Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ HAK DASAR ANAK, PRINSIP DASAR PENGASUHAN


ANAK & MODEL POLA ASUH ”

Mata Kuliah : Psikologi Keluarga


Dosen Pengempu : Muhammad Nikman Naser,M.Pd

Kelompok 9

Disusun oleh :
Wuqi Andjanti Malaise (2011110066)
Syfa Adelia Nurhasanah (2011110081)
Raihan Fahrezi (2011110083)

KELAS 5 C
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
(UINFAS) BENGKULU
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Hak Dasar Anak, Prinsip Dasar Pengasuhan Anak & Model Pola Asuh tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak Muhammad Nikman Naser, M.Pd. Pada mata kuliah Psikologi
Keluarga. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Hak Dasar Anak, Prinsip Dasar Pengasuhan Anak & Model Pola Asuh
bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Nikman


Naser, M.Pd. Selaku dosen mata kuliah Psikologi Keluarga. yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 04 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Pembahasan ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2
A. Hak Dasar Anak .................................................................................................. 2
B. Prinsip Dasar Pengasuhan Anak ........................................................................... 5
C. Model Pola Anak ................................................................................................. 8
BAB III ......................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembahasan


Menjadi orang tua adalah merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang
dewasa yang telah melakukan pernikahan. Mengemban amanat yang dititipkan
oleh Allah SWT yaitu memiliki seorang anak yang harus dididik dan
dikembangkan dengan baik. Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya
kepribadian pada anak. Menurut Sigmund Freud dalam teori Psikoanalisa
menyebutkan bahwa perkembangan kepribadian seorang anak dipengaruhi oleh
apa yang ia terima pada masa golden age yaitu usia 0-6 tahun pertama kehidupan
serta kemampuan untuk melewati setiap fase perkembangan, apabila seorang anak
mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang baik maka akan mengakibatkan
anak memiliki kepribadian yang baik pada saat dewasa.
Dimalah ini akan kami bahas apa saja hak dasar anak lalu juga akan kami
jelaskan prinsip apa saja untuk pengasuhan anak dan model-model pola dalam
pengasuhan anak. Silahkan teman-teman baca dan pahami makalah ini agar dapat
menambah ilmu dan relasi.

B. Rumusan Masalah
1. Menyebutkan Hak Dasar Anak ?
2. Menyebutkan Prinsip Dasar Pengasuhan Anak ?
3. Menyebutkan Model Pola Anak ?

C. Tujuan
1. Mampu Mengetahui Hak Dasar Anak
2. Mampu Mengetahui Prinsip Dasar Pengasuhan Anak
3. Mampu Mengetahui Model Pola Anak

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak Dasar Anak


Bencana adalah sebuah kejadian baik yang disebabkan oleh faktor manusia
maupun faktor alam yang menyebabkan penderitaan seperti kematian, luka,
kehilangan tempat tinggal atau hancurnya ekonomi yang melumpuhkan
kemampuan masyarakat untuk mengatasinya. Ini merupakan dampak dari sebuah
situasi berbahaya terhadap masyarakat. Pada saat terjadi bencana, anak-anak pada
umumnya akan menghadapi resiko yang dapat membahayakan jiwa serta
kepentingannya. 1

Walaupun sebagian anak-anak menghadapi resiko yang lebih kecil karena


mereka tinggal bersama dengan orang tua mereka atau orang dewasa lain, tetapi
mungkin tingkat resiko yang mereka hadapi sebenarnya jauh lebih tinggi dari
yang kita banyangkan karena tekanan-tekanan yang diciptakan oleh situasi gawat
darurat. berbagai situasi yang memungkinkan membuat anak menjadi sangat
terabaikan atau kurang mendapat perhatian dari orang tua atau pengasuhnya
dikarenakan oleh keberadaan pengasuh mereka yang mengalami trauma serius.
Ada juga karena kondidi pengasuh yang harus bekerja jauh sehingga anak kurang
mendapat perhatian dari pengasuhnya. Hal serupa ini membuat kebutuhan anak
menjadi terabaikan dalam waktu yang relatif lama. Hal lain yang menjadi factor
penyebabnya yakni tekanan sosialekonomi keluarga yang terus meningkat,
kadang-kadang diperburuk dengan meningkatnya konflik keluarga dan
masyarakat, dapat menciptakan alasanalasan meningkatnya tingkatkekerasan
secara umum. Oleh karena itu setiap anak-anak yang berada dalam sebuah situasi
darurat bencana membutuhkan dukungan dan strategi-strategi yang berbeda untuk
menjamin perlindungan terhadap mereka.

