Anda di halaman 1dari 4

PERSEPSI, RESPON DAN SIKAP GURU TERHADAP SUPERVISI

Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005, dinyatakan guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini pada
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Menurut ((Usman, 2000), guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Orang yang
menjadi guru adalah orang memiliki kemampuan merangsang program pembelajaran serta
mampu mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya mencapai tingkat
kedewasaan sebagai akhir dari proses pendidikan.
Oleh karena itu, guru disimpulkan sebagai seseorang pengajar atau pendidik profesional
pada satuan pendidikan formal di setiap satuan tingkat pendidikan dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik serta menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi
intelektulitas saja melainkan juga dari tata cara berperilaku dalam masyarakat.
Supervisi merupakan suatu bagian yang penting dalam pendidikan, supervisi mengandung
arti yang luas namun intinya sama yaitu kegiatan yang bertujuan untuk membantu guru demi
terwujudnya proses belajar siswa yang lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh (Sagala, 2000), bahwa supervisi merupakan bantuan bagi guru dalam
mengajar supaya guru lebih baik lagi dalam mengajar. Supervisi merupakan pengembangan
dan perbaikan situasi belajar mengajar yang pada akhirnya perkembangan siswa. Itu
perbaikan situasi belajar mengajar bertujuan untuk : (1) menciptakan, memperbaiki, dan
memelihara organisasi kelas agar siswa dapat mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan
secara optimal, (2) menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas,
(3) mengkoordinasikan kemauan siswa mencapai tujuan pendidikan, (4) meningkatkan moral
siswa.
 Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yang
sebagian besar melalui indera penglihatan menghasilkan stimulus yang diorganisir dan
diinterprestasikan, sehingga individu mengerti tentang objek yang diinderanya dengan
melibatkan perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu (Walgito, 1990).
Oleh karena itu, persepsi masing- masing individu saling berbeda antara satu dengan
lainnya. Persepsi merupakan proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan
kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka.
Persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang dikemukakan oleh (Miftah
Thoha, 1996), diantaranya faktor psikologi, faktor famili/keluarga, serta faktor
kebudayaan. Faktor psikologi merupakan keadaan psikologi dalam diri seseorang, yang
terkait dengan masa lalunya, motivasi, serta kepribadian dirinya, sedangkan faktor famili
berkaitan dengan cara asuh orang tua maupu sistem-sistem nilai yang dikembangkan di
dalam suatu keluarga. Faktor yang lain adalah faktor kebudayaan, yang merupakan nilai-
nilai yang sudah menjadi tradisi dan dianut oleh seseorang, serta pengaruh lingkungan
luar/ masyarakat. Hal-hal tersebutlah yang akan mempengaruhi seseorang dalam
berpersepsi tentang suatu hal.
Dengan demikian, persepsi guru terhadap supervisi dapat disimpulkan sebagai proses
pemahaman guru dalam mengintepretasikan dan memaknai suatu objek yang diindera
melalui pancaindera sehingga guru mengerti dan memahami objek tersebut sesuai
karakteristik diri guru tersebut, dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana guru
menginterpretasikan dan memaknai suaitu proses kegiatan bantuan yang bernama
supervisi.

 Respon
Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang
didapat (ditinggal) dari pengamatan tentang subjek, peristiwa atau hubungan- hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan (Jalaludin
Rahmat, 1999). Ahmad Subandi mengemukakan respon dengan istlah balik (feedback)
yang memiliki peranan atau pengaruh ynag besar dalam menentukan baik atau tidaknya
suatu komunikasi (Ahmad Subandi, 1982). Dengan adanya respon yang disampaikan dari
komunikan kepada komunikator maka akan menetralisir kesalahan penafsiran dalam
sebuah proses komunikasi.
Tanggapan atau respon yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi faktor
penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat
menanggapi dengan baik. Pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak
hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar (eksternal). Tidak semua
stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik darinya. Dengan demikian maka akan
ditanggapi adalah individu tergantung pada stimulus juga bergantung pada keadaan
individu itu sendiri (internal).
Dalam hubungannya dengan supervisi, respon guru yakni sebaik apa guru memberi
tanggapannya terhadap hasil atau kesan yang didapatnya selama menjalani supervisi atau
pemberian bantuan, baik respon yang terjadi karena faktor eksternal (supervisor) ataupun
yang datang dari keadaan dirinya sendiri (faktor internal) sebagai supervise yang nantinya
akan menentukan baik atau tidaknya komunikasi yang terjalin akibat respon-respon
tersebut.

 Sikap
Menurut (Sarwono, 2011), sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa
senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseotrang terhadap
“sesuatu”. “sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang, atau kelompok. suka
atau tidak suka yang muncul karena adanya objek tertentu. Menurut (Gerungan, 2004),
sikap atau attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap obyek tertentu, yang
dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan yang disertai oleh kecenderungan
untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek.
Dengan demikian, sikap adalah segala perbuatan dan tindakan yang berdasarkan pada
pendirian dan keyakinan yang dimiliki. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap segala
sesuatu, bisa berupa objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan perasaan seseorang
terhadap sesuatu. Sikap mempunyai tiga komponen utama, yaitu kesadaran, perasaan, dan
perilaku. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah perasaan suka atau tidak suka
terhadap pengaruh dari luar/lingkungan. Dalam hal supervisi, sikap guru bervariatif. Ada
yang menerima dengan senang hati manakala dilakukan supervisi, ada juga yang biasa-
biasa saja namun tidak jarang ada juga yang enggan untuk dilakukan supervisi terhadap
dirinya.

Dari segi guru sendiri, pastinya mempunyai sebuah persepsi, respon dan sikap tentang
supervisi. Dalam supervisi, ketiga hal di atas yakni persepsi, respon dan sikap guru sangatlah
penting demi kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan supervisi. Persepsi, respon dan
sikap yang datang dari pikiran guru tersebut bisa persepsi positif bisa persepsi negatif. Untuk
mewujudkan agar ketiga hal yang datang dari guru tersebut positif, maka Kepala Sekolah
harus melaksanakan usaha-usaha yang lebih. Bila persepsi dari guru positif, tentunya akan
memperlancar jalannya pembelajaran yang lebih baik dan bisa mencapai tujuan
pembelajaran. Namun sebaliknya, persepsi guru terhadap supervisi yang cenderung negatif
akan membuat mereka mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan
terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat
dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan
menganggap lebih dari guru karena jabatannya.
Guru pada dasarnya tidak membenci supervisi, tetapi tidak suka terhadap gaya supervisor.
Kasus guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu
karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Supervisi
dengan model lama (inspeksi) dapat menyebabkan guru merasa takut dan memberi respon
yang seakan-akan menunjukkan bahwa dirinya tidak bebas dalam melaksanakan tugas, dan
merasa terancam keamanannya bila bertemu dengan supervisor dan dan tidak memberikan
dorongan bagi kemajuan guru. Respon atau tanggapan guru ini yang akan mempengaruhi
sikap guru kedepannya, apakah guru menerima, biasa saja, atau bahkan sangat menolak
kegiatan supervisi. Oleh karena itu, semua kegiatan pembaharuan pendidikan, termasuk
pembaharuan kurikulumnya, yang dilakukan dengan pengerahan waktu, biaya, dan tenaga
bisa menjadi sia-sia. Fungsi utama supervisi ialah perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran serta pembinaan pembelajaran sehingga terus dilakukan perbaikan
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai