KKW - Ryan Auli Akbari
KKW - Ryan Auli Akbari
Oleh :
RYAN AULI AKBARI
136/BPS/I/PENGOLAHAN/2018
LEMBAR PENGESAHAN
Judul KKW : Analisa Jenis dan Penyebab Terjadinya Korosi Pada Stream
Overhead Column 13-C-1, Fin fan 13-E-5, dan Vessel 13-V-7 Di
Unit Hydrodesulphuriation Area FOC I RU IV Cilacap.
Nama : Ryan Auli Akbari
No. Peserta : 136/BPS/I/PENGOLAHAN/2018
Lokasi OJT : Refinery Unit IV Cilacap
Angkatan : BPS 2018 Batch I
Menyetujui,
Pembimbing,
Lead of Engineer
Penulis,
Stationary & Statutory Inspection
Mengetahui,
Maintenance Planning & Support Manager
Iwan Kurniawan
NIP: 741225
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan Kertas Kerja Wajib (KKW) dengan judul
“Analisa Jenis dan Penyebab Terjadinya Korosi Pada Stream Overhead Column 13-C-1, Fin
fan 13-E-5, dan Vessel 13-V-7 Di Unit Hydrodesulphuriation Area FOC I RU IV Cilacap”.
Kertas Kerja Wajib disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan program On Job
Training (OJT) Bimbingan Profesi Sarjana (BPS) PT. Pertamina (Persero) Batch I tahun
2018.
Dalam penyelesaian Kertas Kerja Waib ini, penulis mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Djoko Priyono selaku General Manager dan segenap Manajemen PT
Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap.
2. HRD PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap selaku pelaksana pendidikan Bimbingan
Profesi Sarjana (BPS).
3. Bapak Iwan Kurniawan selaku Manager Maintenance Planning & Support (MPS) PT
Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap.
4. Bapak Oo Sabur Rinalto selaku Lead of Stationary Statutory Inspection Engineer
(SSIE) PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap.
5. Bapak Kartono Dwi Seputro selaku Group Leader SSIE dan Bapak Senna Septiawan
selaku Engineer SSIE sebagai mentor pengerjaan KKW ini.
6. Rekan-rekan Engineer SSIE dan teman-teman BPS Pengolahan angkatan 31.
7. Seluruh Stationary Engineer Assistant, NDT crew, dan ADM yang memberikan
support selama pelaksanaan OJT dan KKW.
8. Para pembimbing utama yang telah membimbing saya dan teman-teman BPS Refinery
selama di Sungai Gerong, terutama Bapak Edi Ruwitno selaku pembimbing kelas
Non Proses.
9. Kedua Orang tua, istri tercinta dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan
dukungan dan doa.
10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan OJT hingga terselesaikannya
KKW ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penulisan KKW ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menuju ke arah yang
lebih baik di masa datang. Besar harapan penulis semoga KKW ini dapat bermanfaat bagi
perusahaan.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
RINGKASAN.................................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang......................................................................................... 1
1.2. Ruang lingkup......................................................................................... 1
1.3. Maksud dan tujuan........................................................................... ...... 2
1.4. Metode pendekatan................................................................................. 2
1.5. Sistematika.............................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 20
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
RINGKASAN
Refinery Unit IV Cilacap tediri dari beberapa unit proses yang salah satunya adalah unit
13 atau unit HDS (Hydrodesulphurization) yang merupakan bagian dari kilang FOC I (Fuel
Oil Complex I). Unit HDS berfungsi untuk menghilangkan kadar sulfur pada produk gas oil.
Tujuan dari penghilangan sulfur sendiri adalah untuk mengurangi emisi sulfur dioxide (SO2)
sebagai hasil dari penggunaan bahan bakar tersebut pada kendaraan.