1
Muhammad Ansori Lubis, Jurnal Perlindungan Hak Dasar Anak pada Masa Pandemi Covid-19
di Kota Medan. Diterbitkan: 28 Desember 2020. Hal. 197

2
Yang menjadi dasar hukum Perlindungan hak-hak anak adalah Konvensi PBB
tentang Hak-Hak Anak Tahun 1989 (KHA). Konvensi ini merupakan pembahasan
tentang pelacuran anak, pornografi anak, dan perdagangan anak dengan tujuan
seksual. Selain itu dibahas pula hal-hal yang menjadi hak anak, termasuk
perlindungan yang harus diberikan secara universal kepada semua anak maupun
remaja di bawah usia 18 tahun.

Walaupun ada sejumlah hukum, traktat dan konvensi yang memberikan


perlindungan bagi hak-hak anak, tetapi harus diingat bahwa dalam kekacauan dan
gangguan yang biasanya terjadi dalam situasi bencana maupun konflik, maka
tatanan hukum yang akan memungkinkan untuk menjalankan instrumen-
instrumen perlindungan hakhak anak akan sulit untuk diakses atau bahkan tidak
tersedia. Dalam sebuah bencana alam seperti bencana gempa bumi dan tsunami
yang melanda Asia pada tahun 2004, sistem hukum di negara-negara yang
diterjang bencana tsunami tersebut pada umumnya dapat berfungsi atau berjalan
walaupun dalam keadaan yang kurang optimal (Delaney, 2006). Kondisi tersebut
akan lebih lemah apabila terjadi situasi bencana seriusdalam waktu yang lama dan
2
berkepanjangan seperti misalnya pandemi Covid-19 pada saat sekarang ini.

Adapun hak-hak dasar anak yang diatur dalam Konvensi Hak Anak yang
disetujui oleh majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20
November 1989 antara lain sebagai berikut 3:
1. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari tindakan diskriminasi (Pasal 2);
2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum (Pasal 3 ayat (1));
3. Hak untuk mendapatkan kesejahteraan (Pasal 3 ayat (2));
4. Hak untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan layanan
kesehatan (Pasal 3 ayat (3));
5. Hak untuk hidup (Pasal 6 ayat (1));
6. Hak untuk tumbuh dan berkembang (Pasal 6 ayat (2));

2
Muhammad Ansori Lubis, Jurnal Perlindungan Hak Dasar Anak pada Masa Pandemi Covid-19
di Kota Medan. Diterbitkan: 28 Desember 2020. Hal. 198
3
Muhammad Ansori Lubis, Jurnal Perlindungan Hak Dasar Anak pada Masa Pandemi Covid-19
di Kota Medan. Diterbitkan: 28 Desember 2020. Hal. 199

3
7. Hak untuk mendapatkan identitas dan kewarganegaraan (Pasal 7 ayat (1)
dan Pasal 8) ;
8. Hak untuk tidak dipisahkan dengan orangtuanya (Pasal 9 dan Pasal 10);
9. Hak untuk mendapat perlindungan dari kejahatan perdagangan anak (Pasal
11 ayat (1));
10. Hak untuk menyampaikan pendapat (Pasal 12 dan Pasal 13);
11. Hak kebebasan berpikir dan beragama (Pasal 14 ayat (1));
12. Hak kebebasan berserikat dan berkumpul (Pasal 15 ayat (1));
13. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari upaya eksploitasi dan kejahatan
seksual (Pasal 19);
14. Hak untuk dapat diadopsi secara layak (Pasal 21);
15. Hak untuk mendapatkan pendidikan (Pasal 28 dan Pasal 29);
16. Hak untuk beristirahat dan bersenang-senang (Pasal 31).

