Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

MEMBUAT LAPORAN UNTUK MENYEMPURNAKAN MATERI KULIAH


TENTANG “PENGHENTIAN PROYEK”

Guna untuk memenuhi tugas yang diberikan :


Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

Amalia Fathimah A. M NIM. 1472100054


Budi Darma Adinugraha NIM. 1472100056
Baskoro Adhi Prasetyo NIM. 1472100057
Djoko Prasetyo NIM. 1472100063
Karunia Az Zahra NIM. 1472100064
Putut Subandriyo NIM. 1472100067
Evita Fitrianis H NIM. 1472100068

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA


PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK
MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

DAFTAR ISI

I. Terjadinya dan pemikiran penghentian proyek 3


I.1 Penundaan Pekerjaan 3
I.2 Penghentian Proyek Konstruksi Secara Kontraktual 5
1.3 Kelalaian 6
1.4 Keadaan Kahar (Force Majeure) 7
1.5 Rancangan Konseptual Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK)
II. Macam - macam penghentian proyek 10
II.1 Penghentian proyek karena pengakhiran 10
II. 2. Penghentian proyek karena pemutusan kontrak 11
II. 3. Penghentian karena pendanaan 12
III. Penentuan waktu penghentian proyek 13
III.1. Faktor Non Teknis 13
III.2. Faktor Kualitas 15
III.3. Faktor Kuantitas 16
IV. Penetapan proses pengendalian proyek 16
IV. 1 Proses Penghentian Proyek 17
IV.2 Penetapan Proses Pelaksanaan Penghentian Proyek 18
IV.3 Penetapan Proses Manager Proyek khusus Likuidasi 19
V. Strategi dan prosedur serta evaluasi penghentian proyek 20
V.1 Faktor – faktor yang berhubungan penghentian proyek 21
V.2 Strategi sebelum penghentian proyek 24
V.3 Evaluasi penghentian proyek 25
VI. Alasan dan tanggungjawab penghentian proyek 26
VI.1 Alasan Penghentian Proyek 26
VI.2 Tanggung Jawab Penghentian Proyek 27
VII. Pertimbangan dan penyesuaian penghentian proyek 29

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 2


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

PENGHENTIAN PROYEK KONSTRUKSI

I. TERJADINYA DAN PEMIKIRAN PENGHENTIAN PROYEK

I. 1 Penundaan Pekerjaan
Penundaan pekerjaan dapat terjadi dalam pelaksanaan sebuah proyek Konstruksi.
Penundaan pekerjaan ini dapat dilakukan oleh :
a. Owner/ Pemilik Proyek/ Pengguna Jasa melalui Konsultan MK/ Direksi Lapangan
untuk menunda sebagian atau seluruh pekerjaan;
b. Kontraktor / Penyedia Jasa untuk menunda sebagian atau seluruh pekerjaan
Konsultan MK/ Direksi Lapangan dapat menginstruksikan penundaan sebagian atau
seluruh pekerjaan kepada Kontraktor/ Penyedia Jasa. Instruksi tersebut diberikan secara
tertulis kepada Kontraktor/ Penyedia Jasa
Ketika penundaan berlangsung dalam kurun waktu yang lama (biasanya 3 bulan atau
sesuai dengan waktu yang disepakati), dan Konsultan MK/ Direksi Lapangan belum
memberikan kepastian kapan pekerjaan dapat dimulai kembali atau kapan sertifikat
pembayaran akan diterbitkan, maka Kontraktor/ Penyedia Jasa dapat mengajukan
pemberiahuan tertulis perihal pengakhiran kontrak oleh Kontraktor/ Penyedia Jasa
(termination by contractor). Tetapi apabila masa penundaan pekerjaan telah diakhiri, dan
Konsultan MK/ Direksi Lapangan menginstruksikan Kontraktor/ Penyedia Jasa untuk
kembali bekerja secara normal, maka Kontraktor/ Penyedia Jasa dan Konsultan MK/
Direksi Lapangan akan bersama-sama melakukan pemeriksaan pekerjaan, material, dan
peralatan untuk memastikan dampak dari penundaan pekerjaan. Pemeriksaan bersama ini
akan menjadi dasar pengajuan klaim apabila Kontraktor/ Penyedia Jasa mengalami
kerugian akibat penundaan pekerjaan tersebut.
Selain penundaan pekerjaan oleh Owner/ Pemilik Proyek/ Pengguna Jasa, atau
Konsultan MK/ Direksi Lapangan, penundaan pekerjaan dapat pula dilakukan oleh
Kontraktor/ Penyedia Jasa. Hal ini dapat dilakukan apabila Owner/ Pemilik Proyek/
Pengguna Jasa, maupun Konsultan MK/ Direksi Lapangan telah gagal melaksanakan
kewajibannya di dalam kontrak. Biasanya penundaan pekerjaan ini dilakukan apabila
Konsultan MK/ Direksi Lapangan lalai dalam menerbitkan sertifikat pembayaran atau
ketika Owner/ Pemilik Proyek/ Pengguna Jasa lalai dalammelakukan pembayaran kepada
Kontraktor/ Penyedia Jasa. Untuk itu Kontraktor/ Penyedia Jasa harus memberikan

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 3


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

sebuah pemberitahuan tertulis kepada Owner/ Pemilik Proyek/ Pengguna Jasa dan
Konsultan MK/ Direksi Lapangan bahwa Kontraktor / Penyedia Jasa berniat melakukan
penundaan pekerjaan, kecuali dan sampai kontraktpr menerima sertifikat pembayaran
atau bukti pembayaran. Sama dengan penundaan pekerjaan oleh Owner/ Pemilik Proyek/
Pengguna Jasa, apabila penundaan pekerjan oleh Kontraktor/ Penyedia Jasa ini
mengakibatkan kerugian bagi Kontraktor/ Penyedia Jasa, maka Kontraktor / Penyedia
Jasa berhak atas klaim Kontraktor/ Penyedia Jasa untuk mendapatkan perpanjangan
waktu pelaksanaan dan biaya tambahan.
Selain melakukan penundaan pekerjaan, Kontraktor/ Penyedia Jasa dapat pula
melakukan perlambatan progress pekerjaan (reduce the rate of work) atau slow down.
Perlambatan progress pekerjaan ini memiliki tujuan yang sama dengan penundaan
pekerjaan oleh Kontraktor/ Penyedia Jasa, tetapi memiliki konsekuensi yang berbeda,
tergantung pada ketentuan di dalam kontrak. Dalam beberapa kasus, kontrak konstruksi
yang telah dibuat tidak memperkenankan adanya penundaan pekerjaan (suspension of the
work) oleh Kontraktor/ Penyedia Jasa. Hal tersebut berkaitan dengan kewajiban
Kontraktor/ Penyedia Jasa untuk menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
Istilah postponement of the work, dan suspension of the work sering kali digunakan
untuk mengindikasikan hal yang sama. Beberapa standar kontrak konstruksi memilih
menggunakan istilah postponement of the work, yang lain memilih menggunakan
suspension of the work, dan ada pula yang menggunakan keduanya. Meskipun demikian,
ada perbedaan tipis antara keduanya.
Postponement merujuk pada suatu situasi saat pekerjaan ditangguhkan atau ditunda
hingga tanggal yang telah ditentukan dan pekerjaan diharapkan dilanjutkan kembali
setelah tanggal tersebut. Sedangkan suspension merujuk pada penundaan dalam kurun
waktu yang singkat tanpa tanggal spesifik yang telah ditentukan sebelumnya. Kedua
belah pihak harus menentukan apakah pekerjaan akan dilanjutkan setelah penundaan
selesai.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 4


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

I. 2 Penghentian Proyek Konstruksi Secara Kontraktual

Sebuah kontrak dapat berakhir (termination) dengan beberapa cara, yaitu :


1. Dengan Performa (by performance of contract)
2. Dengan kesepakatan (by Agreement)
3. Dengan Frustasi (by frustration)
4. Dengan Pelanggaran (by breach of contract)
Pengakhiran sebuah kontrak memiiki berbagai dampak yang harus dipertimbangkan
sebelumnya. Tentu saja para pihak yang terlibat menghendaki agar kontrak berakhir
dengan performa yang baik, bukan karena frustasi atau pelanggaran ontrak. Tetapi cukup
sering terjadi pada proyek proyek konstruksi dimana para pihak terlibat dalam sengketa
konstruksi yang diakibatkan pelanggaran oleh salah satu pihak.
Terdapat tiga istilah terkait pengakhiran kontrak yang memiliki landasan dan efek
yang berbeda, yaitu
a. Novasi (novation) .
Novasi adalah pengalihan segala hak dan kewajiban kontraktual dari salah
satu pihak berkontrak kepada pihak ketiga di luar kontrak. Dalam melakukan
pengalihan tersebut, maka harus dibuat sebuah kontrak baru yang mengikat pihak
awal dan ketiga
b. Penyangkalan (repudiation)
Penyangkalan adalah tindakan yang dilakukan oleh salah satu pihak yang
mengindikasikan bahwa dia tidak berniat memenuhi kewajiban dan tanggung
jawabnya di dalam kontrak. Penyangkalan sendiri tidak serta-merta merupakan
bentuk pengakhiran sebuah kontrak konstruksi . Pengakhiran kontrak terjadi apabila
pihak yang dirugikan menerima penyangkalan tersebut dan dengan demikian dapat
menuntut kerugian kepada pihak penyangkal
c. Pemutusan (determination)
Metode yang paling umum dalam mengakhiri sebuah kontrak adalah dengan
pemutusan. Pengakhiran kontrak dengan cara ini harus dilakukan berdasarkan
klausul pemutusan/ pengakhiran kontrak.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 5


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

I.3 Kelalaian
Kelalaian dapat menjadi penyebab berakhirnya sebuah kontrak konstruksi.
Kontraktor/ Penyedia Jasa dikatakan lalai dalam beberapa pengertian, antara lain :
a. Melaksanakan pekerjaan dibawah standar (performing work in a poor manner)
b. Menyelesaikan pekerjaan yang merupakan cacat pekerjaan
c. Terlambat menyelesaikan pekerjaan

Owner/ Pemilik Proyek / Pengguna Jasa berhak untuk mengakhiri kontrak apabila
Kontraktor / Penyedia Jasa terbukti :
a. Gagal memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya berdasarkan kontrak,
b. Gagal menyerahkan jaminan pelaksanaan,
c. Meninggalkan pekerjaan atau tidak menunjukkan niat untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan kewajibannya,
d. Gagal menjalankan perintah perbaikan pekerjaan
e. Menyubkontrakkan seluruh pekerjaan
f. Menjadi bangkrut atau dalam likuidasi
g. Melakukan praktik suap

Selain pengakhiran kontrak oleh Owner/ Pemilik Proyek / Pengguna Jasa,


Kontraktor / Penyedia Jasa juga berhak unutk mengakhiri kontrak apabila ;
a. Kontrator tidak menerima bukti setelah mengirimkan pemberitahuan terkait
penundaan pekerjaan di mana Owner/ Pemilik Proyek / Pengguna Jasa dianggap
lalai memenuhi salah satu kewajibannnya,
b. Konsultan MK/ Direksi Lapangan gagal menerbitkan sertifikat pembayaran dalam
kurun waktu yang telah ditentukan,
c. Kontraktor/ Penyedia Jasa tidak menerima pembayaran sesuai dengan sertifikat
pembayaran dalam kurun waktu yang telah ditentukan,
d. Owner/ Pemilik Proyek/ Pengguna Jasa gagal memenuhi kewajibannya dalam
kontrak,
e. Penundaan kerjaan oleh pemilih proyek yang melewati batas waktu yang telah
ditentukan,
f. Owner/ Pemilik Proyek/ Pengguna Jasa menjadi bangkrut atau dalam proses
likuidasi

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 6


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

I.4 Keadaan Kahar (Force Majeure)


Keadaan kahar atau keadaan memaksa lebih sering dikenal dengan istilah force
majeure (Bahasa Prancis) merupakan sebuah klasul yang umum ditemukan di dalam
kontrak konstruksi yang pada hakikatnya adalaha membebaskan para pihak berkontrak
dari tanggung jawab dan kewajiban kontraktual ketika sebuah peristiwa luar biasa terjadi
di luar kendali para pihak, atau dalam bahasa legal disebut ‘act of God’ .
Dengan demikian, yang termasuk dalam pengertian keadaan kahar (force
majeure) adalah peristiwa atau keadaan :
a. Yang berada di luar kendali salah satu pihak,
b. Yang mana salah satu pihak tidak dapat memperkirakan sebelum berkontrak
c. Yang ketika terjadi, salah satu pihak tidak dapat menghindari atau mengatasinya,
dan
d. Yang tidak menjadi tanggung jawab salah satu pihak.

Adapun peristiwa atau keadaan yang termasuk force majeure adalah :


a. Perang, penyanderaan, penjajahan, tindakan musuh asing;
b. Pemberontakan, terorisme, revolusi, tindakan militer, atau perang sipil;
c. Kerusuhan, kekacauan, pemberhentian yang bukan disebabkan oleh pekerja
Kontraktor/ Penyedia Jasa dan subKontraktor;
d. Terdapatnya material ledakan, radiasi, atau kontaminasi oleh aktivitas radio, kecuali
diakibatkan oleh penggunaan Kontraktor/ Penyedia Jasa atas bahan ledak, radiasi
atau aktivitas radio; dan
e. Wabah dan bencana alam seperti gempa bumi, topan, badai, atau aktivitas vulkanik

Pelaksanaan doktrin force majeure sebenarnya bukanlah pelaksanaan yang hanya


terjadi karena kesepakatan di dalam kontrak (contractual obligation), tetapi juga
merupakan pelaksanaan yang terjadi demi hukum.
Dalam KUH Perdata Indonesia, perihal keadaan kahar (force majeure) yang dapat
membebaskan seseorang dari kewajibannya untuk membayar ganti rugi diatur dalam
Pasal 1244 dan Pasal 1245.
Terkait force majeure, salah satu pihak akan memberikan pemberitahuan kepada
pihak lain tentang kejadian force majeure danmenjelaskan dampak serta pencegahan

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 7


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

terhadap pelaksanaan pekerjaan. Para pihak tetap harus menggunakan segala daya upaya
dalam meminimalkan dampak keterlambatan pekerjaan akibat force majeure.
Apabila Kontraktor/ Penyedia Jasa mengalami penundaan pekerjaan akibat force
majeure dan mengalami kerugian dan/ atau keterlambatan pekerjaan, maka Kontraktor/
Penyedia Jasa berhak untuk :
a. Meminta perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan, dam
b. Menerima pembayaran atas kerugian yang terjadi
Saat menerima klaim ini dari Kontraktor/ Penyedia Jasa, Konsultan MK/
Direksi Lapangan akan memutuskan untuk menyetujui atau memutuskan klaim tersebut.
Apabila terjadi penundaan pekerjaan yang berkelanjutan sejak diberikannya
pemberitahuan keadaan kahar (force majeure), maka salah satu pihak dapat mengajukan
kepada pihak lainnya untuk mengakhiri kontrak pekerjaan. Kosultan MK bertugas untuk
memutuskan nilai pekerjaan yang telah dilakukan dan menerbitkan sertifikat
pembayaran

I.5 Rancangan Konseptual Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)

Rancangan Konseptual SMKK merupakan syarat wajib dari dokumen lelang / tender.
Rancangan Konseptual SMKK terdiri atas dokumen berikut:
1. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
2. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK)
3. Rencana Kerja Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL)
4. Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
5. Kriteria Penentuan Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi
6. Komponen Kegiatan Penerapan SMKK;

Dalam melakukan pengawasan pelaksanaan RKK dan evaluasi kinerja SMKK,


PPK dapat dibantu oleh Ahli Keselamatan/Ahli K3 Konstruksi/Petugas Keselamatan
Konstruksi dari internal dan/atau eksternal organisasi PPK.
PPK dapat melimpahkan sebagian atau keseluruhan fungsi pengawasan kepada
pihak/tim yang ditunjuk oleh PPK yakni Direksi Teknis atau Konsultan Pengawas,

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 8


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

Pemilik Proyek/ owner/ Pengguna Jasa dapat Memberi surat peringatan secara
bertahap kepada Penyedia Jasa apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan dokumen
penerapan keselamatan konstruksi yang telah ditetapkan.
Pemilik Proyek/ owner/ Pengguna Jasa dapat Menghentikan bagian pekerjaan
yang dinilai berisiko besar apabila peringatan ke-2 tidak ditindaklanjuti oleh Penyedia
Jasa.
Dalam kondisi Kontraktor/ Penyedia Jasa melakukan pekerjaan kritis/risiko
besar tidak mengikuti dokumen Keselamatan Konstruksi, PPK dapat menghentikan
pekerjaan sampai upaya pengendalian telah dilakukan.

 Penghentian Pekerjaan (Stop Working)


Apabila pada saat pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi ditemukan hal yang
membahayakan setiap personil dapat menyerukan untuk menghentikan pekerjaan.
Pimpinan Tertinggi Kontraktor/ Penyedia Jasa memberikan kewenangan
kepada Pimpinan Unit Keselamatan Konstruksi dan/ atau Pimpinan Tertinggi
Pekerjaan Konstruksi dan/atau Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan
Konstruksi untuk melakukan verifikasi penghentian pekerjaan.
Dalam melakukan verifikasi pihak berwenang mengisi lembar
penghentian pekerjaan ditandatangani oleh pihak-pihak yang ditunjuk oleh
Pimpinan Tertinggi Kontraktor/ Penyedia Jasa.

 Hasil Pekerjaan
Pengawasan tekait hasil tiap-tiap kegiatan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan. Jika ditemukan hasil pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi,
Pengawas Pekerjaan dapat memberikan peringatan dan teguran tertulis kepada
pihak pelaksana pekerjaan dan mengusulkan kepada pemilik proyek/ owner/
pengguna jasa untuk menghentikan pelaksanaan pekerjaan sementara jika
pelaksana pekerjaan tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 9


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

II. Macam-Macam Penghentian Proyek

II.1 Penghentian proyek karena pengakhiran


Penghentian pekerjaan dibagi menjadi dua kriteria pertama pekerjaan dilakukan
penghentian dikarenakan pekerjaan sudah dilakukan penyelesaian kontruksi. Kedua
pekerjaan mengalami kegagalan dalam masa pelaksanaan kontruksi.
Pekerjaan proyek konstruksi dimulai dengan tahap awal proyek yaitu tahap
perencanaan dan perancangan, kemudian dilanjutkan dengan tahap konstruksi yaitu tahap
pelaksanaan pembangunan fisik dan pemeliharaan. Setelah tahapan-tahapan tersebut
terselsaikan makan pekerjaan proyek akan dilakukan pemberhentian pekerjaan. Berikutnya
adalah tahap operasional atau tahap penggunaan dan pemeliharaan. Pihak-pihak yang terlibat
dalam suatu proyek konstruksi dari tahap awal proyek (tahap perencanaan dan perancangan)
hingga masa konstruksi (pelaksanaan pembangunan fisik). Ada tiga pihak yaitu Pemilik
proyek/ Owner/ Pengguna Jasa, Pihak perencana, Pihak kontraktor/ Penyedia Jasa. Pihak atau
badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsultan perencana dan
konsultan pengawas.
Dalam pelaksanaan pekerjaan memiliki beberapa sub bidang pembangunan fisik dan
penyiapan dokumen administrasi.
Sub bidang pembangunan yang harus terselesaikan diantaranya:
a. Sub Bidang Struktur merupakan pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan struktur
utama bangunan
b. Arsitektur merupakan pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan arsitektural
bangunan
c. Mekanikal merupakan pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan mekanikal
bangunan
d. Elektrikal merupakan pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan elektrikal bangunan
Sub Bidang Dokumen dan Administrasi yang harus terselesaikan diantaranya:
a. Shop drawing : adalah gambar kerja pelaksanaan yang dibuat oleh kontraktor untuk
dilaksanakan dalam pekerjaan
b. Request pekerjaan : adalah dokumen ijin kerja sebelum memulai pekerjaa
c. Laporan harian, mingguan, bulanan : adalah laporan tentang kegiatan dalam proyek
d. Risalah rapat : adalah rekam jejak tertulis hasil keputusan rapat
e. Bahan rapat: adalah data tentang permasalahan yang akan dibahas dalam rapat

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 10


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

f. Surat teguran/peringatan : adalah surat yang berisi tentang teguran atau peringatan
terhadap kontraktor terkait dengan proyek
g. As build drawing : adalah gambar kerja yang menunjukkan bentuk akhir dari proyek,
digunakan untuk perawatan dll.
Setelah tahapan-tahapan tersebut terpenuhi maka dilakukan serah terima pekerjaan
dari kontraktor/ Penyedia Jasa kepada pemilik pekerjaan/ owner/ Pengguna Jasa sehingga
pekerjaan dinyatakan berakhir/ terselesaikan.
Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis.
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik
sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pemilik proyek/ owner/ pengguna
jasa atau kontraktor/ penyedia jasa. Kegagalan pada proyek konstruksi merupakasn hal yang
sangat fatal dalam suatu proyek. Ketika sebuah proyek dengan umur bangunan pendek, maka
kontraktor/ penyedia jasa dan semua pihak yang terlibat akan dikenakan sanksi. Untuk
mengatasi hal tersebut, kontraktor/ penyedia jasa, konsultan pengawas dan pemilik pekerjaan/
owner/ pengguna jasa harus melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk tidak terjadi suatu kegagalan dalam
proyek konstruksi. Penghentian proyek karena penambahan

II. 2. Penghentian proyek karena pemutusan kontrak


Penghentian proyek dalam masa pekerjaan kontruksi akan mengalami beberapa
permasalahan yang mengakibatkan pemutusan kontrak/penghentian pekerjaan. Suatu kontrak
pemborongan dapat diputuskan oleh pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa maupun
oleh pihak kontraktor/ penyedia jasa. Jika dalam kontrak pemborongan pihak pemilik proyek/
owner/ pengguna jasa yang memutuskan kontrak, maka seringkali yang menjadi dasar hukum
untuk dapat memutuskan kontrak tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kegagalan kontraktor/ penyedia jasa untuk mengerjakan tugasnya
Sudah barang tentu apabila penyedia jasa gagal dalam melaksanakan tugasnya, secara
hukum pihak pemilik proyek / owner/ pengguna jasa berhak untuk memutuskan kontrak
tersebut. Tergantung ketentuan dalam kontrak bagaimana cara pemutusan konstruksi
tersebut. Biasanya ditempuh salah satu di antara dua cara sebagai berikut :
1) Kontrak dapat langsung diputuskan oleh pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa
jika ada alasan untuk itu (biasanya dipersyaratkan untuk dilakukan secara tertulis).

