Dosen Pengampu:
Ahmad Shiddiq Ridha, M. Kn
Disusun oleh:
Rahma Sarita 2011110070
ABSTRAK
M asyarakat Hukum Adat merupakan suatu tatanan masyarakat yang sudah ada di
bumi nusantara jauh sebelum bangsa Indonesia lahir. Tatanan masyarakat Hukum
Adat tersebut memiliki peraturan yang menjadi pedoman hidup bagi masyarakatnya yang
sudah mereka terapkan secara turun-temurun. Peraturan ini disebut dengan istilah Hukum
Adat. Hukum adat mengatur berbagai hal, salah satunya adalah pedoman tentang cara-cara
pengelolaan sumber daya alam hutan. Negara Indonesia mengakui keberadaan masyarakat
hukum adat beserta hak-haknya. Ketentuan ini dituangkan dalam Undang-Undang Dasar
1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya terkait pengelolaan sumber daya alam.
Meskipun demikian, masih ditemukan banyak konflik antara Masyarakat Hukum Adat
dengan Pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang mendapat izin pengelolaan hutan dari
Pemerintah. Penulis tertarik untuk mengkaji ketimpangan antara peraturan dan kenyataan
ini. Tulisan ini memaparkan hasil penelitian yuridis normatif tentang hak-hak masyarakat
dalam peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan analisis penerapan
peraturan perundang-undangan tersebut pada konflik pengelolaan hutan antara Pemerintah
dan Perusahaan dengan masyarakat hukum adat di Indonesia. Berdasarkan penelitian
yuridis tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa Pemerintah belum berhasil
melindungi masyarakat hukum adat berserta hak-haknya dalam pengelolaan hutan di
Indonesia.
Kata kunci: hukum; adat; kehutanan.
ABSTRACT
I ndigenous people is a structured society who had been living in the land of Indonesian long before
Indonesia declared their independency from Netherland. The Indigenous people of Indonesia lives
with life guidelines which regulates its people. The Government of Indonesia calls this guideline as
Customary Law (Hukum Adat). The people on the society has been practiced the regulation since their
ancestor to the present. ome of the Hukum Adat is the regulation concerning to forest management.
The Government of Indonesia recognizes the existence of Indigenous people and their rights and It is
written on Indonesian constitution and other natural resources management related regulation.
However, many conflicts of forest management is still occurring between The Government and
Indigenous people. This writing tries to deliver facts about the Government of Indonesian
acknowledgement to Indigenous people
*
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Jl. Gatot Subroto No. 2 Jakarta Pusat 10270,
email: elizabethardenm@gmail.com.
Elizabeth Arden Madonna 265
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia
and their rights on Forest Management along with case analysis of forest management conflict
between the Government of Indonesia and Indigenous people. This writing is the result of research
which applied normative juridical research method, that is analyzing cases through the law. Based on
the juridical research, the author is assured that The Governemnt of Indonesia is fail to protect the right
of Indigenous people on forest management.
Keywords: indigenous people; customary law; forestry.
M
asyarakat Hukum Adat di Indonesia anggota masyarakat dengan lingkungannya
melalui jalan yang sangat Panjang yang melembaga menjadi adat-istiadat.
untuk mendapat perlindungan hukum Kompleks peraturan tersebut bersifat
atas hak-hak mereka. Jalan Panjang itu pun hukum4 karena ada ketentuan-ketentuan
melalui berbagai konflik dan proses yang yang mengatur tingkah laku masyarakat dan
cukup kompleks. sanksi berupa reaksi masyarakat terhadap
pelanggaran ketentuan-ketentuan hukum
Masyarakat Hukum Adat di Indonesia
adat tersebut yang umumnya dijatuhkan
adalah masyarakat asli bangsa Indonesia yang
kepada pelanggar oleh penguasa Masyarakat
sudah ada jauh sebelum Negara Republik
Hukum Adat.5 Sifatnya itulah yang
Indonesia berdiri. Bahkan mereka sudah
menjadikan pedoman hidup tersebut sebagai
ada di bumi nusantara jauh sebelum bangsa
hukum adat.6
Belanda datang ke Indonesia.
