Reviewer
1 1 1 1 1 1 2
Dian Wulandari , Diajeng Rita T. , Mohammad Sawabi I. , Taura Dhanurdara , Sofyan A.F. , Arcadia S.J. , Bambang T.H.
1
Mahasiswa Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman, Banyumas, Jawa Tengah
2
Dosen Departemen Prosthodontia, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman, Banyumas, Jawa Tengah
Abstrak
Pendahuluan: Gigi tiruan jembatan atau yang biasa disebut bridge adalah salah satu jenis gigi tiruan yang dipasang
secara permanen dalam rongga mulut untuk menggantikan fungsi mastikasi dan estetika dari gigi yang telah hilang. Laporan
Kasus Ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pembuatan immediate fixed- fixed bridge dengan fixed-fixed bridge
konvensional dan untuk mengetahui prosedur perawatan pasien bridge di Rumah Sakit Gigi dan Mulut UNSOED.Laporan
Kasus 1: Pasien wanita berumur 72 tahun telah mengalami keterbatasan dalam pergerakan sebagai hasil dari pembedahan
tumor karena kanker ovarium dan berada di kursi roda. Dia mengonsumsi obat berupa aspirin dikarenakan memiliki
hipertensi dan diabetes. Pasien menginginkan untuk menyelesaikan perawatannya dalam 2 kunjungan, karena kondisi
pasien yang rentan. Laporan Kasus 2: Pasien laki-laki usia 40 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut UNSOED
mengeluh depannya ompong. Pasien ingin dibuatkan gigi palsu yang dapat memperbaiki estetiknya. Pembahasan:
Pembuatan bridge bertujuan untuk memperbaiki oklusi, estetis, menghindari ekstrusi gigi antagonis, dan memperbaiki fungsi
mastikasi. Immediate fixed-fixed bridge merupakan modifikasi fixed-fixed bridge konvensional yang di buat untuk keperluan
tertentu akibat keterbatasan pasien. Kesimpulan: Immediate fixed-fixed bridgemerupakan perawatan yang tepat pada kasus
pertama, karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan menjalani kunjungan beberapa kali seperti tindakan perawatan
fixed-fixed bridge pada kasus kedua.
Kata Kunci: Immediate denture, Immediate Fixed-fied bridge, Fixed-fixed Bridge, Tahapan bridge
Laporan Kasus 1
Pasien wanita berumur 72 tahun telah
mengalami keterbatasan dalam pergerakan
sebagai hasil dari pembedahan tumor karena
kanker ovarium dan berada di kursi roda. Dia
mengonsumsi obat berupa aspirin dikarenakan Gambar 2. Gambar periapikal awal. Terdapat resorpsi
memiliki hipertensi dan diabetes. tulang pada insisivus mandibula, dan resin interproksimal
Keluhan utama yang dimiliki berupa untuk periodontal splintig telah rusak karena adanya
mobilitas pada gigi.
hilangnya restorasi protesa pada insisivus
maksila dan adanya mobilitas pada insisivus Pasien menginginkan untuk menyelesaikan
mandibula. Pasien tidak dapat tersenyum perawatannya dalam 2 kali kunjungan ke klinik
bebas karena adanya bentuk insisivus yang karena sangat sulit untuk dirinya datang tanpa
tidak natural. Hal ini membuatnya menjadi adanya pengasuh. Sehingga tujuan perawatan
depresi. Pada awal pemeriksaan giginya, akhirnya adalah untuk mencapai pemulihan
diketahui terdapat kegagalan dari pembuatan secara langsung dari estetik dan fungsional
Maryland bridge di daerah anterior disertai melalui restorasi protesa langsung setelah
adanya fraktur mahkota pada bagian atas dilakukan pencabutan pada insisivus.
kanan lateral, dan juga terdapat mobilitas yang Restorasi secara langsung diharapkan dapat
jelas pada gigi bawah sentralis (Gambar 1). megembalikan kondisi fisiologis disertai
fungsional dari pasien dengan penyakit
sistemik.
Pada hari kunjungan, setelah dilakukan
satu kali perawatan endodontik pada gigi
lateral atas kanan dan perawatan periodontal
pada area tersebut, 4 unit protesa didesain
dengan kaninus atas kanan, sentralis kiri atas
sebagai gigi abutment. Saat memeriksa kavitas
gigi, karena biotipe gingival yang dimiliki
berupa biotipe yang tebal, jumlah resesi
Gambar 1. Fase sebelum perawatan, adanya kegagalan gingiva diprediksi relatif kecil. Pada bagian
pada Maryland bridge di bagian regio anterior maksila
dan mobilitas parah pada kedua gigi sentralis bawah. regio anterior bawah, 4 unit protesa dengan
Pasien membutuhkan ekstraksi pada kedua gigi sentrali kedua gigi lateral sebagai abutment
bawahnya. direncanakan dipasang segera setelah
dilakukan pencabutan pada kedua gigi
Pada radiografi, insisivus sentral mandibula sentralis bawah.
kanan dan kiri telah mengalami destructive Saat pencabutan gigi anterior dibutuhkan
bone loss yang melebar hingga ke apikal 1/3 karena penyakit periodontal pasien, banyak
dari akar, dimana tidak memiliki pilihan selain faktor yang harus dipertimbangkan dalam hal
dilakukan pencabutan. Disekitar insisivus untuk mengurangi jumlah kunjungan diikuti
lateral mandibula kiri dan kanan terdapat bone perhitungan waktu penyembuhan dari jaringan
loss yang melebar ke arah apikal ½ dari akar lunak. Karena terdapat adanya rotasi pada gigi,
(Gambar 2). Hal ini tidak diikuti adanya perubahan kesejajaran pada gigi dibutuhkan,
mobilitas pada gigi, dan kedalaman probing dan sangat penting untuk dilakukan preparasi
sekitar 3mm. Sehingga insisivus lateral gigi sebanyak yang dibutuhkan secara akurat
ditentukan dapat menjadi gigi abutments. untuk memprediksi penampakan pada gigi
setelah dilakukan perawatan. Melalui
diagnostic wax up, penampakan setelah
dilakukan perawatan diprediksi. The diagnostic
wax up diambil melalui Putty (Express STD tindakan operatif, diberikan desensitizer.
Putty, 3m ESPE, St.Paul, MN, USA), dimana Setelah mengecek derajat efek hemostasis,
dibuat sebagai standar indeks. Hari pengaturan telah selesai dengan
selanjutnya, jumlah yang seusai pada gigi telah menggunakan sementasi RMGI (GC FujiCEM
dihilangkan (Gambar 3). Dengan pertimbangan II, GC, Tokyo, Jepang). Pasien sangat puas
dari resesi gingiva, margin gingiva ditentukan dengan pemasangan immediate aesthetic
menjadi 1 mm di bawah gingiva. Preparasi gigi prosthesis pada waktu pencabutan giginya
disekitar gigi abutment dilakukan, dan setelah (Gambar 6).
mendapatkan impresi akhir menggunakan
polyvinylsiloxane (Imprint II Garant, 3M ESPE,
St. Paul, MN USA) , 2 mahkota sementara di
pasang. Ketebalan dari jaringan lunak di atas
alveolar crest diukur secara langsung melalui
osseus sounding menggunakan probe
peridoontal; hal ini diukur sekitar 5mm, 3-5 mm
cakupan jaringan lunak merupakan hal yang
ideal untuk desain pontik ovate. Karena pasien
tersebut mengonsumsi aspirin, maka tidak
dapat dilakukan pencabutan pada giginya di
hari kunjungannya.
Gambar 4. Die preparation, pengelupasan garis besar
dan penentuan kedalaman jaringan pada model untuk
extending area pontik sebesar 3-4 mm pada poket
ekstraksi
Laporan Kasus 2
Pasien laki-laki usia 40 tahun datang ke
Poli Integrasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
UNSOED mengeluh malu dengan gigi
depannya yang ompong. Pasien ingin
dibuatkan gigi palsu yang dapat memperbaiki
estetiknya. Pemeriksaan klinis ditemukan gigi
11 hilang pasca odontektomi beberapa tahun Gambar 9. Foto Preparasi gigi 12 sebagai gigi abutment.
yang lalu karena mengalami impaksi. Gigi 12 Sumber: Penulis, 2020
mengalami talon cusp dan karies superficial Cetakan dikirim ke laboratorium dental untuk
pada bagian mesial. Area pasca pencabutan dibuatkan coping bridge. Kunjungan ketiga
tidak mengalami resesi gingiva. Palpasi pada coping bridge yang telah selesai dibuat di uji
gigi 12 dan 21 negatif, perkusi negatif, VItalitas cobakan pada gigi 12 dan 21. Pengukuran
kedua gigi positif. Indikasi perawatan yang celah antara coping bridge dengan kontak gigi
akan diberikan adalah pembuatan gigi tiruan antagonis dilakukan untuk menghindari bridge
cekat bridge dengan pontik pada gigi 11 dan yang selesai dibuat mengakibatkan traumatic
abutment pada gigi 12 dan 21. Jenis bridge oklusi. Coping bridge yang sudah di uji
yang digunakan yaitu fixed-fixed bridge dengan cobakan pada pasien selanjutnya dikirim
kembali ke laboratorium dental dan dilanjutkan panjang sedangkan immediate denture interim
dengan pemasangan mahkota sementara pada bertujuan untuk pembuatan immediate denture
gigi 12 dan 21. Kunjungan selanjutnya yang di desain untuk waktu yang terbatas.
Berdasarkan bentuknya immediate denture
dilakukan uji coba bridge yang telah selesai
terbagi menjadi dua, yaitu immediate denture
dibuat. Oklusi gigi di periksa dan di tunjukkan labial flanged dan immediate denture open
pada supervisor untuk memastikan bridge telah face atau socketing. Immediate denture labial
siap di gunakan. Setelah disetujui supervisor, flanged yaitu pembuatan immediate denture
dilakukan sementasi bridge menggunakan GIC yang memiliki basis penyangga yang melebar
tipe I pada gigi 12 dan 21. Setelah dilakukan hingga ke bagian labial sedangkan immediate
sementasi, psien di instruksikan untuk kontrol denture open face atau socketing yaitu
pembuatan immediate denture yang tidak
pada 1 minggu dan 1 bulan kemudian.
disertai perluasan basis dan hanya
mengandalkan penyesuaian gigi artifisial pada
soket gigi sehingga tampak lebih alami.
Immediate denture merupakan alternatif
perawatan yang dilakukan pada pasien yang
tidak ingin terlihat ompong dan merasa
terganggu akibat kehilangan gigi.9 Penerapan
immediate denture pada kasus gigi hilang juga
perlu beberapa pertimbangan antara lain yaitu
indikasi, kontraindikasi, penatalaksanaan, dan
manajemen penggunaan piranti.9
Gambar 10. Foto insersi Bridge pada pasien.
Sumber: Penulis, 2020