Anda di halaman 1dari 3

1.

SISTEM PENGANGKATAN SDM

Setelah SDM lulus dalam seleksi maka langkah selanjutnya adalah


mengangkat mereka sebagai calon kar yawan atau calon pegawai, untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan informasi. Dalam melaksanakan alaminya.
Keadaan itu adalah mulai bekerja dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan baik dan tepat waktu. Pola pengangkatan SDM ada dua macam,
yakni: 1) pengangkatan SDM sebelum mereka mengikuti pelatihan pratugas; dan
pelatihan pratugas dulu, baru pengangkatan sebagai calon karyawan.

Pada pengangkatan yang pertama banyak dilakukan oleh Departemen atau


lembaga non departemen dalam pemerintahan atau lembaga swasta lainnya.
Sedangkan pola pengangkatan yang kedua yakni pelatihan pratugas dulu, baru
pengangkatan sebagai calon karyawan banyak dilaksanakan oleh BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) dan perbankan serta perusahaan swasta yang memerlukan
keterampilan khusus. Sistem pengangkatan SDM adalah suatu prosedur dan
metode dalam penerimaan, pengangkatan dan promosi tenaga kerja yang
dilakukan oleh pejabat yang berwenang dalam perusahaan yang bersangkutan
dengan berbagai pertimbangan. Sistem pengangkatan SDM dapat dibedakan atas
dua macam, yaitu Patronage system dan merit system.

1. Patronage system.

Sistem ini juga disebut sistem kawan, yaitu suatu sistem pengangkatan tenaga
kerja oleh pejabat yang berwenang berdasarkan atas perimbangan subyektif antara
yang mengangkat dan yang diangkat. Patronage system dibedakan menjadi 2
(dua) macam yaitu Spoil System dan Nepotism system. Spoil system atau sistem
kepartaian adalah suatu sistem pengangkatan tenaga kerja dengan pertimbangan
non politik, seperti hubungan keluarga (anak, misan, adik, ipar, teman akrab) dan
persamaan kepentingan (seperti suap, sogok, pelicin). Dalam pengangkatan yang
bersifat spoil system tidak ada aturan tertulis yang dapat dipakai sebagai pedoman
untuk mengangkat seseorang menjadi calon tenaga kerja atau calon karyawan.
Dalam sistem ini unsur subyektif amat menonjol, yakni lebih mendahulukan
rekan-rekan atau keluarga terdekat, kaum keluarga dan kelompok atau golongan
sendiri.
Akibat sistem ini adalah jaringan birokrasi hanya dikuasai oleh satu golongan dan
menolak masuknya orang lain yang berasal dari kelompok lain. Kebaikan
potronage system adalah karyawan yang diangkat telah dikenal dengan baik, ini
berarti pembinaan kerja sama, kesetiaan dan rasa tanggung jawab relatif mudah
dikembangkan di kalangan karyawan.

Keburukannya adalah timbul kecendrungan pengangkatan karyawan yang tidak


memenuhi persyaratan jabatan yang dipegangnya sehingga produktivitas kerja
rendah. Tertutupnya kemungkinan kesempatan ba orang luar meskipun mereka
memenuhi kualitas yang jauh lebih baik. Dapat merusak citra pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat karena birokrasi hanya mendahulukan kelompoknya
saja. Munculnya peja bat atau karyawan karbitan yang tidak memiliki kecakapan
atau kemapuan. Berkembangnya rasa frustasi dan apatisme di kalangan karyawan
golongan lain. Sering terjadi unsur paksaan, korupsi merajalela serta
penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.

2. Merit system

Suatu sistem pengangkatan tenaga kerja berdasarkan bakat, kecakapan dan


prestasi kerja sa suai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pada sistem ini terlihat
adanya aturan main berupa undang-un dang, peraturan-peraturan yang harus
dipedomani bersama dalam mengangkat seorang karyawan. Misal pengangkatan
seorang karyawan harus lulus seleksi, mempunyai kemampuan dan kecakapan
yang sesuai dengan persyaratan jabatan. Sistem prestasi kerja dalam proses
pengangkatan SDM mempunyai kebaikan dan kelemahan.
Kebaikannya adalah sebagai berikut:

a. Muncul orang-orang cakap untuk melaksanakan tugas dan memotivasi


karyawan untuk meningkatkan prestasi.
b. Karyawan akan berlomba untuk memberikan yang terbaik dalam
melaksanakan tugas.
c. Karyawan mendapat perlakuan yang sama dalam pengangkatan
d. Pengangkatan dilakukan dengan pedoman yang ada.

Kelamahannya adalah sebagai berikut:

a. Karyawan yang kurang mempunyai kecakapan sulit mendapat kesempatan


sehingga karyawan keluar.
b. Proses pengangkatan berjalan lamban, karena harus mengikuti peraturan
yang ada.
c. Sulit kecenderungan mencari calon karyawan yang benar-benar cakap
untuk mengisi posisi jabatan tertentu.
d. Kecendruang timbul birokrasi di kalangan perusahaan, karena terlalu kaku
sesuai dengan aturan.

Anda mungkin juga menyukai