Anda di halaman 1dari 8

Tanggal Pembuatan :

Revisi Ke :
Halaman :

( MATERIAL SAFETY DATA SHEET )


LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN

1. PRODUK DAN IDENTITAS PERUSAHAAN

NAMA PRODUK : OLI BEKAS (B105d)


PRODUSEN :

2. KOMPOSISI/ INFORMASI Minyak Pelumas Bekas


3. PENGENALAN BAHAYA Standar Komunikasi Bahaya
Peraturan Pemerintah No. 101/2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
Efek Pemaparan
Iritasi Pernapasan, Pusing, Mual, Pingsan. Pada
pemaparan dalam waktu yang lama dan
berulang-ulang akan menyebabkan iritasi kulit
atau gangguan kulit yang lebih serius.
Data Tanggap Darurat
Cairan dapat tebakar
4. TATA CARA PERTOLONGAN Kontak Mata :
PERTAMA  Bilas mata sebanyak-banyaknya
dengan air
 Jika teradi rasa sakit/ kelainan hubungi
Dokter
Kontak Kulit :
 Keringkan kulit yang terkena kontak dari
produk ini dengan lap kering dan bersih.
Bilas bagian yang terkena dengan
menggunakan air sabun.
Terhirup :
 Jauhkan korban dari pemaparan
selanjutnya. Jika terjadi iritasi
pernapasan, pusing, mual dan pingsan
maka segera cari pertolongan tenaga
Kesehatan atau segera panggil Dokter
 Bila terjadi henti napas, lakukan
resusitasi dari mulut ke mulut
Tertelan :
 Bila tertelan, segera beri minum 1
sampai 2 gelas air dan kemudian
segera panggil/ bawa ke dokter,
Instalasi Gawat Darurat atau pusat
Pelayanan medis lainnya

1
Tanggal Pembuatan :
Revisi Ke :
Halaman :

Perhatian !
Jangan sekali-kali merangsang efek muntah
atau memberikan sesuatu pada penderita yang
tidak sadarkan diri
5. TATA CARA PENANGGULANGAN Media Pemadam Kebakaran :
KEBAKARAN Karbon dioksida, dry chemical dan foam

Prosedur Khusus Pemadam Kebakaran


a. Karbon dioksida :
Semprotkan pada pangkal api searah dengan
angin
b. Dry Chemical :
Semprotkan pada pangkal api searah dengan
angin
c. Foam / Busa
Bila dalam suatu wadah semprotkan busa pada
dinding bagian dalam jangan pada cairan yang
terbakar, searah dengan angin dan bila hanya
suatu ceceran semprotkan pada pangkal api
sampai semua terselimuti searah dengan angin
Alat Pelindung Khusus
Untuk kejadian kebakaran pada area yang
relatif tertutup, orang yang melakukan
pemadaman kebakaran harus menggunakan
Self Contained Breathing Apparatus (SCBA)
Dekomposisi Bahan Berbahaya :
Karbon Monoksida

6. TATA CARA PENANGGULANGAN Pelaporan :


TUMPAHAN DAN KEBOCORAN Jika terjadi tumpahan segera laporkan sesuai
dengan otorisasi setempat yang telah
ditentukan.
Prosedur Penanggulangan Kebocoran atau
Tumpahan :
 Singkirkan semua kondisi yang
memungkinkan terjadinya penyalaan.
 Keringkan tumpahan menggnakan
bahan penyerap (sorbent), pasir, tanah,
lempung dan bahan penghambat
kebakaran lainnya.
 Bersihkan dan buang pada tempat
pembuangan yang telah ditentukan
Perlindungan Lingkungan
Cegah masuknya tumpahan ke dalam selokan
umum, saluran pembuangan atau perembesan
ke dalam tanah.