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 11


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

2) Kontrak setelah ada dua kali peringatan (notice) dan biasanya juga disyaratkan bahwa
pemutusan tersebut dilakukan secara tertulis. Jika kontrak memilih sistem dua kali
peringatan, hukum tidak memberi kegagalan atau keterlambatan dari pihak penyedia
jasa tersebut.
b. Pelanggaran pembatasan pengalihan kontrak/ subpenyedia jasa. Sebagaimana diketahui,
bahwa biasanya ada ketentuan dalam kontrak konstruksi yang mengatur mengenai
pengalihan kontrak atau melakukan subkontrak. Dapat ditentukan, bahwa jika pihak
kontraktor/penyedia jasa mengalihkan pekerjan secara tidak sesuai dengan kontrak, maka
biasanya kepada pihak pengguna jasa diberi hak (bukan kewajiban) untuk melakukan
terminasi (memutuskan) kontak yang bersangkutan. Akan tetapi jika pada pengangkatan
subkontraktor/ sub penyedia jasa pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa dapat
merestuinya, maka biasanya pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa sudah tidak lagi
berhak untuk memutuskan kontrak yang bersangkutan.

Selain dari pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa, maka pihak kontraktor/ penyedia
jasa juga dapat memutuskan suatu kontrak konstruksi, yang lazimnya dilakukan dalam hal-
hal sebagai berikut:
1) Pihak pemilik proyek/ owner/ Pengguna jasa ikut campur yang terlalu jauh atau
menghalang-halangi pekerjaan kontraktor/ penyedia jasa. Jika pihak pemilik proyek/
owner/ pengguna jasa terus menerus ikut campur ke dalam kontrak yang dapat
mengganggu pekerjaan kontraktor/ penyedia jasa, maka dalam hal ini kepada pihak
kontraktor/ penyedia jasa dapat diberikan hak untuk memutuskan kontrak tersebut.
2) Pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa gagal melaksanakan kewajibannya Pihak
pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa mempunyai kewajiban pokok untuk melakukan
pembayaran kepada pihak kontraktor/ penyedia jasa. Kegagalan dalam melaksanakan
tugas-tugas tersebut dapat memberikan hak kepada penyedia jasa untuk memutuskan
kontrak yang sedang berlangsung.

II. 3. Penghentian karena pendanaan


Kepailitan dan/atau likuidasi dari Pihak pemilik proyek/ owner/ Pengguna jasa Seperti
halnya pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa untuk memutuskan kontrak karena
kepailitan pihak kontraktor/ penyedia jasa, sebaliknya pihak kontraktor/ penyedia jasa dapat
juga diberi hak untuk memutuskan kontrak jika pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 12


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

dalam keadaan kepailitan, likuidasi, reorganisasi dan sebagainya. Dalam pelaksanaan


pekerjaan kemungkinan timbul wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak dalam perjanjian.
Dalam keadaan demikian, berlakulah ketentuan- ketentuan yang wajib dipenuhi yang timbul
akibat wanprestasi yaitu: kemungkinan pemutusan perjanjian, penggantian kerugian atau
pemenuhan. Pada umumnya wanprestasi baru terjadi apabila salah satu pihak dinyatakan
telah lalai untuk memenuhi prestasinya, atau dengan kata lain, wanprestasi ada bila salah satu
pihak tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melakukan kesalahannya atau karena keadaan
memaksa. Apabila dalam pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan tenggang
waktunya, maka salah satu pihak dipandang perlu untuk memperingatkan atau menegur agar
segera memenuhi kewajibannya.

III. PENENTUAN WAKTU PENGHENTIAN PROYEK

Penentuan waktu penghentian proyek dapat dilakukan bilamana terjadi hal-hal diluar
kekuasaan para pihak dalam melakukan kewajibannya. Hal tersebut disebabkan oleh :

III.1. Faktor Non Teknis


Faktor non teknis merupakan faktor yang terjadi diluar teknis sebuah pekerjaan
proyek yang dapat menyebabkan sebuah proyek dapat terganggu dan menyebabkan
penghentian proyek, berikut adalah faktor- faktor nya;
1) Perang, perang saudara, pemberontakan.
Perang antar negara atau antar kelompok (perang saudara) dan pemberontakan
yang terjadi di suatu wilayah yang menyebabkan kelumpuhan aktivitas atau ketidak
amanan dapat membuat sebuah proyek dapat dihentikan dikarena situasi yang tidak
memungkinkan atau tidak kondusif untuk melakukan pekerjaan atau dalam peperangan
terjadi embargo antar negara sehingga susah mendapatkan bahan material yang akan
digunakan untuk pembangunan proyek dan jika sudah merambah pada iklim politik dan
keamanan, suatu wilayah akan tidak kondusif dalam aspek sosial dan politiknya
menyebabkan keselamatan pekerja bisa terancam hal ini pun dapat menghentikan
proyek.
2) Bencana alam yang dinyatakan resmi oleh pemerintah.
Jika disuatu negara atau wilayah mengalami suatu bencana alam yang skalanya
sangat besar dan ditetapkan oleh suatu pemerintahan negara dengan status bencana

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 13


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

nasional maka suatu proyek dapat dihentikan dikarenakan dapat dilihat dari dampak
suatu bencana yang terjadi dilingkungan proyek apakah dapat menghambat akses
menuju lokasi proyek jika berdampak pada akses maka untuk melakukan mobolisasi
material dan sumber daya manusia dapat memerlukan dana yang besar atau bahkan tidak
dapat di akses sama sekali sehingga tidak ada pasokan material dan penambahan atau
pergantian sumberday manusia, apakah terdampak pada aspek – aspek penunjang suatu
proyek seperti komunikasi yang terputus sehingga menyebabkan terhentinaya koordinasi
yang dilakukan untuk berjalannya proyek , apakah berdampak pada sumber daya
manusia yang terdapat di suatu proyek jika sumberdaya manusia dilokasi proyek
terdampak seperti cidera, sakit atau bahkan mayoritas pekerja kehilangan nyawa akibat
bencana dan tidak dapat melaksanakan pekerjaan lagi, apakah terjadi kerugian materil
dalam suatu proyek pasca terjadinya bencana yang mengakibatkan keuangan peroyek
terdampak. Jika dilihat dari beberapa aspek diatas dan dari suatu bencana sangat
berdampak maka suatu proyek akan dapat dihentikan.
3) Pelanggaran Hukum
Penentuan waktu penghentian proyek juga bisa dilihat dari aspek hukum,
bilamana terdapat pihak didalam pekerjaan proyek terbukti melakukan pelanggaran
hukum yang melibatkan individu atau kelompok dalam menjalankan suatu proyek.
Seperti beberapa orang yang terdapat dalam proyek terbukti melakukan tindak pidana
korupsi pada angaran proyek, maka penentuan waktu pemberhentian dapat dilakaukan
atau dipilih untuk keperluan hukum yang berjalan.
Pada kejadian penentuan penghentian proyek yang dilihat dari faktor nonteknis atau
diluar kontek teknis pekerjaan adalah sifatnya force major sehingga harus ditetapkan
penghentian proyek.
4) Suasana dalam tim proyek
Apabila suasana dalam tim proyek dirasa sudah tidak kondusif dan tidak dapat
berjalan dengan antara koordinasi dan komunikasi sehingga tidak dapat mencapai tujuan
proyek dengan baik sehingga bisa menyebabkan kesalahan dalam sistem informasi
proyek yang dapat menimbulkan kesalahan instruksi pekerjaan, pengendalian mutu dan
pengendalian waktu, maka bisa dilakukan penghentian proyek.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 14


