BLASTULASI
Mata Kuliah :
Dosen Pengampuh :
Penyusun
Daftar Isi
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1. Latar Belakang......................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
3. Tujuan Penulisan..................................................................................................................5
4. Manfaat Penulisan................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
1. Pengertian Blastulasi............................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
Simpulan....................................................................................................................................12
Saran..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tahap awal perkembangan manusia di awali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel
sperma dengan sel ovum yang di kenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan
menghasilkan sel individu baru yang di sebut dengan zygote dan akan melakukan
pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan
menjadi embrio.
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio di bedakan menjadi 2 tahap yaitu :
Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa
embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di
dalam tubuh induk betina.
Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan
menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage).
Tiga (3) tahapan fase embrionik yaitu : Morula, blastulas, dan gastrulas.
Pada hewan juga mengalami proses pertumbuhan dengan melalui dua (2) fase, yaitu: Fase
embrionik dan fase pasca embrionik.
Pada fase embrionik: Setelah fertilisasi, zigot yang terbentuk mempunyai kemampuan
untuk terus tumbuh dan berkembang. Fase embrionik secara garis besar terbagi menjadi
beberapa tahap: morulasi, blastulasi, gastrulasi, morfogeneis, diferensiasi dan spesialisasi,
dan imbas embrionik.
Pada fase pasca embrionik: Pada hewan tertentu sebelum dewasa terlebih dahulu
mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini dikenal dengan metamorfosis. Ada dua
macam metamorfosis, yaitu metamorfosis sempurna dan metamorfosis tak sempurna. Pada
metamorfosis sempurna bentuk hewan muda sangat berbeda dengan bentuk hewan dewasa.
Sedangkan pada metamorfosis tak sempurna bentuk hewan muda mirip dengan hewan
dewasa dan disebut nimfa.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari blastulasi?
b. Bagaimana bentuk-bentuk blastula pada hewa
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu blastulasi dan mengetahui bentuk-bentuk dari
blastulasi pada hewan.
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui mekanisme blastulasi.
4. Manfaat Penulisan
Manfaat yang di harapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Penulisan ini di harapkan memberi konstribusi ilmiah bagi khasanah keilmuan dalam
upaya memahami tentang blastulasi.
b. Sebaga refrensi untuk penulisan berikutnya dan keperluan lain yang terkait.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Blastulasi
Blastulasi merupakan salah satu stadium yang mempersiapkan embrio untuk menyusun
kembali sejumlah sel pada tahap perkembangan selanjutnya. Distribusi yolk pada setiap jenis telur pada
suatu species berpengaruh terhadap bentuk-bentuk blastula. Umumnya blastula memiliki sebuah rongga
yang disebut rongga blastula (blastocoel).
Bagian-bagian blastula yaitu:
o Inner cell mast: kumpulan sel bakal embryo.
o Blastocyst cavity: struktur yang terbentuk pada tahap awal gestasi vertebrata.
o Tropoblast: sel-sel yang mengelilingi rongga blastula.
Ciri-ciri Blastulasi, yaitu:
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan.
Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan
pelekukan yang tidak beraturan.
Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel.
Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.
Adapun mekanisme dari Blastulasi, yaitu:
1. Tahapan Lapis Benih
Pada proses blatulasi akan dihasilkan 2 lapis benih yaitu epiblast dan hypoblast.
2. Tahapan Gerakan Gastrulasi
Sel masih terus membelah dan memperbanyak sel. Selain itu juga terjadi
berbagai gerakan untuk mengatur dan menyusun deretan sesuai dengan bentuk dan
susunan tubuh dari individu spesies masing-masing.
Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula. Blastula adalah bentukan
lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai
dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak
beraturan.Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel.
Pada hewan mengalami proses pertumbuhan dengan melalui dua (2) fase, yaitu:
Fase embrionik dan fase pasca embrionik.
Pada fase embrionik: Setelah fertilisasi, zigot yang terbentuk mempunyai
kemampuan untuk terus tumbuh dan berkembang. Fase embrionik secara garis besar
terbagi menjadi beberapa tahap: morulasi, blastulasi, gastrulasi, morfogeneis,
diferensiasi dan spesialisasi, dan imbas embrionik.
Pada fase pasca embrionik: Pada hewan tertentu sebelum dewasa terlebih dahulu
mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini dikenal dengan metamorfosis. Ada
dua macam metamorfosis, yaitu metamorfosis sempurna dan metamorfosis tak
sempurna. Pada metamorfosis sempurna bentuk hewan muda sangat berbeda dengan
bentuk hewan dewasa. Sedangkan pada metamorfosis tak sempurna bentuk hewan
muda mirip dengan hewan dewasa dan disebut nimfa.
