Anda di halaman 1dari 4

Mengapa mau jadi 

dosen?
Update Mei 2018:
Setelah libur mengerjakan proyek saat sekolah S3, saat ini saya memulai lagi. Menurut saya
penting dosen tetap berhubungan dengan dunia industri. Bagaimana mau mengajarkan
mahasiswa untuk jadi engineer yang baik kalau dosennya tidak pernah mengalami?  Tentu perlu
cari proyek yang tidak mengganggu pekerjaan di kampus. Saat ini saya mengembangkan produk
di bidang NLP  Bahasa Indonesia sekaligus menjadi konsultan sebuah perusahaan di Jakarta
(bidang NLP juga).  Semuanya bisa dikerjakan full remote.

Sebenarnya untuk produk, tadinya saya ingin membuat produk berupa mobile app (Android).
Saya batalkan karena saat ini harga app  terlalu murah dan jumlahnya sudah terlalu banyak, 
tingkat kesulitan membuatnya tetap tinggi. Lagipula produknya tidak bisa dijadikan sumber
penelitian. Saya mungkin akan tetap buat, tapi hanya untuk hobi saja.

Update Nov 2017:

Ada kejadian menarik beberapa bulan ini. Pertama, saya dan istri ikut kompetisi datamining
lokal, dan saat tech meeting dan presentasi, kami jauuh lebih tua daripada peserta lain sehingga
agak kikuk juga. Kedua, beberapa teman seumur yang bekerja di industri IT, terlihat cukup
khawatir saat perusahaannya mengalami restrukturisasi.  Saya baru sadar, di usia >40 mencari
pekerjaan di dunia IT adalah hal yang tidak gampang.  Saya jadi bersyukur juga dengan 
pekerjaan sekarang yang super stabil, setidaknya membuat lebih tenang, walaupun rencana
cadangan tentu  tetap harus ada.

Update Feb 2017:

Sekarang 14 tahun saya menjadi dosen, dan tetap pekerjaan yang paling lama yang saya jalani

Tahun ini saya akhirnya menyelesaikan S3. Sekolah S3 adalah hal yang sangat berat bagi
saya karena dasarnya saya lebih condong sebagai engineer daripada scientist, tapi mengingat
umur saya yang sudah mendekati 40, akan semakin berat kalau ditunda. Jadi 2011 saya mulai
dan akhirnya selesai 5.5 thn kemudian.

Saat sekolah, semua proyek sampingan saya stop, jadi hanya mengajar saja. Efeknya memang
ada pengaruh dari sisi finansial, tetapi untungnya bisa dibantu oleh istri yang kebetulan mendapat
banyak proyek dan penelitian. Ini bisa jadi catatan dosen yang pasangannya tidak bekerja dan
mau melanjutkan sekolah, bisa cukup berat.

Dari sisi administrasi, sekarang  lebih banyak tuntutan administrasi bagi dosen: laporan tiap
semester, laporan tiap tahun dsb. Berat sih bagi saya yang malas mengurusi administrasi, tapi
menurut saya masih masuk akal karena memang ada manfaatnya. Kehadiran juga jadi penting.
Pernah karena mesin sidik jari berada di gedung yang terpisah, saya malas mengisi dan efeknya
kehadiran saya 0% hehe, dan datanglah surat cinta dari rektor. Ya sekarang apa boleh buat, setiap
mau pulang mampir dulu ke gedung tersebut untuk setor jari  Menurut saya agak aneh juga
dosen dianggap seperti karyawan. Dosen yang baik yang 100% kehadirannya? walaupun tidak
mengerjakan apa-apa di kampus? Kinerja lebih baik diukur dari apa yang dihasilkan dosen.

Hal yang saya paling takutkan adalah kalau nantinya dosen diwajibkan untuk full time dari jam 8
sampai jam 4 sore, senin-jumat. Karena kalau terjadi, ini akan menghilangkan keuntungan utama
jadi dosen. Belum lagi tuntutan administrasi yang semakin banyak dan rumit. Faktor-faktor ini,
membuat saya perlu memikirkan rencana cadangan juga. Saat saya berumur 50thn (10thn lagi),
teorinya saya sudah bisa mengajukan pensiun dini. Tentu ini tergantung kondisi saat itu. Tapi
tetap saja perlu ada rencana kalau-kalau terjadi hal yang terburuk dan saya harus berhenti sebagai

dosen. Ada waktu sekitar 10thn untuk persiapan

Update  Sept 2011:


Banyak  pertanyaan tentang bagaimana cara menyiapkan diri untuk menjadi dosen.  Ini pendapat
saya:

 Sebaiknya saat kuliah mencoba menjadi asisten praktikum atau guru les.  Tidak semua
orang bisa menikmati  mengajar.
 Setelah lulus lebih baik mencoba pekerjaan lain dulu.  Jangan sampai menyesal setelah
menjadi dosen karena bayarannya kurang memadai (memadai atau tidak relatif untuk
setiap orang).   Saat baru lulus mungkin bayarannya tidak terlalu berbeda dengan profesi
lain (khususnya bidang IT), tapi semakin lama gapnya akan semakin besar. Hitungan
kasar saya, setelah 10 tahun selisih gaji antara profesi dosen vs non dosen (bidang IT)
bisa mencapai 5-10 kali lipat, alias 500% –  1000%.
 Kalau  niatnya ingin kaya, jangan jadi dosen,  jadi pengusaha yang paling tepat.   Terus
terang saya merasa terganggu dengan beberapa dosen  yang mengorbankan kuliah dan
mahasiswa untuk mencari uang di luar kampus.   Boleh saja mencari tambahan di luar
kampus, tapi prioritas utama haruslah tetap mengajar dan penelitian di dalam kampus.
 Kalau sudah yakin memilih  profesi dosen,  mulailah kuliah   S2. Umumnya syarat dosen
saat ini adalah minimal S2 dan bahkan untuk dosen ITB mewajibkan sedang S3.  Lebih
bagus lagi jika  mengambil S2/S3 di luar negeri  karena pengalamannya akan lebih
banyak.