Berdasarkan pemeriksaan peralatan di unit HDS dalam rangka Turn Around (TA) 2017,
ditemukan beberapa kerusakan yang cukup parah pada peralatan di unit tersebut. Mayoritas
jenis kerusakan yang terjadi adalah thinning corrosion dan pitting corrosion. Beberapa
peralatan yang menderita korosi paling parah adalah overhead Hydrodesulphurization
Stripper Column tag no. 13-C-1, Stripper Overhead Condenser 13-E-5, dan Stripper
Overhead Accumulator 13-V-7. Penipisan yang terjadi pada overhead column 13-C-1 dan
vessel 13-V-7 bahkan sudah mencapai batas minimum thickness required.
Di dalam makalah ini dilakukan analisa terhadap jenis dan penyebab korosi pada stream
overhead column 13-C-1, finfan 13-E-5, dan vessel 13-V-7 tersebut. Dalam menentukan jenis
serta penyebab korosi, digunakan beberapa data pendukung yaitu: desain peralatan, history
record peralatan, dan data proses. Data-data tersebut dipadukan dengan informasi dari sumber
literature API 581, API 571, dan API 510.
Berdasarkan hasil analisa, jenis korosi yang terjadi pada vessel 13-V-7 (CC 1) adalah
sour water corrosion. Factor utama penyebab terjadinya sour water corrosion tersebut adalah
adanya konsentrasi H2S dan NH3 yang kemudian bereaksi membentuk ammonium bisulfide
(NH4HS). Sebagai preventive action atas masalah tersebut perlu menjaga sulfur (S) content
pada inlet feed unit HDS tetap di bawah batas maksimal desain yaitu 0.73 wt%. Jenis korosi
yang terjadi pada stream overhead column 13-C-1 dan inlet fin fan 13-E-5 adalah Ammonium
Chloride corrosion. Factor utama penyebab terjadinya Ammonium Chloride corrosion
tersebut adalah adanya kandungan Cl dan NH3 . Sebagai preventive action perlu menjaga pH
content pada stream overhead column 13-C-1 sampai ke inlet fin fan 13-E-5 tetap dalam batas
pH normal. Selain itu, pengoperasian wash water pada stream overhead column 13-C-1 dapat
membantu melarutkan deposit garam Ammonium Chloride.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT. Pertamina (Persero) merupakan perusahaan energi nasional yang bergerak
dibidang minyak bumi, gas, serta energi baru dan terbarukan. Refinery Unit (RU) IV Cilacap
merupakan salah satu unit pengolahan di PT. Pertamina (Persero) yang mengolah minyak
mentah (crude oil) menjadi produk-produk BBM, non BBM dan lainnya. Refinery Unit IV
Cilacap tediri dari beberapa unit proses yang saling terintegrasi sehingga gangguan pada salah
satu unit proses akan menyebabkan terganggunya unit proses yang lain. Salah satu unit proses
yang memegang peranan cukup penting adalah unit 13 atau unit HDS
(Hydrodesulphurization) yang merupakan bagian dari kilang FOC I (Fuel Oil Complex I).
Unit HDS berfungsi untuk menghilangkan kadar sulfur pada produk gas oil. Secara garis
besar unit HDS terdiri dari beberapa peralatan utama yaitu, Reactor, Separator, Compressor,
Stripper Column, dan Drier Column.
Pada pemeriksaan peralatan unit 13 dalam rangka Turn Around (TA) 2017, ditemukan
beberapa kerusakan yang cukup parah pada peralatan di unit tersebut. Mayoritas jenis
kerusakan yang terjadi adalah thinning corrosion dan pitting corrosion. Beberapa peralatan
yang menderita korosi paling parah adalah overhead Hydrodesulphurization Stripper Column
tag no. 13-C-1, Stripper Overhead Condenser 13-E-5, dan Stripper Overhead Accumulator
13-V-7. Penipisan yang terjadi pada overhead column 13-C-1 dan vessel 13-V-7 bahkan
sudah mencapai batas minimum thickness required. Namun sebagai langkah awal, perbaikan
dengan metode build up welding dan hardcoating telah dilakukan. Pasca Turn Around 2004
pernah dilakukan assessment perhitungan remaining life peralatan 13-C-1 tersebut. Dari hasil
assessment tersebut didapatkan remaining life stripper column 13-C-1 mencapai 100 tahun.