Pada fase embrionik, sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka
terbentuklah rongga di tengah dan rongga tersebut berisi cairan yang di sebut dengan
blastocoel. Embryo yang memiliki rongga tersebut di sebut dengan blastula. Hal ini
merupakan proses pembentukkan blastula yang di sebut dengan pemblastulaan atau
blastulasi.Blastula dapat dibedakan dari morula, karena pada blastula terdapatnya suatu
ruangan yang disebut Blastosul.
Lapisan epitel yang tebal pada vertebrata di sebut dengan blastoderm. Pada
blastoderm, terbentuk rongga di tengah makin lama makin besar dan berisi cairan.
Rongga yang terbentuk ini di sebut blastocoele. Pada tahap ini embryo yang memiliki
rongga di sebut blastula dan proses pembentukkan blastula di sebut blastulasi.
Berdasarkan ada atau tidaknya blastosul, maka dapat dibedakan atas:
Blastula berongga (suloblastula) yang terdapat pada blastula katak dan amphioxus.
Blastula tidak berongga (strecoblastola) yang terdapat pada blastula ikan dan
amphibia.
Lapisan blastomer yang mengelilingi blastosul terdiri dari satu lapis atau lebih. Berdasarkan
ada tidaknya sel tropoblas, blastula dapat dibedakan atas:
Blastula bertropoblas yang terdapat pada blastula reptil, aves dan mamalia.
Blastula tidak bertropoblas yang terdapat pada blastula katak dan amphioxus.
Pada blastula bertropoblas dapat dibedakan dua macam sel yaitu:
formative cell (sel utama), yaitu sel-sel yang nantinya akan membentuk sel tubuh
embrio.
Auxillary/ tropoblas (sel pelengkap), yaitu sel-sel yang berfungsi sebagai selaput
pelindung dan merupakan jembatan penghubung antara induk dan embrio. Sel-sel
tropoblas berkembang lebih awal daripada sel utama. Pada blastula embrio unggas,
sel utama terletak di bagian tepi berbentuk seperti cakram yang disebut Diskoblastula.
Jumlah kuning telur pada telur berpengaruh pada pembelahan (cleavage) dan proses
blastulasi. Pengaruh kuning telur terhadap blastulasi adalah sebagai berikut:
a. Blastulasi pada tipe telur isolesithal: blastomer yang terbentuk pada saat clevage,
mempunyai kecenderungan tersusun pada tepi telur berupa lapisan tunggal yang di sebut
dengan blastoderm, akibatnya terkait dengan penampakkan telur, akan terlihat adanya
rongga di tengah yang di sebut dengan blastocoele.contohnya: terjadi pada
echinodermata.
b. Blastulasi pada tipe telur telolechital: terdapat pada katak dan jenis amphibi lainnya,
penyebaran kuning telur tidak merata. Akibatnya terjadi pemindahan bidang pembelahan
melalui animal pole. Blastomer vegetal(macromeres) yang terbentuk akan lebih banyak
dari blastomer animal (micromeres). Blastomer kecil (micromeres) ini cenderung
membentuk atap blastocoele, sedangkan blastomer besar (macromeres) cenderung
membentuk akar blastocoele.
c. Blastulasi pada tipe telur polylechital: seperti pada burung, reptil, dan ikan.proses
blastulasi Sementara itu, sel pada bagian tepi lempengan germinal tetap menyatu dengan
kuning telur. Akibat pemisahan sel pada bagian tengah lempeng germinal akan terbentuk
rongga antara blastomer dengan kuning telur. Rongga tersebut di sebut dengan
subgerminal cavity. Lapisan bagian luar blastomer membentuk atap dari subgerminal
cavity ini di sebut dengan epiblast. Lantai subgerminal cavity dibentuk dari kuning telur.
Beberapa blastomer yang berasal dari bagian tepi lempengan germinal berimigrasi ke
dalam subgerminal cavity dan membentuk lapisan tebal yang di sebut dengan hypoblast.
Rongga yang terbentuk di antara epiblast dan hypoblast di sebut dengan blastocoele.
Di lihat pada bentuk dan susunan blastomerenya, blastula di bagi atas 3 macam, yaitu:
Coeloblastula, Discoblastula, dan Stereoblastula.
2. Bentuk-Bentuk Blastula pada hewan
Di lihat pada bentuk dan susunan blastomerenya, blastula di bagi atas 3 macam, yaitu:
1. Coeloblastula yaitu: blastula berbentuk bola (bulat), di hasilkan oleh telur-telur
homolecithal dan mediolecithal. Telur homolecithal ialah telur yang mengalami
pembelahan secara holoblastik teratur. Misalnya blastula pada Synapta sp, Asterias sp,
Amphioxus, dan Amphibia.
