satunya adalah pedoman tentang cara-cara
pengelolaan sumber daya alam hutan. Negara Indonesia mengakui keberadaan masyarakat
hukum adat beserta hak-haknya. Ketentuan ini dituangkan dalam Undang-Undang Dasar
1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya terkait pengelolaan sumber daya alam.
Meskipun demikian, masih ditemukan banyak konflik antara Masyarakat Hukum Adat
dengan Pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang mendapat izin pengelolaan hutan dari
Pemerintah. Penulis tertarik untuk mengkaji ketimpangan antara peraturan dan kenyataan
ini. Tulisan ini memaparkan hasil penelitian yuridis normatif tentang hak-hak masyarakat
dalam peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan analisis penerapan
peraturan perundang-undangan tersebut pada konflik pengelolaan hutan antara Pemerintah
dan Perusahaan dengan masyarakat hukum adat di Indonesia. Berdasarkan penelitian
yuridis tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa Pemerintah belum berhasil
melindungi masyarakat hukum adat berserta hak-haknya dalam pengelolaan hutan di
Indonesia.
Kata kunci: hukum; adat; kehutanan.

ABSTRACT

I ndigenous people is a structured society who had been living in the land of Indonesian long before
Indonesia declared their independency from Netherland. The Indigenous people of Indonesia lives
with life guidelines which regulates its people. The Government of Indonesia calls this guideline as
Customary Law (Hukum Adat). The people on the society has been practiced the regulation since their
ancestor to the present. ome of the Hukum Adat is the regulation concerning to forest management.
The Government of Indonesia recognizes the existence of Indigenous people and their rights and It is
written on Indonesian constitution and other natural resources management related regulation.
However, many conflicts of forest management is still occurring between The Government and
Indigenous people. This writing tries to deliver facts about the Government of Indonesian
acknowledgement to Indigenous people

*
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Jl. Gatot Subroto No. 2 Jakarta Pusat 10270,
email: elizabethardenm@gmail.com.
Elizabeth Arden Madonna 265
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia

and their rights on Forest Management along with case analysis of forest management conflict
between the Government of Indonesia and Indigenous people. This writing is the result of research
which applied normative juridical research method, that is analyzing cases through the law. Based on
the juridical research, the author is assured that The Governemnt of Indonesia is fail to protect the right
of Indigenous people on forest management.
Keywords: indigenous people; customary law; forestry.

PENDAHULUAN interaksi antar anggota masyarakat dan

M
asyarakat Hukum Adat di Indonesia anggota masyarakat dengan lingkungannya
melalui jalan yang sangat Panjang yang melembaga menjadi adat-istiadat.
untuk mendapat perlindungan hukum Kompleks peraturan tersebut bersifat
atas hak-hak mereka. Jalan Panjang itu pun hukum4 karena ada ketentuan-ketentuan
melalui berbagai konflik dan proses yang yang mengatur tingkah laku masyarakat dan
cukup kompleks. sanksi berupa reaksi masyarakat terhadap
pelanggaran ketentuan-ketentuan hukum
Masyarakat Hukum Adat di Indonesia
adat tersebut yang umumnya dijatuhkan
adalah masyarakat asli bangsa Indonesia yang
kepada pelanggar oleh penguasa Masyarakat
sudah ada jauh sebelum Negara Republik
Hukum Adat.5 Sifatnya itulah yang
Indonesia berdiri. Bahkan mereka sudah
menjadikan pedoman hidup tersebut sebagai
ada di bumi nusantara jauh sebelum bangsa
hukum adat.6
Belanda datang ke Indonesia.
Salah satu hal yang diatur oleh hukum
Van Vollenhoven dalam bukunya yang
adat adalah pengelolaan lingkungan tempat
berjudul Staatsrecht Overzee 1934 menjelaskan
tinggal mereka, yaitu hutan.7 Seperti hukum
bahwa pada saat bangsa Belanda pertama
adat yang diterapkan oleh Masyarakat
kali datang ke wilayah nusantara, mereka
Hukum Adat Tugutil yang hidup di Dusun
sudah menjumpai kompleks-kompleks
Tukur-tukur, Kecamatan Wasile Timur,
peraturan dari berbagai tata hukum. 1 Bahkan
Halmahera, Maluku Utara. Masyarakat
berdasarkan bukti-bukti yang mereka
Hukum Adat Tugutil menerapkan hukum
temukan, diketahui bahwa kompleks-
adat untuk mengelola sumber daya alam
kompleks peraturan ini sudah ada semenjak
mereka dengan prinsip lestari. Ada sanksi
jaman kerajaan-kerajaan awal Indonesia.2
adat yang dijatuhkan bagi orang-orang
Kompleks peraturan dalam tatanan yang tertangkap mengelola sumber daya
masyarakat hukum adat berasal dari kebiasaan alam secara masif sehingga menyebabkan
kerusakan pada hutan mereka.

1
Soemadiningrat, O.S., 2002. Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer. Bandung: Alumni, hlm. 28.
2
Pernyataan Van Vollenhoven dalam penelitian pustakanya yang dilihat dari buku Soemadiningrat, O.S., 2002.
Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer. Bandung: Alumni, hlm. 7.
3
Koentjaraningrat, 2004. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT RiAneka Cipta, hlm. 335.
4
Wignjodipuro, S., 1995. Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: Gunung Agung, hlm. 21.
5
Supomo, R., 2003. Bab-Bab Tentang Hukum Adat. Jakarta: Pradnya Pramita, hlm. 3.
6
Van Vollenhoven, C., 1981. Orientasi Dalam Hukum Adat Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Jakarta: Djambatan, hlm. 14.
7
Arizona, Y. dkk., 2010, Penelitian yang dituangkan dalam tulisan yang berjudul “Antara Teks dan Konteks,
Dinamika Pengakuan Hukum Terhadap Hak MAsyarakat Adat atas Sumber Daya Alam di Indonesia”, Jakarta.
HuMa.
266 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019