Dengan diratifikasnya Konvensi Hak Anak menjadi undang-undang, maka


seluruh elemen negara berkewajiban untuk melindungi dan menjaga hak dasar
anak. Oleh sebab itu pemerintah khususnya pemerintah daerah harus lebih serius
dalam melindungi hak anak dan lebih peka dalam mendengarkan keluh kesah
maupun aspirasi yang disampaikan oleh anak. Apabila pemerintah khususnya
pemerintah daerah lalai dalam melindungi dan memenuhi hak-hak anak, maka
pemerintah secara tak langsung telah mememulai kehancuran negara dimasa
depan.

Agar pemerintah dapat bekerja dengan optimal dalam melindungi dan


memenuhi hak dasar anak, masyarakat haruslah mengambil andil dengan aktif
mengedukasi anak dan mengawasi perkembangan anak serta memberi masukan
kepada pemerintah tentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang merugikan hak-
hak anak, ataupun memberikan masukan kepada pemerintah untuk membuat suatu
regulasi yang dapat membantu upaya pemenuhan hak dasar anak dan melindungi
masa tumbuh dan berkembang anak.

4
B. Prinsip Dasar Pengasuhan Anak
Baltes, dkk. (dalam Papalia, dkk., 2009) mengidentifikasi tujuh prinsip kunci
tentang pendekatan perkembangan sepanjang hidup. Prinsip-prinsip tersebut
menjadi kerangka konseptual untuk mempelajari perkembangan sepanjang hidup
(lifespan development).

1. Development is Lifelong
Perkembangan adalah proses perubahan sepanjang hidup. Setiap periode dari
rentang kehidupan dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada periode sebelumnya
dan apa yang terjadi saat ini akan pula mempengaruhi apa yang akan terjadi
kemudian. Sebagai contoh, memiliki orang tua yang responsif dan sensitif dapat
mengembangkan rasa percaya (trust) pada bayi. Rasa percaya ini selanjutnya akan
membantu si bayi pada masa kanak-kanak untuk dapat bersosialisasi dengan baik.
Berkaitan dengan periode perkembangan dapat dikatakan bahwa setiap periode
memiliki karakteristik dan nilai yang unik sehingga tidak ada satu periode pun
yang lebih atau kurang penting daripada periode yang lainnya. 4

2. Development is Multidimensional
Perkembangan berlangsung dalam banyak dimensi (multidimensional).
Maksudnya, perkembangan terjadi pada dimensi biologis, psikologis, dan sosial.
Setiap dimensi dapat berkembang dalam derajat yang bervariasi, misalnya seorang
anak berusia 4 tahun yang sangat cerdas, belum tentu memiliki kematangan emosi
pada tingkat yang seimbang dengan kecerdasannya.

3. Development is Multidirectional
Perkembangan berlangsung dalam lebih dari satu arah (multidirectional).
Sejalan dengan meningkatnya kemampuan di satu area, seseorang mungkin akan
mengalami penurunan dalam area yang lain dalam waktu yang bersamaan. Anak-
anak kebanyakan tumbuh dalam satu arah, yaitu ke arah peningkatan, baik dalam
ukuran maupun kemampuan. Remaja, secara khusus, mengalami peningkatan

4
Rini Hildayani, Psikologi Perkembangan Anak. MODUL 1.Perkembangan Manusia. Hal 17

5
dalam kemampuan fisik, tetapi kecakapannya dalam belajar bahasa mengalami
penurunan. Beberapa kemampuan, seperti perbendaharaan kata, secara khusus
berlanjut meningkat sepanjang masa dewasa; hal yang lain, seperti kemampuan
memecahkan masalah yang asing bagi seseorang, mungkin menurun. Akan tetapi,
beberapa hal, seperti keahlian, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Manusia belajar untuk memaksimalkan hal-hal yang dapat ditingkatkan dan
meminimalkan penurunan dengan cara belajar mengelola atau mengompensasi
hal-hal tersebut. Sebagai contoh, seorang atlet yang sudah tua dan tidak sanggup
lagi berlari kencang mungkin akan memilih untuk menjadi pelatih atau penulis
buku olahraga, sementara seorang nenek yang mengalami penurunan dalam daya
ingat, mungkin akan membuat catatancatatan kecil untuk membantunya
mengingat daftar belanjaan.