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

III.2. Faktor Kualitas


Kualitas dalam proyek konstruksi meliputi; 1) kualitas produk atau bahan yang
digunakan dalam konstruksi, 2) kualitas peralatan atau jasa yang digunakan dalam
konstruksi,
1) Faktor menetapkan waktu penghentian proyek dari faktor kualitas produk atau bahan
yang digunakan dalam proyek adalah melihat di dalam suatu proyek yang dikerjakan
apakah rencana mutu, jaminan mutu dan pengendalian mutu pada bahan atau item-
item pekerjaan yang digunakan sudah sesuai dengan item-item yang sudah
direncanakan dalam spesifikasi teknis, apabila item-item pekerjaan tidak sesuai
dengan spesifikasi teknis sehingga menyebabkan ketidak sesuain mutu pekerjaan
yang diinginkan. Jika terjadi kesalahan pengguna bahan yang tidak sesuai dengan
mutu yang sudah direncanakan pada kontrak proyek akan merugikan pelaksanaan
proyek dikarenakan anggaran yang digunakan tidak sesuai dengan mutu yang
digunakan, sehingga kita dapat menetapkan waktu penghentian proyek dikarenakan
kerugian didalam pelaksanaan.
2) Faktor menetapkan waktu penghentian proyek dari faktor kualitas peralatan atau jasa
adalah melihat di dalam suatu proyek yang dikerjakan apakah peralatan atau jasa
yang dapat menunjang jalannya proyek yang dikerjaan apabila dalam menggunakan
peralatan yang tidak sesuai dengan metode yang dilakukan karena kesalahan analisis
atau peralatan dengan performa tidak maksimal dalam pekerjaan dan penggunaan jasa
yang kurang terampil dalam pekerjaan dapat menghambat jalannya pekerjaan yang
menimbulakan ketidak sesuaian penyelesaian pengerjaan proyek sesuai dengan waktu
yang ditetapkan dan berdampak pada pembebanan biaya yang besar, sehingga jika
dilihat dari dampak yang terjadi kita dapat menentukan waktu penetapan penghentian
proyek berdasarkan pembebanan biaya yang besar.
Pada kejadian penentuan penghentian proyek yang dilihat dari kulitas pekerjaan
dilihat dari mutu pekerjaan proyek apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak jika
tidak dan banyak merugikan proyek dikarenakan mutu yang tidak sesuai dan bisa
menyebabkan pembiayaan yang lebih besar dibandingkan dengan perencanaan maka
bisa dilakukan penghentian proyek.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 15


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

III.3. Faktor Kuantitas


Kuantitas dalam proyek konstruksi meliputi; 1) Volume pekerjaan, 2) unit/jasa,
yang digunakan dalam pekerjaan kontruksi.
1) Faktor menetapkan waktu penghentian proyek dari faktor kuantitas volume pekerjaan
adalah melihat kesesuaian volume pekerjaan yang direncanakan dengan yang
dikerjakan dilapangan. Apakah pekerjaan dilapangan sudah sesuai dengan apa yang
direncanakan dan keadaan dilapangan, apabila pekerjaan dilapangan tidak sesuai
dengan apa yang direncakan dan kesesuaian dilapangan dilihat dari adanya kesalahan
dalam melakukan perencanaan sehingga volume akan mengalami perubahan akan
terjadi pekerjaan tambahan dan pengurangan pekerjaan yang berpengaruh pada
pembebanan pembiayaan. Jika pekerjaan dilapangan sengaja tidak disesuaikan
dengan volume perencanaan makan akan berdampak pada kualitas yang akan dicapai
menjadi rendah dan proyek mengalami kerugian akibat ketidak sesuain .sehingga kita
dapat menetapkan waktu penghentian proyek dikarenakan dampak-dampak yang
terjadi.
2) Faktor menetapkan waktu penghentian proyek dari faktor kuantitas unit atau jasa
adalah kesusuaian nenetukan jumlah unit atau jasa untuk melakukan pekerjaan dalam
suatu proyek, harus menyesuaikan dengan analisis yang direncanakan, sehingga
kuantitas unit dan jasa dapat terpenuhi secara maksimal tidak terlalu berlebihan atau
kekurangan yang dapat berpengaruh pada lamanya waktu yang digunakan dalam
penyelesaian proyek. Jika salah menetapkan kuantitas unit dan jasa dapat menjadikan
waktu pengerjaan proyek melampaui batas yang sudah ditetapkan sehingga dapat
terjadi penghentian proyek.
Pada kejadian penentuan penghentian proyek dari kuantitas pekerjaan dilihat dari
teknis pekerjaan proyek apakah secara penyediaan unit alat pendukung pekerjaan ,
pekerja (sumber daya manusia) dan jumlah volume pekerjaan sudah sesuai dengan
metode pekerjaan dan perencanaan jika tidak proyek akan bisa mengalami kerugian
biaya dan waktu pelaksanaan sehingga bisa dilakukan penghentian proyek.

IV. PENETAPAN PROSES PENGENDALIAN PROYEK


Pengendalian dilakukan seiring dengan pelaksanaan proyek. Pengendalian proyek
dilakukan agar proyek tetap berjalan dalam batas waktu, biaya dan performan yang

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 16


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

ditetapkan dalam rencana ada beberapa perbedaan antara perencanaan dan pengendalian,
yaitu :
Perencanaan berkonsentrasi pada
a. penetapan arah dan tujuan,
b. pengalokasian sumberdaya,
c. pengantisipasian masalah,
d. pemberian motivasi kepada partisipan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan pengendalian berkonsentrasi pada
a. pengendalian pekerjaan ke arah tujuan,
b. penggunaan sumberdaya secara efektif,
c. perbaikan/ koreksi,
d. pemberian imbalan pencapaian tujuan.

Ada setidaknya tiga langkah dalam proses pengendalian proyek, antara lain:
1. Menentukan standard performansi misalnya spesifikasi teknis, biaya yang
dianggarkan, jadwal atau kebutuhan sumberdaya
2. Membandingkan performan aktual dengan performan standard
3. Melakukan tindakan koreksi terhadap penyebab terjadinya perbedaan performansi
aktual terhadap performansi standar

Ditinjau dari tempat asalnya, ada dua jenis pengendalian proyek yaitu:
1. Pengendalian internal. Pengendalian yang mengacu pada tindakan pengendalian
yang didasarkan pada standard yang berasal dari sistem kontraktor sendiri.
2. Pengendalian eksternal. Pengendalian yang didasarkan pada prosedur tambahan
yang ditetapkan pihak klien atau user.

IV.1 Proses Penghentian Proyek


Proses penghentian Proyek mempunyai 2 penjelasan, yaitu penjelasan proyek
diteruskan atau penjelasan proyek di hentikan.
1. Penetapan proses keputusan proyek :
Keputusan berdasarkan bobot kualifikasi proyek tentang faktor bobot keggalan
serta bobot keberhasilan sehingga dapat memutuskan apakah proyek di hentikan atau
dilanjutkan untuk memenuhi sasaran yaitu mencapai hasil yang maksimal dan

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 17


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

seimbang sehingga dikatakan berhasil. Proses pemberhentian proyek sementara atau


disebut sebagai penundaan yang sifatnya sementara.
Penundaan dalam proyek konstruksi dapat digolongkan menjadi 2 (dua
kelompok:
1. Excusable delay
Adalah gagalnya pihak kontraktor/ penyedia jasa menepati waktu
penyelesaian proyek sesuai dengan perjanjian konstruksi menepati waktu
penyelesaian proyek sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Kegagalan ini disebabkan oleh permasalahan desain, perubahan
pekerjaan oleh pemilik proyek, pengaruh cuaca, perselisihan pekerja dan
bencana alam. Konsep excusable delay diterapkan terhadap kinerja
pemilik proyek dab desainer
2. Non-excusable delay
Adalah suatu kondisi saat terjadi penundaan pekerjaan disebabkan
oleh pihak pelaksana konstruksi. perencanaan pelaksanaan yang tidak tepat
oleh kontraktor/ penyedia jasa, ketidakmampuan sumberdaya manusia
yang dimiliki kontraktor/ penyedia jasa. Dengan demikian pihak pemilik
proyek/ owner/ pengguna jasa dapat meminta monetary damages untuk
keterlambatan tersebut. Adapun penyebab keterlambatan antara lain:
a. Kesalahan mengkoordinasikan pekerjaan, bahan dan peralatan
b. Kesalahan dalam pengelolaan keuangan proyek
c. Keterlambatan dalam penyerahan shop drawing/gambar kerja
d. Kesalahan dalam mempekerjakan personil yang tidak cakap