2
Tanggal Pembuatan :
Revisi Ke :
Halaman :

7. PENANGANAN DAN PENYIIMPANAN Penanganan :


 Menyebabkan efek yang serius jika
terserap melalui kulit
 Hindari agar uap/mist tidak terhisap
oleh saluran nafas. Wadah yang dapat
dipindah yang digunakan untuk
menyimpan harus diletakan di tanah
dan nozzle harus selalu kontak dengan
wadah ketika pengisian
 Untuk mencegah timbulnya listrik statis

Penyimpanan :
 Untuk penyimpanan di dalam ruangan
harus memperhatikan sistem ventilasi.
 Uap yang mudah terbakar dapat
terbentuk walaupun disimpan pada
temperatur di bawah titik nyala
 Jauhkan dari bahan yang mudah
terbakar, api, listrik atau sumber panas
lainnya

8. PENGENDALIAN PEMAPARAN/ Ventilasi :


PERLINDUNGAN DIRI  Apabila limbah oli bekas digunakan
pada ruangan yang relatif tertutup maka
harus dilengkapi dengan ventilasi keluar
(exhaust fan).
 Ventilasi dan peralatan yang dipakai
harus bersifat kedap gas.

Perlindungan Pernapasan
 Pakailah alat pelindung pernapasan jika
konsetrasi di udara telah melebihi nilai
ambang batas.

Pelindung Mata
 Pakailah kacamata pelindung (goggles)
untuk bahan kimia.

Perlindungan Kulit
 Pakailah sarung tangan dari karet atau
PVC
 Terapkan kebersihan perorangan yang
baik.

3
Tanggal Pembuatan :
Revisi Ke :
Halaman :

9. SIFAT FISIK KIMIAWI

Keadaan Fisik : Cairan


Warna Amber : (Coklat-kehitaman)
Bau Khas : Pelumas
Titik-nyala Cawan tertutup : 220˚C (428˚F) [Pensky-Martens]
Titik tuang : -51 ˚C
Kelarutan : Tidak larut dalam air

10. STABILITAS DAN REAKTIFITAS Stabilitas terhadap suhu, cahaya, dll :


Stabil

Keadaan situasi yang harus dihindari :


Panas, Percikan api, nyala maupun kondisi
dimana dapat terbentuk listrik statis.

Ketidak sesuaian (bahan yang harus


dihindari):
Halogen, asam kuat, basa dan oksidator kuat

Dekomposisi Bahan Berbahaya :


Karbon monoksida

Polimerisasi pembentukan bahan-bahan


berbahaya :
Terjadi.
11. DATA TOKSIKOLOGI DATA TOKSIKOLOGI AKUT :
Semprotan/kabut dari minyak pelumas biasanya
tidak berbahaya pada saluran pernapasan
meskipun semprotan dengan konsentrasi 5
mg/m3 tidak nyaman bagi pekerja.

DATA TOKSIKOLOGI SUB KRONIK :


Paparan yang berulang atau kontak dalam
jangka waktu yang lama dengan minyak
pelumas, dapat menyebabkan gangguan paru-
paru seperti peradangan paru-paru dan
pembentukan massa menyerupai tumor yang
berisi sel lemak.

DATA TOKSIKOLOGI KRONIK :


Paparan yang berulang atau dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan
kerusakan pada kulit, misalnya menyebabkan
dermatitis, dan efek seperti pada paparan akut.
12. INFORMASI EKOLOGI Pengaruh dan Kerusakan terhadap
lingkungan:
 Rembesan dalam tanah akan
menyebabkan pencemaran air tanah
atau aquifer.
 Pelumas bekas juga dapat
menyebabkan tanah kurus dan
kehilangan unsur hara.

4
Tanggal Pembuatan :
Revisi Ke :
Halaman :

13. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN Pembuangan Limbah :


PEMBUANGAN Produk ini dapat dibakar pada tempat yang
tertutup untuk tujuan memperoleh energi, atau
dibakar pada insinerstor. Produk ini dapat pula
diproses pada tempat pendaur ulangan bahan
sesuai ketentuan pemerintah.