4. Relative Influences of Biology and Culture Shift Over the Life


Span
Proses perkembangan dipengaruhi oleh faktor biologis dan budaya.
Keseimbangan di antara kedua pengaruh tersebut berubah sepanjang waktu.
Pengaruh biologis, seperti ketajaman sensoris dan memori, menurun sejalan
dengan bertambahnya usia. Akan tetapi, dukungan budaya, seperti penemuan
kacamata dan buku agenda, dapat mengompensasi penurunan yang terjadi. Contoh
lainnya, otot yang belum matang mungkin menghambat seorang bayi untuk bisa
memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Akan tetapi adanya tuntutan dari
masyarakat terhadap orang tua untuk mengasuh anak membuat bayi tersebut tetap
dapat melangsungkan hidupnya. 5

5. Development Involves Changing Resource Allocations


Seseorang dapat mengalokasikan sumber-sumber yang ada, seperti waktu,
energi, talenta, uang, dan dukungan sosial dalam cara yang beragam. Pertama,
sumber-sumber tersebut mungkin digunakan untuk pertumbuhan. Sebagai contoh,
seseorang mungkin menggunakan waktu dan uang yang dimilikinya untuk belajar

5
Rini Hildayani, Psikologi Perkembangan Anak. MODUL 1.Perkembangan Manusia. Hal 18

6
berenang. Kedua, sumber tersebut digunakan untuk memelihara atau memperbaiki
diri, misalnya seseorang yang belajar bermain piano supaya bakat musiknya tidak
hilang atau seorang anak yang menggunakan waktunya untuk mengikuti kursus
bahasa Perancis sepulangnya ia dari Perancis selama beberapa tahun. Dengan
mengikuti kursus tersebut, keterampilan berbahasa Prancisnya diharapkan akan
tetap bertahan. Ketiga, sumber-sumber tersebut dipakai untuk menghadapi
kehilangan atau penurunan ketika perbaikan tidak dapat lagi dilakukan. Sebagai
contoh, ketika seseorang merasa tidak lagi semampu masa-masa sebelumnya, baik
secara fisik maupun finansial, dukungan sosial dari orangorang di sekitarnya
mungkin menjadi sesuatu yang diperlukan. Alokasi sumber-sumber ke dalam tiga
fungsi tersebut berubah sepanjang hidup, sejalan dengan menurunnya sumber-
sumber tersebut. Misalnya, sumber energi menurun dengan bertambahnya usia
sementara sumber waktu menjadi meningkat. Pada masa anak-anak dan dewasa
muda, sumber-sumber tersebut digunakan untuk pertumbuhan. Orang-orang lanjut
usia menggunakan sumber yang ada untuk menghadapi kehilangan atau
penurunan. Pada usia tengah baya, alokasi antara ketiga fungsi tersebut terlihat
lebih seimbang.

6. Development Shows Plasticity


Banyak kemampuan dapat ditingkatkan melalui latihan. Misalnya, anakanak
yang mengalami kesulitan untuk membaca dan menulis, dapat dilatih dengan
mengikuti program remedial. Namun, beberapa kemampuan tetap memiliki
keterbatasan sekalipun telah dimodifikasi.

7. Development is Influenced by the Historical and Cultural Context


Manusia tidak hanya mempengaruhi tetapi juga dipengaruhi oleh konteks
sejarah dan budayanya. Sebagai contoh, seorang anak yang terbiasa hidup bebas,
mungkin akan memberontak saat berada di lingkungan yang penuh dengan
keteraturan. Contoh lainnya, anak yang diasuh dalam keluarga yang demokratis
mungkin akan berkembang menjadi anak yang penuh inisiatif di lingkungan
teman-temannya.