IV.2 Penetapan Proses Pelaksanaan Penghentian Proyek


 Pertanyaan disesuaikan yang ada signifikansinya terhadap penghentian proyek,
sehingga akan dapat menghasilkan suatu alasan kuat untuk penghentian proyek yang
terencana dan terjadual.
 Untuk menetapkan keputusan penghentian proyek diperlukan suatu informasi dari
berbagai tingkatan sebagai data kasar, selanjutnya dilakukan pemilahan.
 Penghentian proyek dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan mudah, tetapi
membutuhkan pertimbangan masak-masak. Untuk membuat pertimbangan dan
keputusan penghentian proyek

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 18


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

1. Proyek berhenti karena pekerjaan memang sudah selesai seperti yang


ditetapkan dalam perjanjian kontrak. Menjadi tugas manajer proyek untuk mengatur
semua agar penghentian proyek disebabkan karena memang apa yang diminta
pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa sudah terpenuhi. Agar ini bisa dicapai
maka perlu kejelasan sejak awal kriteria penerimaan yang dikehendaki pemilik
proyek/ owner/ pengguna jasa . Untuk itu perlu dibuat secara terinci, jelas, dan
tertulis. Seandainya ada perubahan tentang hasil yang diinginkan harus disetujui
kedua pihak, kontraktor/ penyedia jasa dan pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa.
2. Lebih menguntungkan proyek dihentikan daripada diteruskan, karena
beberapa faktor yang tidak bisa dikendalikan yang akhirnya mempengaruhi
dihentikan atau tidaknya proyek. Kelangkaan sumber daya, naiknya harga- harga
secara mencolok, perubahan kondisi pasar adalah faktor-faktor yang menyebabkan
proyek lebih baik dihentikan dari pada diteruskan. Karena dari segi finansial lebih
baik bila pekerjaan tidak dilanjutkan. Jika alasan penghentian ini memang logis
mungkin pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa bisa memahami.
3. Proyek berhenti karena tidak mampu mencapai perfomansi yang diinginkan
semula atau gagal. Ini bisa terjadi karena perencanaan dan pengendalian yang
buruk, manajemen yang kurang bagus, SDM dan kualitas material

IV.3 Penetapan Proses Manager Proyek khusus Likuidasi


Pengertian pengendalian liquiditas disini adalah upaya upaya (baik pada tahap
perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan) untuk mengatur jadwal penerimaan dan
pengeluaran uang secara tunai, selama proses pelaksanaan kontruksi, sehingga dana pinjaman
dapat di kendalikan dengan selayaknya
Pengertian Cash Flow di sini adalah anggaran kas, yaitu suatu perencanaan tentang
keluar masuknya uang selama proses pelaksanaan proyek, termasuk mengatasi finansial bila
terjadi defisit
 Kemungkinan terparah manajer proyek bertindak acuh tak acuh dan mengabaikan seluruh
proses terhadap penghentian proyek, membiarkan dan menyerahkan kepada tim proyek
untuk menangani penghentian
 Mengangkat Manager proyek khusus liquiditas yang mengurusi penghentian proyek,
tugas utama manajer proyek khusus liquiditas meliputi kegiatan seperti dijelaskan di
bawah ini.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 19


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

1. Melakukan Pengawasan terhadap penutupan buku Proyek dan menyerahkan pada


organisasi induk
2. Memberitahu penggunaan anggaran serta memastikan pekerjaan yang akan di
selesaikan
3. Memastikan penyelesaian pekerjaan yang di hentikan termasuk menetapkan tugas
subkontraktor
4. Mendistribusikan kembali bahan, peralatan, personil dll di tempatkan pada tempat yang
tepat
5. Memastikan keberadaan keperluan dukungan produk seperti suku cadang, pelayanan
managemen proyek
6. Menyatakan perhitungan akhir dan mengawasi dalam proses pelaksanaan manajemen
proyek khusus liquiditas
7. Memastikan keberadaan dokumen pendukung guna keperluan backup
8. Menentukan pencataatan laporan yang tepat, benar dan efisien agar mendapatkan
perhitungan manajemen proyek khusus liquiditas.

V. STRATEGI DAN EVALUASI SEBELUM PENGHENTIAN PROYEK

Secara garis besar ada beberapa alasan adanya penghentian suatu proyek, yaitu :
1. Proyek berhenti karena proyek benar – benar telah selesai (proyek sukses) yang sudah
sesuai dengan perjanjian kontrak.
2. Proyek berhenti karena proyek lebih menguntungkan apabila dihentikan daripada
dilanjutkan karena adanya beberapa faktor yang tidak bisa dikendalikan.
3. Proyek berhenti karena proyek tidak mampu mencapai perfomansi yang diinginkan
semula (proyek gagal).

Oleh karena penghentian proyek merupakan tahap yang kritikal, maka sebelum
penghentian proyek terjadi, Manajer proyek perlu memperhatikan tahapan demi tahapannya.
Peranan manajer proyek sangat penting dalam tercapainya tujuan proyek, serta tanggung
jawabnya adalah agar produk jasa maupun tujuan lain dihasilkan dan diserahkan sesuai
dengan syarat- syarat teknis yang telah disepakati, tepat waktu sesuai jadwal yang disetujui,
serta menggunakan anggaran dan sumber daya lainnya dalam batas-batas rencana yang telah
dibuat.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 20


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

Tugas dan tanggung jawab Manajer proyek adalah :


 Mendefinisikan dan membatasi proyek dengan benar.
 Mengidentifikasikan dan memilih sumber daya proyek : sumber daya manusia, material,
peralatan, dan metode pelaksanaan.
 Memimpin tim proyek pada setiap fase proyek.
 Mengestimasi dan membuat anggaran proyek.
 Mengidentifikasi dan mengelola semua isu dan risiko pada sebuah proyek.
 Membuat dan mengendalikan perencanaan proyek.
 Mengelola semua perubahan yang terjadi pada sebuah proyek.
 Meyakinkan bahwa semua penugasan deliverable proyek tetap berada pada track atau
jalurnya dan tidak melebihi biaya yang telah ditetapkan.
 Mengidentifikasikan politik organisasi dan memerankan dengan baik
 Mengelola berkas proyek dan dokumentasi terkait
 Mengomunikasikan dan me-maintain kemajuan proyek melalui rapat (meeting) dan
pelaporan (reporting).

