Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Etnomatematika adalah matematika dalam suatu budaya. Budaya
yang dimaksud adalah kebiasaan-kebiasaan perilaku manusia dalam lingkungannya,
seperti perilaku kelompok masyarakat perkotaan atau pedesaan, kelompok kerja,
kelas profesi, siswa dalam kelompok umur, masyarakat pribumi, dan kelompok-
kelompok tertentu lainnya. Dengan pembelajaran matematika berbasis budaya
(etnomatematika), akan memberikan dampak yang simultan bagi siswa dalam
mengenal budayanya dan sekaligus belajar matematika. Para siswa akan semakin
mereka menyenangi dan mencintai budayanya, sehingga budaya daerah dapat
dilestarikan. Etnomatematika adalah “matematika terapan” yang berkembang dalam
kelompok budaya yang dapat diidentifikasi seperti masyarakat suku bangsa,
kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional”.
Singkatnya etnomatematika merupakan bentuk matematika yang telah terlebur
dalam kebudayaan.
Batobo salah satu tradisi budaya masa lampau yang ada didaerah kampar dan
kuantan Singingi biasanya kegiatan dilakukan pada musim turun kesawah atau
ladang yang diiringi dengan bunyi-bunyian oleh kesenian tradisi, dan pada masa
panen hasil sawah dan ladang dinamakan acara penutupan tobo diadakan tradisi
makan besama. Batobo bagi masyarakat Kabupaten Kampar, Bangkinang merupakan
bentuk kelompok kerjasama yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pertanian secara bersama-sama di setiap lahan yang dimiliki anggotanya. Bagi yang
tak memiliki tanah atau sawah, diperbolehkan ikut dalam batobo dengan tetap
diberikan upah yang layak. Selain mengandung unsur gotong royong atau kerjasama,
warga juga dididik untuk disiplin. Setiap warga yang memiliki sawah diminta
membuat jadwal pengerjaan yang nantinya akan digarap secara bergiliran. Di dalam
satu kelompok batobo, akan ditunjuk satu orang ketua kelompok yang mengatur
system pengerjaan. Seiring dengan perkembangan waktu, nilai-nilai sosial yang ada
pada tradisi batobo mulai berubah kearah financial. Kelompok batobo mulai
dikomersilkan. Pemilik sawah yang ingin memakai jasa batobo yang disewa harus
membayar upah sejumlah yang ditentukan. Hal ini disebabkan karena kondisi
ekonomi masyarakat yang mulai beralih dari bermatapencaharian petani menjadi
profesi yang lainnya. Istilah bagi yang menjual jasa batobo adalah Manjual Parari.
Sedangkan untuk yang membelinya diistilahkan dengan Mamboli Parari.
Batobo adalah kegiatan gotong royong untuk mengerjakan ladang yang
dilakukan bersama-sama. Anggota Batobo bergiliran mengerjakan sawah mereka
yang tergabung dalam kelompok tersebut. Biasanya anggota Batobo terdiri dari 10
sampai 15 orang.
Batobo,karya budaya dari riau yang ditetapkan jadi warisan budaya tak benda
(WBTB) Indonesia pada tahun 2017. Secara umum Batobo dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu Batobo biasa dan Batobo pasukan. Batobo pada umumnya
beranggota perempuan yang telah menikah berusia antara 25-40 tahun. Berbekal
etnomatematika pada kegiatan Batobo penyusun memiliki ide untuk penelitian
dengan judul "EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA BATOBO".

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan etnomatematika?
2. Apa yang di maksud dengan batobo?
3. Bagaimana eksporiasi etnomatematika pada batobo?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui apa itu etnomatematila
2. Untuk mengetahui apa batobo
3. Untuk mengetahui apa saja eksplorasi etnomatematika pada batobo.

1.4 LUARAN YANG DIHARAPKA

Penelitian tentang eksplorasi etnomatematika pada batobo diharapkan


masyarakat riau khususnya kabupaten Kampar dapat melestarikan kebudayaan
batobo, agar terjalin kekompakan dan kebudayaan batobo tetap ada, sehingga anak
cucu kita dapat mengetahui tradisi batobo dimasa yang akan datang.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


1. Melestarikan kebudayaan batobo
2. Menanamkan nilai-nilai kebersamaan
3. Menghemat biaya produksi dalam berusaha tani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnomatematika

Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya


tertentu, kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu, kelas-kelas
profesional, dan lain sebagainya. Dari definisi seperti ini, maka etnomatematika memiliki
pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar etno (etnis) atau suku. Jika ditinjau dari
sudut pandang riset maka etnomatematika didefinisikan sebagai antropologi budaya
(cultural anropology of mathematics) dari matematika dan pendidikan matematika.
Mengapa etnomatematika menjadi disiplin ilmu dan menjadi perhatian luas akhir-akhir
ini. Salah satu alasan yang bisa dikemukakan adalah karena pengajaran matematika di
sekolah memang terlalu bersifat formal. mengingatkan kepada semua pihak bahwa
pengajaran matematika di sekolah dan matematika yang ditemukan anak dalam
kehidupan sehari-hari sangat berbeda. Oleh sebab itu pembelajaran matematika sangat
perlu memberikan muatan/menjembatani antara matematika dalam dunia sehari-hari yang
berbasis pada budaya lokal dengan matematika sekolah.

2.2 Batobo

Batobo atau Toboh atau berkawan-kawan (berkelompok, bersama-sama)


menjunjung prinsip kebersamaan dan kekeluargaan. Tujuannya adalah untuk pengelolaah
lahan pertanian baik berkelompok secara umum maupun berkelompok secara pesukuan.
Batobo berada dalam kondisi sudah berkurang dan masuk dalam kelompok seni tradisi
dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya takbenda, termasuk
cerita rakyat, naskah kuno, permainan tradisional. Persebaran seni Batobo ini meliputi
wilayah Kampar, Kuantan Singingi dan Indragiri Hulu.
Dengan kondisi Pantun Batobo yang semakin berkurang baik dalam pelaksanaan
maupun orang-orang pelaksananya, maka berbagai upaya terus dilakukan misalnya
melalui pendokumentasian dan penelitian untuk pembelajaran serta pelatihan-pelatihan
agar seni tradisi ini tidak hilang. Salah seorang yang tetap gigih melaksanakan Batobo
adalah ibu Siti Ruhani yang telah berumur 67 tahun. Beliau diusulkan sebagai guru atau
Maestro Batobo yang dinilai memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang seni karya
budaya Batobo.

Batobo bagi masyarakat Kabupaten Kampar, Bangkinang merupakan bentuk


kelompok kerjasama yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pertanian
secara bersama-sama di setiap lahan yang dimiliki anggotanya. Bagi yang tak memiliki
tanah atau sawah, diperbolehkan ikut dalam batobo dengan tetap diberikan upah yang
layak. Selain mengandung unsur gotong royong atau kerjasama, warga juga dididik untuk
disiplin. Setiap warga yang memiliki sawah diminta membuat jadwal pengerjaan yang
nantinya akan digarap secara bergiliran. Di dalam satu kelompok batobo, akan ditunjuk
satu orang ketua kelompok yang mengatur system pengerjaan.

Seiring dengan perkembangan waktu, nilai-nilai sosial yang ada pada tradisi batobo mulai
berubah kearah financial. Kelompok batobo mulai dikomersilkan. Pemilik sawah yang
ingin memakai jasa batobo yang disewa harus membayar upah sejumlah yang ditentukan.
Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi masyarakat yang mulai beralih dari
bermatapencaharian petani menjadi profesi yang lainnya. Istilah bagi yang menjual jasa
batobo adalah Manjual Parari. Sedangkan untuk yang membelinya diistilahkan dengan
Mamboli Parari.

Gambar 1. Berbatobo

2.3 Eksplorasi Etnomatematika pada Batobo


Eksplorasi etnomatematika pada batobo kali ini kita akan mengetahui secara
langsung apa dan bagaimana batobo tersebut, dan kita akan melakukan penjelajahan
secara langsung dengan tujuan mengetahui lebih banyak terutama pada
narasumbernya langsung, Supaya kita mengetahui bagaimana etnomatematika pada
batobo itu sendiri.
BAB III
METODE PELAKSANAAN PROGRAM

3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah berapa jumlah orang dalam melakukan
batobo, dari salah satu daerah di kabupaten kampar, untuk kemudian akan
dilakukan penelitian degan mengeksplorasi etnomatematika tersebut dengan
kegiatan batobo.
3.2 Sampel
sampel pada penelitian ini menggunakan lebih kurang sekitar 5 sampai 10
orang yang saling berkeja sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan disebuah
persawahan. Sebelum mereka melakukan kegiatan batobo biasanya dilakukan
tradisi adat, yang terdiri dari tari-tarian dan bunyi-bunyian, Kemudian sekelompok
orang tersebut melakukan batobo.
3.3 Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel
yang mempengaruhi variabel terikat (dependent) (Soekidjo
Notoatmodjo, 2005:70). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah volume tepung bulu ayam yang dilakukan variasi volume
pada sampel 0 gram, 50 gram, 100 gram, 150 gram dan 200 gram.

Anda mungkin juga menyukai