Pengelolaan sumber daya alam oleh


masyarakat beralih kepada penjajah setelah memperhatikan keberadaan Masyarakat
mereka menguasai bumi nusantara. Hukum Hukum Adat beserta hak-hak mereka.13
negara penjajah dan kebijakan mereka lah Akan tetapi, pada faktanya masih ada isu
yang diterapkan dalam pengelolaan Sumber konflik pengelolaan hutan yang melibatkan
Daya Alam.8 Kemudian, penguasaan untuk Masyarakat Hukum Adat. Penguasaan
mengelola sumber daya alam beralih kepada tanah secara yuridis merupakan hak dalam
Pemerintah Negara Republik Indonesiasetelah penguasaannya yang diatur oleh hukum dan
Indonesia menyatakan kemerdekaannya dan ada kewenangan menguasai secara fisik.14
membentuk Pemerintahan. Hal ini Pemerintah, dalam memberikan konsesi
tercantum pada Pasal 33 ayat (3) Undang- pengelolaan hutan, masih mengabaikan
Undang Dasar Neagra Republik Indonesia keberadaan Masyarakat Hukum Adat. Izin
tahun 1945 yang berbunyi: menjadi dasar hukum pemegang konsesi
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang untuk melakukan kegiatan kehutanan. Ketika
terkandung di dalamnya dikuasai oleh konsesi tersebut adalah pengelolaan hutan
negara dan dipergunakan untuk sebesar- di wilayah adat, konflik pemegang konsesi
besarnya kemakmuran rakyat.” dengan Masyarakat Hukum Adat pun
terjadi. Hal ini disebabkan, pemegang
Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar
konsesi mengelola wilayah hutan yang
1945 menegaskan bahwa penggunaan
selama ini adalah wilayah adat Masyarakat
sumber daya alam oleh masyarakat
Hukum Adat.
dan negara dilaksanakan dalam rangka
mendayagunakan sumber alam untuk Kegiatan kehutanan di wilayah hutan
menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. 9 adat oleh pihak di luar Masyarakat Hukum
Prinsip menguasai Negara ini merupakan Adat telah mencederai hukum adat. Hal ini
legitimasi Negara untuk menguasai hutan. merupakan pelecehan terhadap Masyarkaat
Hukum Adat. Umumnya, pengelolaan
Kewenangan pengelolaan hutan ini
hutan adat dilakukan dengan masif sehingga
dijalankan pemerintah melalui Badan Usaha
merusak wilayah hutan. Hal ini berdampak
Milik Negara10 yang juga dibantu oleh
pada kelangsungan hidup Masyarakat
Badan Usaha Milik Swasta11 yang mendapat
Hukum Adat karena Masyarakat Hukum
ijin dari pemerintah.12 Pada prinsipnya,
Adat menggantungkan hidup pada hutan.
ijin pengelolaan hutan yang diberikan
oleh pemerintah harus dijalankan dengan Isu konflik vertikal ini lah yang menjadi
objek penelitian pada tulisan ini. Seperti

8
Ibid., hlm. 18-27.
9
Hasba, I.B., 2018. Pesantren Kopi; Upaya Konservasi Lahan Hutan oleh Masyarakat Jember Berbasis Tanaman
Kopi. Bina Hukum Lingkungan, 2(2), pp.167-181.
10
Selanjutnya disebut sebagai BUMN.
11
Selanjutnya disebut sebagai BUMS.
12
Pamulardi, B., 1999. Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm.
120.
13
Ibid.
14
Aprilianti, F. Fajrina A. Pujiwati, Y. and Rubiati, B., 2019. Peran Notaris dalam Pelepasan Hak atas Tanah Pada
Proses Konsolidasi Tanah Guna Optimalisasi Fungsi Tanah Dikaitkan dengan Peraturan Pertanahan. ACTA
DIURNAL Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan, 2(2), pp.226-240.
Elizabeth Arden Madonna 267
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia

apa penerapan hak masyarakat hukum 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan
adat dalam mengelola sumber daya alam di Perlindungan Masyarakat Hukum Adat serta
tempat tinggal mereka. Apakah Pemerintah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Indonesia sebagai pemegang kuasa atas Kehutanan Republik Indonesia No. P.21/
pengelolaan sumber daya alam sekaligus MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 tentang
pelaksana konstitusi yang mengakui Hutan Adat dan Hutan Hak.
keberadaan Masyarakat Hukum Adat telah Penelitian ini bersifat deskriptif analitik
melaksanakan ketentuan konstitusi tersebut dengan studi analisis kasus untuk memberikan
dalam upaya pengelolaan hutan. gambaran nyata konflik yang terjadi serta
perkembangan penyelesaian konflik, sehingga
METODE PENELITIAN penulis dapat menyimpulkan bagaimana

P enelitian ini menggunakan pendekatan


yuridis normatif yang dikombinasikan
dengan pendekatan yuridis empiris.
penerapan hak masyarakat hukum adat
di Indonesia. Dengan membuat penelitian
ini, penulis berharap dapat memaparkan
Bahan primer yang digunakan pada potensi konflik vertikal atau konflik vertikal
penelitian ini adalah peraturan perundang- yang sedang berlangsung. Penulis berharap,
undangan tentang pengelolaan sumber daya dengan penelitian ini dapat menggugah
alam yang terkait dengan masyarat hukum, pemikiran pemegang kekuasaan untuk
yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 mencegah konflik yang akan terjadi dan
tentang Kehutanan dan Undang-Undang menyelesaiakn konflik yang sedang terjadi.
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang- PEMBAHASAN
Undang tersebut dikaji dengan Undang- Masyarakat Hukum Adat di Indonesia
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 dan Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 35/PUU-X/2012 dalam perkara
M asyarakat hukum adat adalah bangsa
asli Indonesia. Mereka sudah ada jauh
sebelum bangsa Belanda menjejakkan kaki
Pengujian Undang-Undang Nomor 41 Tahun di bumi nusantara. Berdasarkan studi yang
1999. dilakukan oleh seorang ahli hukum Belanda,
Penelitian ini juga menggunakan bahan Ter Haar, persekutuan masyarakat hukum
primer Putusan Mahkamah Konstitusi adat adalah pergaulan hidup masyarakat
Nomor 35/PUU-X/2012 terhadap uji materi dalam suatu kesatuan golongan. Mereka
Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 berinterkasi satu sama lain dalam jangka
tentang Kehutanan untuk mengetahui waktu yang sangat lama sehingga
pendapat hukum tentang hak masyarakat melahirkan suatu pedoman tata cara
hukum adat terhadap kehutanan. Dan untuk berperilaku antar masyarakat.15 Pedoman
mengetahui arah perubahan kebijakan tersebut berisi peraturan
negara terhadap perlindungan hak yang mempunyai sanksi dan
masyarakat hukum adat, undang-undang ini mengikat masyarakat hukum adat. Karenanya
juga mengkaji Peraturan Menteri Dalam bersifat hukum dan disebut sebagai Hukum
Negeri Nomor 52 Tahun Adat.16