V.1 Faktor – faktor yang berhubungan penghentian proyek


Proyek dikatakan berhenti bila pekerjaan-pekerjaan proyek sudah sampai pada
titik tertentu dimana tidak mungkin lagi dibuat kemajuan lebih lanjut. Seperti pada
aktivitas lain dalam proyek, bagian penghentian ini merupakan tahap yang kritis.
Artinya, sukses tidaknya proyek sangat bergantung pada aktivitas penyelesaian
pekerjaan. Seperti aktivitas lain dalam proyek, sebaiknya penghentian proyek sudah
dibuat rencananya terlebih dahulu dengan prosedur yang sistematis. Sebaiknya
penghentian proyek tidak dilakukan karena ketidaksiapan untuk melanjutkan pekerjaan
proyek atau dilakukan secara mendadak.
Ada empat alasan mengapa proyek berhenti :
1. Proyek berhenti karena pekerjaan memang sudah selesai seperti yang ditetapkan
dalam perjanjian kontrak. Menjadi tugas manajer proyek untuk mengatur semua agar
penghentian proyek disebabkan karena memang apa yang diminta pemilik proyek/
owner/ pengguna jasa sudah terpenuhi. Agar ini bisa dicapai maka perlu kejelasan
sejak awal kriteria penerimaan yang dikehendaki pemilik proyek/ owner/ pengguna
jasa. Untuk itu perlu dibuat secara terinci, jelas, dan tertulis. Seandainya ada

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 21


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

perubahan tentang hasil yang diinginkan harus disetujui kedua pihak, kontraktor/
penyedia jasa dan pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa.
2. Lebih menguntungkan proyek dihentikan daripada diteruskan, karena beberapa faktor
yang tidak bisa dikendalikan yang akhirnya mempengaruhi dihentikan atau tidaknya
proyek. Kelangkaan sumber daya, naiknya harga - harga secara mencolok, perubahan
kondisi pasar adalah faktor-faktor yang menyebabkan proyek lebih baik dihentikan
dari pada diteruskan. Karena dari segi finansial lebih baik bila pekerjaan tidak
dilanjutkan. Jika alasan penghentian ini memang logis mungkin pemilik proyek/
owner/ pengguna jasa bisa memahami.
3. Proyek berhenti karena tidak mampu mencapai perfomansi yang diinginkan semula
atau gagal. Ini bisa terjadi karena perencanaan dan pengendalian yang buruk,
manajemen yang kurang bagus, kemampuan sumber daya manusia yang kurang
berkualitas, bahan baku yang tidak memenuhi mutu, melanggar kontrak, dan lain-lain.
Keseluruhan ini secara mutlak memang disebabkan kesalahan manajemen proyek dan
kontraktor. Jika saja kontraktor lebih serius mengelola proyek kegagalan tidak akan
terjadi. Penghentian dengan cara ini tentu saja merupakan yang terburuk.
4. Proyek dihentikan, tetapi dibentuk divisi tetap untuk melanjutkan pekerjaan lain yang
mirip menjadi kegiatan rutin. Jika awalnya pekerjaan itu direncanakan hanya bersifat
sementara tetapi setelah berjalan tenyata sangat menguntungkan dan bisa dibuat
menjadi pekerjaan rutin, maka perusahaan bisa membentuk divisi baru untuk
melanjutkan pekerjaan tersebut.
Dalam tahap ini, selesainya suatu proyek dapat dilihat dari beberapa tahap yaitu:
 Proses Uji Coba
Tahapan ini adalah penyelesaian dan pengecekan dialur dalam kontrak antara
pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa dan kontraktor utama/ penyedia jasa
utama. Pada prakteknya pekerjaan utama seluruh proyek dilakukan oleh
kontraktor utamanya. Untuk proyek industri pekerjaan konstruksinya seperti
pondasi bangunan, dikerjakan oleh subkontraktor. Kontraktor utama / penyedia
jasa utama mensuplai peralatan-peralatan produksinya dan perlengkapanya.
Dengan demikian konsultan pengawas/ Direksi lapangan beserta pemborong
pekerjaan sipil mau tidak mau masih siap ditempat dengan tenaga yang minim
sampai dengan proses uji coba operasional dinyatakan selesai dengan baik dan
tuntas.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 22


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

 Rencana kerja Berikutnya


Digambarkan urutan kerja dan peranan masing-masing unsur dari pihak
kontraktor/ penyedia jasa dan pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa secara
terpisah maupun peranan mereka secara bersama dalam rangka proses penyerahan
pekerjaan dan uji coba operasionil.

Sub kategori ini terbagi menjadi beberapa faktor berikut:


1. Pemindahan aset-aset proyek, pengaturan keuangan terakhir dan pembubaran
tim untuk kepuasan stakeholders (semua pihak yang berkepentingan dalam
proyek). Dalam penyelesaian proyek maka semua kegiatan yang berhubungan
dengan penutupan proyek harus sudah diselesaikan demi kepuasan
stakeholders.
Sub kategori ini terbagi menjadi beberapa faktor berikut:
a. Menyelesaikan masalah klaim, pembayaran dan tagihan yang outstanding
dan menutup buku keuangan.
b. Mengeluarkan sertifikat penyelesaian fisik mekanik dan operasional.
2. Hasil proyek dapat diterima oleh pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa dan
digunakan untuk target dari pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa. Tahap
akhir dari penutupan proyek adalah penyerahan hasil dari proyek, yang harus
sesuai dengan permintaan pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa dan hasil
proyek dapat langsung digunakan oleh pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa
untuk target dari pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa itu sendiri. Salah satu
hal yang harus diserahkan adalah penyelesaian secara fisik dari hasil proyek
yang nantinya akan diperiksa dan disetujui oleh pemilik proyek/ owner/
pengguna jasa. Sub kategori ini terbagi menjadi beberapa faktor berikut:
a. Instalasi telah dibangun sesuai spesifikasi.
b. Instalasi telah bersih dan bahan sisa pembangunan telah rapi tersusun di
tempat yang ditentukan.
3. Laporan akhir proyek dapat diterima oleh stakeholders (semua pihak yang
berkepentingan dalam proyek). Untuk penyelesaian proyek tahap akhir dan
dibuat laporan akhir proyek dengan tujuan utama untuk memberikan
keterangan dan bahan pemikiran untuk dikaji dan digunakan dalam proyek

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 23


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

yang akan datang. Menimba pengalaman, kemudian dipisahkan mana yang


perlu dicontoh dan mana yang harus dihindari.

Sub kategori ini terbagi menjadi beberapa faktor berikut:


a. Memuat masukan kepada pimpinan perusahaan dan staf tentang aspek
pengelolaan proyek.
b. Memuat hal-hal lain yang bersifat khusus, seperti kondisi lokasi, tenaga
kerja, transportasi, dll.
c. Memuat kesulitan, hambatan yang dialami selama siklus proyek.

V.2 Strategi sebelum penghentian proyek


Sebelum adanya penghentian proyek, ada faktor - faktor (kriteria) kesuksesan
suatu proyek yang dapat dijadikan perhatian sebagai acuan untuk meriview kekurangan
proyek tersebut, sehingga diharapkan proyek tersebut tetap bisa berjalan hingga tujuan
proyek tercapai.
Berikut ini beberapa faktor (kriteria) “Kesuksesan Proyek” berdasarkan literatur
Do Sa Khang and Tun Lin Moe (2004) dijelaskan bahwa kriteria sukses dilihat
berdasarkan lifecycle dari proyek, yaitu :
1. Conceptualizing (konsep), yang mempengaruhi kriteria suksesnya antara lain:
a. Menempatkan kebutuhan sesuai dengan target owner (pemilik proyek).
b. Sesuai dengan prioritas aturan dan meningkatkan minat dari stakeholders
(semua pihak yang berkepentingan dalam proyek).
2. Planning (perencanaan), yang mempengaruhi kriteria suksesnya antara lain :
a. Semua pihak utama yang berkepentingan dalam proyek menyetujui dan
berkomitmen terhadap proyek.
b. Memiliki sumber-sumber (SDM, SDA (material), peralatan, dll) yang cukup dan
siap untuk di gunakan.
c. Pemegang organisasi utama adalah Manajer proyek (PM).
3. Implementing (pelaksanaan), yang mempengaruhi kriteria suksesnya antara lain:
a. Memiliki sumber-sumber (SDM, SDA (material), peralatan, dll) dikerahkan dan
digunakan sesuai rencana.
b. Aktifitas pekerjaan sesuai dengan jadwal dan metode kerja yang direncanakan.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 24


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

c. Hasil produksi sesuai dengan kualitas dan spesifikasi yang telah direncanakan
dan disetujui dalam kontrak.
d. Estimasi biaya yang baik mengenai sumber-sumber (SDM, SDA (material),
peralatan, dll) yang telah digunakan.
e. Stakeholders (semua pihak yang berkepentingan dalam proyek) harus selalu
mendapatkan informasi tentang proyek dan merasa puas terhadap pekerjaan
proyek.
4. Closing/Completing (penutup)
a. Pemindahan aset-aset proyek, pengaturan keuangan terakhir dan pembubaran
tim untuk kepuasan semua pihak yang berkepentingan dalam proyek.
b. Hasil proyek dapat diterima oleh pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa dan
digunakan untuk target dari pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa.
c. Laporan akhir proyek dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan
dalam proyek.
d. Overall project success (keseluruhan kesuksesan proyek).
e. Proyek mempunyai reputasi yang bagus.
f. Proyek mempunyai peluang berlanjut karena kesuksesan pelaksanaan proyek
tersebut.
5. Overall project success (keseluruhan kesuksesan proyek)
a. Proyek mempunyai reputasi yang bagus.
b. Proyek mempunyai peluang berlanjut karena kesuksesan pelaksanaan proyek
tersebut.