Hal ini cukup bertentangan dengan aktual kerusakan yang ditemukan pada saat Turn Around
2017. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi lebih dalam mengenai penyebab terjadinya
korosi pada peralatan-peralatan tersebut sehingga dapat mencegah terjadinya kegagalan
peralatan 13-C-1, 13-E-5, dan 13-V-7 yang menyebabkan unscheduled shutdown pada unit
HDS di RU IV Cilacap.
column 13-C-1, fin fan 13-E-5, dan vessel 13-V-7. Seluruh data yang terkait dibatasi beberapa
point sebagai berikut:
1. Hystorical record peralatan column 13-C-1, fin fan 13-E-5, dan vessel 13-V-7 yang
digunakan terhitung sejak peralatan tersebut dioperasikan sampai tahun 2017.
2. Data operasi yang digunakan untuk melakukan evaluasi penyebab terjadinya korosi
pada stream overhead column 13-C-1, fin fan 13-E-5, dan vessel 13-V-7 didapatkan
dari process engineer dengan rentang waktu mulai dari tahun 1 Juli 2015 – 1 Juni
2018.
3. Pembahasan evaluasi permasalahan yang terjadi pada stream overhead column 13-C-
1, fin fan 13-E-5, dan vessel 13-V-7 hanya ditinjau dari aspek teknis.
3. Wawancara
Mengajukan pertanyaan kepada mentor dan engineer yang bersangkutan, yaitu
Stationary Inspection Engineer dan Process Engineer.
1.5. Sistematika
Sistematika penulisan yang digunakan pada penulisan Kertas Kerja Wajib ini terbagi
menjadi empat bagian, yaitu:
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, ruang lingkup, maksud dan tujuan, metode
pendekatan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Pada bab ini memuat deskripsi keadaan, gejala permasalahan, dimensi permasalahan
dan pokok permasalahan.
3. BAB III PEMBAHASAN MASALAH
Berisi interpretasi data & informasi, analisa koreksi, alternatif-alternatif pemecahan
masalah, perumusan sasaran yang akan dicapai dan pemilihan atau pendekatan untuk
pemecahan masalah.
4. BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan Kertas Kerja Wajib dan saran-saran atau rekomendasi.
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Liquid feed yang berasal dari gas oil storage dipompakan sampai pada tekanan yang
diperlukan dan bergabung dengan aliran hydrogen rich recycle gas yang berasal dari
platformer. Campuran liquid-gas yang dihasilkan di panaskan melalui preheater heat
exchanger 13-E-1 kemudian dialirkan menuju feed heater 13-F-1 dimana feed mixture benar-
benar diuapkan dan dipanaskan sampai temperature tinggi yang dibutuhkan sebelum
memasuki reactor 13-R-1. Temperature inlet yang diperlukan feed ketika memasuki reactor
adalah 368 ºC untuk LGO dan 356 ºC untuk HGO. Reaksi hidrodesulfurisasi terjadi di dalam
reactor 13-R-1. Tekanan pada reactor harus dijaga sedekat mungkin dengan desain yaitu 53-
55 kg/cm2 ga. Operasi pada tekanan yang lebih rendah akan berdampak pada peningkatan
kadar sulfur dalam produk dan mengurangi perlindungan katalis. Produk panas hasil dari
reaksi di dalam reactor di dinginkan kembali melalui heat exchanger 13-E-1 untuk selanjutnya
masuk ke separator vessel.