Salah satu hal yang diatur oleh hukum
Van Vollenhoven dalam bukunya yang
adat adalah pengelolaan lingkungan tempat
berjudul Staatsrecht Overzee 1934 menjelaskan
tinggal mereka, yaitu hutan.7 Seperti hukum
bahwa pada saat bangsa Belanda pertama
adat yang diterapkan oleh Masyarakat
kali datang ke wilayah nusantara, mereka
Hukum Adat Tugutil yang hidup di Dusun
sudah menjumpai kompleks-kompleks
Tukur-tukur, Kecamatan Wasile Timur,
peraturan dari berbagai tata hukum. 1 Bahkan
Halmahera, Maluku Utara. Masyarakat
berdasarkan bukti-bukti yang mereka
Hukum Adat Tugutil menerapkan hukum
temukan, diketahui bahwa kompleks-
adat untuk mengelola sumber daya alam
kompleks peraturan ini sudah ada semenjak
mereka dengan prinsip lestari. Ada sanksi
jaman kerajaan-kerajaan awal Indonesia.2
adat yang dijatuhkan bagi orang-orang
Kompleks peraturan dalam tatanan yang tertangkap mengelola sumber daya
masyarakat hukum adat berasal dari kebiasaan alam secara masif sehingga menyebabkan
kerusakan pada hutan mereka.
1
Soemadiningrat, O.S., 2002. Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer. Bandung: Alumni, hlm. 28.
2
Pernyataan Van Vollenhoven dalam penelitian pustakanya yang dilihat dari buku Soemadiningrat, O.S., 2002.
Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer. Bandung: Alumni, hlm. 7.
3
Koentjaraningrat, 2004. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT RiAneka Cipta, hlm. 335.
4
Wignjodipuro, S., 1995. Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: Gunung Agung, hlm. 21.
5
Supomo, R., 2003. Bab-Bab Tentang Hukum Adat. Jakarta: Pradnya Pramita, hlm. 3.
6
Van Vollenhoven, C., 1981. Orientasi Dalam Hukum Adat Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Jakarta: Djambatan, hlm. 14.
7
Arizona, Y. dkk., 2010, Penelitian yang dituangkan dalam tulisan yang berjudul “Antara Teks dan Konteks,
Dinamika Pengakuan Hukum Terhadap Hak MAsyarakat Adat atas Sumber Daya Alam di Indonesia”, Jakarta.
HuMa.
266 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019
8
Ibid., hlm. 18-27.
9
Hasba, I.B., 2018. Pesantren Kopi; Upaya Konservasi Lahan Hutan oleh Masyarakat Jember Berbasis Tanaman
Kopi. Bina Hukum Lingkungan, 2(2), pp.167-181.
10
Selanjutnya disebut sebagai BUMN.
11
Selanjutnya disebut sebagai BUMS.
12
Pamulardi, B., 1999. Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm.
120.
13
Ibid.
14
Aprilianti, F. Fajrina A. Pujiwati, Y. and Rubiati, B., 2019. Peran Notaris dalam Pelepasan Hak atas Tanah Pada
Proses Konsolidasi Tanah Guna Optimalisasi Fungsi Tanah Dikaitkan dengan Peraturan Pertanahan. ACTA
DIURNAL Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan, 2(2), pp.226-240.
Elizabeth Arden Madonna 267
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia
apa penerapan hak masyarakat hukum 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan
adat dalam mengelola sumber daya alam di Perlindungan Masyarakat Hukum Adat serta
tempat tinggal mereka. Apakah Pemerintah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Indonesia sebagai pemegang kuasa atas Kehutanan Republik Indonesia No. P.21/
pengelolaan sumber daya alam sekaligus MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 tentang
pelaksana konstitusi yang mengakui Hutan Adat dan Hutan Hak.
keberadaan Masyarakat Hukum Adat telah Penelitian ini bersifat deskriptif analitik
melaksanakan ketentuan konstitusi tersebut dengan studi analisis kasus untuk memberikan
dalam upaya pengelolaan hutan. gambaran nyata konflik yang terjadi serta
perkembangan penyelesaian konflik, sehingga
METODE PENELITIAN penulis dapat menyimpulkan bagaimana
15
Alting, H., 2010. Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat atas Tanah: Masa
Lalu, Kini, dan Masa Mendatang. Yogyakarta: Laksbang Pressindo, hlm. 31.
16
Van Vollenhoven, Op.Cit., hlm. 14.
268 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019
17
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden dan beberapa informan yang dilakukan oleh Sabaria
Niapele, Staf Pengajar FAPERTA Universitas NUKU-Tidore yang dikutip dari “Bentuk Pengelolaan hutan dan
Kearifan Lokal Masyarakat Adat Tugutil”, Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, Vol. 6, edisi 3, Januari 2014, hlm. 67,
dilihat dari: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/article/download/175/169
18
Ibid., hlm. 14.
Elizabeth Arden Madonna 269
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia
19
Selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Agraria.