—- end update ——-

2008:
Mengapa mau jadi dosen?

Pertanyaan ini dilontarkan oleh rekan dosen setelah dia tahu latar belakang pendidikan saya.
“Ngapain kamu jadi dosen? kalau kamu kerja di industri pasti lebih makmur”, begitu ucapnya. 
Memang benar juga sih,   kalau dari ukuran uang,  penghasilan  teman-teman seangkatan saya
sepertinya sudah mencapai puluhan juta per bulan.
Menyesal dong? Jelas tidak   Menjadi dosen bukan pilihan satu-satunya bagi saya. Sebelum
saya memilih profesi dosen, beberapa hari sebelumnya saya  sudah mendapat beberapa tawaran
dari teman untuk bekerja di perusahaan IT, dengan gaji yang jauh lebih tinggi tentunya. Saya
juga sudah kenyang bekerja di bidang IT sebelumnya (dari tingkat 2 kuliah)

Pekerjaan menurut saya mirip seperti pasangan hidup. Setiap orang memiliki selera yang
berbeda, dan harus ada trade off.  Agak lama juga ternyata untuk menemukan “selera” saya. 
Saya termasuk orang yang sering gonta-ganti pekerjaan. Proyek pengembangan software
pertama kali saya dapatkan saat SMA, berlanjut menjadi freelancer saat kuliah. Sempat jualan
software, baik langsung maupun melalui internet.  Kemudian membuat perusahaan sendiri
setelah lulus. Karena perusahaan tidak berkembang, beralih jadi karyawan.  Akhirnya menjadi
dosen di tahun 2004 sampai dengan sekarang. Dari semua itu, menjadi dosen menurut saya
merupakan  pekerjaan yang paling menyenangkan.

Kenapa bisa seperti itu? Setelah saya pikir-pikir, mungkin karena sifat saya yang cepat bosan.
Dengan menjadi dosen, sulit untuk menjadi bosan. Mempersiapkan materi kuliah membuat saya
harus terus belajar. Menghadapi mahasiswa yang selalu baru setiap semester memberikan
masukan yang segar.  Melakukan penelitian memberikan kebebasan untuk melakukan apa yang
kita inginkan (tanpa perlu khawatir hasilnya tidak laku).  Diluar kedua hal itu, profesi menjadi

freelancer masih tetap dapat dijalankan Malah sekarang saya melibatkan mahasiswa sebagai
programmer (saat ini ada 7 orang yang sedang bekerja) sehingga mirip mengelola perusahaan
juga.

Kelebihan yang lain adalah fleksibilitas waktu dan tempat kerja.  Urusan kuliah tatap muka
memang tidak dapat ditinggalkan (harus di dalam kelas dalam waktu tertentu). Tapi diluar itu,
saya dapat bekerja dimana saja.  Penggunaan e-learning membuat saya dan mahasiswa dapat
berkomunikasi tanpa perlu dibatasi ruang kelas. Kadang-kadang saya chatting dengan mahasiswa
mengenai kuliah sampai jam 1 pagi (tapi kalau ada yang berani menelpon jam 12 malam, ya saya
getok).  Kenikmatan seperti bisa bermain dengan anak di pagi hari, mengantar dan menjemput
dia dari sekolah dan les, dan… tidur siang merupakan hal yang saya yakin jarang dimiliki orang

yang bekerja di perusahaan lain

Kelebihan yang lain (lagi) adalah dari sisi politik kantor. Di universitas, walaupun ada, intrik
antar dosen relatif sedikit dan lunak.  Dengan jabatan fungsional, dosen suatu saat bisa menjadi
ketua jurusan, bahkan rektor. Tapi di saat yang lain dapat menjadi dosen biasa lagi. Ini berbeda
dengan di tempat lain yang sekali diatas akan terus naik jabatannya.

Manfaat terakhir tapi mungkin paling penting: salah satu amalan yang tetap mengalir walaupun
kita sudah wafat adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang saya berikan ke mahasiswa membuat
mereka bisa bekerja dan bermanfaat bagi masyarakat dan saya yakin itu masuk kategori ilmu

yang bermanfaat  Salah satu hal yang paling menyenangkan adalah saat ngobrol dengan
alumni dan mereka menceritakan bahwa  kuliah saya bermanfaat saat mereka kerja setelah lulus.
Ada yang berminat?   Ilkom UPI tahun ini membuka lowongan untuk dosen. Sayangya 
mungkin pendaftarannya sudah ditutup (27 sep 08). Tapi tahun-tahun mendatang saya yakin
akan terus menerima karena kami masih kekurangan dosen.

Anda mungkin juga menyukai