Unit HDS RU IV Cilacap memiliki 4 buah separator vessel, yaitu: Hot High Pressure
Separator (HHPS) 13-V-3, Hot Low Pressure Separator (HLPS) 13-V-4, Cold High Pressure
Separator (CHPS) 13-V-5, Cold Low Pressure Separator (CLPS) 13-V-6. Separator tersebut
berfungsi untuk memisahkan gas yang kaya hidrogen dari cairan yang teruapkan. Aliran cair
dari HHPS 13-V-3 mengalir menuju HLPS 13-V-4. Gas Flashed-off dari HLPS 13-V-4
kemudian dialirkan ke pendingin, untuk didinginkan dengan tempered water. Aliran cair dari
HLPS 13-V-4 dialirkan menuju HDS stripper preheater 13-E-4 dimana feed tersebut
dipanaskan dengan MP steam hingga mencapai temperature stripper column yaitu 175 ºC. MP
steam diinjeksikan ke bottom stripper column melalui pipa line no. 13-835R-4”-Ih.
Temperature operasi harus cukup tinggi untuk menghilangkan sisa H2S terlarut dan untuk
mendapatkan produk sesuai spesifikasi flash point. Temperature yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan terlalu banyak produk yang flashed off di stripper overhead. Temperature inlet
yang disarankan adalah 120 ºC – 165 ºC. Pada temperature 110 ºC ke bawah, steam akan
terkondensasi di dasar stripper column.
Hasil keluaran bawah dari stripper column 13-C-1 tersebut kemudian didinginkan
menggunakan intermediate air cooler 13-E-6 dan kemudian masuk ke dryer column 13-C-2.
Produk bawah dari dryer column 13-C-2 di pompakan ke tanki produk setelah didinginkan
oleh product air cooler 13-E-7 melalui pipa line no. 13-72A-6”. Uap pada stripper overhead
sebagian dikondensasikan di stripper overhead condenser 13-E-5 kemudian mengalir melalui
pipa line no. 13-58A-6” menuju stripper overhead accumulator 13-V-7.
Tabel 2.1 Design Operation Condition Unit HDS
LGO HGO
No. Item Flow Temp. Pressure Flow Temp. Pressure
(T/D) (°C) (kg/cm2 ga) (T/D) (°C) (kg/cm2 ga)
1. Feed
Liquid 2298.2 60 - 2298.2 60 -
Fresh gas 46.5 60 19 81.0 60 19
Recycle gas 117.5 50 49 105.5 50 49
2. Reactor
Inlet - 368 53-55 - 356 53-55
Berdasarkan hasil inspeksi peralatan di unit HDS dalam rangka Turn Around (TA)
2017, ditemukan beberapa kerusakan yang cukup parah pada peralatan di unit tersebut.
Mayoritas jenis kerusakan yang terjadi adalah thinning corrosion dan pitting corrosion.
Beberapa peralatan yang menderita korosi paling parah adalah overhead
Hydrodesulphurization Stripper Column tag no. 13-C-1, Stripper Overhead Condenser 13-E-
5, dan Stripper Overhead Accumulator 13-V-7. Penipisan yang terjadi pada overhead column
13-C-1 dan vessel 13-V-7 bahkan sudah mencapai batas minimum thickness required.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
telah diprobe.
Tube end banyak terserang pitting corrosion.
Tidak dilakukan perbaikan. Berdasarkan remaining life assessment,
peralatan dapat dioperasikan sampai periode TA berikutnya.
Agustus 2008 Turn Around 2008 (Rekomendasi no. E0886/E14122/2008-S5)
Header box dan pass partition plate (sisi timur/barat) tidak terlihat
dengan jelas ketika dilakukan inspeksi.
Tubes kotor dan terkorosi tipis merata, tetapi kondisi masih baik.
Berdasarkan remaining life assessment, peralatan dapat
dioperasikan sampai periode TA berikutnya.