7
C. Model Pola Anak
Metode pola asuh yang digunakan oleh orang tua kepada anak menjadi faktor
utama yang menentukan potensi dan karakter seorang anak. Ada banyak jenis-
jenis pola asuh yang sering menjadi pedoman bagi siapa saja yang ingin mencetak
generasi paripurna untuk diandalkan bagi kemajuan bangsa ke depan. Jenis pola
asuh orang tua ini masing-masing memiliki karakteristik dan ciri khas yang
berbeda. Berkaitan dengan jenisjenis pola asuh orang tua, Baumrind
mengkategorikan pola asuh menjadi tiga jenis yaitu pola asuh (a) otoriter
(Authoritarian), (b) pola asuh demokratis (Authoritative), (c)pola asuh permisif
(permissive) 6.

Tiga jenis pola asuh menurut Baumrind ini hampir sama dengan jenis pola
asuh menurut Hurlock, juga Hardy & Heyes, yaitu: (a) pola asuh otoriter, (b) pola
asuh demokratis, (c) pola asuh permisif. Pola asuh otoriter mempunyai ciri orang
tua membuat semua keputusan, anak harus tunduk, patuh dan tidak boleh
bertanya. Pola asuh demokratis mempunyai ciri orang tua mendorong anak untuk
membicarakan apa yang diinginkan. Pola asuh permisif mempunyai ciri orang tua
memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat.

Melalui pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, anak belajar tentang banyak
hal, termasuk karakter. Tentu saja pola asuh otoriter (yang cenderung menuntut
anak untuk patuh terhadap segala keputusan orang tua) dan pola asuh yang
permisif (yang cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat)
sangat berbeda dampaknya dengan pola asuh demokratis (yang cenderung
mendorong anak untuk terbuka, namun bertanggung jawab dan mandiri) terhadap
hasil pendidikan karakter anak. Artinya jenis pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua terhadap anaknya menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak
oleh keluarga.

6
Qurrotu Ayun, Jurnal Pola Asuh Orang Tua Dan Metode Pengasuhan Dalam Membentuk
Kepribadian Anak. Juni 2017. Hal 106

8
a. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan cara mendidik anak dengan menggunakan
kepemimpinan otoriter, kepemimpinan otoriter yaitu pemimpin menentukan
semua kebijakan, langkah dan tugas yang harus dijalankan. Sebagaimana
diketahui pola asuh otoriter mencerminkan sikap orang tua yang bertindak keras
dan cenderung diskriminatif. Hal ini ditandai dengan tekanan anak untuk patuh
kepada semua perintah dan keinginan orang tua, kontrol yang sangat ketat
terhadap tingkah laku anak, anak kurang mendapatkan kepercayaan dari orang
tua, anak sering di hukum, apabila anak mendapat prestasi jarang diberi pujian
atau hadiah. Baumrind menjelaskan bahwa pola asuh orang tua yang otoriter
ditandai dalam hubungan orang tua dengan anak tidak hangat dan sering
menghukum. Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara
mengasuh anak-anak dengan aturan yang ketat, sering kali memaksa anak untuk
berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri
sendiri dibatasi, anak jarang diajak berkomunikasi dan diajak ngobrol, bercerita,
bertukar pikiran dengan orang tua.

Orang tua malah menganggap bahwa semua sikap yang dilakukan itu sudah
benar sehingga tidak perlu minta pertimbangan anak atas semua keputusan yang
mengangkat permasalahan anak-anaknya. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga
ditandai dengan hukuman hukuman yang dilakukan dengan keras, anak juga
diatur dengan berbagai macam aturan yang membatasi perlakuannya. Perlakuan
seperti ini sangat ketat dan bahkan masih tetap diberlakukan sampai anak tersebut
menginjak dewasa. Menurut Abdul Aziz Al Qussy yang dikutip Oleh Chabib
Thoha mengatakan bahwa kewajiban orang tua adalah menolong anak dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi Pola asuh otoriter cenderung
membatasi perilaku kasih sayang, sentuhan dan kedekatan emosi orang tua - anak
sehingga dan anak seakan memiliki dinding pembatas yang memisahkan antara
“si otoriter” (orang tua) dan “si patuh” (anak). Studi yang dilakukan oleh Fagan
menunjukkan bahwa keterkaitan antara faktor keluarga dan tingkat kenakalan
keluarga, dimana keluarga yang broken home, kurangnya kebersamaan dan

9
interaksi antar keluarga, dan orang tua yang otoriter cenderung menghasilkan
remaja yang bermasalah.