15
Alting, H., 2010. Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat atas Tanah: Masa
Lalu, Kini, dan Masa Mendatang. Yogyakarta: Laksbang Pressindo, hlm. 31.
16
Van Vollenhoven, Op.Cit., hlm. 14.
268 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019

Hukum Adat tidak hanya mengatur Hanyutlah Semua. Dalam wawancara


tingkah laku antar masyarakat, tetapi tersebutm reporter mewawancarai seorang
juga perilaku masyarakat terhadap warga yang sepuh, Aminuddin. Dalam
lingkungannya. Dalam konteks alam wawancara tersebut, beliau menyampaikan
Indonesia yang merupakan wilayah hutan, di penggalan kalimat yang sering diucapkan
mana masyarakat hukum adat tinggal, buyutnya dalam Bahasa Tolaki, yaitu “Toati-
hukum adat tersebut juga berisi peraturan ati, sa kinulisino oosi, mbuito tetonroano o iwoi.”
perilaku masyarakat dalam hal kehutanan. Artinya, “Hati-hati, kalau sudah dikupas
Umumnya, Masyarakat Hukum Adat itu gunung tidak ada tempat tinggalnya
mengelola hutan berdasarkan prinsip lestari. air.” Berdasarkan hal itu, orangtua sering
Mereka mengambil sumber daya alam dari mengingatkan agar tidak merusak hutan
hutan sesuai kebutuhan mereka dan menanam dan mengambil terlalu banyak. Itu akan
ulang untuk menggantikan sumber daya mengganggu jalan air di hutan, lalu
hutan yang mereka ambil. Masyarakat membahayakan orang banyak. Ia bercerita
Hukum Adat mempelajari norma tersebut bahwa kakek dan ayahnya hanya mengambil
dari cerita yang diturunkan oleh nenek hasil hutan seperlunya dan tidak megeruk
moyang mereka dan diterapkan secara tanah atau membabat pohon di hutan
turun-temurun. Seperti pengelolaan hutan dengan massal.
yang diterapkan oleh Masyarakat Hukum
Praktek hukum adat sudah
Tugutil di Dusun Tukur- Tukur, Kecamatan
dipraktekkan secara turun-temurun, semenjak
Wasile Timur, Halmahera, Maluku Utara dan
keberadaan mereka di bumi nusantara.
Masyarakat di Desa Puuwanggudu,
Sehingga bisa disimpulkan bahwa hukum
Kecamatan Asera, Konawe Utara, Sulawesi
adat merupakan hukum asli bangsa Indonesia.
Tenggara.
Walaupun sifatnya yang tidak tertulis dan
Masyarakat Hukum Adat Tugutil tidak terkodifikasi,18 tetapi mereka melekat
mengelola hutan milik bersama dengan dan hidup di dalam masyarakat hukum adat.
prinsip kelestarian. Suatu sanksi adat akan
diberlakukan kepada orang yang tertangkap Pengakuan Negara Terhadap Masyarakat
melakukan pengrusakan berupa uang denda Hukum Adat
yang telah disepakati jumlahnya.17
Prinsip lestari dalam pengelolaan
hutan juga diterapkan oleh Masyarakat
N egara Republik Indonesia mengakui
keberadaan Masyarakat Hukum Adat.
Pengakuan ini tertulis dalam Konstitusi
di Desa Puuwanggudu, Konawe Utara, Negara Republik Indonesia pada Pasal 18 B
Sulawesi Tenggara yang baru-baru ini ayat (2) yang berbunyi:
mengalami bencana Banjir Bandang
“Negara mengakui dan menghormati
yang menenggelamkan wilayah mereka.
kesatuan masyarakat hukum adat beserta
Wawancara dilakukan oleh reporter
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih
Kompas, Saiful Rijal Yunus, yang
hidup dan sesuai dengan perkembangan
diterbitkan pada 5 Juli 2019 dengan Judul:
Gunung Dikupas,

17
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden dan beberapa informan yang dilakukan oleh Sabaria
Niapele, Staf Pengajar FAPERTA Universitas NUKU-Tidore yang dikutip dari “Bentuk Pengelolaan hutan dan
Kearifan Lokal Masyarakat Adat Tugutil”, Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, Vol. 6, edisi 3, Januari 2014, hlm. 67,
dilihat dari: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/article/download/175/169
18
Ibid., hlm. 14.
Elizabeth Arden Madonna 269
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan


Republik Indonesia, yang diatur dalam tidak bertentangan dengan kepentingan
undang-undang.” nasional.”

Pemerintah Indonesia menyadari Pada penjelasan Pasal 4 ayat (3) ini


keberadaan Masyarakat Hukum Adat dan disebutkan bahwa Prinsip penguasaan
penerapan hukum adat dalam kehidupan Negara ini tidak meniadakan hak-hak
Masyarakat Hukum Adat. Pemerintah Masyarakat Hukum Adat, melainkan Negara
menghormati keberadaan Masyarakat tetap memperhatikan hak Masyarakat
Hukum Adat dengan mendasarkan Undang- Hukum Adat, sepanjang kenyataannya masih
Undang Negara Republik Indonesia nomor 5 ada dan diakui keberadaannya, serta tidak
tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- bertentangan dengan kepentingan nasional.
Pokok Agraria19 di atas hukum adat.20 Lebih lanjut, Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang
Kehutanan menyebutkan:
Sampai saat ini, Negara Republik
Indonesia belum mempunyai undang- “Masyarakat hukum adat sepanjang
undang khusus tentang perlindungan menurut kenyataannya masih ada dan
Masyarakat Hukum Adat, akan tetapi Pasal 6 diakui keberadaannya berhak:
Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 a. melakukan pemungutan hasil hutan
tentnag Hak Asasi Manusia menjamin untuk pemenuhan kebutuhan hidup
perlindungan hukum bagi masyarakat sehari-hari masyarkaat adata yang
hukum adat, salah satunya perlindungan bersangkutan;
atas tanah ulayat. Karena wilayah tinggal
b. melakukan kegiatan pengelolaan
Masyarakat Hukum Adat umumnya adalah
hutan berdasarkan hukum adat
wilayah hutan, maka undang-undang
yang berlaku dan tidak
pengelolaan sumber daya alam yang terkait
bertentangan dengan undang-
erat dengan Masyarakat Hukum Adat adalah
undang.”
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan.
Pengelolaan Hutan di Indonesia
Undang-Undang Kehutanan mengakui
keberadaan Masyarakat Hukum Adat dalam
hal Kehutanan yang diatur dalam Pasal 4
N egara, sebagai organisasi kekuasaan
menguasai seluruh kekayaan alam
yang terkandung dalam wilayah Indonesia.22
ayat
Hak menguasai Negara ini didasarkan pada
(3) Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999
prinsip menguasai Negara yang tercantum
tentang Kehutanan21 yang berbunyi:
pada Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
“Penguasaan hutan oleh Negara tetap Dasar 1945, yaitu “Bumi dan air dan
memperhatikan hak Masyarakat Hukum kekayaan alam yang terkandung di
Adat, sepanjang kenyataannya masih dalamnya dikuasai oleh Negara dan
ada dan diakui keberadaannya, serta dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.”23