2 November 2011 On stream inspection. (Memo no. 1408/E14143/2011-S5)
Tube terindikasi bocor 1 buah. Dari history tube sudah mengalami
kebocoran berulang ditahun 2011 sebanyak 4 kali. Dilakukan plug
pada tube yang bocor.
Terjadi korosi eksternal pada bagian tube end yang tidak tertutup
fin alumunium akibat atmospheric corrosion.
15 Februari 2018 Turn Around 2017. (Memo no. 089/E14140/2018-S5)
Internal header box, cover header box, nozzle dan tube end
terkorosi parah.
Header box tertutup kotoran tebal dari produk korosi. Actual min
thickness: 33.15mm.
9 tube mengalami kebocoran saat hydrotest.
Berdasarkan rekomendasi no. TA-7446/E14142/11/2017 dilakukan
partial re-tube sebanyak 58 tube pada pass 1 dan dilakukan
pemeriksaan ECT pada 116 tube yang tidak diganti.
Hasil ECT:
- Jumlah tube yang diperiksa : 116 tube (66.67%)
- Tube wall loss 21% - 40% sebanyak 1 tube (0.57%)
- Tube wall loss 0 – 20% sebanyak 115 tube (66.09%)
Pass 1 sebanyak 5 tube diplug, pass 2 sebanyak 3 tube diplug, dan
pass 3 sebanyak 3 tube diplug.
History Record 13-V-7
15 Mei 1975 Stripper Overhead Accumulator 13-V-7 mulai dioperasikan.
1978 Dilakukan pengukuran wall thickness dengan data sebagai berikut.
A: North Head -Thickness: 11.0 mm
B: Shell -Thickness: 9.0 mm
A B C
C: North Head -Thickness: 11.0 mm
Di dalam grafik berikut, ditampilkan kondisi temperature operasi pada feed inlet
column 13-C-1, stripping steam 13-C-1, overhead 13-C-1, dan vessel 13-V-7.
a. Data kandungan kontaminan (S, NH3, H2O, dan Cl-) yang terdapat pada stream
overhead 13-C-1, fin fan 13-E-5, dan vessel 13-V-7 diambil dari dokumen
“Corrosion Assessment dan Remaining Life Assessment unit HDS 13 tahun 2012”
oleh PT. LAPI ITB. Dari data tersebut dihitung sulfur (S) content di dalam
peralatan-peralatan di atas pada berbagai kondisi sulfur content di feed dengan
menggunakan rumus perbandingan senilai.
b. Untuk mendapatkan nilai H2S content di dalam stripper overhead accumulator 13-
V-7, digunakan data H2S content di dalam Cold High Pressure Separator 13-V-5
dari hasil analysis “Performance Test Pengolahan Crude Walio dan Coco FOC I”
tanggal 25 – 29 Juli 2018 (Memo no. 402/E14125/2018-S2). Dengan
menggunakan rumus perbandingan senilai, dihitung nilai H2S content pada
stripper overhead accumulator 13-V-7.
Gambar 3.5 Grafik konsentrasi NH4HS dan Corrosion Rate pada 13-V-7
Terlihat pada grafik di atas, nilai corrosion rate mengalami fluktuasi seiring dengan
fluktuasi kadar NH4HS. Namun jika diambil trendline dari grafik corrosion rate tersebut,
didapatkan nilai rata-rata corrosion rate sebesar 0.28 mm/year.
Perhitungan corrosion rate berdasarkan actual thickness merujuk pada API 510
Pressure Vessel Inspection Code, section 7.1.1.1.
= = 0.24 mm/year
= = 0.16 mm/year
Nilai short term (ST) corrosion rate lebih tinggi dibandingkan dengan long term (LT)
corrosion rate, sehingga nilai dari ST corrosion rate yaitu 0.24 mm/year dipakai sebagai nilai
corrosion rate berdasarkan pengukuran actual thickness.