Rongga blastula terdapat di tengah atau eksentrik kearah kutub animal
2. Discoblastula yaitu: blastula berbentuk cakram atau tudung. Blastula ini biasa di sebut dengan blastula
gepeng. Blastodisk tampak berkembang menyerupai cakram di atas massa yolk. Di hasilkan oleh telur
homolecithal yang mengalami pembelahan holoblastik tak teratur dan telur megalecithal yang membelah
secara meroblastik. Misalnya blastula pada aves ( ayam), reptilia, dan pisces.
Rongga blastula terbentuk pada bagian bawah cakram atau tudung diantara blastodisk dan yolk.
Pembelahan pertama pada zigot akan menghasilkan sel yang di sebut blastomer.
Blastomere terdiri atas 2 bagian:
Jaringan embryo: jaringan yang tumbuh jadi embryo.
Jaringan periblast: jaringan yang menyalurkan makanan dari yolk di bawah.
Pada ayam atau aves umumnya jika blastula di lihat dari atas terdiri dari 2 daerah, yaitu:
Area pellucude: bagian tengah yang terang ( daerah yang sel-selnya terpisah dari
yolk di bawah).
Area opacca: bagian pinggir yang agak gelap atau kental ( daerah yang sel-selnya
berhubungan dengan yolk di bawah).
Pada Eutheria, blastula di sebut blastocyts. 2 kelompok sel pada Eutheria, yaitu:
Gumpalan sel dalam (inner cell mass): tumbuh menjadi embryo.
Jaringan tropoblast: menyalurkan makanan dan yolk.
Dua daerah utama pada blastula, yaitu:
Epiblast: blastomere yang terletak sebelah atas atau daerah kutub animal.
Hypoblast: blastomere yang terletak sebelah bawah atau daerah kutub vegetal.
3. Stereoblastula yaitu blastula massif tanpa rongga blastula. Dihasilkan oleh telur sentrolesital . Misalnya
blastula pada berbagai jenis serangga. Blastula memiliki daerah-daerah sel yang akan menjadi
bakal pembentuk alat, di mana pada embriogenesis selanjutnya, daerah-daerah itu akan
bergerak menyususn diri menjadi lapisan sel tersendiri. Lima (5) daerah bakal pembentuk
alat, yaitu:
Bakal ectoderm epidermis
Bakal ectoderm saraf
Bakal notochord ( kadang juga dengan pre-chorda)
Bakal mesoderm
Bakal endoderm ( di sebut juga dengan entoderm).
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat di simpulkan bahwa:
Blastulasi merupakan salah satu stadium yang mempersiapkan embrio untuk menyusun kembali
sejumlah sel pada tahap perkembangan selanjutnya. Distribusi yolk pada setiap jenis telur pada suatu species
berpengaruh terhadap bentuk-bentuk blastula. Umumnya blastula memiliki sebuah rongga yang di sebut
rongga blastula (blastocoel). Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula. Blastula adalah
bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. Bentuk blastula di tandai
dengan mulai adanya perubahan sel.
Pada hewan mengalami proses pertumbuhan dengan melalui dua (2) fase, yaitu: Fase
embrionik dan fase pasca embrionik. Pada fase embrionik, sel-sel morula mengalami
pembelahan terus-menerus maka terbentuklah rongga di tengah dan rongga tersebut berisi
cairan yang di sebut dengan blastocoel. Embryo yang memiliki rongga tersebut di sebut
dengan blastula. Hal ini merupakan proses pembentukkan blastula yang di sebut dengan
pemblastulaan atau blastulasi. Pada fase pasca embrionik: Pada hewan tertentu sebelum
dewasa terlebih dahulu mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini di kenal dengan
metamorfosis. Ada dua macam metamorfosis, yaitu metamorphosis sempurna dan
metamorphosis tak sempurna.
Di lihat pada bentuk dan susunan blastomerenya, blastula di bagi atas 3 macam, yaitu:
Coeloblastula, Discoblastula, dan Stereoblastula.
Saran
Bagi para pembaca sekalian yang ingin memperoleh informasi lebih lengkapnya
mengenai blastulasi dan bentuk-bentuk blastulasi pada hewan, di sarankan agar mencari lagi
refrensi yang lain, karena tidak dapat kami pungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan yang harus di perbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Sukra, Y. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio: Benih Masa Depan. Bogor.
Sudarwati, S. 1990. Dasar-dasar Stuktur dan perkembangan Hewan, Bandung
Fried,George.H. George.J.Hademenos.Biologi.Jakarta:Erlangga.2006
Yatim, Wildan. Embryologi.Tarsito; Bandung. 1994
http://email90.wordpress.com/2010/10/19/cleavage/
http://nay–13biologi.blogspot.com/2011/06/makalah-perkembangan-hewan-html
http://sri-sumiarsih.blogspot.com/2012/01/makalah-embryo-manusia.html
http://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com/2012/12/30/pertumbuhan-dan
perkembangan-1/