19
Selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Agraria.
20
Poin “Berpendapat” dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
21
Selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Kehutanan.
22
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, (selanjutnya
disebut sebagai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960).
23
Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960.
270 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019

Secara spesifik, pengelolaan sumber


daya hutan di Indonesia didasarkan pada hukum adat. Dalam prakteknya, kegiatan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 kehutanan yang dilakukan oleh Pemerintah
tentang Kehutanan. Undang-Undang ini pada wilayah hukum adat bersinggungan
memberi kewenangan kepada negara untuk dengan masyarakat hukum adat beserta hak-
menguasai hutan di dalam wilayah Republik hak mereka. Hal ini menimbulkan konflik
Indonesia termasuk kekayaan alam yang pengelolaan hutan. Seperti pada beberapa
terkandung di dalamnya untuk dikelola kasus yang terjadi, diantaranya:
demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1. Masyarakat Hukum Adat Pandumaan–
Berdasarkan kewenangan di atas, Pemerintah Sipituhuta, Sumatera Utara25
berhak melakukan pengurusan hutan, salah
Pandumuan dan Sipituhuta secara
satunya adalah pengelolaan hutan.24
administrasi pemerintahan adalah dua
Pemerintah membagi hutan berdasarkan desa yang berbeda, tetapi dalam hubungan
statusnya untuk dikelola, yaitu hutan negara silsilah sosial dan sejarah tata kelola sumber
dan hutan hak. Hutan negara yang dimaksud daya alam kedua desa ini ada dalam satu
dapat berupa hutan adat. Wilayah yang kesatuan semenjak ratusan tahun sebelum
dimaksud hutan adat adalah adalah hutan masa kemerdekaan Indonesia. Kedua desa
negara yang berada di wilayah masyarakat ini berada di Kecamatan Pollung, Kabupaten
hukum adat. Berdasarkan ketentuan tersebut, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
negara mempunyai hak untuk melakukan
Masyarakat kedua desa ini
kegiatan kehutanan di wilayah hutan adat.
menggantungkan kehidupan dari hasil-hasil
Pengelolaan hutan dilakukan oleh hutan. Mata pencaharian mereka adalah
Pemerintah berdasarkan fungsi hutan. petani kemenyan. Sehari-hari mereka bekerja
Secara keseluruhan, kegiatan kehutanan, mencari dan mengambil kemenyan di hutan
baik itu pemanfaatan kawasan hutan beserta hasil-hasil hutan lainnya. Pekerjaan
maupun pengambilan sumber daya alam di ini dikenal sebagai martombak.
kawasan hutan harus memperoleh izin dari
Berdasarkan studi terhadap silsilah dan
negara. Izin kegiatan hutan tersebut dapat
tingkatan generasi masyarkat hukum adat
diberikan kepada perorangan, koperasi,
Pandumaan dan Sipituhuta, diketahui bahwa
badan usahan milik negara, dan badan usaha
mereka sudah mendiami wilayah tersebut
milik swasta Indonesia.
lebih dari 300 tahun. Studi ini diperkuat
oleh hasil laporan arkeologi terhadap hasil
Konflik Pengelolaan Hutan di Indonesia
analisis radiokarbon pada sampel arang

P engertian hutan adat sebagai hutan negara


yang berada di wilayah masyarakat
hukum adat memberikan kewenangan bagi
yang dipeorleh di Parik Lumban Gaol bahwa
kegiatan masyarakat sudah ada di wilayah
tersebut pada kisaran 200 tahun yang lalu.
Pemerintah untuk melakukan kegiatan
Masyarakat hukum adat ini membagi-
kehutanan di wilayah hutan masyarakat
bagi wilayah kedalam beberapa wilayah

24
Pasal 10 ayat (2) (b) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
25
Fakta kasus ini seluruhnya disarikan dari Inkuiri Nasional Komnas HAM, “Konflik Agraria Masyarakat Hukum
Adat Atas Wilayahnya di Kawasan Hutan”, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Cetakan
Pertama, Jakarta, 2016.
Elizabeth Arden Madonna 271
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia

kepemilikan masyarakat hukum adat. Lokasi TPL bersingungan dengan hutan


Mereka menetapkan penanda-penanda adat Pandumaan dan Sipituhuta, Kecamatan
dengan menggunakan penanda adat yang Pollung. Konflik timbul ketika pada awal
telah berlaku secara turun-temurun sebagai tahun 2009, TPL melakukan penebangan
batas- batas kepemilikan wilayah oleh pohon kemenyak di atas wilayah adat
masing- masing masyarakat hukum adat masyarakat hukum adat secara masif selama
sesuai marga. Lalu, pada sebuah perusahaan 6 bulan lalu menggantinya dengan tanaman
pulp (kertas) yang bernama PT Toba Pulp eucalyptus.
Lestari (TPL), yang didirikan pada 26 April Warga berupaya meminta Kantor
1983 dengan nama PT Inti Indorayon Utama Bupati dan DPRP Kabupaten Humbang
memiliki konsesi seluas 269.060 Ha yang Hasundutan untuk menghentikan tindakan
tersebar di 11 kabupaten, yaitu kabupaten TPL. Lalu, DPRD mengeluarkan Surat
Simalungun, Asahan, Toba Samosir, Smaosir, Keputusan Pemberhentian Penebangan
Dairi, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Hutan Kemenyan. Namun penebangan masih
Tapanuli Tengah, Pakpak Barat, Padang tetap dilakukan oleh perusahaan.
Lawas Utara, dan Humbang Hasundutan. Masyarakat hukum adat melakukan upaya
Perusahaan IUPHHK-HT ini protes untuk menolak kegiatan tersebut.
mengantongi izin SK MENHUT No: SK.493/ Tetapi apparat penegak hukum mengangkap
Kpts/II/1992 dengan periode izin mulai dan menahan warga-warga yang terlibat aksi
tanggal 1 Juni 1992 hingga 31 Mei 2035 (43 protes tersebut.
tahun). SK ini kemudian di-addendum Putusan MK Nomor 35/PUU-X/2012
dengan SK.351/Menhut- II/2004 sehubungan dinilaiolehparaaktivismasyarakathukumadat
adanya perubahan nama pada tanggal 28 sebagai keberhasilan perjuangan masyarakat
September 2004; SK 58/Menhut-II/2011 hukum adat. Dengan adanya putusan ini,
tanggal 28 Februari 2011 tentang perubahan masyarakat hukum adat Pandumaan–
keempat atas Keputusan Menteri Kehutanan Sipituhuta menjadi semangat untuk
No. 493/Kpts-II/1992; Keputusan Menteri berupaya meminta Pemerintah
Kehutanan No.109/VI-BHt/2010 tentang menyelesaikan konflik ini. Masyarakat
Persetujuan Revisi Rencana Kerja Usaha melakukan upaya-upaya audiensi ke
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Tanaman lembaga-lembaga Pemerintah daerah.
Industri (RKUPHHK-HTI) untuk jangka Berdasarkan audiensi-audiensi tersebut,
waktu 10 tahun, periode 2010-2019 PT Toba lembaga-lembaga negara seperti Direktorat
Pulp Lestari di Provinsi Sumatra Utara; Jenderal BUK Kementerian Kehutanan,
Pemegang sertipikat PHPL (Pengelolaan Komnas HAM, Pansus DPD, dan
Hutan Produksi Lestari) berdasarkan serti sebagainya, mengeluarkan rekomendasi-
kat Nomor PHPL 00001 tanggal 25 Oktober rekomendasi penyelesaikan konflik ini. Akan
2010; pemilik izin Self Aprovel dari Direktorat tetapi, sampai saat ini, belum ada upaya dari
Bina Usaha Kehutanan (S.693/BUHT-3/2011 Pemerintah untuk menyelesaikan konflik ini.
tanggal 22 Desember 2011).
272 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019

2. Masyarakat Hukum Adat Barambang– hasil hutan, mereka ditangkap dan ditetapkan
Katute Kabupaten Sinjai26 sebagai tersangka dengan tuduhan merambah
Masyarakat hukum adat Baramban- hutan lindung.Sebelas orang tua masyarakat
Katute hidup di pegunungan dan bukit- hukum adat Barambang–Katute diputus
bukit yang ada di Bonto Katute secara secara bersalah di Pengadilan Negeri Sinjai.
turun-temurun jauh sebelum Indonesia 3. Masyarakat Hukum Adat Kampung
merdeka. Menurut salah seorang pemangku Sanjan
adat setempat, orang Barambang mula-mula Kehidupan Masyarakat Hukum Adat
menempati kawasan tersebut semenjak abad Kampung Sanjan sangat bergantung pada
15 Masehi. Mereka hidup dengan menerapkan hutan, karena Masyarakat Hukum Adat
sistem sosial–ekonomi, politik, hukum dan Kampung Sanjan beranggapan bahwa hutan
budaya berdasarkan hukum adat. Mereka adalah darah dan jiwa mereka dan tanpa
mengelola hutan berdasarkan kearifan lokal hutan mereka sulit untuk melanjutkan
yang sudah mereka terapkan secara turun- kehidupan,27 dan untuk mempertahankan
temurun, yaitu dengan mengelola hutan hutan, Masyarakat Hukum Adat Kampung
berdasarkan prinsip keseimbangan antara Sanjan merasa membutuhkan pengakuan
ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. sebagai bentuk perlindungan terhadap
Kehidupan Masyarakat hukum adat sumber karena pengakuan bisa menjadi
Barambang–Katute Kabupaten Sinjai terusik bukti otentik dari pemerintah daerah agar
ketika pada tahun 1994–1995 Pemerintah bukti tersebut bisa digunakan masyarakat
menunjuk wilayah adat Barambang-Katute ketika mempertahankan wilayah adatnya
sebagai hutan lindung tanpa sepengetahuan dari ancaman pihak luar, terutama untuk
dan persetujuan Masyarakat hukum adat mempertahankan hak-hak mereka atas
Barambang-Katute. Ketika masyarkaat pengelolaan hutan yang terganggu oleh
mengetahui penunjukan itu, mereka pernyataan kepemilikan hutan adat tutupan
mengajukan protes kepada Pemerintah. Kampung Sanjan oleh PT SIA, 28 yaitu sebuah
Tetapi, Pemerintah tidak tidak menanggapi badan usaha yang bergerak dalam bidang
protes masyarakat. Pada tahun 2005, pertanian kelapa sawit.29
Pemerintah melakukan Gerakan Nasional Desakan masyarakat untuk mendapatkan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) pengakuan ini menghasilkan pembentukan
untuk menanami wilayah adat Masyarakat Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002
hukum adat Barambang–Katute dengan tentang Pemerintahan Kampung.30 Dalam
pohon Pinus, Mahoni, Gamelina, dan Kayu pelaksanaannya, Peraturan Daerah ini
Manis. Gerakan ini kembali diprotes oleh mengalami kegagalan karena pemerintah
masyarakat. Lalu, pada saat masyarakat tidak menganggarkan biaya dan tidak
memasuki wilayah hutan untuk mengambil

26
Fakta kasus ini seluruhnya disarikan dari Inkuiri Nasional Komnas HAM, “Konflik Agraria Masyarakat Hukum
Adat Atas Wilayahnya di Kawasan Hutan”, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Cetakan
Pertama, Jakarta, 2016.
27
Herlambang Perdana Wiratraman, Loc.Cit.
28
Ibid., hlm. 101.
29
Ibid., hlm. 100.
30
Ibid., hlm. 101.
Elizabeth Arden Madonna 273
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia

mempersiapkan instansi yang khusus untuk hutan negara, yang selanjutnya diserahkan
mengimplementasikan Peraturan Daerah keapda para pemilik modal melalui izin
ini.31 Kemudian Peraturan Daerah ini tidak pengelolaan hutan. Dan dalam prakteknya,
berlaku efektif dan dibatalkan oleh Menteri para pemegang izin tidak memperhatikan
Dalam Negeri karena dianggap bertentangan keberadaan masyarakat hukum adat dalam
dengan peraturan perundang-undangan yang pengelolaan hutan.
ada di atasnya, yaitu Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Berdasarkan pemikiran tersebut,
dan PP Nomor 71 Tahun 2005 tentang Masyarakat Hukum Adat melalui Aliansi
Desa.32 Masyarakat Hukum Adat Nasional memohon
uji materi terhadap Pasal 1 huruf f Undang-
Pembatalan Praturan Daerah tersebut Undang Nomor 41 Tahun 1999 kepada
membuat Masyarakat Hukum Adat Kampung Mahkamah Konstitusi. Dalam putusannya,
Sanjan melaksanakan sistem pemerintahan MK mengabulkan permohonan AMAN.
kampung dengan harapan mereka memiliki Dalam pendapatnya, MK berpendapat
penguasaan yang kuat atas wilayah mereka, bahwa ketentuan ini bertentangan dengan
akan tetapi tanpa disadari dan diketahui Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Keputusan itu
oleh Masyarakat Hukum Adat Kampung ditetapkan melalui Putusan Mahkamah
Sanjan, Semenjak tahun 2005, pemerintah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012 terkait
telah memberikan izin kepada PT SIA untuk pengujian Undang-Undang Nomor 41 tahun
mengelola hutan tutupan Masyarakat 1999 tentang Kehutanan terhadap Undang-
Hukum Adat Kampung Sanjan, pemberian Undang Dasar Negara Republik Indonesia
ijin ini tidak melibatkan Masyarakat Hukum tahun 1945.
Adat Kampung Sanjan sama sekali.33
Berdasarkan putusan tersebut, Pasal 1
Pengelolaan hutan yang dilakukan huruf f Undang-Undang Nomor 41 Tahun
oleh PT.SIA mengganggu hak pengelolaan 1999 tentang Kehutanan dibatalkan.
Masyarakat Hukum Adat Kampung Sanjan, Dampak dari pembatalan Pasal ini adalah
karena pihak PT SIA merasa bahwa kawasan hutan adat diakui sebagai hutan yang berada
hutan yang mereka kelola adalah hak di wilayah Masyarakat Hukum Adat.
mereka sedangkan Masyarakat Hukum Adat
Kampung Sanjan tidak mempunyai dokumen Arggumentasi/Analisi Penerapan Hak
pengakuan kepemilikan atas hutan tersebut.34 Masyarakat Hukum Adat dalam
Ketentuan tentang hutan adat adalah Pengelolaan Hutan di Indonesia
hutan negara disinyalir sebagai dasar dari
konflik Pemerintah dengan masyarakat
hukum adat. Pendapat bahwa Undang- N egara Republik Indonesia mengakui,
secara yuridis, keberadaan masyarakat
Undang Kehutanan telah dijadikan sebagai hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya.
alat oleh neagra untuk mengambil alih hak Pengakuan ini tercantum dalam konstitusi
kesatuan masyarakat hukum adat atas wilayah Negara Republik Indonesia. Meskipun
hutan adatnya untuk dijadikan sebagai demikian, sampai saat ini, Negara Republik
Indonesia belum memiliki Undang-Undang

31
Ibid., hlm. 104.
32
Ibid., hlm. 105.
33
Ibid., hlm. 106.
34
Ibid.,
274 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019

yang mengakui keberadaan masyarakat kasus, setelah mendapat izin, lalu pihak-
hukum adat beserta hak-haknya. Walaupun, pihak penerima izin melakukan pengelolaan
sudah ada Peraturan Menteri yang mengatur hutan. Dalam prakteknya, pengelola hutan
mekanisme pengakuan masyarakat hukum sebebas mungkin memasuki dan mengelola
adat dan Peraturan Menteri tentang Hutan hutan secara masif tanpa memperhatikan
Adat. keberadaan masyarakat hukum adat beserta
Pengeloaan Hutan di Indonesia, selama haknya. Hal ini mengusik kehidupan
ini, sarat dengan konflik antara Pemerintah Masyarakat Hukum Adat karena memasuki
dan Masyarakat Hukum Adat. Hal ini wilayah hutan adat merupakan pelanggaran
dikarenakan sebelum Putusan Mahkamah terhadap hukum adat mereka. Pengeloaan
Konstitusi Nomor 35 tahun 2012, hutan hutan secara masif juga telah merusak
adat merupakan hutan negara yang berada wilayah tempat tinggal mereka yang
di wilayah adat. Negara mempunyai tentunya berdampak buruk bagi kehidupan
kewenangan untuk melakukan kegiatan mereka karena mereka menggantungkan
kehutanan di wilayah hutan negara. hidup pada hutan. Padahal, hukum nasional
Selama ini, kegiatan kehutanan secara jelas menjamin perlindungan
yang dilakukan oleh Pemerintah tidak terhadap hukum adat.
mempertimbangkan keberadaan masyarakat Persinggungan kegiatan kehutanan
hukum beserta dengan hak-haknya. Banyak dan Masyarakat Hukum Adat menimbulkan
konsesi pengelolaan hutan diberikan tanpa konflik. Dalam kasus-kasus yang telah
mempertimbangkan bahwa wilayah yang terjadi, masyarkat hukum adat menjadi
diberi konsesi adalah tempat tinggal suatu pihak yang selalu kalah. Pemerintah selalu
masyarakat hukum adat. Lalu, berdasarkan membela pengelola hutan dengan alasan
konsesi, pemegang konsesi sah secara bahwa pengelola hutan sudah mempunyai
hukum melakukan kegiatan kehutanan, izin. Pemerintah juga seringkali membiarkan
sekalipun di wilayah hutan tersebut tinggal konflik yang terjadi tanpa penyelesaian.
masyarakat hukum adat secara turun- Upaya masyarakat hukum adat untuk
temurun. Padahal, Pasal 4 ayat (3) UU memohon penyelesaian konflik kepada
Kehutanan menyebutkan bahwa penguasaan Pemerintah belum mendapat tanggapan
hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak yang baik. Bahkan pada saat masyarakat
masyarakat hukum adat. Berdasarkan Pasal melakukan protes di lapangan dengan
ini, seharusnya, sebelum mengeluarkan izin, karena permohonan mereka tidak didengar.
Pemerintah harus terlebih dahulu Aparat penegak hukum seringkali masih
mengetahui keberadaan suatu masyarakat melakukan tindakan-tindakan represif
hukum ada yang tinggal di kawasan hutan kepada masyarakat hukum adat. Bahkan
untuk mempertimbankan pengeluaran izin. dalam beberapa kasus pengelolaan hutan
Berdasarkan Pasal tersebut, dapat oleh Pemerintah, masyarakat hukum adat
disimpulkan bahwa pemberian konsesi harus terusir dari wilayah adat mereka
tersebut telah melanggar hukum. karena tindakan represif Pemerintah melalui
Konflik dengan Masyarakat Hukum perangkat hukumnya.
Adat terjadi manakala pemegang konsesi
mulai kegiatan kehutanan. Dalam banyak
Elizabeth Arden Madonna 275
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia

Pengelolaan hutan yang tidak


memperhatikan masyarakat hukum adat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
beserta haknya merupakan pelanggaran dan Kehutanan tersebut memberikan hak
terhadap Konstitusi. Oleh karena itu, Hakim bagi pemangku Hutan Adat untuk mendapat
Mahkamah Konstitusi memutuskan untuk perlindungan dari gangguan perusakan dan
mengabulkan permohonan masyarakat pencemaran lingkungan; mengelola dan
hukum adat terhadap Pasal 1 huruf f memanfaatkan Hutan Adat sesuai dengan
Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 kearifan lokal; mendapat perlindungan dan
dengan alasan inkonstitusional. pemberdayaan terhadap kearifan lokal
dalam perlindungan dan pengelolaan Hutan
Dua tahun setelah dikabulkannya
Adat; serta memanfaatkan hasil hutan kayu,
permohonan Aliansi Masyarakat Hukum
hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan
Adat, Pemerintah mengeluarkan Peraturan
sesuai dengan fungsi hutan dan ketentuan
Menteri dalam Negeri Nomor 52 Tahun
peraturan perundang-undangan.
2014 tentang Pedoman Pengakuan dan
Perlindungan Masyarakat Hukum Adat. Empat tahun setelah pemberlakuan
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
tersebut, pengakuan terhadap masyarakat Pengakuan Masyarakat Hukum Adat
hukum adat dilakukan oleh Bupati dengan disahkan Menteri Lingkungan Hidup dan
terlebih dahulu melakukan identifikasi dan Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan
validasi terhadap masyarakat hukum. Hasil untuk mengeluarkan kawasan hutan adat
identifikasi dan verifikasi dilaporkan oleh Masyarakat Hukum Adat Pandumaan-
Bupati kepada Gubernur untuk selanjutnya Sipituhuta dari wilayah konsesi TPL.
dikeluarkan penetapan pengakuan dan Berdasarkan SK tersebut, Masyarakat
perlindungan terhadap masyarakat hukum Hukum Adat memasuki wilayah hutan
adat. Lalu, Gubernur melaporkan penetapan adat mereka kembali. Lalu, tahun 2019,
pengakuan dan perlindungan masyarakat berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
hukum adat kepada Gubernur. Humbang Hasundutan Nomor 3 Tahun
2019, Masyarakat Hukum Adat Pandumaan
Masyarakat Hukum Adat yang sudah
Sipituhuta mendapat pengakuan Negara.
mendapat pengakuan berhak atas penetapan
Pasal 3 huruf b Peraturan Daerah tersebut,
hutan adat. Ketentuan ini diatur dalam
secara jelas, menyebutkan pengakuan dan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
perlindungan terhadap MHA Pandumaan-
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.21/
Sipituhuta terhadap sumber daya alam yang
MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 tentang
terdapat di dalam Wilayah Adatnya.
Hutan Adat dan Hutan Hak.
Perjuangan Masyarakat Hukum Adat
Pengaturan Hutan Adat dimaksudkan
Pandumaan-Sipituhuta menjadi cerita
untuk memberikan jaminan kepastian
keberhasilan dari jalan panjang perjuangan
hukum dan keadilan bagi pemangku Hutan
suatu kelompok masyarakat hukum adat
Adat dalam mewujudkan kesejahteraan
untuk mempertahankan hak-hak adat
masyarakat dan pengelolaan hutan lestari.35
mereka untuk mengelola sumber daya hutan.

35
Pasal 2 ayat 1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.21/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019
tentang Hutan Adat dan Hutan Hak.
276 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019

Sekalipun, kasus pengelolaan hutan oleh


TPL masih harus terus dipantau, mengingat alam di Indonesia mendasarkan kebijakannya
pengakuan terhadap Masyarakat Hukum dengan pertimbangan keberadaan Masyarakat
Adat Pandumaan-Sipituhuta masih sangat Hukum Adat.
baru dan maish menunggu realisasi dari Pemberian konsesi pengelolaan
keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan sumber daya alam di kawasan hutan adat
Kehutanan terhadap hutan adat mereka. merupakan suatu pelanggaran terhadap
Hal yang lain terjadi dengan konflik Konstitusi. Apalagi pengelolaan hutan di
kehutanan yang dialami oleh Masyarakat wilayah adat yang menyebabkan konflik
Hukum Adat Masyarakat Hukum Adat dengan Masyarakat Hukum Adat merupakan
Barambang–Katute Kabupaten Sinjai dan pelanggaran Hak Asasi Masyarakat hukum
Masyarakat Hukum Adat Kampung Sanjan Adat. Dalam hal ini, konflik kehutanan
yang masih terabaikan. Belum ada realisasi tersebut menunjukkan kegagalan Negara
dari keputusan Mahkamah Konstitusi menunaikan kewajibannya untuk
tentang hutan adat adalah hutan di wilayah melindungi warga negaranya.
masyarakat hukum adat. Sampai saat ini, Peraturan Daerah yang menetapkan
Masyarakat Hukum Adat Barambang– keberadaan Masyarakat Hukum Adat
Katute Kabupaten Sinjai dan Masyarakat bukan lah suatu legitimasi yang melahirkan
Hukum Adat Kampung Sanjan masih belum pengakuan terhadap Masyarakat Hukum
mendapat pengakuan dari negara, sehingga Adat. Peraturan Daerah tersebut hanyalah
masyarakat belum mempunyai dasar hukum dokumen untuk mengetahui kelompok-
yang kuat untuk meminta perlindungan kelompok mana saja yang merupakan
terhadap hak-hak mereka kepada Negara. Masyarkat hukum adat yang
Konflik wilayah hutan masih tetap terjadi. membedakannya dengan bukan masyarakat
Masyarakat Hukum Adat. hukum adat. Tujuannya untuk tertib
administrasi, karena pengakuan keberadaan
PENUTUP Masyarakat Hukum Adat melahirkan
Kesimpulan kewajiban untuk melindungi hak-hak