20
Poin “Berpendapat” dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
21
Selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Kehutanan.
22
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, (selanjutnya
disebut sebagai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960).
23
Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960.
270 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019
24
Pasal 10 ayat (2) (b) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
25
Fakta kasus ini seluruhnya disarikan dari Inkuiri Nasional Komnas HAM, “Konflik Agraria Masyarakat Hukum
Adat Atas Wilayahnya di Kawasan Hutan”, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Cetakan
Pertama, Jakarta, 2016.
Elizabeth Arden Madonna 271
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia
2. Masyarakat Hukum Adat Barambang– hasil hutan, mereka ditangkap dan ditetapkan
Katute Kabupaten Sinjai26 sebagai tersangka dengan tuduhan merambah
Masyarakat hukum adat Baramban- hutan lindung.Sebelas orang tua masyarakat
Katute hidup di pegunungan dan bukit- hukum adat Barambang–Katute diputus
bukit yang ada di Bonto Katute secara secara bersalah di Pengadilan Negeri Sinjai.
turun-temurun jauh sebelum Indonesia 3. Masyarakat Hukum Adat Kampung
merdeka. Menurut salah seorang pemangku Sanjan
adat setempat, orang Barambang mula-mula Kehidupan Masyarakat Hukum Adat
menempati kawasan tersebut semenjak abad Kampung Sanjan sangat bergantung pada
15 Masehi. Mereka hidup dengan menerapkan hutan, karena Masyarakat Hukum Adat
sistem sosial–ekonomi, politik, hukum dan Kampung Sanjan beranggapan bahwa hutan
budaya berdasarkan hukum adat. Mereka adalah darah dan jiwa mereka dan tanpa
mengelola hutan berdasarkan kearifan lokal hutan mereka sulit untuk melanjutkan
yang sudah mereka terapkan secara turun- kehidupan,27 dan untuk mempertahankan
temurun, yaitu dengan mengelola hutan hutan, Masyarakat Hukum Adat Kampung
berdasarkan prinsip keseimbangan antara Sanjan merasa membutuhkan pengakuan
ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. sebagai bentuk perlindungan terhadap
Kehidupan Masyarakat hukum adat sumber karena pengakuan bisa menjadi
Barambang–Katute Kabupaten Sinjai terusik bukti otentik dari pemerintah daerah agar
ketika pada tahun 1994–1995 Pemerintah bukti tersebut bisa digunakan masyarakat
menunjuk wilayah adat Barambang-Katute ketika mempertahankan wilayah adatnya
sebagai hutan lindung tanpa sepengetahuan dari ancaman pihak luar, terutama untuk
dan persetujuan Masyarakat hukum adat mempertahankan hak-hak mereka atas
Barambang-Katute. Ketika masyarkaat pengelolaan hutan yang terganggu oleh
mengetahui penunjukan itu, mereka pernyataan kepemilikan hutan adat tutupan
mengajukan protes kepada Pemerintah. Kampung Sanjan oleh PT SIA, 28 yaitu sebuah
Tetapi, Pemerintah tidak tidak menanggapi badan usaha yang bergerak dalam bidang
protes masyarakat. Pada tahun 2005, pertanian kelapa sawit.29
Pemerintah melakukan Gerakan Nasional Desakan masyarakat untuk mendapatkan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) pengakuan ini menghasilkan pembentukan
untuk menanami wilayah adat Masyarakat Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002
hukum adat Barambang–Katute dengan tentang Pemerintahan Kampung.30 Dalam
pohon Pinus, Mahoni, Gamelina, dan Kayu pelaksanaannya, Peraturan Daerah ini
Manis. Gerakan ini kembali diprotes oleh mengalami kegagalan karena pemerintah
masyarakat. Lalu, pada saat masyarakat tidak menganggarkan biaya dan tidak
memasuki wilayah hutan untuk mengambil
26
Fakta kasus ini seluruhnya disarikan dari Inkuiri Nasional Komnas HAM, “Konflik Agraria Masyarakat Hukum
Adat Atas Wilayahnya di Kawasan Hutan”, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Cetakan
Pertama, Jakarta, 2016.
27
Herlambang Perdana Wiratraman, Loc.Cit.
28
Ibid., hlm. 101.
29
Ibid., hlm. 100.
30
Ibid., hlm. 101.
