Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) PT.

RPP
CONTRACTORS INDONESIA JOBSITE ADIMITRA BARATAMA
NUSANTARA KECAMATAN SANGA-SANGA KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

SITI MAGHFIRAH AZZAHRA


1809055009

TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2022
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Efisiensi Kerja ............................................................................................. 16


Tabel 3.2 Swell Faktor berbagai material .................................................................... 17
Tabel 3.3 Faktor Pengisian Bucket .............................................................................. 18
Tabel 3.4 Harga angka keserasian kerja ...................................................................... 21
Tabel 4.1 Data Waktu Edar Excavator Hyundai 480 LC-9 ........................................ 23

Tabel 4.2 Data waktu edar Dump Truck Mercedes Benz Actros 3939 ....................... 24

Tabel 4.3 Keterangan kegiatan Excavator Hyundai 480 LC-9 22 Januari 2022 ......... 27
Tabel 4.4 Estimasi Waktu Pengangkutan Lumpur ...................................................... 31

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................................... 4


Gambar 2.2 Peta Kesampaian Daerah PT. RCI ............................................................... 6
Gambar 2.3 Peta Formasi Geologi Lokasi IUP ................................................................ 7
Gambar 3.1 Bulldozer Komatsu ....................................................................................... 12
Gambar 3.2 Excavator Hyundai 480 LC-9 ....................................................................... 13
Gambar 3.3 Dump Truck Mercedes Benz Actros 3939 ................................................... 13
Gambar 4.1 Sump Selatan Pit North West ........................................................................ 22
Gambar 4.2 Diagram Ketercapaian Produktivitas Alat .................................................... 26
Gambar 4.3 Peningkatan nilai match factor ..................................................................... 29
Gambar 4.4 Hasil perhitungan volume lumpur ................................................................ 29
Gambar 4.5 Peta Topografi Pit North West PT. RCI ....................................................... 30

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT RPP Contractors Indonesia (RCI) merupakan salah satu perusahaan swasta yang
bergerak di bidang kontraktor pertambangan dengan menyediakan jasa pengupasan top
soil dan overburden, pengeboran dan peledakan, pengangkutan batubara, dan ekstraksi
batubara. Salah satu klien PT. RCI adalah PT. Adimitra Baratama Nusantara (ABN)
yang terletak di Kecamatan Sanga – Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur

Tanah penutup (overburden) adalah semua lapisan tanah atau batuan yang berada di
atas dan langsung menutupi lapisan bahan galian berharga sehingga perlu disingkirkan
terlebih dahulu sebelum dapat menggali bahan galian berharga tersebut. Pengupasan
lapisan tanah penutup merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan perusahaan
kontraktor penambangan untuk mendapatkan cadangan batubara yang ada dibawahnya.
Pada Pit North West PT. ABN terdapat overburden dengan material lumpur sedimentasi
yang akan dipindahkan ke lokasi penimbunan tanah penutup dengan bantuan alat
mekanis. Untuk itu perlu diketahui kemampuan produksi dari perpaduan alat mekanis
yang digunakan, dalam hal ini yaitu perpaduan antara unit excavator dan dump truck
untuk selanjutnya dapat diketahui nilai keserasian kerja antar alat gali – muat dengan
alat angkut dan dapat dibuat rencana periode waktu yang dibutuhkan untuk
memindahkan keseluruhan material overburden lumpur tersebut ke lokasi penimbunan.

Oleh karena itu pada kegiatan praktik kerja lapangan ini diamati dan dibahas tentang
nilai keserasian kerja antar alat gali – muat dengan alat angkut untuk mengetahui
kemampuan produksi dari dari alat mekanis yang digunakan, serta dapat
mengoptimalkan waktu yang dibutuhkan untuk pemindahan overburden

1
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. RPP Contractors
Indonesia adalah:

1. Mengetahui waktu edar rata-rata dari Excavator Hyundai 480 LC-9 dan Dump Truck
Mercedes Benz Actros 3939
2. Mengetahui produktivitas dari Excavator Hyundai 480 LC-9 dan Dump Truck
Mercedes Benz Actros 3939
3. Mengetahui nilai keserasian kerja antara Excavator Hyundai 480 LC-9 dan Dump
Truck Mercedes Benz Actros 3939
4. Mengetahui volume lumpur pada sump selatan Pit North West PT. RCI
5. Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut lumpur yang ada pada sump
selatan Pit North West PT. RCI

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

Pelaksanaan Program Kerja Praktik ini dimulai dari tanggal 24 Desember 2021 – 01
Februari 2022. Tempat pelaksanaan Kerja Praktik tersebut adalah di PT. RPP
Contractors Indonesia, jobsite ABN, Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai
Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.

1.4 Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan praktik kerja


lapangan ini adalah :

1. Bab I Pendahuluan

Mencakup latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, waktu dan tempat
pelaksanaan, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Tinjauan Umum

2
Bab ini berisi tentang sejarah perusahaan, geografi daerah perusahaan, dan geologi
regional.

3. Bab III Landasan Teori

Tinjauan teoritis membahas teori yang mendasar dan yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan

4. Bab IV Pelaksanaan Kerja Praktik

Menyajikan deskripsi dan hasil mengenai pekerjaan yang dilakukan selama


berlangsungnya kerja praktik.

5. Bab V Kesimpulan

Pada bagian penutup akan terdapat kesimpulan dari hasil pelaksanaan kerja praktik.

6. Daftar Pustaka

Merupakan sumber literatur dari berbagai media baik cetak maupun elektronik yang
digunakan sebagai penunjang penulisan laporan ini.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Profil Perusahaan

PT RPP Contractors Indonesia (RCI) didirikan pada tahun 2010, sebelumnya dikenal
sebagai PT. RPP Mining Contractors (2003) dan PT. RPP Mining Contractors adalah
anak perusahaan PT Rentalperdana Putratama yang berdiri pada tahun 1991.

Sampai pada tahun 2022 ini PT. RCI telah berkembang pesat dan menjalankan bisnis
yang bergerak dibidang top soil removal, land clearing, overburden removal, coal
getting. Perusahaan memperoleh kontrak kerja sebagai kontraktor penambangan di PT.
Adimitra Baratama Nusantara Kecamatan Sanga-Sanga pada tahun 2018.

2.1.1 Struktur Organisasi Perusahaan

PT. RPP Contractors Indonesia (RCI) yang berada di Sanga-sanga, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur berada dalam tanggung jawab Project Manager dan
membawahi beberapa kepala bagian. Berikut struktur organisasi PT. RCI

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan


(Sumber: Dept. APFL PT. RCI jobsite ABN)
4
2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Menjadi mitra bisnis yang Handal dan Terpercaya dalam mengembangkan bisnis
dengan menciptakan sinergi kemitraan antara PT. RPP Kontraktor Indonesia (RCI),
pemegang konsesi pertambangan, dan klien lainnya. Kepercayaan tersebut didukung
oleh dedikasi dan mentalitas terbaik, solid sistem manajemen dan aplikasi teknik terkini
dengan proses produksi berkualitas yang sangat mempertimbangkan keselamatan dan
lingkungan.

b. Misi

1. Untuk mencapai keuntungan optimal dengan meningkatkan efisiensi dan


produktivitas.
2. Untuk meningkatkan kualitas hidup karyawan dan pengambangan pengetahuan.
3. Untuk mendukung pembangunan nasional, kemanusiaan, dan pendidikan
karakter

2.2 Geografi Daerah Perusahaan

2.2.1 Lokasi Daerah Perusahaan


Lokasi Blok Penambangan PT. RPP Contractors Indonesia jobsite ABN berada di
Kelurahan Kampung Jawa Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara
Provinsi Kalimantan Timur. Secara administrasi PT. RCI jobsite ABN memiliki batas-
batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan palaran

2. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan anggana

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan muara jawa

4. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan loa janan

2.2.2 Kesampaian Daerah Perusahaan

Lokasi PT. RCI dapat dicapai dengan rute perjalanan dari Jalan Pramuka menuju kantor
Head Office PT. RCI di Samarinda Seberang menggunakan kendaraan roda dua selama
kurang lebih ± 15 menit lalu dilanjutkan perjalanan menggunakan bus menuju
5
Kelurahan Kampung Jawa, Sanga-Sanga dengan waktu tempuh selama kurang lebih ±
50 menit.

Gambar 2.2 Peta Kesampaian Daerah PT. RCI

2.3 Geologi Regional


2.3.1 Litologi

Terdapat dua formasi batuan yang terdapat pada lokasi penambangan PT. RCI jobsite
ABN, yaitu:

Formasi Balikpapan: Perselingan batupasir dan lempung dengan lapisan lanau, serpih,
batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, tebal 1–3 m, disisipi
lapisan batubara, tebal 5 – 10 cm. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen
lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung foraminifera
kecil, disisipi lapisan tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman setempat mengandung
sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-
lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan, berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis

6
tipis. Batugamping pasiran, mengandung foraminifera besar, moluska, menunjukkan
umur miose akhir bagian bawah–miosen tengah, bagian atas. Terdiri dari batupasir
kuarsa, batulempung dengan sisipan batulanau, serpih, batugamping dan batubara.

Formasi Pulau Balang: Peselingan batupasir kuarsa, batupasir dan batulempung dengan
sisipan batubara. Tebal formasi ± 900 m, berumur miosen tengah dan diendapkan dalam
lingkungan sublitoral dangkal.

Gambar 2.3 Peta Formasi Geologi Lokasi IUP

7
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Kegiatan Pertambangan

Menurut UU No.4 Tahun 2009 pertambangan yaitu sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengolahan dan pengusahaan mineral atau batu bara
yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pasca tambang.

Pertambangan merupakan salah satu kegiatan dasar manusia yang berkembang pertama
kali bersama-sama dengan pertanian. Oleh karena itu, keberadaan pertambangan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan atau peradaban manusia. Menurut kamus istilah teknik
dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi,
eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, sampai dengan
pemasarannya.

Kegiatan dalam usaha pertambangan meliputi tugas-tugas yang dilakukan untuk


mencari, mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian mengolah sampai
bisa bermanfaat bagi manusia. Menurut UU No. 4 Tahun 2009, tahapan kegiatan
pertambangan adalah sebagai berikut:

3.1.1 Penyelidikan Umum

Kegiatan ini merupakan langkah awal usaha pertambangan yang ditujukan untuk
mencari endapan-endapan metal atau endapan-endapan mineral komersil batubara atau
nonmetal. Penyelidikan umum terbatas pada mineral yang spesifik (tipe mineral
tertentu) atau pada area tertentu (negara atau wilayah) yang memiliki geologic anomaly
(keganjilan geologi) yang mencerminkan adanya karakteristik dari sebuah endapan
bahan galian.

8
3.1.2 Eksplorasi
Jika tujuan dari penyelidikan umum adalah untuk mencari lokasi-lokasi yang memiliki
anomalies karena adanya endapan bahan galian, maka tujuan dari eksplorasi adalah
untuk mendefinisikan dan mengevaluasi endapan bahan galian tersebut.

Eksplorasi menentukan geometri, luas, dan nilai dari sebuah endapan menggunakan
teknik yang sama dengan yang digunakan pada tahap penyelidikan umum tetapi lebih
seksama/teliti. Kegiatan eksplorasi akan berlanjut pada proses pencarian melalui fase
taktis dari penilaian detail dan evaluasi serta persiapan laporan studi kelayakan yang
akan menentukan layak-tidaknya endapan tersebut untuk ditambang.

3.1.3 Studi Kelayakan (Feasibility Studies)


Merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya
sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan batubara tersebut layak
dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis
dan ekonomis dengan memperhatikan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan
hidup.

3.1.4 Persiapan Penambangan


Kegiatan ini meliputi penyiapan infrastruktur dan lahan kerja penambangan yang antara
lain meliputi pembuatan jalan, pembabatan semak/pohon, pengupasan topsoil,
pembangunan kantor, gedung, bengkel dll.

3.1.5 Penambangan Batubara


Kegiatan penambangan yang dimaksud adalah kegiatan yang ditujukan untuk
membebaskan dan mengambil batubara dari dalam kulit bumi, kemudian dibawa ke
permukaan untuk dimanfaatkan. Dalam tahapan ini terdapat kegiatan pengeboran dan
peledakan tanah penutup, penggalian tanah penutup, pengambilan batubara, apabila
batubara sangat tebal dan padat dapat dilakukan pengeboran dan peledakan batubara.

3.1.6 Pengolahan/Persiapan Batubara


Merupakan salah satu proses dimana dalam tahapan ini terdapat kegiatan peremukan
batubara sampai ukuran yang diinginkan, pencucian batubara untuk membersihkan
batubara kotor yang diambil dari roof dan floor batubara, dan pencampuran (blending)
batubara agar sesuai dengan keiinginan pasar.

9
3.1.7 Pengangkutan Batubara
Segala usaha untuk memindahkan batubara dari tempat persiapan batubara hingga ke
tempat pemasaran atau pemanfaatan selanjutnya dari batubara. Dalam tahapan ini, biasa
digunakan conveyor, truck ataupun tongkang.

3.1.8 Pasca Tambang


Kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh
kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi
sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan.

3.2 Sistem Penambangan


Sistem penambangan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

3.2.1 Tambang Terbuka (surface mining)


Tambang terbuka adalah sistem penambangan yang berhubungan langsung dengan
udara luar. Dilihat dari resiko terjadinya kecelakaan dalam kegiatan penambangan
sistem tambang terbuka lebih kecil kemungkinan terjadinya resiko kecelakaan
dibandingkan sistem penambangan yang lainnya. Akan tetapi dari faktor lingkungan,
metode tambang terbuka memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan. Sistem
tambang terbuka banyak diterapkan dalam penambangan bijih besi, timah, dan batubara.

3.2.2 Tambang Bawah (Underground)


Tambang bawah adalah sistem penambangan yang dilakukan di bawah tanah dan tidak
berhubungan langsung dengan udara luar. Sistem tambang bawah tanah biasanya
dilakukan dengan membuka sebuah terowongan sebagai tempat aktifitas. Dilihat dari
resiko terjadinya kecelakaan dalam kegiatan penambangan, sistem tambang bawah
tanah lebih beresiko dibandingkan system penambangan yang lainnya. Akan tetapi dari
segi lingkungan sistem tambang bawah tanah tidak begitu berpengaruh terhadap
lingkungan. Sistem tambang bawah tanah banyak diterapkan dalam penambangan
batubara, tembaga dan uranium.

10
3.2.3 Tambang Bawah Air (Underwater)
Tambang bawah air adalah sistem penambangan yang dilakukan di bawah permukaan
air. sistem ini hampir sama dengan sistem penambangan bawah tanah hanya bedanya
penambangannya dilakukan di bawah permukaan air. sistem penambangan ini biasanya
diawali dengan pembukaan sebuah terowongan di daratan menuju ke bawah permukaan
air sebagai tempat aktifitas. Dilihat dari kemungkinan resiko terjadinya kecelakaan
dalam aktifitas penambangan tambang bawah air memiliki resiko yang cukup besar
dibandingkan tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Akan tetapi dari segi
lingkungan tambang bawah air juga tidak begitu berpengaruh terhadap lingkungan.

3.3 Sistem Tambang Terbuka

Tambang terbuka (surface mining) adalah metode penambangan yang segala kegiatan
atau aktivitas penambangannya dilakukan di atas atau relative dekat dengan permukaan
bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar.

Open pit mining dicirikan dengan bentuk tambang berupa corong (kerucut terbalik) di
permukaan bumi. Pada open pit mining, tanah penutup dikupas dan diangkut ke suatu
daerah pembuangan yang tidak ada endapan ekonomis di bawahnya. Kedua aktivitas,
yaitu pengupasan dan penggalian, dilakukan pada suatu pemuka kerja (front) yang
berbentuk satu atau beberapa jenjang. Pembuatan pemuka kerja lebih dari satu, baik
pada elevasi yang sama maupun beda elevasi, dimaksudkan untuk memastikan
terjaminnya kemenerusan produksi (tidak ada delay kerja).

Setelah didahului dengan aktivitas pengupasan lapisan penutup, pengupasan dan


penggalian bijih atau atau endapan target dilakukan secara seksama dengan urut-urutan
yang mengikuti kaidah perencanaan tambang, sehingga biaya penggalian bijih/endapan
target dan lapisan penutup dapat dibayar dari penjualan bijih/endapan target yang
tergali, sedemikian rupa sehingga operasional jangka panjang, yaitu pembukaan/
penggalian sampai pit limit dapat tercapai.

11
Jenjang tunggal dirancang sesuai dengan peralatan mekanis yang digunakan. Tinggi
jenjang dibatasi oleh jangkauan excavator/shovel, sedangkan lebar jenjang harus cukup
luas bagi peralatan gali-muat dan truk untuk bermanuver. Kemiringan lereng ditentukan
berdasarkan perhitungan kemantapan lereng dengan input berupa data sifat fisik dan
data kuat geser material pembentuk lereng tersebut.

3.4 Peralatan Penambangan

Jenis alat berat yang digunakan dalam kegiatan pengupasan dan penambangan, seperti:

1. Bulldozer adalah alat yang berfungsi untuk menggali tipis mendorong atau
menggeser dan mendorong atau memadatkan. Ukuran Bulldozer didasarkan pada:
ukuran bilah (blade) berat dan power mesinnya (HP). Besar kecilnya produksi
Bulldozer bergantung pada ukuran Bulldozer, macam material yang ditangani, dan
kondisi permukaan topografi dimana Bulldozer tersebut bekerja.

Gambar 3.1 Bulldozer Komatsu


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)

2. Excavator adalah alat berat tambang yang dapat menggali dan memuat hasil galian
pada alat muat. Pada saat menggali, bucket yang dipasangkan pada brace dan boom
arahnya ke arah badan (body) excavator. Besar kecilnya produksi excavator
tergantung pada ukuran bucket, ukuran panjang lengan (boom & brace), power
mesin dan power muat.

12
Gambar 3.2 Excavator Hyundai 480 LC-9
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)

3. Dump Truck merupakan kendaraan yang biasa digunakan untuk mengangkut


material seperti tanah, batu, kerikil, pasir dan hasil tambang lainnya. Untuk mengisi
muatan, biasanya membutuhkan alat berat, sedangkan untuk membongkar muatan
bisa dilakukan dengan cara mengangkat bagian depan bak dengan teknologi
hidrolik agar bak miring ke belakang sehingga muatan bisa turun ke tempat yang
sudah ditentukan.

Gambar 3.3 Dump Truck Mercedes Benz Actros 3939


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)

3.5 Faktor Waktu Siklus dan Produktivitas Alat Gali Muat


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi waktu siklus beserta produktivitas antara
lain:

3.5.1 Waktu Penggalian (Digging Time)


Ketika alat gali muat menggali faktor yang mempengaruhi adalah jenis material.
Material yang keras dan banyak boulder akan memperlambat waktu penggalian.

13
3.5.2 Waktu Ayun Berisi (Swing Load Time)
Untuk swing load time yang mempengaruhi adalah sudut swing. Pada tabel waktu swing
yang terlihat rata-rata 7 – 8 detik, yang menandakan bahwa swing angel aktual adalah
45°-180° dan sudut tersebut termasuk standarnya untuk swing angel alat gali muat.
Waktu bermanuver alat angkut pun akan mempengaruhi waktu swing, kondisi front
loading yang sempit dan tidak rapi akan memperpanjang waktu manuver alat angkut
sehingga pengaruhnya kepada alat gali muat ialah terciptanya waktu delay. Delay disini
adalah ketika waktu swing load terhenti karena menunggu alat angkut untuk dimuati.

3.5.3 Waktu Pemuatan (Loading Time)


Loading time dipengaruhi oleh bucket fill faktor, ketika isian bucket munjung akan
memerlukan sedikit waktu yang lebih untuk menumpahkan materialnya. Sedangkan
untuk isian bucket yang kurang maupun rata akan mempersingkat waktu yang
dibutuhkan, namun dalam segi produktivitas akan mempengaruhi produktivitas per-jam
nya.

3.5.4 Waktu Ayun Kosongan (Swing Empty Time)


Swing empty time tidak jauh berbeda dengan swing load time yang mempengaruhi pada
saat swing empty ialah sudut swing. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi setiap
pergerakan alat gali muat yang diamati tidak lepas dari kondisi alat tersebut dan
kemampuan operator. Kondisi alat yang maksimal juga akan memaksimal waktu kerja
alat gali muat sehingga efisiensi alat lebih baik. Dan untuk skill operator sangat
menunjang waktu siklus yang optimal dan bisa saja dapat dimaksimalkan. Pola pikir
operator diperlukan bagaimana teknik menggerakan alat secara cepat dan dapat
menganalisa apa yang akan terjadi kedepannya.

3.6 Waktu Edar (Cycle Time)

Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh suatu alat mekanis untuk menyelesaikan
sekali putaran kerja, dari mulai kerja sampai dengan selesai dan bersiap-siap
memulainya kembali. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka produksinya semakin
tinggi.

14
a. Waktu edar alat muat

Waktu edar alat gali-muat dapat dirumuskan sebagai berikut :

....................................................................................... (3.1)

Keterangan :

CTm : Waktu edar excavator (Menit).


Tm1 : waktu menggali material (Detik).
Tm2 : Waktu berputar (swing) dengan bucket terisi muatan (Detik).
Tm3 : Waktu menumpahkan muatan (Detik).
Tm4 : Waktu berputar (swing) dengan bucket kosong (Detik).

b. Waktu edar alat angkut

Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :

...................................................................... (3.2)

Keterangan :
CTa : Waktu edar alat angkut (Menit).
Ta1 : Waktu diisi muatan (Detik).
Ta2 : Waktu mengangkut muatan (Detik).
Ta3 : Waktu mengambil posisi untuk penumpahan (Detik).
Ta4 : Waktu muatan ditumpahkan dumping (Detik).
Ta5 : Waktu kembali kosong (Detik).
Ta6 : Waktu tunggu (Detik).
Ta7 : Waktu mengambil posisi untuk siap dimuati (Detik).

15
3.7 Effisiensi Kerja

Menurut Partanto (2000), Pekerja atau mesin tidak mungkin selamanya berkerja 24 jam,
karena hambatan-hambatan kecil akan selalu terjadi, misalnya: menunggu alat,
pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin (service & adjustment), dll. Ini perlu
dibedakan dari hambatan hambatan karena kerusakan alat atau pengaruh iklim. Efisiensi
kerja adalah perbandingan antara waktu produktif dengan waktu kerja yang tersedia.
Menurut pengalaman dilapangan efisiensi kerja jarang-jarang dapat mencapai 83%.

Tabel 3.1 Efisiensi Kerja


Pemeliharaan Mesin
Kondisi
Baik Buruk
Operasi Alat Baik Sedang Buruk
Sekali Sekali
Baik Sekali 0,83 0,81 0,76 0,7 0,63
Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,6
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,6 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk Sekali 0,52 0,61 0,47 0,42 0,32

Untuk menghitung efiesiensi kerja dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

……………………………………(3.3)

Keterangan : EK = Efisiensi Kerja (%)


WT = Waktu Tersedia (Jam)
WS = Waktu Standby (Jam)
WB = Waktu Breakdown (Jam)
WE = Waktu Efektif (Jam)

3.8 Faktor pengembangan ( swell faktor )


Faktor pengembangan merupakan pemindahan volume material dari keadaan semula
yang terkonsolidasi dengan baik sebagai akibat adanya pembongkaran atau penggalian,
maka semakin banyak ruang yang kosong dan terisi udara diantara butir-butir material
tersebut. Pendekatan yang biasa digunakan untuk menghitung faktor pengembangan
suatu material (faktor pengisian disingkat SF).

16
Tabel 3.2 Swell Faktor berbagai material

Macam material Density Swell Faktor

Bauksit 1.6 – 2.6 0.75

Tanah liat, kering 1.4 0.85

Tanah liat, basah 1.7-1.8 0.82-0.80

Antrasit 1.3 0.74

Bituminuous coal 1.1 0.74

Bijih tembaga 2.3 0.74

Tanah Biasa, kering 1.7 0.85

Tanah biasa, basah 2.0 0.85

Tanah biasa bercampur 1.8 0.99

Kerikil kering 1.9 0.89

Kerikil basah 1.8 0.88

Granit, pecah-pecah 2.1 0.67

Hematit, pecah-pecah 2.7 0.45

Bijih besi 3.9-5.1 0.45

Batu kapur 2.1-3.3 0.60

Lumpur 1.5-2.5 0.83

Lumpur sudah ditekan 1.3-1.8 0.83

Pasir kering 1.8-2.1 0.89

Pasir basah 2.0-2.1 0.88

17
Serpih 1.8 0.75

Slate 2.7-2.9 0.77

(Sumber : Partanto 2000)

3.9 Faktor Pengisian (Fill Factor)

Faktor pengisian adalah perbandingan antara volume material yang dapat ditampung
oleh mangkuk terhadap kemampuan tampung mangkuk secara teoritis. Faktor pengisian
bervariasi sesuai dengan kondisi alami material dan mempertimbangkan kondisi-kondisi
penggalian yang diterapkan. Suatu bak truk mempunyai faktor isi 87% artinya 13%
volume bak tersebut tidak dapat diisi.

...................................................................................................... (3.4)

Dimana :

Fp : faktor pengisian atau fill factor (%)


Vn : kapasitas nyata alat (m³)
Vb : kapasitas baku alat (m³)

Tabel 3.3 Faktor Pengisian Bucket

Kondisi Pemuatan Faktor


Pengisian

Ringan Menggali dan memuat dari stockpile atau material 100% -


yang telah dikeruk oleh excavator lain, yang tidak 80%
memerlukan gaya gali dan dapat dimuat munjung
dalam bucket. Pasir, tanah pasir, tanah koloid, dengan
kadar air sedang.

Sedang Menggali dan memuat stockpile lepas dari tanah yang 80% -
lebih untuk digali tetapi dapat dimuat hamper

18
munjung. Pasir, kering, tanah liat. Tanah liat, gravel 60%
yang belum disaring. Pasir yang memadat dan
sebagainya atau menggali dan memuat gravel
langsung dari bukit gravel asli.

Agak sulit Menggali dan memuat batu-batu pecah, tanah liat 60% -
yang keras, pasir campur kerikil, tanah berpasir, 50%
tanah dengan kadar air tinggi yang telah di stockpile
oleh excavator lain.

Sulit Bongkahan, batuan besar dengan bentuk tidak teratur 50% -


diantaranya batuan hasil ledakan. 40%

(Sumber : Partanto 2000)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya faktor pengisian adalah:

a. Ukuran material

Semakin besar ukuran material maka semakin kecil faktor pengisian karena terjadi
pengurangan volume material akibat adanya rongga diantara butiran material.

b. Daya ikat material

Semakin kecil daya ikat suatu material maka akan semakin mudah terberai sehingga
butiran akan saling mengisi dan semakin sedikit membentuk rongga.

c. Keterampilan dan pengalaman operator alat

Semakin terampil dan berpengalaman maka pengisian material kedalam mangkuk akan
semakin banyak sehingga faktor pengisian akan semakin besar

3.10 Produktivitas Alat

Produktivitas adalah kemampuan suatu alat untuk menghasilkan produksi.

19
3.10.1 Excavator
Pada dasarnya excavator adalah alat yang menggunakan tractor sebagai tempat dudukan
dengan penggerak utamanya, jadi sebuah attachment.
Untuk menghitung nilai produktivitas dari excavator dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :
................................................................ (3.5)

Keterangan : Q = Produktivitas Excavator (LCM/Jam)


CT = Cycle Timer (menit)
Kb = Kapasitas Bucket (LCM)
FF = Fill Factor (%)
EK = Efisiensi Kerja (%)

3.10.2 Dump Truck


Pada dasarnya dump truck adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengangkut
material dan digunakan untuk memindahkan material pada jarak menengah sampai
jarak jauh.
Untuk menghitung nilai produktivitas dump truck dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :
......................................................................... (3.6)

Keterangan : Q = Produktivitas Excavator (LCM/Jam)


CT = Cycle Timer (menit)
Kv = Kapasitas Vessel (LCM)
EK = Efisiensi Kerja (%)

3.11 Keserasian Kerja (Match Factor)

Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali-muat dan alat angkut,
maka produksi alat gali-muat harus sesuai dengan produksi alat angkut. Faktor
keserasian alat gali-muat dan alat angkut didasarkan pada produksi alat gali-muat dan
produksi alat angkut, yang dinyatakan dalam Match Factor (MF). Untuk menghitung
nilai MF dapat digunakan persamaan sebagai berikut :

20
............................................................................................ (3.7)

Dimana :
MF : Match Factor atau faktor keserasian
Na : Jumlah alat angkut dalam kombinasi kerja (unit)
Nm : Jumlah alat gali-muat dalam kombinasi kerja (unit)
n : Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut
CTa : Waktu edar alat angkut (menit)
CTm : Waktu edar alat gali-muat (menit)

Tabel 3.4 Harga angka keserasian kerja


Harga MF Keterangan
(Match
Factor)
MF < 1 Keadaan ini menunjukkan faktor kerja alat angkut 100%
(bagi alat gali-muat terdapat waktu tunggu) sehingga alat
gali-muat bekerja kurang dari 100%, sehingga ada waktu
tunggu.
MF = 1 Merupakan keserasian kerja yang sempurna artinya faktor
kerja antara alat gali-muat dan alat angkut adalah 100%,
sehingga tidak ada waktu tunggu antara keduanya.
MF > 1 Keadaan ini menunjukkan faktor kerja alat gali-muat 100%
(dalam keadaan sibuk), sedangkan alat angkut kurang dari
100%, sehingga ada waktu tunggu bagi alat angkut.
(Sumber : Rochmanhadi, 1992)

CTm = Lamanya pemuatan ke alat angkut, yang besarnya adalah jumlah pemuatan
dikalikan dengan waktu edar alat gali-muat = n x Ctm

Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh terhadap faktor kerja
dimana hubungan yang tidak serasi tersebut akan menurunkan faktor kerja itu sendiri.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi dan Objek Pengamatan

Lokasi pengamatan berada di Pit North West PT. RCI dengan objek yang diamati adalah
pengangkutan overburden pada sump selatan. Adapun material yang akan diangkut
adalah lumpur sedimentasi.

Gambar 4.1 Sump Selatan Pit North West


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)

4.2 Waktu Edar

Waktu edar adalah angka yang menunjukan jumlah waktu yang digunakan dalam satu
rangkaian pekerjaan alat mekanis.

4.2.1 Waktu Edar Excavator


Waktu edar alat gali muat merupakan angka yang menunjukan jumlah waktu yang
digunakan untuk menggali, swing isi, menumpah, sampai dengan swing kosong. Pada
pengamatan kali ini dihitung waktu edar dari excavator Hyundai 480 LC-9 yang
memuat material lumpur di Pit North West PT. RCI.

22
Tabel 4.1 Data Waktu Edar Excavator Hyundai 480 LC-9

Waktu Swing Swing Total Total


No. Menumpah
Gali Isi Kosong (Detik) (Menit)
1 9.83 7.1 6.4 10.64 33.97 0.57
2 14.16 8.48 6.32 7.6 36.56 0.61
3 8.53 7.6 4.5 6.3 26.93 0.45
4 7.66 8.07 2.96 5.96 24.65 0.41
5 6.66 4.54 4.95 6.75 22.9 0.38
6 4.99 9.09 4.51 7.92 26.51 0.44
7 4.27 4.2 3.99 7 19.46 0.32
8 5.86 5 5.54 7.6 24 0.40
9 9.06 5.75 7.03 9.41 31.25 0.52
10 9.18 5.8 5.01 5.83 25.82 0.43
11 8.56 7.79 7.73 9.05 33.13 0.55
12 10.64 11.87 6.8 10.73 40.04 0.67
13 13.29 12.29 6.52 10.67 42.77 0.71
14 7.49 11.96 5.37 6.77 31.59 0.53
15 10.93 5.25 6.71 7.04 29.93 0.50
16 11 5.07 7.67 3.93 27.67 0.46
17 14.48 6.69 5.94 9.41 36.52 0.61
18 11.16 10.32 6.39 8.36 36.23 0.60
19 9.69 15.68 4.73 11.3 41.4 0.69
20 7.28 15.44 7.57 8.31 38.6 0.64
21 9.26 4.69 10.09 6.95 30.99 0.52
22 8.17 16.31 8.82 11.59 44.89 0.75
23 6.5 10.89 8.66 7.66 33.71 0.56
24 10.13 13.48 6.6 7.58 37.79 0.63
25 10.22 13.48 10.9 12.81 47.41 0.79
26 8.56 8.31 5.81 4.33 27.01 0.45
27 11.84 7.9 3.94 6.39 30.07 0.50
28 11.38 8.39 5.69 5.54 31 0.52
29 7.95 7.21 10.21 10 35.37 0.59
30 7.18 10.34 6.7 11.1 35.32 0.59
31 4.03 4.48 10.34 13.13 31.98 0.53
32 7.35 9.85 7.95 10.19 35.34 0.59
33 6.47 14.55 4.74 8.77 34.53 0.58
34 10.08 11.37 6.63 12.38 40.46 0.67
35 5.92 11.77 9.63 8.26 35.58 0.59
Rata-Rata 33.18 0.55

23
4.2.2 Waktu Edar Dump Truck
Berikut adalah data pengamatan waktu edar Dump Truck Mercedes Benz Actros 3939
yang mengangkut lumpur dengan jarak antara front kerja dan lokasi penimbunan yaitu
2.653 m.

Tabel 4.2 Data waktu edar Dump Truck Mercedes Benz Actros 3939 jarak 2.653 m

No Manuver Loading Angkut-Kembali Total Total


Loading Kosong (Detik) (Menit)
1 64.57 163.40 1498.94 1726.91 28.78
2 25.10 324.64 1204.06 1553.80 25.90
3 35.55 260.55 1252.63 1548.73 25.81
4 25.72 228.59 1169.47 1423.78 23.73
5 42.17 211.85 998.21 1252.23 20.87
6 31.77 198.85 1047.74 1278.36 21.31
7 41.13 215.17 1022.54 1278.84 21.31
8 29.67 213.92 1114.27 1357.86 22.63
9 31.87 243.81 1076.53 1352.21 22.54
10 28.69 275.56 1157.85 1462.10 24.37
11 55.43 331.83 1156.52 1543.78 25.73
12 62.11 239.54 1259.74 1561.39 26.02
13 38.63 254.25 1062.34 1355.22 22.59
14 27.82 261.77 1295.82 1585.41 26.42
15 36.33 223.38 1052.37 1312.08 21.87
16 24.52 263.87 998.53 1286.92 21.45
17 43.25 223.54 1032.64 1299.43 21.66
18 31.78 311.49 932.93 1276.20 21.27
19 29.62 256.59 1063.77 1349.98 22.50
20 33.76 305.43 1213.46 1552.65 25.88
21 27.31 271.56 1165.27 1464.14 24.40
22 40.7 337.19 1081.64 1459.53 24.33
23 35.92 225.92 1274.53 1536.37 25.61
24 32.81 231.7 1216.75 1481.26 24.69
25 46.29 543.5 1132.63 1722.42 28.71
26 40.55 245.65 1052.41 1338.61 22.31
27 28.25 281.32 986.32 1295.89 21.60
28 31.77 253.51 1023.14 1308.42 21.81
29 28.52 301.43 1163.21 1493.16 24.89
30 35.6 237.54 1082.67 1355.81 22.60
Rata-Rata 1427.12 23.79

24
4.3 Produktivitas

Produktivitas adalah kemampuan suatu alat untuk menghasilkan produksi. Pada


pengamatan kali akan dihitung produktivitas dari alat gali muat (loader) dan alat angkut
(hauler) yang digunakan untuk menangani lumpur di sump selatan Pit North West PT.
RCI.

4.3.1 Produktivitas Excavator


Diketahui:

Kapasitas buket = 2.15 m3

Fill factor = 80 %

Efisiensi kerja = 80 %

Waktu edar rata-rata = 0.55 menit

Jumlah passing = 5 buket

Produktivitas:

P=

P =

P = 149.28 BCM/jam

4.3.2 Produktivitas Dump Truck


Diketahui:

Kec. Kosongan =18 km/jam

Kec. Muatan = 15.8 km/jam

Kapasitas Vessel = 8 BCM (Lumpur)

Efisiensi Kerja = 80%

Waktu edar rata-rata = 23.79 menit

25
Produktivitas:

P =

P =

P = 16.14 BCM/jam

4.3.3 Ketercapaian Produktivitas


Tim mineplan engineering PT. RCI telah menetapkan target produktivitas dari alat gali
muat dan alat angkut untuk material lumpur masing-masing adalah 175 BCM/jam dan
20.62 BCM/jam. Berdasarkan data yang telah diolah, didapatkan hasil sebagai berikut:

Ketercapaian Produktivitas Alat


200
175
180
160 149.28
140
120
100 plan
80 aktual
60
40 20.62 16.14
20
0
excavator dump truck

Gambar 4.2 Diagram Ketercapaian Produktivitas Alat

Dapat diketahui bahwa nilai produktivitas aktual baik excavator maupun dump truck
belum tercapai. Adapun tingkat ketercapaian untuk excavator diketahui sebesar 85.31%
dan untuk dump truck yaitu sebesar 78.27%. Dengan ini perlu dilakukan beberapa
perbaikan seperti meningkatkan kecepatan pengangkutan, memperkecil jarak antara
front dan lokasi penimbunan serta mengurangi delay time.

26
4.4 Keserasian Kerja

Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali-muat dan alat angkut,
maka produksi alat gali-muat harus sesuai dengan produksi alat angkut. Faktor
keserasian alat gali-muat dan alat angkut didasarkan pada produksi alat gali-muat dan
produksi alat angkut, yang dinyatakan dalam Match Factor (MF). Berdasarkan
pengamatan lapangan dan perhitungan waktu edar didapat data sebagai berikut:

Jumlah loader = 1 unit


Jumlah hauler = 7 unit
Waktu edar loader = 0.55 menit
Waktu edar hauler = 23.79 menit
Jumlah passing = 5 kali
Berdasarkan data diatas dapat diketahui keserasian (match factor) antara alat gali-muat
dan alat angkut sebagai berikut:

MF =

MF =

MF = 0.81

Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai keserasian kerja 0.81 (MF < 1) yang artinya
alat gali muat (loader) tidak bekerja secara maksimal dikarenakan harus menunggu alat
angkut tetapi waktu untuk menunggunya tidak terlalu lama. Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan selama 1 jam 9 menit pada pukul 09.00 – 10.09 WITA di tanggal 22
Januari 2022 didapat keterangan rincian kegiatan yang dilakukan Excavator Hyundai
480 LC-9 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Keterangan kegiatan Excavator Hyundai 480 LC-9 22 Januari 2022 (09.00-
10.09 WITA)
Keterangan Detik Menit
perbaikan front 683.97 11.40

27
Keterangan Detik Menit
hanging 625.65 10.43
loading 1958 32.63
waiting 930.87 15.51

Dari tabel hasil pengamatan diatas dapat diketahui waktu menunggu yaitu 15.51 menit.