Informasi Perundang-Undangan :
Limbah Sludge produk ini dapat dinyatakan
sebagai limbah B3 kecuali setelah dilakukan uji
TCLP (Toxcity Characteristic Leaching
Procedure) tidak terbukti dan ketentuan
pembuangannya harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
14. INFORMASI TRANSPORTASI  Menggunakan alat angkut yang tertutup
 Pengangkutan wajib memiliki
rekomendasi pengangkutan limbah dan
mengantongi ijin dari menteri
lingkungan hidup dan kehutanan
15. INFORMASI PERUNDANG-  UNDANG-UNDANG NOMOR 32
UNDANGAN TAHUN 2009 TENTANG
PERLINDUNGAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
 Peraturan Pemerintah No. 101/2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 30/2009 tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah B3 Serta
Pengawasan Pemulihan Pencemaran
Limbah B3 Oleh Pemerintah Daerah.
 Kepka Bapedal Nomor :
Kep-01/Bapedal/09/1995 Tentang Tata
Cara dan Persyaratan teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan
Limbah B3.
 Permen LH No. 14/2013 tentang Simbol
dan Label.
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 18/2009 tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah B3
 Kepka Bapedal Nomor :
Kep-02/Bapedal/09/1995 Tentang
Dokumen Limbah B3
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor : 02 Tahun 2008 Tentang
Pemanfaatan Limbah B3
 Kepka Bapedal Nomor :
Kep-04/Bapedal/09/1995 Tentang Tata
Cara Persyaratan Penimbunan Hasil
Pengolahan

5
Tanggal Pembuatan :
Revisi Ke :
Halaman :

16. INFORMASI LAIN-LAIN LABEL PERINGATAN :


 Berbahaya jika kontak dengan kulit
pada pemaparan dalam waktu yang
lama dan berulang-ulang
 Produk ini dapat terbakar
 DAPAT MENYEBABKAN KANKER
KULIT, KERUSAKAN PADA HATI,
KERUSAKAN KOMPONEN DARAH

6
17. KETERANGAN SIMBOL Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah
Limbah yang memiliki salah satu atau lebih
sifat-sifat berikut :
a. Limbah berupa cairan yang
mengandung alkohol kurang dari 24%
(dua puluh empat persen) volume
dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari
60˚C (enam puluh derajat Celcius) atau
140˚F (seratus empat puluh derajat
Farenheit) akan menyala jika terjadi
kontak dengan api, percikan api atau
sumber nyala lain pada tekanan udara
760 mmHg (tujuh ratus enam puluh
milimeters of mercury). Pengujian sifat
mudah menyala untuk limbah bersifat
cair dilakukan menggunakan seta
closed tester, pensky martens closed
cup atau metode lain yang setara dan
mutakhir; dan/atau
b. Limbah yang bukan cairan, yang pada
temperatur dan tekanan standar yaitu
25˚C (dua pulh lima derajat Celcius)
atau 760 mmHg (tujuh ratus enam
puluh milimeters of mercury) mudah
menyala melalui gesekan, penyerapan
uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan jika menyala dapat
menyebabkan nyala terus menerus.
Sifat ini dapat diketahui secara langsug
tanpa harus melalui pengujian di
laboratorium.
Limbah B3 korosif adalah Limbah yang
memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat
berikut :
a. Limbah dengan pH sama atau kurang
dari 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5
(dua belas koma lima) untuk yang
bersifat basa. Sifat korosif dari limbah
padat dilakukan dengan mencampurkan
Limbah dengan air sesuai dengan
metode yang berlaku dan jika Limbah
dengan pH lebih kecil atau sama
dengan 2 (dua) untuk limbah bersifat
asam dan pH lebih besar atau sama

Tanggal Pembuatan :
Revisi Ke :
Halaman :

7
dengan 12,5 (dua belas koma lima)
untuk yang bersifat basa; dan/atau

b. Limbah yang menyababkan tingkat


iritasi yang ditandai dengan adanya
kemerahan atau eritema dan
pembengkakan atau edema. Sifat ini
dapat diketahui dengan melakukan
pengujian pada hewan uji mencit
menggunakan metode yang berlaku.

Limbah B3 Beracun adalah Limbah yang


memiliki karakteristik beracun berdasakan
uji penentuan karakteristik beracun melalui :
 TCLP,
 Uji Toksikologi LD50, dan
 Uji sub-kronis

Label Limbah B3 paling sedikit meliputi


keterangan mengenai :
Nama Limbah B3;
 Identitas Penghasil Limbah B3;
 Tanggal dihasilkan Limbah B3; dan
 Tanggal Pengemasan Limbah B3

Anda mungkin juga menyukai