Elizabeth Arden Madonna 273
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia
mempersiapkan instansi yang khusus untuk hutan negara, yang selanjutnya diserahkan
mengimplementasikan Peraturan Daerah keapda para pemilik modal melalui izin
ini.31 Kemudian Peraturan Daerah ini tidak pengelolaan hutan. Dan dalam prakteknya,
berlaku efektif dan dibatalkan oleh Menteri para pemegang izin tidak memperhatikan
Dalam Negeri karena dianggap bertentangan keberadaan masyarakat hukum adat dalam
dengan peraturan perundang-undangan yang pengelolaan hutan.
ada di atasnya, yaitu Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Berdasarkan pemikiran tersebut,
dan PP Nomor 71 Tahun 2005 tentang Masyarakat Hukum Adat melalui Aliansi
Desa.32 Masyarakat Hukum Adat Nasional memohon
uji materi terhadap Pasal 1 huruf f Undang-
Pembatalan Praturan Daerah tersebut Undang Nomor 41 Tahun 1999 kepada
membuat Masyarakat Hukum Adat Kampung Mahkamah Konstitusi. Dalam putusannya,
Sanjan melaksanakan sistem pemerintahan MK mengabulkan permohonan AMAN.
kampung dengan harapan mereka memiliki Dalam pendapatnya, MK berpendapat
penguasaan yang kuat atas wilayah mereka, bahwa ketentuan ini bertentangan dengan
akan tetapi tanpa disadari dan diketahui Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Keputusan itu
oleh Masyarakat Hukum Adat Kampung ditetapkan melalui Putusan Mahkamah
Sanjan, Semenjak tahun 2005, pemerintah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012 terkait
telah memberikan izin kepada PT SIA untuk pengujian Undang-Undang Nomor 41 tahun
mengelola hutan tutupan Masyarakat 1999 tentang Kehutanan terhadap Undang-
Hukum Adat Kampung Sanjan, pemberian Undang Dasar Negara Republik Indonesia
ijin ini tidak melibatkan Masyarakat Hukum tahun 1945.
Adat Kampung Sanjan sama sekali.33
Berdasarkan putusan tersebut, Pasal 1
Pengelolaan hutan yang dilakukan huruf f Undang-Undang Nomor 41 Tahun
oleh PT.SIA mengganggu hak pengelolaan 1999 tentang Kehutanan dibatalkan.
Masyarakat Hukum Adat Kampung Sanjan, Dampak dari pembatalan Pasal ini adalah
karena pihak PT SIA merasa bahwa kawasan hutan adat diakui sebagai hutan yang berada
hutan yang mereka kelola adalah hak di wilayah Masyarakat Hukum Adat.
mereka sedangkan Masyarakat Hukum Adat
Kampung Sanjan tidak mempunyai dokumen Arggumentasi/Analisi Penerapan Hak
pengakuan kepemilikan atas hutan tersebut.34 Masyarakat Hukum Adat dalam
Ketentuan tentang hutan adat adalah Pengelolaan Hutan di Indonesia
hutan negara disinyalir sebagai dasar dari
konflik Pemerintah dengan masyarakat
hukum adat. Pendapat bahwa Undang- N egara Republik Indonesia mengakui,
secara yuridis, keberadaan masyarakat
Undang Kehutanan telah dijadikan sebagai hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya.
alat oleh neagra untuk mengambil alih hak Pengakuan ini tercantum dalam konstitusi
kesatuan masyarakat hukum adat atas wilayah Negara Republik Indonesia. Meskipun
hutan adatnya untuk dijadikan sebagai demikian, sampai saat ini, Negara Republik
Indonesia belum memiliki Undang-Undang
31
Ibid., hlm. 104.
32
Ibid., hlm. 105.
33
Ibid., hlm. 106.
34
Ibid.,
274 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019
yang mengakui keberadaan masyarakat kasus, setelah mendapat izin, lalu pihak-
hukum adat beserta hak-haknya. Walaupun, pihak penerima izin melakukan pengelolaan
sudah ada Peraturan Menteri yang mengatur hutan. Dalam prakteknya, pengelola hutan
mekanisme pengakuan masyarakat hukum sebebas mungkin memasuki dan mengelola
adat dan Peraturan Menteri tentang Hutan hutan secara masif tanpa memperhatikan
Adat. keberadaan masyarakat hukum adat beserta
Pengeloaan Hutan di Indonesia, selama haknya. Hal ini mengusik kehidupan
ini, sarat dengan konflik antara Pemerintah Masyarakat Hukum Adat karena memasuki
dan Masyarakat Hukum Adat. Hal ini wilayah hutan adat merupakan pelanggaran
dikarenakan sebelum Putusan Mahkamah terhadap hukum adat mereka. Pengeloaan
Konstitusi Nomor 35 tahun 2012, hutan hutan secara masif juga telah merusak
adat merupakan hutan negara yang berada wilayah tempat tinggal mereka yang
di wilayah adat. Negara mempunyai tentunya berdampak buruk bagi kehidupan
kewenangan untuk melakukan kegiatan mereka karena mereka menggantungkan
kehutanan di wilayah hutan negara. hidup pada hutan. Padahal, hukum nasional
Selama ini, kegiatan kehutanan secara jelas menjamin perlindungan
yang dilakukan oleh Pemerintah tidak terhadap hukum adat.
mempertimbangkan keberadaan masyarakat Persinggungan kegiatan kehutanan
hukum beserta dengan hak-haknya. Banyak dan Masyarakat Hukum Adat menimbulkan
konsesi pengelolaan hutan diberikan tanpa konflik. Dalam kasus-kasus yang telah
mempertimbangkan bahwa wilayah yang terjadi, masyarkat hukum adat menjadi
diberi konsesi adalah tempat tinggal suatu pihak yang selalu kalah. Pemerintah selalu
masyarakat hukum adat. Lalu, berdasarkan membela pengelola hutan dengan alasan
konsesi, pemegang konsesi sah secara bahwa pengelola hutan sudah mempunyai
hukum melakukan kegiatan kehutanan, izin. Pemerintah juga seringkali membiarkan
sekalipun di wilayah hutan tersebut tinggal konflik yang terjadi tanpa penyelesaian.
masyarakat hukum adat secara turun- Upaya masyarakat hukum adat untuk
temurun. Padahal, Pasal 4 ayat (3) UU memohon penyelesaian konflik kepada
Kehutanan menyebutkan bahwa penguasaan Pemerintah belum mendapat tanggapan
hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak yang baik. Bahkan pada saat masyarakat
masyarakat hukum adat. Berdasarkan Pasal melakukan protes di lapangan dengan
ini, seharusnya, sebelum mengeluarkan izin, karena permohonan mereka tidak didengar.
Pemerintah harus terlebih dahulu Aparat penegak hukum seringkali masih
mengetahui keberadaan suatu masyarakat melakukan tindakan-tindakan represif
hukum ada yang tinggal di kawasan hutan kepada masyarakat hukum adat. Bahkan
untuk mempertimbankan pengeluaran izin. dalam beberapa kasus pengelolaan hutan
Berdasarkan Pasal tersebut, dapat oleh Pemerintah, masyarakat hukum adat
disimpulkan bahwa pemberian konsesi harus terusir dari wilayah adat mereka
tersebut telah melanggar hukum. karena tindakan represif Pemerintah melalui
Konflik dengan Masyarakat Hukum perangkat hukumnya.
Adat terjadi manakala pemegang konsesi
mulai kegiatan kehutanan. Dalam banyak
Elizabeth Arden Madonna 275
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia
35
Pasal 2 ayat 1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.21/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019
tentang Hutan Adat dan Hutan Hak.
276 Bina Hukum Ligkungan
Volume 3, Nomor 2, April 2019
P engakuan Negara terhadap Masyarakat mereka. Jadi, suatu Masyarakat Hukum Adat,
hukum Adat yang diatur dalam Undang- sekalipun mereka belum mendapat
Undang Dasar Negara Republik Indonesia pengakuan, tidak menggugurkan hak mereka
merupakan amanat tinggi bagi Pemerintah untuk diakui dan dilindungi secara hukum.
Indonesia mengakui dan melindungi hak- Dan seharusnya Masyarakat Hukum Adat
hak ulayat Masyarakat hukum Adat. Pada tidak harus mengalami proses panjang
dasarnya, ketika Grundnorm negara bergelut dengan konflik hanya untuk
Republik Indonesia mengakui keberadaan pendapat pengakuan dan perlindungan hak-
Masyarakat Hukum Adat beserta hakknya, hak adat dari Pemerintah.
pengakuan tersebut melekat pada Konflik-konflik kehutanan dengan
Masyarakat Hukum Adat tanpa perlu ada Masyarakat Hukum Adat yang masih
peraturan lain untuk melegitimasi berlangsung menunjukkan Pemerintah
pengakuan tersebut. Dan sudah, seharusnya, masih belum berhasil menjalankan amanat
secara otomatis dan harmoni setiap Konstitusi, sekalipun sudah ada harapan
kebijakan pengelolaan sumber daya penyelesaian yang terlihat dalam beberapa
konflik.
Elizabeth Arden Madonna 277
Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia