Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Praktik Kerja Lapangan/Seminar pada
Semester VII
Disusun Oleh :
201734029
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini disusun sebagai salah satun Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek Program
Studi D-4 Teknik Konservasi Energi Politeknik Negeri Bandung tahun ajaran 2022/2023
pada tanggal 05 Juni 2023 – 30 Juni 2023.
Disusun Oleh:
NIM : 201734029
Menyetujui
Ahmad Nuryaqin
Jhonny H.S. Souhoka
NIK. 9527036 NIK. 1411004
Mengetahui,
HR & GA Department Head
Dudy Gandjar
NIK. 9510397
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya saya sebagai penyusun laporan dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL). Penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini bertujuan untuk
memenuhi persyaratan dari pengajuan Proposal Proyek Akhir. Dan penyusun menyadari
bahwa banyak pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan ini, karena tanpa pihak tersebut penyusun tidak akan dapat menyelesaikan
laporan ini, oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, karena atas izin dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
praktik kerja lapangan.
2. Bapak Hendri dan Ibu Yani Maryani selaku Orang Tua penulis yang senantiasa
memberi dukungan, perhatian, serta doa yang tiada henti-hentinya dipajatkan untuk
penulis.
3. Raffi Gustian , Aldi Ramadhan dan Arsyilla Putri Yumna, selaku adik kandung
penulis yang selalu memberikan support selama penulis menjalankan Praktik Kerja
Lapangan hingga penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan.
4. Bapak Bambang Puguh Manunggal, S.T., M. Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik
Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung.
5. Ibu Yanti Suprianti ST. MT, selaku Ketua Prodi Teknik Konservasi Energi
Politeknik Negeri Bandung.
6. Ibu Alvera Apridalianti Melkias, M.T, selaku Koordinator Praktek Kerja Lapangan
dan juga wali dosen penulis.
7. Bapak Budi Suharto, ST, selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
8. Bapak Ir. Jonny H.S. Souhoka, selaku Kepala Maintenance Department PT.
Indocement Tunggal Prakarsa.
9. Bapak Ahmad Nuryaqin, selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di PT.
Indocement Tunggal Prakarsa.
10. Seluruh staff dan pegawai PT. Indocement Tunggal Prakarsa.
11. Muhammad Gilang Alindra selaku rekan penulis selama menjalakan Praktik Kerja
Lapangan yang senantiasa berbagi suka , duka ,cerita, ilmu, dan pengalaman selama
penulis menjalakan Praktik Kerja Lapangan.
2
Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis menyadari tentang masih
banyaknya kesalahan yang penulis lakukan. Adapula beberapa kekurangan yang
menyebabkan penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membantu, sangat penulis harapkan untuk
membuat penulis semakin maju dan semakin membaik.
Akhir kata penulis berharap laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung. Semoga apa yang
penulis tulis dalam laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat memberi jalan kemudahan
baik bagi penulis untuk kedepannya ataupun pihak lainnya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. 6
4
2.1.3 Proses di Kiln Section ................................................................................... 28
3.3 Cara Kerja Vertical Roller Mill ..................... Error! Bookmark not defined.
3.3.1 Bagian-Bagian Vertical Roller Mill .............. Error! Bookmark not defined.
3.3.2 Spesifikasi Vertical Roller Mill ..................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 48
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR TABEL
7
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara
memberikan pengalaman belajar dan pengimplementasian ilmu yang telah didapat oleh
mahasiswa untuk diterapkan di dunia kerja Industri maupun Pariwisata sehingga
mahasiswa dapat berpartisipasi dengan tugas di lembaga tersebut. Pada laporan ini,
penyusun memilih Lembaga Swasta yang salah satunya adalah PT Indocemet Tunggal
Prakarsa Tbk. sebagai tempat untuk melaksanakan PKL.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan wujud relevansi antara teori yang
didapatkan selama di perkuliahan dengan praktek yang ditemui baik dalam dunia usaha
swasta maupun pemerintah. Praktik kerja lapangan dipandang perlu karena melihat
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktik Kerja Lapangan
(PKL) akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara
teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas managerial mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan, baik
dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya.
Latar belakang pemilihan tempat praktik ini, karena penulis ingin mendalami
tentang proses produksi semen. Semen merupakan hasil industry dari paduan bahan baku
kapur sebagai bahan utama, tanah liat, dan gypsum serta bahan additive lainnya. Dalam
proses produksinya, bahan-bahan tersebut dicampur dengan komposisi yang telah
ditentukan dan kemudian diproses didalam raw mill. Untuk menghasilkan semen, bahan
baku tersbut dibakar sampai meleleh hingga akhirnya membentuk clinker yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gypsum dalam jumlah yang sesuai. Kualitas semen
dapat dilihat dari clinker yang dihasilkan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh
operasional rotary kiln.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. yang merupakan salah satu produsen semen
terbesar di Indonesia secara konsisten selalu berusaha meningkatkan kuantitas dan
kualitas produksi semen yang mampu memberikan solusi untuk pembangunan Indonesia.
Praktik kerja lapangan ini sebagai salah satu sistem pembelajaran mahasiswa agar
dapat melihat dan memahami secara langsung dunia kerja dan mengetahui penerapan
ilmu-ilmu teknik konversi energi dan aplikasinya pada dunia industry.
8
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa jumlah energi yang diperlukan dalam produk yang dihasilkan pada unit
vertical roller mill?
2. Berapa besar efisiensi energi yang diperoleh pada unit vertical roller mill?
3. Berapa konsumsi energi spesifik pada vertical roller mill?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan umum pada kerja praktik kali ini adalah:
1. Menghitung energi masuk dan keluar pada unit vertical roller mill.
2. Menghitung efisiensi energi pada unit vertical roller mill.
3. Menghitung konsumsi energi panas spesifik pada unit vertical roller mill.
9
proses yang terjadi hingga menghasilkan produk semen pada proses produksi di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
2. Studi Literatur dan Pustaka
Studi literatur dilakukan oleh penulis untuk menjadi dasar dalam menganalisa dan
sebagai dasar perhitungan dari subjek yang dibahas.
3. Diskusi dan Pengambilan Data
Penulis melakukan diskusi kepada dosen pembimbing kampus dan pembimbing
lapangan untuk mengetahui lebih dalam objek yang dibahas dan pengambilan data
yang dipergunakan untuk evaluasi sebagai bahan untuk mendapatkan informasi lebih
lanjut dalam mengenalisis subjek yang dibahas.
4. Analisis
Analisis ini dilakukan oleh penulis terhadap subjek melalui data yang didapatkan di
lapangan dan studi literatur untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang akan dihadapi,
batasan masalah, tujuan, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik, metode
pengumpulan data, sistematikan penulisan dan profil dari perusahaan yang menjadi
tempat kerja praktik.
Bab ini membahas mengenai perusahaan tempat kerja praktik berlangsung, mulai dari
sejarah berdirinya dan profil perusahaan.
Bab ini akan berisi tentang teori-teori yang mencakup permasalahan atau kasus yang
berlangsung saat kerja praktik untuk dianalisa dan dibuat pembahasannya pada laporan
ini.
Bab ini berisi tentang pemaparan objek yang menjadi topik pembahasan, yaitu Raw
Grinding Mill plant 9.
10
BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang pengolahan data dan perhitungan lalu akan dianalisis dari hasil
pengolahan data dan perhitungan yang telah dilakukan.
BAB 6 PENUTUP
Berikan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan diperoleh dari hasil analisis yang
telah didapat dan saran dituliskan berdasarkan hasil analisis untuk memberikan suatu
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
11
Guna mengantisipasi pertumbuhan pasar yang semakin kuat, Indocement terus
berupaya menambah jumlah pabriknya untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Perseroan mengakuisisi Plant 9 pada 1991 dan menyelesaikan pembangunan Plant 10
di Kompleks Pabrik Cirebon, Cirebon, Jawa Barat pada 1996. Selanjutnya pada 1997,
Plant 11 selesai dibangun di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat.
Pada 29 Desember 2000, dari hasil merger antara Perseroan dengan PT Indo
Kodeco Cement (IKC), maka Perseroan menjadi pemilik pabrik semen di Tarjun,
Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pabrik tersebut menjadi Plant 12 milik Perseroan.
Pada 2001, HeidelbergCement Group menjadi pemegang saham mayoritas
melalui entitas anaknya, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd., setelah mengakuisisi 61,7%
saham Perseroan. Pada 2008, HeidelbergCement AG mengalihkan seluruh sahamnya di
Indocement kepada Birchwood Omnia Ltd. (Inggris), yang 100% dimiliki oleh
HeidelbergCement Group.
Pada 2009 Birchwood omnia Ltd., menjual 14,1% sahamnya kepada publik,
sehingga kepemilikan saham Indocement oleh HeidelbergCement AG melalui
Birchwood Omnia di Perseroan menjadi 51%.
Pada Oktober 2016, Perseroan mulai mengoperasikan pabrik ketiga belas yang
disebut Plant 14 di Kompleks Pabrik Citeureup, yang merupakan pabrik semen
terintegrasi terbesar milik Indocement dengan kapasitas desain terpasang mencapai 4,4
juta ton semen per tahun dan juga merupakan pabrik semen terbesar yang pernah
dibangun oleh Indocement dan HeildelbergCement Group.
Saat ini Perseroan telah mempunyai 13 pabrik dengan total kapasitas produksi
tahunan sebesar 25,5 juta ton semen. Sepuluh pabrik berlokasi di Kompleks Pabrik
Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua pabrik di Kompleks Pabrik Cirebon, Cirebon, Jawa
Barat; dan satu pabrik di Kompleks Pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
12
Mortar: Pemain Mortar yang Terdepan di Jawa Bagian Barat.
B. Misi
Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan bermutu
tinggi yang mengutamakan solusi untuk pelanggan dengan mengedepankan aspek
lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
C. Moto
Material to build our future.
13
2006 HeidelbergCement South-East Asia Gmbh. melakukan penggabungan
usaha dengan HeidelbergCement AG. Dengan demikian
HeidelbergCement AG. menguasai 65,14% saham Indocement.
2007 • Indocement membeli 51% saham PT Gunung Tua Mandiri, sebuah
perusahaan tambang agregat yang terletak di Rumpin, Bogor, Jawa
Barat.
• Indocement memodifikasi Pabrik ke-8 di Citeureup untuk menambah
kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun.
2008 • Indocement menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified
Emission Reduction/CER) untuk pertama kalinya dalam kerangka
Mekanisme Pembangunan Bersih untuk proyek penggunaan bahan
bakar alternatif.
• Indocement menerima Peringkat Hijau Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan (PROPER) untuk periode 2007-2008, untuk Pabrik
Citeureup dan Peringkat Biru untuk Pabrik Palimanan.
• Dalam rangka restrukturisasi internal, HeidelbergCement AG –
pemegang saham utama Indocement – mengalihkan seluruh sahamnya
di Indocement kepada Birchwood Omnia Limited (Inggris), yang
dimiliki 100% oleh HeidelbergCement Group.
2009 • Birchwood Omnia Limited (HeidelbergCement Group), pemegang
saham utama Indocement, menjual 14,1% sahamnya kepada publik.
• Indocement meraih peringkat tertinggi, yaitu Peringkat Emas, pada
program PROPER 2008- 2009. Peringkat tersebut diraih oleh Pabrik
Citeureup, Bogor. Indocement merupakan perusahaan kedua di
Indonesia yang meraih Peringkat Emas sejak program PROPER dimulai
tahun 2002. Pabrik Palimanan, Cirebon, memperoleh Peringkat Hijau
pada program PROPER 2008-2009.
• Anak perusahaan Indocement, PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS),
meningkatkan kepemilikannya menjadi 100% atas tambang agregat di
Purwakarta, Jawa Barat, dengan estimasi cadangan sekitar 95 juta ton.
Akuisisi ini memampukan Indocement menjadi pemimpin pasar untuk
pasokan agregat dengan total cadangan sebesar 115 juta ton.
14
• Melalui anak perusahaannya, PT Dian Abadi Perkasa dan PT Indomix
Perkasa, Indocement menguasai 100% saham PT Bahana Indonor,
sebuah perusahaan di bidang transportasi laut.
2010 • Dua unit penggilingan-semen baru mulai beroperasi di Pabrik Cirebon,
meningkatkan total kapasitas terpasang sebesar 1,5 juta ton semen
menjadi 18,6 juta ton semen per tahun.
• Tambahan empat batching plant dan lebih dari 100 truk mixer baru
memperkuat bidang usaha beton siap-pakai guna mengantisipasi
peningkatan permintaan pasar.
2011 • Dimulainya pembangunan penggilingan semen di Pabrik Citeureup
untuk meningkatkan kapasitas produksi PCC sebesar 1,9 juta ton semen.
• Beroperasinya fasilitas bongkar-muat semen kantong dengan peti
kemas di dermaga Pabrik Tarjun.
• Dimulainya pembangunan terminal semen untuk menyediakan fasilitas
bongkar-muat semen kantong dan curah di Samarinda, Kalimantan
Timur, guna memenuhi permintaan serta meningkatkan pangsa pasar
di wilayah Kalimantan.
2012 • Mulai digunakannya kereta api sebagai moda transportasi untuk
pengiriman semen kantong dari Palimanan ke Purwokerto.
• United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)
menerbitkan CER untuk Indocement atas keberhasilannya mengurangi
emisi dari proyek blended cement untuk periode 2006-2007.
• Dimulainya pengoperasian Terminal Semen Banyuwangi, Jawa Timur
guna memfasilitasi bongkar muat semen kantong dan curah.
• Dimulainya pengoperasian Terminal Semen Samarinda, Kalimantan
Timur guna memfasilitasi bongkar muat semen kantong dan curah.
2013 • Laboratorium QARD di Kompleks Pabrik Citeureup menerima
sertifikat ISO 17025 dan diakreditasi oleh Kantor Akreditasi Nasional
(KAN) untuk Process Control Laboratory (PCL).
• Dimulainya pembangunan Pabrik ke-14 di Kompleks Pabrik Citeureup.
Pabrik baru ini mempunyai kapasitas terpasang 4,4 juta ton semen dan
akan menjadi pabrik semen terbesar di Indonesia.
15
• Dimulainya pengoperasian rute kereta api tambahan untuk pengiriman
semen kantong Bogor - Surabaya.
• Penambahan satu unit vertical roller mill (VRM) di Kompleks Pabrik
Citeureup dengan kapasitas produksi sebesar 1,9 juta ton semen per tahun.
2014 • Akuisisi PT Terang Prakarsa Cipta oleh entitas anak Indocement, PT
Sari Bhakti Sejati dan PT Makmur Abadi Perkasa Mandiri
• Peluncuran kereta api Nambo III, pengangkut semen dari stasiun
Nambo, Citeureup menuju Stasiun Banyuwangi Baru, Banyuwangi.
• Pengoperasian tambahan satu unit vertical roller mill (VRM) di
kompleks Pabrik Citeureup dengan kapasitas produksi sebesar 1,9 juta
ton semen per tahun meningkatkan total kapasitas produksi semen
mencapai 20,5 juta ton semen per tahun.
2015 • Peluncuran program Sekolah Tukang Semen Tiga Roda (SETARA)
• Peluncuran Indocement Safety Health Environment Learning Center.
• Pembangunan perdana Rumah Instan Sehat Sederhana Indocement
(RISHA-Indocement)
• Indocement resmi menjadi salah satu anggota pendiri Green Product
Council Indonesia.
2016 • Peluncuran produk baru Indocement, dengan merek dagang “Semen
Rajawali.
• Peresmian pabrik baru Plant 14 di Kompleks Pabrik Citeureup di Bogor,
dengan kapasitas terpasang 4,4 juta ton semen per tahun.
2017 • Peluncuran produk baru Indocement yaitu “Duracem”. Duracem
merupakan jenis semen portland yang memanfaatkan slag dari industri
baja sebagai salah satu bahan bakunya.
2018 • Peresmian pengoperasian Terminal Semen di Palembang yang memiliki
kapasitas 500.000 ton semen per tahun.
• Indocement mulai mengadopsi paradigma baru dalam pemasaran dan
penjualan produk dengan menerapkan konsep Sales is a Science (SiaS).
SiaS merupakan platform penjualan yang menitik beratkan pada tiga
pilar utama yaitu market knowledge, structure selling dan capacity
building.
16
2019 • Peresmian pengoperasian Terminal Semen di Lampung yang memiliki
kapasitas 1.000 ton semen curah per hari dan pengepakan 1.500 ton
semen kantong per hari.
• Indocement membangun system digital TIRO System yang
mengintegrasikan seluruh proses penjualan end to end, mulai dari
supply, distribusi, warehousing, inventory, penjualan, administrasi dan
pelayanan pelanggan di Indocement dan seluruh jaringan distributor.
17
c. Semen Sumur Minyak “Tiga Roda”
Semen Sumur Minyak (OWC) adalah tipe semen khusus untuk pengeboran minyak
dan gas baik di darat maupun lepas pantai. OWC dicampur menjadi suatu adukan semen
dan kemudian disuntikkan di antara pipa bor dan cetakan sumur bor dimana semen
tersebut dapat mengeras dan kemudian mengikat pipa pada cetakannya. OWC diproduksi
dengan standar mutu sesuai American Petroleum Institute (API).
18
Gambar 1. 5 Acian Putih TR - 30
h. Duracem
Semen berjenis blended cement dengan menggunakan slag (residu hasil
pembakaran pada industri baja) sebagai additive material sehingga sangat ramah
lingkungan, serta memiliki keunggulan teknis diantaranya panas hidrasi rendah, tahan
terhadap sulfat, durabilitas tinggi serta memiliki masa pertumbuhan kuat tekan yang
lebih panjang, sehingga cocok untuk proyek-proyek dengan mass concrete, bendungan
dan dermaga. Duracem didistribusikan dalam bentuk curah.
Gambar 1. 7 Duracem
19
i. TR-10 Mortar Serbaguna
TR-10 Mortar Serbaguna merupakan mortar yang praktis dan tahan lama untuk
aplikasi pasangan bata merah, plester bata merah, dan perata lantai. TR-10 Mortar
Serbaguna dikemas dalam kemasan kantong dengan berat bersih 40kg.
j. TR-15 Thinbed
TR-15 Thinbed adalah perekat bata ringan dengan daya rekat kuat dan tipis saat
diaplikasikan dan lebih ekonomis. TR-15 Thinbed dikemas dalam kemasan kantong
dengan berat bersih 40kg.
Gambar 1. 9 TR – 15 Thinbed
20
Gambar 1.10 TR - 20 Plester Pluss
l. Beton Siap-Pakai
Indocement memiliki usaha beton siap-pakai melalui anak perusahaan yaitu PT
Pionirbeton Industri. Indocement telah bergerak di bisnis beton siap-pakai sejak 1991.
Beton siap-pakai diproduksi dengan mencampur semen dengan bahan campuran
yang tepat (pasir dan batu) serta air dan kemudian dikirimkan ke tempat pelanggan
menggunakan truk semen untuk dicurahkan.
d. Agregat
Agregat digunakan dalam proses produksi RMC. Pengembangan baru tambang
agregat (batu andesit atau batu pecah-belah) di Kabupaten Bogor dan Purwakarta, Jawa
Barat dengan total cadangan 80 juta ton andesit, melalui entitas anak perusahaan
Indocement akan memperkuat posisi Indocement sebagai pemasok bahan bangunan.
21
e. “Duracem”
Semen berjenis blended cement dengan menggunakan slag (residu hasil
pembakaran pada industri baja) sebagai material aditif, sehingga sangat ramah
lingkungan, serta memiliki keunggulan teknis diantaranya panas hidrasi rendah, tahan
terhadap sulfat, durabilitas tinggi serta memiliki masa pertumbuhan kuat tekan yang lebih
panjang, sehingga cocok untuk proyek-proyek pelabuhan, dermaga, bendungan dan
pembangkit listrik. Duracem didistribusikan dalam bentuk curah.
22
1.8.6 Struktur Organisasi
23
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bahan baku yang berupa limestone (batu kapur) dan clay (tanah liat) diperoleh dari
areal penambangan gunung Kromong. Sedangkan silica sand (pasir silica) didatangkan
dari Rembang, iron sand (pasir besi) dari PT. Aneka Tambang Cilacap dan gypsum dari
PT. Petrokimia Gresik.
1. Material Sources
24
b. Pengupasang (Stripping)
Tahap ini dilakukan pengupasan tanah penutup, sehingga areal batu kapurnya
tersingkap. Pengupasan dilakukan dengan buldoser.
c. Pengeboran (Drilling)
d. Peledakan (Blasting)
f. Pemuatan (Loading)
Batuan yang sudah diperkecil ukurannya dimuat kedalam dump truck dengan
menggunakan alat wheel loader.
g. Pengangkutan (Hauling)
2. Crusher
25
Tahapan ini terdiri dari penghancuran batuan (crushing) dan penyimpanan
(storaging). Tahap penghancuran terdiri dari penghancuran batu kapur
(limestone) dan penghancuran bahan tambahan (additive).
Proses yang terjadi pada tahap limestone, crushing dilanjutkan dengan proses
penyimpanan material dalam hopper. Material dibawa ke vibrating screen untuk
pemisahan material-material yang berukuran besar sehingga dapat menguragi
beban pada primary crushing. Primary crushing merupakan proses
menghancurkan material dengan menggunakan alat jenis single toggle jaw
crusher.
Material yang lolos melalui vibrating screen dan material hasil penghancuran
primary crushing diangkut dengan belt conveyor menuju secondary crusher.
Sebelum material masuk secondary crusher metrial disaring terlebih dahulu oleh
vibrating screen. Material yang lolos vibrating screen diangkut dengan belt
conveyor dan tripper ke stroge sebagu produk low lime. Dan material yang tidak
lolos dihancurkan oleh secondary crusher jenis impeller breaker, selanjutnya
material diangkut oleh belt conveyor ke stroge sebagai produk high lime.
Material hasil pengeringan diangkut dengan belt conveyor dan bucket elevator
untuk dimasukkan dalam hopper additive di unit grinding (pergilingan). Untuk iron
sand langsung dimasukkan dalam hopper.
26
Bahan baku pada masing-masing hopper (high lime, low lime, clay, dan iron
sand) diumpankan kedalam alat penggilingan (raw mill) dengan mengatur laju aliran
secara otomatis, dengan menggunakan weighing feeder.
Material digiling dalam vertical atau horizontal mill dengan bola-bola baja
sambal diputar. Putaran silinder akan mengangkut umpan dan bola-bola pada
ketinggian optimal dan kemudain jatuh sehinga terjadi tumbukan. Di dalam raw mill
disamping terjadi proses penggilingan, juga terjadi proses pengeringan. Hal ini
karena adanya gas panas dari RSP (Reinforced Suspension Preheater) yang dialirkan
searah dengan jalannya material.
3. Homogenisasi
Campuran bahan baku hasil penggilingan di dalam raw mill belum tercampur
dengan merata, oleh karena itu sebelum diolah lebih lanjut, raw meal tersebut
dihomogenisasi terlebih dahulu di dalam dua buah homosilo yang masing-masing
berkapasitas 10.000 ton.
Homosilo bekerja secara kontinyu dan terdiri atas enam bagian, tiap bagian
diaerasi dengan udara mampat satu demi satu sehingga dalam silo terbentuk banyak
lapisan raw meal (multi layer). Keluaran dari homosilo diatur oleh flow control gate
untuk dicurahkan ke air sliding conveyor, kemudian diangkut oleh bucket elevator
27
ke feed bin melalui ATC. Raw mill keluar dari feed bin, diatur lajunya oleh weighing
feeder untuk diumpakan di RSP.
Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran adalah batu bara (coal)
sebagai bahan bakar pembantu untuk pemanasan awal (heating up). Untuk lebih
menghemat energi dan meringankan kerja peralatan pembakaran (furnace), maka proses
pembakaran dilakukan dengan dua tahap pembakaran lanjut.
Tahap prakalsinasi awal sekitar 85-95% terjadi di SP yang terdiri dari siklon-siklon
yang tersusun secara bertahap, sehingga disebut pula RSP. Ruang keempat (paling atas)
terdiri dari 4 buah siklon (dinamakan 𝐶4 atau chamber 4). Sedangkan ruang ruang ketiga
(C3 = chamber 3), ruang kedua (C2 = chamber 2), dan ruang pertama (C1 = chamber
1) masing-masing terdiri dari 2 buah siklon yang masing-masing siklon dihubungkan
dengan rising duct. Di dalam SP material mengalami pemanasan secara bertahap. Tahap
keempat material mengalami pemanasan dengan suhu 330 °C, tahap ketiga dengan suhu
550 °C, tahap kedua dengan suhu 750 °C dan tahap pertama dengan suhu 850 °C.
Umpan masuk pada SP melalui connection duct yang terjadi antara C3 dan C4,
karena adanya hisapan SP fan di setiap siklon, material tertarik ke C4 dan mengalae
pemusingan material yang mengalami pemusingan ini akan jatuh ke C3 dan sebagian
ada yang terbawa gas panas ke atas. Selanjutnya di C3 material mengalami pemusingan
dan jatuh ke ruang di bawahnya, demikian seterusnya sampai material pembakaran di
RSP dan masuk kiln.
28
Zone transisi : dari SP – meter 75
Tahap-tahap proses pembentukab clinker dari awal masuk SP sampai pada daerah
nyala api di ujung kiln adalah sebagai berikut:
2. Pendingin clinker
Clincker keluar dari kiln pada suhu 1300°C sebelum dikirim ke unit penggilingan
akhir perlu didinginkan terlebih dahulu di dalam air quenching cooler (AQC) jenis grate
cooler secara cepat dan mendadak dengan menghembuskan udara yang berasal dari 6
buah cooling fan. Great cooler terdiri dari 9 ruang yang dilengkapi dengan alat
penghancur klinker jenis hammer crusher yang dilengkapi dengan alat penghancur
klinker jenis hammer crusher yang terletak di ujung grate cooler output, untuk
menghancurkan bongkahan-bongkahan clinker. Udara ini mengambil sebagian panas dari
material sehingga udara yang keluar mengandung panas. Udara panas dari ruang 1-3
dimanfaatkan untuk pemanasan di RSP, sedangkan udara dari ruang 4-9 yang memiliki
suhu rendah dialirkan ke EP untuk dipisahkan dari debunya. Debu yang telah dipisahkan
kemudian diangkut dengan screw conveyor ke clincker silo melalui apron feeder,
sedangkan udaranya dibuang sebagai udara bersih. Selanjutnya clincker hasil
pendinginan diangkut ke dalam clinker silo dengan menggunakan belt conveyor.
29
2.1.4 Proses di Coal Mill
Batu bara (coal) sebagai bahan baku untuk pembakaran baik di preheater maupun
kiln juga memerlukan penggilingan dan dipanasi sampai suhu tertentu (50°C ke atas).
Tahap pertama yaitu penampungan batu bara dalam coal bin lalu masuk ke coal mill
untuk digiling (dihancurkan atau dilembutkan). Kemudian dari coal mill batu bara lembut
masuk ke pulverized (PV) coal bin untuk dipanasi dahulu sebelum masuk burning zone.
Pada dust collector, debu dipisahkan dari udaranya sehingga udara yang dibuang melalui
cerobong merupakan udara bersih. Lalu dari dust collector, debu batu bara disalurkan
juga ke PV coal bin bercampur dengan batu bara halus untuk dipanasi.
Tujuan penggilingan batu bara dan pemanasan adalah agar batu bara ketika hendak
dipakai dalam burning zone mudah dibakar, karena sifat batu bara yang susah terbakar
pada suhu sekitar titik didih air (100°C) dan dengan bentuk yang besar-besar.
Kehalusan semen merupakan factor utama kualitas semen. Oleh karena itu untuk
menghasilkan semen dengan kehalusan yang sesuai dengan yang diinginkan diperlukan
penggilingan tahap akhir. Mesin penggilingnya disebut cement mill.
30
cement silo, dan udara akan dialirkan menuju dust collector tipe bag filter, dibuang
sebagai udara bersih.
2.1.6 Packing
Bagian pengepakan bertugas mengemas semen ke dalam kantong sesuai dengan
pesanan konsumen. Semen ditransportasikan dari cement silo ke bagian pengepakan
menggunakan air sliding conveyor dan bucket elevator.
Bagian pengepakan terdiri dari vibrating screen yang berfungsi untuk memisahkan
benda-benda asing dari semen. Pada proses ini semen yang sudah dilewatkan melalui
vibrating screen ditampung sementara didalam feed bin dan selanjutnya dengan
menggunakan rotary packer semen dimasukkan ke dalam kantong-kantong semen.
Kemudai kantong-kanton semen yang telah terisi tersebut diangkut menggunakan belt
conveyor untuk dimuat di dalam truck, sedangkan dari udaranya, sehingga udara yang
dibuang sebagai udara bersih.
31
Massa masuk = massa keluar + massa yang terakumulasi
𝑀𝐴 + 𝑀𝐵 + 𝑀𝐶 = 𝑀𝐷 + 𝑀𝐸 + 𝑀𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 (2.1)
𝑀𝐴 + 𝑀𝐵 + 𝑀𝐶 = 𝑀𝐷 + 𝑀𝐸 (2.2)
Keterangan:
h : entalpi spesifik
Perhitungan neraca energi diasumsikan tidak ada perubahan pada energi kinetik dan
potensial selama perpindahan panas. Persamaan neraca energi dapat dilihat berdasarkan
persamaan
Ʃ𝑚𝑖𝑛 ℎ𝑖𝑛 = 𝑊 + Ʃ𝑚𝑜𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑢𝑡 (2.5)
32
BAB 3 DESKRIPSI OBJEK
Raw Mill jenis ini penggilingan material menggunakan trye roller dan
memanfaatkan udara panas pada kiln untuk proses drying.
Prinsip kerja vertical roller mill yaitu menggiling material yang masuk
menggunakan roller. Bahan baku yang telah diatur kapasitasnya kemudian masuk ke
dalam vertical roller mill pada bagian tenge table. Udara panas masuk dari bagian bawah
33
yang berasal dari suspension preheater yang dibawa oleh SP fan. Material yang sudah
tergiling halus akan terbawa udara panas keluar raw mill melalui bagian atas raw mill.
Gambar 3.1 Vertical Roller Mill Plant 10 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
34
3.3.1 Bagian-bagian Vertical Roller Mill
Keterangan gambar :
1) Inlet material
2) Triple gate feeder
3) Outlet material
4) Classifier
5) Grinding roller
6) Grinding table
7) Scapper
8) Reducer
9) Inlet hot gas
35
3.3.2 Spesifikasi Vertical Roller Mill
Untuk melakukan proses raw milling, digunakan sebuah mesin penggiling dengan
jenis vertical roller mill dengan nomor unit CK-310. Spesifikasi unit vertical roller mill
CK-310 ditunjukan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Spesifikasi Vertical Roller Mill
Roller pada vertical roller mill berfungsi untuk melakukan proses penggilingan.
Pada vertical roller mill terdapat 3 buah roller yang memiliki tugas yang sama. Roller
36
tersebut mampu menghasilkan raw meal dengan tingkat kehalusan yang baik. Tepat di
atas roller terdapat classifying part yang terdiri atas baling-baling dan berbentuk kerucut.
Material yang digiling akan melewati roller mill dan dibawa oleh gaya sentrifugal yang
dihasilkan oleh putaran table dan kemudian digiling, dikeringkan dan dibawa oleh aliran
gas yang naik dari nozzle di luar table sehingga dapat memasuki separator pada bagian
dalam mill.
Raw material masuk dari bagian atas mill, material yang masuk akan turun ke bawa
dan melalui proses penggilingan karena adanya gaya tekan antara roller dan material di
meja penggiling yang berputar sehingga bahan material akan menjadi halus dan terbawa
ke atas dengan memanfaatkan hembusan gas panas yanng berasal dari hasil pembakaran
pada suspension preheater dan rotary kiln. Gas panas ini juga berfungsi sebagai dryer
untuk mengurangi kadar air pada bahan. Di bagian atas mill terdapat clasifier yang
berfungsi untuk memisahkan material, material yang sudah halus akan lolo dan terbawa
menjadi umpan proses selanjutnya bersama gas panas, sedangkan material yang tidak
lolos akan turun kembali ke bawah untuk digiling kembali dalam roller. Material yang
besar akan terpental keluar dari table dan turun menuju reject bin kemudian di
transportasikan menggunakan belt conveyor dan bucket elevator untuk diumpankan
kembali menuju raw mill. Selain itu, gas panas juga akan keluar menuju dust collector
yang berfungsi sebagai pengumpul debu. Debu yang telah terkumpul pada bag filter
37
kemudian akan mengalami proses purging dimana bag filter akan ditembak menggunakan
udara dan debu akan turun dan dibawa oleh belt conveyor menuju silo, kemudian sisa gas
panas yang sudah bersih dari debu material akan dibuang melalui chimney.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga proses dalam raw mill agar
berjalan stabil (Arinaldi, 2015):
Temperatur Inlet mill idealnya berada pada 250 oC. Temperatur inlet mill ini tidak
boleh terlalu tinggi karena dapat menyebabkan kenaikan pada temperatur inlet electrostatic
precipitator sehingga dapat mempengaruhi kinerja electrostatic precipitator. Panas untuk
meningkatkan temperatur pada inlet raw miil didapatkan dari sisa panas suspension
preheater. Oleh karena itu, sebelum masuk ke dalam raw mill dilakukan penurunan
temperatur pada GCT (Gas Cooling Tower atau Gas Conditioning Tower) (Arinaldi,
2015).
38
BAB 4 PEMBAHASAN
Bahan baku tersebut merupakan bahan yang dipakai sebagai masukan dari
Vertical Raw Mill .
Komponen
Input Output
Umpan masuk Vertical Roller
Mill
330.340 -
• Lime Stone
0 -
• Clay
21.440 -
• Silica Sand
5.000 -
• Iron Sand
Dust lost SP 30.500 -
39
Udara dari cooler 364.699,18 -
Gas Panas ke Raw Mill 262.515,18 -
H20 teruapkan - 15.103,92
Debu Keluar EP - 372,176
Material Homogenizing Silo - 371.803,90
Udara keluar Raw Mill - 627.214,36
Total 1.014.494,36 1.014.494,36
40
Keterangan:
Panas Masuk
Q1 : Panas yang dibawa umpan bahan baku masuk Vertical Roller Mill
Panas keluar
41
Panas penguapan H2O dalam
umpan masuk Vertical Roller - 860.452,5
Mill (Q6)
Panas yang dibawa udara
keluar Vertical Roller Mill - 264.875,67
(Q7)
Panas laten penguapan H2O
- 10.237.509
(Q8)
Panas yang dibawa bahan
baku keluar Vertical Roller - 6.902.202,181
MIll (Q9)
Panas yang hilang (Q10) - 12.400.695,779
Total 30.665.735,13 30.665.735,13
Perhitungan efisiensi termal dilakukan untuk dua jenis efisiensi, yaitu efisiensi
peralatan (Vertical Roller MIll) 𝜂1 , yang menyatakan tentang kecilnya tingkat kebocoran
panas yang keluar dari peralatan dan efisiensi proses 𝜂2 yaitu menyatakan tingkat
penggunaan kalor yang dipakai untuk proses pengeingan.
𝑄₁₀
𝑥 100%
𝑄ₜₒₜₐₗ
12.400.695,779
𝑥 100% = 40,43 %
30.665.735,13
𝑄ₜₒₜₐₗ − 𝑄₁₀
𝑥 100%
𝑄ₜₒₜₐₗ
30.665.735,13 − 12.400.695,779
𝑥 100% = 59,56%
30.665.735,13
42
• Efesiensi Proses di Vertical Roller Mill 𝜂2 (%)
𝑄₂ − (𝑄₉ + 𝑄₁₀)
𝑥 100%
𝑄₂
342.000(𝑘𝑊ℎ⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 )
KELS =
2.134 (𝑡𝑜𝑛⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 )
30.665.735,13 (𝐾𝑐𝑎𝑙⁄ℎ)
𝐾𝐸𝑃𝑆 =
2.134 (𝑡𝑜𝑛/ℎ)
43
4.2 Hasil
Dari perhitungan diatas didapat bahwa efisiensi termal untuk peralatan Vertical Roller
Mill adalah sebesar 59,56 % yang menunjukkan harga yang relatif kurang baik, karena
panas yang hilang atau yang bocor dari peralatan sebesar 40,44 %, sebab umumnya batas
toleransi panas yang hilang sebesar 12-22 %. Hal ini menunjukkan bahwa bagian-bagian
saluran udara panas pada Vertical Roller Mill kurang berfungsi dengan baik. Sedangkan
untuk efisiensi termal yang berkaitan dengan proses yang terjadi pada Vertical Roller Mill
adalah sebesar 30,37 %, yang dinilai buruk karena dibawah harga efisiensi minimal yang
disyaratkan yaitu 50 %. Umumnya efisiensi yang jenis ini yang sering dipakai dalam dunia
industri. Dan untuk konsumsi energi spesifik , untuk KELS didapatkan sebesar
126 𝑘𝑊ℎ⁄𝑡𝑜𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 dan untuk KEPS didapatkan sebesar
14.370,07 𝐾𝑐𝑎𝑙⁄𝑡𝑜𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘.
44
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan efisiensi pada Vertical Roller Mill plant 10 di PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon, Jawa Barat. Maka dapat disimpulkan:
1. Aliran total neraca massa input atau output disesuaikan dan sudah setimbang
sebesar 1.014.494,36 kg . Total umpan masuk Vertical Roller Mill adalah 356.780
kg. Dust Loss dari Supention Preheater sebesar 30.500 kg. Udara yang masuk ke
Cooler sebesar 364.699,18 kg. Gas panas yang masuk ke Vertical Roller Mill
265.515,18 kg. H20 yang teruapkan 15.103,92 kg. Debu yang keluar dari EP
sebesar 372,176 kg. Material yang masuk Homogenizing Silo sebesar 371.803,90
kg. Udara yang keluar dai Vertical Roller Mill 627.214,35 kg.
2. Total energi masuk sistem dan total massa keluar sistem sudah setimbang sebesar
30.665.735,13 Kcal. Total umpan masukan energi berupa panas yang dibawa umpan
bahan baku masuk Vertical Roller Mill (Q1) sebesar 501.989,46 Kcal, panas dari
hasil pembakaran di Suspension Preheater (Q2) sebesar 27.724.197,02 Kcal, panas
dust loss dari Suspension Preheater (Q3) sebesar 2.353.837,5 Kcal, panas udara dari
Cooler (Q4) sebesar 5.402,25 Kcal, dan panas dari H2O dalam umpan masuk Raw
Mill (Q5) sebesar 80.308,9 Kcal. Sedangkan untuk total keluaran energi panas
penguapan H2O dalam umpan masuk Vertical Roller Mill (Q6) sebesar 860.452,5
Kcal, panas yang dibawa udara keluar Vertical Roller Mill (Q7) 264.875,67 Kcal,
panas laten penguapan H2O (Q8) sebesar 10.237.509 Kcal, panas yang dibawa bahan
baku keluar Vertical Roller Mill (Q9) sebesar 6.902.202,181Kcal, dan panas yang
hilang (Q10) sebesar 12.400.695,779 Kcal.
3. Hasil perhitungan efisiensi pada Vertical Roller Mill plant 10 menunjukkan efisiensi
alat sebesar 59,56 % dan efisiensi proses di Vertical Roller Mill sebesar 30,37 %
4. Hasil perhitungan konsumsi energi listrik dan panas spesifik pada Vertical Roller
Mill plant 10 adalah sebesar 126 kWh/ton produk dan 14.370,07 Kcal/ton produk.
45
5.2 Saran
Berdasarkan analisa kerusakan dan hasil perhitungan efisiensi pada Vertical Roller
Mill selama kerja praktek di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan, Cirebon,
Jawa Barat. Maka saran yang penulis berikan adalah:
46
DAFTAR PUSTAKA
Safitri, Rinanda Dea kk. “ANALISIS KINERJA ALAT VERTICAL CEMENT MILL DI
PABRIK II PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) Tbk. Jurnal Ilmu Terapan Vol. 3
No. 1 Januari 2022. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Wuryanti, Sri. “NERACA MASSA DAN ENERGI”. 2016. Bandung: Politeknik Negeri
Bandung.