Pada akhirnya, hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas karakter anak. Studi
menyatakan anak - anak yang tinggal dengan orang tua otoriter mengembangkan
tanggung jawab kurang karena orang tua mereka membuat semua keputusan
mereka untuk mereka dan dengan demikian anak - anak datang untuk bergantung
pada orang tua mereka untuk hampir segalanya. Mcartney, & Taylor menayatakan
hubungan yang signifikan yang ditemukan antara gaya pengasuhan dan depresi.
Studi ini menunjukkan bahwa anak - anak dari orang tua otoriter memiliki lebih
banyak tekanan dibandingkan dengan anak - anak yang diasuh oleh orang tua
permisif.

b. Pola Asuh Demokratis


Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap
kemampuan anak ,anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada
orang tua. Sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang
terbaik bagi dirinya,anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan
terutamayang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri .Anak diberi
kesempatan untuk mengembangkan kontrol internal nya sehingga asedikit demi
sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. 7

c. Pola Asuh Permisif


Pola Permisif adalah membiarkan anak bertindak sesuai dengan keinginannya,
orang tua tidak memberikan hukuman dan pengendalian. Pola asuh ini ditandai
dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai dengan
keinginannya sendiri, orang tua tidak pernah memberikan aturan dan pengarahan
kepada anak, sehingga anak akan berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri
walaupun terkadang bertentangan dengan norma sosial.

7
Qurrotu Ayun, Jurnal Pola Asuh Orang Tua Dan Metode Pengasuhan Dalam Membentuk
Kepribadian Anak. Juni 2017. Hal 108

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Yang menjadi dasar hukum Perlindungan hak-hak anak adalah Konvensi PBB tentang
Hak-Hak Anak Tahun 1989 (KHA). Konvensi ini merupakan pembahasan tentang
pelacuran anak, pornografi anak, dan perdagangan anak dengan tujuan seksual. Selain
itu dibahas pula hal-hal yang menjadi hak anak, termasuk perlindungan yang harus
diberikan secara universal kepada semua anak maupun remaja di bawah usia 18 tahun
Adapun hak-hak dasar anak yang diatur dalam Konvensi Hak Anak yang
disetujui oleh majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20
November 1989 antara lain sebagai berikut
1. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari tindakan diskriminasi (Pasal 2);
2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum (Pasal 3 ayat (1));
3. Hak untuk mendapatkan kesejahteraan (Pasal 3 ayat (2));
Dan masih banyk lagi..
Prinsip-prinsip dasar pengasuhan anak antara lain :
1. Development is Lifelong
2. Development is Multidimensional
3. Development is Multidirectional
4. Relative Influences of Biology and Culture Shift Over the Life Span
5. Development Involves Changing Resource Allocations
6. Development Shows Plasticity
7. Development is Influenced by the Historical and Cultural Context

B. Saran

Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan.


Harapan kami untuk mengembangkan potensi yang ada dengan harapan dapat
bermanfaat dan bisa difahami oleh para pembaca. Kritik dan saran sangat
kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari Bapak dosen yang telah
membimbing kami dan para Mahasiswa demi kesempurnaan makalah ini.
Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ansori Lubis. 2020. Perlindungan Hak Dasar Anak pada


Masa Pandemi Covid-19 di Kota Medan. Jurnal Mercatoria.

Hildayani, Rini. Psikologi Perkembangan Anak. Modul 1. Perkembangan


Manusia.

Qurrotu Ayun. 2017. Jurnal Pola Asuh Orang Tua Dan Metode
Pengasuhan Dalam Membentuk Kepribadian Anak.

12

Anda mungkin juga menyukai