Untuk mendapat nilai keserasian yang lebih baik, perusahaan dapat menambah 1 unit
(total 8 unit) alat angkut dengan rincian perhitungan sebagai berikut:

Diketahui:
Jumlah loader = 1 unit
Jumlah hauler = 8 unit
Waktu edar loader = 0.55 menit
Waktu edar hauler = 23.79 menit
Jumlah passing = 5 kali

Match factor:

MF =

MF =

MF = 0.93 (mendekati serasi)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapat nilai keserasian kerja yaitu 0.93 (MF < 1).
Dapat diketahui dengan penambahan 1 unit dump truck nilai keserasian kerja dapat
ditingkatkan sebanyak 14%.

28
Match Factor
0.94
0.92
0.9
0.88
0.86
0.84 7 unit
0.82 8 unit
0.8
0.78
0.76
0.74
MF

Gambar 4.3 Peningkatan nilai match factor

4.5 Volume Overburden

Berdasarkan data yang didapat oleh tim survey PT. RCI diketahui posisi sump selatan
berada pada elevasi -19 mdpl. Dari data tersebut kemudian dilakukan perhitungan
volume lumpur menggunakan perangkat lunak dan didapat volume lumpur di sump
selatan Pit North West adalah 17.585,51 BCM.

Gambar 4.4 Hasil perhitungan volume lumpur

29
Gambar 4.5 Peta Topografi Pit North West PT. RCI

4.6 Periode Waktu Pengangkutan (Time Frame)

Berdasarkan perhitungan volume lumpur pada sump selatan Pit North West, dapat
dilakukan perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut material lumpur yang
akan dirincikan sebagai berikut:

Diketahui:
Volume Lumpur = 17.585,51 BCM
Produktivitas Dump Truck = 16.14 BCM/jam
Jam Kerja efektif/hari = 16 Jam
Jumlah Dump Truck = 7 Unit
Berdasarkan data diatas dapat diketahui produksi yang dihasilkan oleh Dump Truck
yaitu:
Produksi =
Produksi = 16.14 bcm/jam x 7 unit x 16 jam
Produksi = 1808.18 BCM/hari
Selanjutnya dapat diketahui waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan 17.585,51
BCM lumpur adalah:

30
Estimasi Pengerjaan =

Estimasi Pengerjaan =

Estimasi Pengerjaan = 9.73 ≈ 10 hari

Tabel 4.4 Estimasi Waktu Pengangkutan Lumpur


Loader Hyundai 480 LC-9
Hauler Mercedes Benz Actros 3939
Volume Lumpur 17.585 BCM
Jumlah Hauler Yang Digunakan 7 unit
Pdty Hauler 16.14 BCM/jam
Jam Kerja/hari 16 jam
Produksi 1808.18 BCM/hari
Estimasi Waktu Pengerjaan 9.73 ≈ 10 Hari

31
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan praktik kerja lapangan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan pengolahan dari data lapangan yang didapat, diketahui waktu edar
rata-rata excavator Hyundai 480 LC-9 yaitu 0.55 menit dan waktu edar rata-rata
dump truck Mercedes Benz Actros 3939 yaitu 23.79 menit.
2. Dari hasil waktu edar, dapat diketahui nilai produktivitas dari excavator Hyundai
480 LC-9 yaitu 149.28 BCM/jam dan produktivitas dump truck Mercedes Benz
Actros 3939 yaitu 16.14 BCM/jam.
3. Berdasarkan perhitungan keserasian kerja, didapat nilai keserasian kerja antara
excavator Hyundai 480 LC-9 dan dump truck Mercedes Benz Actros 3939 adalah
0.81.
4. Berdasarkan perhitungan volume lumpur sedimentasi di sump selatan Pit North
West PT. RCI menggunakan software Minescape 5.7 didapatkan volume lumpur
sebesar 17.585 m3.
5. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkut 17.585 m3 lumpur di sump selatan Pit North West
yaitu ± 10 hari.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pemanfaatan waktu kerja produktif lebih ditingkatkan lagi dengan cara
mengurangi secondary time agar produksi yang dihasilkan dapat lebih maksimal
dan mampu mencapai target produksi yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan.

32
2. Berdasarkan perhitungan keserasian kerja, sebaiknya unit dump truck ditambah
sebanyak 1 unit supaya nilai hasil keserasian kerjanya lebih baik (MF = 0.93).
3. Sebaiknya kecepatan pengangkutan ditambah dan tentunya sesuai dengan standar
perusahaan (maksimal kecepatan untuk muatan yaitu 22 km/jam dan kosongan 25
km/jam) supaya produksi yang dihasilkan lebih besar dan waktu yang digunakan
lebih singkat.

33
DAFTAR PUSTAKA

Hartman, Howard L. 1987. Introductory Mining Engineering, The University Of


Alabama Tuscaloosa. Alabama Sudrajat, Nandang, 2013. Teori dan Praktek
Pertambangan Indonesia, Pustaka Yustisia : Yogyakarta.

Khair, Abdul, dkk. “Evaluasi Pencapaian Target Produktivitas Alat Gali Muat
Dan Alat Angkut Pada Aktivitas Pemindahan Overburden
Di Pit1 Blok15 Pt Rimau Energy Mining, Site Putut Tawuluh”. Teknik
Pertambangan: Universitas Lambung Mangkurat. (Diakses pada 30 Januari 2021,
Samarinda).

Rochmanhadi. 1982. “Alat-Alat Berat Dan Penggunaanya “. Departemen Pekerjaan Umum.


Jakarta.

Prodjosumarto, Partanto . 2000. “ Pemindahan Tanah Mekanis “. Jurusan Teknik


Pertambangan ITB : Bandung

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009. Pertambangan Mineral dan


Batubara.

Kadir, effendi. 2008. Pemindahan Tanah Mekanis. Fakultas Teknik Universitas


Sriwijaya : Palembang

34

Anda mungkin juga menyukai