P engakuan Negara terhadap Masyarakat mereka. Jadi, suatu Masyarakat Hukum Adat,
hukum Adat yang diatur dalam Undang- sekalipun mereka belum mendapat
Undang Dasar Negara Republik Indonesia pengakuan, tidak menggugurkan hak mereka
merupakan amanat tinggi bagi Pemerintah untuk diakui dan dilindungi secara hukum.
Indonesia mengakui dan melindungi hak- Dan seharusnya Masyarakat Hukum Adat
hak ulayat Masyarakat hukum Adat. Pada tidak harus mengalami proses panjang
dasarnya, ketika Grundnorm negara bergelut dengan konflik hanya untuk
Republik Indonesia mengakui keberadaan pendapat pengakuan dan perlindungan hak-
Masyarakat Hukum Adat beserta hakknya, hak adat dari Pemerintah.
pengakuan tersebut melekat pada Konflik-konflik kehutanan dengan
Masyarakat Hukum Adat tanpa perlu ada Masyarakat Hukum Adat yang masih
peraturan lain untuk melegitimasi berlangsung menunjukkan Pemerintah
pengakuan tersebut. Dan sudah, seharusnya, masih belum berhasil menjalankan amanat
secara otomatis dan harmoni setiap Konstitusi, sekalipun sudah ada harapan
kebijakan pengelolaan sumber daya penyelesaian yang terlihat dalam beberapa
konflik.
Elizabeth Arden Madonna 277
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia

Saran Supomo, R., 2003. Bab-bab tentang hukum adat,


Jakarta: Pradnya Pramita;
P
emerintah perlu bergerak cepat menangani
konflik-konflik kehutanan yang terjadi Wignjodipuro, S., 1995. Pengantar dan Asas-
dan berhenti bersembunyi di balik ketiadaan Asas Hukum Adat. Jakarta: Gunung
peraturan daerah tentang pengakuan suatu Agung;
masyarakat hukum adat. Karena pembiaran
Van Vollenhoven, C., 1981. Orientasi Dalam
konflik kehutanan melahirkan konflik lain,
yaitu pelanggaran terhadap Konstitusi. Hukum Adat Indonesia. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta:
Pemerintah juga tidak boleh melihat Djambatan.
Peraturan Daerah tentang pengakuan suatu
masyarakat hukum adat sebagai suatu Jurnal
dasar hukum pengakuan dan perlindungan
Aprilianti, F. Fajrina A. Pujiwati, Y. and
terhadap Masyarakat Hukum Adat karena
Rubiati, B., 2019. Peran Notaris dalam
pada dasarnya, dasar hukum pengakuan
Pelepasan Hak atas Tanah Pada Proses
masyarakat hukum adat sudah disebutkan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Konsolidasi Tanah Guna Optimalisasi
Indonesia tahun 1945 yang merupakan Fungsi Tanah Dikaitkan dengan
Grundnorm Negara Republik Indonesia. Peraturan Pertanahan. ACTA
DIURNAL Jurnal Ilmu Hukum
DAFTAR PUSTAKA Kenotariatan, 2(2), pp.226-240;

Buku Hasba, I.B., 2018. Pesantren Kopi; Upaya


Konservasi Lahan Hutan oleh
Alting, H., 2010. Dinamika Hukum Dalam Masyarakat Jember Berbasis Tanaman
Pengakuan dan Perlindungan Hak Kopi. Bina Hukum Lingkungan, 2(2),
Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah: pp.167-181;
Masa Lalu, Kini, dan Masa Mendatang. Niapele, S., 2013. Bentuk Pengelolaan Hutan
Yogyakarta: Laksbang Pressindo; Dengan Kearifan Lokal Masyarakat
Koentjaraningrat, 2004. Pengantar Ilmu Adat Tugutil. Agrikan: Jurnal Agribisnis
Antropologi. Jakarta: PT RiAneka Cipta; Perikanan, 6, pp.62-72.
Pamulardi, B., 1999. Hukum Kehutanan dan
Pembangunan Bidang Kehutanan. Jakarta: Peraturan Perundang-Undangan
RajaGrafindo Persada; Undang-Undang Dasar Negara Republik
-------------., 2005 Hukum Adat Indonesia, Raja Indonesia Tahun 1945;
Jakarta: Grafindo Persada; Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Salim, H.S., 2003, Dasar-Dasar Hukum Nomor 5 Tahun 1960;
Kehutanan, Jakarta: Sinar Grafika; Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Soekanto., 1958, Menindjau Hukum Adat tentang Hak Asasi Manusia;
Indonesia, Jakarta: Soeroengan; Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Soemadiningrat, O.S., 2002. Rekonseptualisasi Nomor 41 Tahun 1999;
Hukum Adat Kontemporer. Bandung: P.T. Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Alumni; Nomor 32 Tahun 2009;
278 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Herlambang Perdana Wiratraman, e t . a l . ,


Nomor 12 Tahun 2011; “Antara Teks dan Konteks, Dinamika
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Pengakuan Hukum Terhadap Hak
Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan Masyarakat Adat Atas Sumber Daya
dan Perlindungan Masyarakat Hukum Alam di Indonesia”, HuMa, Jakarta,
Adat; 2010;
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Inkuiri Nasional Komnas HAM., 2016,
dan Kehutanan Republik Indonesia “Konflik Agraria Masyarakat Hukum
Nomor P.21/MENLHK/SETJEN/ Adat Atas Wilayahnya di Kawasan
KUM.1/4/2019 tentang Hutan Adat dan Hutan”, Jakarta: Komisi Nasional Hak
Hutan Hak; Asasi Manusia Republik Indonesia,
Putusan MK Nomor 35/PUU-X/2012. Cetakan Pertama;
Martua Sirait (et.al), “Bagaimana Hak-
Sumber Lain Hak Masyarakat Hukum Adat dalam
Mengelola Sumber Daya Alam Diatur”,
Arizona, Yance, dkk., “Kuasa Dan Hukum:
Southeast Asia Policy Research Working
Realitas Pengakuan Hukum Terhadap
Paper, No. 24, yang diunduh dari
Hak Masyarakat Adat Atas Sumber
http://www.worldagroforestry.org/
Daya Alam di Indonesia”, Kertas Kerja
sea/Publications/files/workingpaper/
Epistema No. 05/2010, Jakarta: Epistema
WP0042-04.PDF.
Institute;
Asep Yunan., (et.al), 2007, “Mengelola Hutan
dengan Memenjarakan Manusia”,
Perkumpulan untuk Pembaharuan
Hukum Berbasis Masyarakat dan
Ekologis (HuMa), Jakarta;

Anda mungkin juga menyukai