3.2.2 Analisa Korosi pada Overhead Column 13-C-1 dan Fin fan 13-E-5 (CC 2)
Berdasarkan hasil internal inspection TA 2017, top head dan shell bagian atas 13-C-1
mengalami korosi dan pitting parah serta cukup luas pada beberapa lokasi dengan kedalaman
± 3-4 mm. Kerusakan serupa juga terjadi pada stripper overhead condenser 13-E-5.
Ditemukan kondisi internal header box bagian inlet terkorosi parah. Secara perhitungan
kondisi header box masih baik, namun kondisi tube sheet terjadi kerusakan dimana setelah
dilakukan re-tube dan hydrotest masih ditemukan rembesan pada joint antara tube dan
tubesheet.
tersebut juga sama. Kedua bagian peralatan tersebut beroperasi pada temperature maksimum
171.2 °C. Data kontaminan yang ditemukan di dalam stream tersebut diantaranya yaitu 0.02
wt% Cl-, 0.01 wt% NH4+, dan 77.60 wt% H2O.
Dengan menggunakan API 571 sebagai referensi serta memadukan kondisi operasi
dan data kontaminan yang ada, ditemukan jenis korosi yang terjadi pada stream overhead 13-
C-1 sampai pada inlet header box 13-E-5 yaitu Ammonium Chloride Corrosion.
Karena keterbatasan data nilai pH yang tidak diketahui, perhitungan nilai corrosion
rate dilakukan berdasarkan actual wall thickness sesuai API 510 Pressure Vessel Inspection
Code, section 7.1.1.1. Actual wall thickness pada header box 13-E-5 dipakai dalam
perhitungan corrosion rate karena memiliki kecenderungan lebih parah dibandingkan pada
overhead 13-C-1.
= 0.33 mm/year
= 0.13 mm/year
Nilai short term (ST) corrosion rate lebih tinggi dibandingkan dengan long term (LT)
corrosion rate, sehingga nilai dari ST corrosion rate yaitu 0.33 mm/year dipakai sebagai nilai
corrosion rate berdasarkan pengukuran actual thickness.
2. Menjaga pH content pada overhead column 13-C-1 tetap dalam batas pH normal. Nilai
pH yang rendah akan meningkatkan nilai corrosion rate akibat Ammonium Chloride
corrosion. Seperti diketahui, selain dipengaruhi konsentrasi Cl-, nilai pH juga
dipengaruhi konsentrasi NH3, neutralizing amines atau caustic.
3. Mengaplikasikan coating pada seluruh permukaan internal vessel 13-V-7
menggunakan epoxy phenolic DFT 250 µm, untuk meminimalisir laju korosi pada
vessel 13-V-7 akibat sour water corrosion.
4. Upgrade material vessel 13-V-7 ke material 300 series SS untuk mendapatkan
ketahanan yang lebih tinggi terhadap sour water corrosion.
5. Pemasangan wash water pada stream overhead column 13-C-1 untuk membantu
melarutkan konsentrasi Ammonium Chloride yang terkondensasi.
6. Meminimalisir carryover air dan chloride salt dari unit upstream termasuk
memaksimalkan kinerja unit crude disalter.
Seperti yang telah disampaikan pada sub bab 3.1, dalam rentang waktu 1 Juli 2015 – 1
Juni 2018 nilai sulfur content di dalam feed HDS mengalami fluktuasi yang beragam
dan cukup tinggi nilainya. Bahkan nilainya mencapai 1.89 wt%. tentunya hal tersebut
sangat berbahaya, karena dapat meningkatkan nilai corrosion rate akibat sour water
corrosion pada vessel 13-V-7.
2. Menjaga pH content pada stream overhead column 13-C-1 sampai ke inlet header box
13-E-5 tetap dalam batas pH normal. Salah satu cara untuk menjaga pH tetap stabil
dalam kisaran pH normal yaitu dengan menginjeksikan ammonia, neutralizing amine
dan filming amine ke dalam overhead column 13-C-1. Selain itu, pengoperasian wash
water pada stream overhead column 13-C-1 dapat membantu melarutkan deposit
garam Ammonium Chloride.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Jenis korosi yang terjadi pada vessel 13-V-7 (CC 1) adalah sour water corrosion.
Faktor utama penyebab terjadinya sour water corrosion tersebut adalah adanya
konsentrasi H2S dan NH3 yang kemudian bereaksi membentuk ammonium bisulfide
(NH4HS).
2. Adanya fluktuasi nilai sulfur (S) content pada feed HDS, mempengaruhi nilai
corrosion rate akibat sour water corrosion pada vessel 13-V-7. Nilai corrosion rate
rata-rata berdasarkan API 581 adalah 0.28 mm/year vs 0.24 mm/year nilai corrosion
rate berdasarkan actual thickness.
3. Jenis korosi yang terjadi pada stream overhead column 13-C-1 dan inlet fin fan 13-E-
5 adalah Ammonium Chloride corrosion. Factor utama penyebab terjadinya
Ammonium Chloride corrosion tersebut adalah adanya kandungan Cl dan NH3.
4. Nilai corrosion rate akibat Ammonium Chloride corrosion pada stream overhead
column 13-C-1 dan fin fan 13-E-5 berdasarkan actual thickness adalah 0.33 mm/year.
4.2. Saran dan Rekomendasi
1. Sebagai rekomendasi jangka pendek sampai periode TA 2021, yaitu melakukan
patching dan weld build-up pada lokasi yang mengalami penipisan sampai melebihi
batas required thickness. Membatasi maximum operating pressure pada vessel 13-V-7
sampai 3 kgf/cm2g.
2. Melakukan upgrade desain vessel 13-V-7 dengan thickness minimum 11.0 mm pada
periode TA 2021 serta menjaga sulfur (S) content pada inlet feed unit HDS tetap di
bawah batas maksimal desain yaitu 0.73 wt%.
3. Melakukan penggantian top head dan 1 course shell bagian atas column 13-C-1 serta
melakukan penggantian total fin fan 13-E-5 pada periode TA 2021. Kemudian
menjaga pH content pada stream overhead column 13-C-1 sampai ke inlet fin fan 13-
E-5 tetap dalam batas pH normal. Mengoperasikan wash water pada stream overhead
column 13-C-1 untuk melarutkan deposit garam Ammonium Chloride.
4. Melakukan monitoring secara rutin atas fluida proses di stream overhead column 13-
C-1, fin fan 13-E-5, dan vessel 13-V-7 untuk mengetahui kadar kontaminan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. API 571 , “Damage Mechanisms affecting Fixed Equipment in the Refinery Industry”,
New York, 2011.
2. API 581, “ Risk Based Inspection Methodology”, 2016.
3. API 510, “Pressure Vessel Inspection Code - In service Inspection, Rating, Repair, &
Alteration”, 2017.
4. ASME International, “Boiler & Pressure Vessel Code”, Section VIII - Rules for
Construction of Pressure Vessels, 2017.
5. Shell, “Operating Manual Gas Oil Hydrodesulphurizer Unit 1300”, The Hague, July
1975.
6. MPS Website RU IV Cilacap (Blue Books, Historical Record, Data Sheet),
http://10.54.54.10
LAMPIRAN
Lampiran A. Inspection Report peralatan 13-C-1, 13-E-5, dan 13-V-7 pada TA 2017
Lampiran B. Data Kontaminan berdasarkan “Corrosion Assessment dan Remaining Life
Assessment unit HDS 13 tahun 2012”
Lampiran C. Hasil analysis “Performance Test Pengolahan Crude Walio dan Coco FOC I”
Lampiran A. Inspection Report peralatan 13-C-1, 13-E-5, dan 13-V-7 pada TA 2017
Lampiran C. Hasil analysis Performance Test Pengolahan Crude Walio & Coco FOC I