Perray, R.H. and Chliton, C.H., “CEMENT ENGINEERING HANDBOOK” 6th Edition
International Student,Mc.Graw Hill,Kogakusha,Ltd. 1978.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa. “ FLOW PROSES PRODUKSI SEMEN” Retrieved July
15, 2022, from Control Central Room PT. ITP Cirebon
47
LAMPIRAN
➢ Neraca Massa
Debu terbuang
Udara ke luar Vertical Roller Mill
Electrostatic Bahan ke
Gas panas dari SP dan Kiln Vertical Roller Mill CK - Homogenizing
310 Presipitator Silo
Dust Lost dari SP
Clay 0 0
48
2. Debu terbawa gas panas SP = 10% dari berat tepung baku
3. Effesiensi EP = 99,9%
Clay 0 0
17.416,21
= 𝑥 100%
356.780
49
= 4,88 %
• Air yang menguap didalam Vertical Roller Mill
= 4,88% − 0,98%
= 3,90%
• Dust Loss dari SP = 305.000 kg
• Total Umpan Masuk
= 3,90% 𝑥 387.280
= 15.103,92 𝑘𝑔
• Material masuk EP
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻20 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝
= 387.280 − 15.103,92
= 372.176,08 𝑘𝑔
• Effesiensi EP = 99,9%
Maka, bahan masuk Homogenizing Silo
= 99,9% x 372.176,08
= 371.803,90392 kg
50
• Udara dari cooler = 364.699,18
• Gas Panas ke Raw Mill
= GHP SP + GHP Kiln
=(148.681,49 + 113.833,70) Kg
= 262.515,19 Kg
51
➢ Neraca Energi
Diagram Alir Neraca Panas pada Vertical Roller Mill CK - 310
Keterangan:
Panas Masuk
Q1 : Panas yang dibawa umpan bahan baku masuk Vertical Roller Mill
Panas keluar
52
Q8 : Panas laten penguapan 𝐻2 𝑂
Neraca panas :
Input = Output
Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5 + Q6 + Q7 + Q8 + Q9 + Q10
1. Input
• Panas yang dibawa umpan bahan baku masuk Vertical Roller Mill
T : 32 °C
Q1 = m x CP x ΔT
= 501.989,46 kcal
Cp
Komponen Massa (Kg/h) ∆T (°C) Q (Kcal)
(Kcal/kg°C)
53
O2 7301,38 0,223 332 499859,77
Q3 = m x CP x ΔT
= 2.353.837,5 kcal
Q4 = m x CP x ΔT
= 5.402,25 kcal
Q5 = m x CP x ΔT
= 80308,9 kcal
54
2. Output
• Panas penguapan 𝐻2 𝑂 dalam umpan masuk Vertical Roller Mill
Massa : 24.410 kg
T : 100 °C
Cp : 0,47 kcal/kg°C (Peray, Fig 13.03)
Q6 = m x CP x ΔT
= 860.452,5 kcal
Q7 = m x CP x ΔT
= 264.875,67 kcal
55
Q9 = m x CP x ΔT
= 6.902.202,181 kcal
= (Q1+Q2=Q3+Q4+Q5) – (Q6+Q7+Q8+Q9)
= (30665735,13) – (18265039,351)
= 12.400.695,779 kcal
SANDY CLAY
Moistur
Si02 Al203 Fe203 Ca0 MgO S03
e
(XRF) (XRF) (XRF) (XRF) (XRF) (XRF)
Content
(RAW (RAW (RAW (RAW (RAW (RAW (RAW
MATER MATER MATERI MATERI MATERI MATERI MATERI
IAL IAL AL AL AL AL AL
USED) USED) USED) USED) USED) USED) USED)
Mean 8,11 56,1 16,69 5,12 3,99 1,92 2,15
SILICA SAND
Moistur
Si02 Al203 Fe203 Ca0 MgO
e S03 (XRF)
(XRF) (XRF) (XRF) (XRF) (XRF)
Content
56
(RAW (RAW (RAW (RAW (RAW
(RAW (RAW
MATER MATER MATERI MATERI MATER
MATERIA MATERIA
IAL IAL AL AL IAL
L USED) L USED)
USED) USED) USED) USED) USED)
Mean 6,85 73,02 8,71 2,53 2,13 0,12 0,23
LIMESTONE
Moistur
Si02 Al203 Fe203 Ca0 MgO
e S03 (XRF)
(XRF) (XRF) (XRF) (XRF) (XRF)
Content
(RAW (RAW (RAW (RAW (RAW
(RAW (RAW
MATER MATER MATERI MATERI MATER
MATERIA MATERIA
IAL IAL AL AL IAL
L USED) L USED)
USED) USED) USED) USED) USED)
Mean 7,85 8,11 2,88 1,63 46,5 0,67 0,39
IRON SAND
Moistur
Si02 Al203 Fe203 Ca0 MgO
e S03 (XRF)
(XRF) (XRF) (XRF) (XRF) (XRF)
Content
(RAW (RAW (RAW (RAW (RAW
(RAW (RAW
MATER MATER MATERI MATERI MATER
MATERIA MATERIA
IAL IAL AL AL IAL
L USED) L USED)
USED) USED) USED) USED) USED)
Mean 1,6 24,63 3,24 57,59 4,8 2,45 0,63
57
➢ RAW MEAL – OPC
13,59 3,12 12,93 3,52 2,01 44,41 1,07 0,67 0,22 0,06 35,99
11,75 1,97 13,22 3,71 1,99 44,13 1,1 0,69 0,27 0,07 35,58
58
Residue
Moisture
on 90 Ash VM FC GHV NHV TS
Content
µm
➢ CLINKER – OPC
KILN
Al Fe
Si0 Ca Mg S0 K2 Na
Litr 20 20
TEMPE 2 0 O 3 O 2O
e FC 3 3
IR IL RATUR (X (X (X (X (X (X
We aO (X (X
E RF RF RF RF RF RF
ight RF RF
) ) ) ) ) )
) )
(OPC (OPC
(PC (PC
(O (O (O (O (O (O (O (O (O
LAB LAB (O
(OPC) PC PC PC PC PC PC PC PC PC
COMP COMP PC)
) ) ) ) ) ) ) ) )
OSITE) OSITE)
) )
135 1,9 20, 5,3 3,1 66, 1,8 0,8 0,5 0,1
0,1 0,63 101
7 7 96 3 2 14 7 3 3 7
59
➢ ELECTRICAL CONSUMPTION
(Data didapat di Electrical Departement Plant 10 periode 13 Juni 2023)
ELECTRICA
L
CONSUMP
TION
13 JUNI
2023
SERIA MULTIF
L LY LAS QUANTITY
SERVICE NOM FACTO COUNT READI CONSUMP
LOCATION FOR OR R ER NG TION
RM
GRIDING
P10 &
SUBSTATIO TRANSP 9721
N ORT 4 1000 65389 65638 261.000
ME - 14
EXHAUS
T FAN 9721
MOTOR 5 1000 92946 93027 81.000
TOTAL
RAW
MILL 342.000
60
Listrik yang dihasilkan Vertical Roller Mill :
61
62