V.3 Evaluasi penghentian proyek


Strategi manajemen bertujuan agar evaluasi sesuai yang diharapkan. Berikut ini tindakan
yang dapat dilakukan dalam memanajemen proyek, yaitu :
1. Konsep (Conceptualizing) menempatkan kebutuhan yang sesuai dengan target owner,
dengan merencanakan biaya yang ekonomis, waktu yang optimal dan mengutamakan
kualitas yang diinginkan.
2. Perencanaan (Planning) secara garis besar, perencanaan berfungsi untuk meletakkan
dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan, anggaran dan mutu. Mencakup penetapan
sasaran, pendefinisian proyek dan organisasi tim
3. Penjadwalan (Schedulling)

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 25


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

 Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.


 Menentukan waktu pelaksanaan setiap kegiatan.
 Menentukan kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda pelaksanaannya
(kegiatan kritis) dan jalur kritis.
 Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek.
 Dasar penghitungan cashflow proyek.
 Dasar penjadwalan sumberdaya proyek lain, seperti tenaga, material, dan peralatan.
 Alat pengendalian proyek
4. Pengendalian (Controlling)
 Memantau dan mengkaji agar langkah-langkah kegiatan terbimbing kearah tujuan
yang ditetapkan.
 Untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan.
 Antisipasi keterlambatan jadwal.
 Pembengkakan biaya proyek dapat dihindari.

VI. ALASAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGHENTIAN PROYEK

VI. 1 Alasan Penghentian Proyek


Proyek dikatakan berhenti bila pekerjaan-pekerjaan proyek sudah sampai pada
titik tertentu dimana tidak mungkin lagi dibuat kemajuan lebih lanjut. Seperti pada
aktivitas lain dalam proyek, bagian penghentian ini merupakan tahap yang kritis.
Artinya, sukses tidaknya proyek sangat bergantung pada aktivitas penyelesaian
pekerjaan. Seperti aktivitas lain dalam proyek, sebaiknya penghentian proyek sudah
dibuat rencananya terlebih dahulu dengan prosedur yang sistematis. Sebaiknya
penghentian proyek tidak dilakukan karena ketidaksiapan untuk melanjutkan pekerjaan
proyek atau dilakukan secara mendadak. Ada empat alasan mengapa proyek berhenti :
(1).Tujuan proyek telah dicapai,
Proyek berhenti karena pekerjaan memang sudah selesai seperti yang
ditetapkan dalam perjanjian kontrak. Menjadi tugas manajer proyek untuk mengatur
semua agar penghentian proyek disebabkan karena memang apa yang diminta user
sudah terpenuhi. Agar ini bisa dicapai maka perlu kejelasan sejak awal kriteria

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 26


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

penerimaan yang dikehendaki user. Untuk itu perlu dibuat secara terinci, jelas, dan
tertulis. Seandainya ada perubahan tentang hasil yang diinginkan harus disetujui
kedua pihak, kontraktor dan user
(2).Proyek lebih tepat dihentikan,
Lebih menguntungkan proyek dihentikan daripada diteruskan, karena
beberapa faktor yang tidak bisa dikendalikan yang akhirnya mempengaruhi
dihentikan atau tidaknya proyek. Kelangkaan sumber daya, naiknya harga - harga
secara mencolok, perubahan kondisi pasar adalah faktor-faktor yang menyebabkan
proyek lebih baik dihentikan dari pada diteruskan. Karena dari segi finansial lebih
baik bila pekerjaan tidak dilanjutkan. Jika alasan penghentian ini memang logis
mungkin user bisa memahami.
(3).Proyek dibatalkan.
Proyek berhenti karena tidak mampu mencapai perfomansi yang diinginkan
semula atau gagal. Ini bisa terjadi karena perencanaan dan pengendalian yang buruk,
manajemen yang kurang bagus, kemampuan sumber daya manusia yang kurang
berkualitas, bahan baku yang tidak memenuhi mutu, melanggar kontrak, dan lain-
lain. Keseluruhan ini secara mutlak memang disebabkan kesalahan manajemen
proyek dan kontraktor. Jika saja kontraktor lebih serius mengelola proyek kegagalan
tidak akan terjadi. Penghentian dengan cara ini tentu saja merupakan yang terburuk.
(4).Proyek uji coba.
Proyek dihentikan, tetapi dibentuk divisi tetap untuk melanjutkan pekerjaan
lain yang mirip menjadi kegiatan rutin. Jika awalnya pekerjaan itu direncanakan
hanya bersifat sementara tetapi setelah berjalan tenyata sangat menguntungkan dan
bisa dibuat menjadi pekerjaan rutin, maka perusahaan bisa membentuk divisi baru
untuk melanjutkan pekerjaan tersebut.

VI.2 Tanggung jawab Penghentian Proyek


Pada tahap awal kegiatan proyek, tim proyek dan manajer proyek
bertanggungjawab pada perencanaan, penjadualan, pemantauan pengendalian untuk
penghentian proyek.
3 (tiga) bagian tanggung jawab: timproyek, manajer proyek dan pemilik proyek/ owner/
pengguna jasa:

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 27


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

Tanggung jawab manajer proyek didelegasikan oleh pihak manajemen yang


diatasnya. Seorang manajer proyek memiliki tanggung jawab utama yaitu menyerahkan
hasil akhir proyek dalam kriteria waktu, biaya, dan informasi yang telah ditetapkan,
termasuk profit yang ditargetkan.

Secara garis besar tanggung jawab manajer proyek adalah :


1. Merencanakan kegiatan-kegiatan dalam proyek, tugas-tugas dan hasil akhir,
termasuk pemecahan pekerjaan, penjadwalan dan anggaran.
2. Mengorganisasikan, memilih dan menempatkan orang-orang dalam tim proyek,
mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya.
3. Memonitor status proyek.
4. Mengindentifikasikan masalah-masalah teknis.
5. Titik temu dari para konstituen : subkontraktor, user, konsultan, top management.
6. Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek.
7. Merekomendasikan penghentian proyek atau pengerahan kembali sumber daya.

Dalam hal merekomendaasikan penghentian proyek, manajer proyek juga


bertanggung jawab dalam hal antara lain :
1. Persetujuan rencana penghentian proyek
2. Pengkoordinasian mulai rencana penghentian proyek
3. Perencanaan penugasan kembali tim proyek dan pemindahan serta serah terima
sumber daya.
4. Pemantauan kegiatan penghentian-penyelesai-an serta semua kesepakatan kontrak
5. Pemantauan penempatan dan pembagian bahan dan peralatan proyek yang
berlebihan.

Tanggung jawab Tim proyek terhadap penghentian proyek


1. Penutupan semua perintah kerja dan persetujuan penyelesaian pekerjaan yang
disubkontrakkan.
2. Pemberitahuan kegiatan proyek yang diselesaikan.
3. Penutupan kantor proyek dan fasilitas lainnya.
4. Penutupan seluruh buku proyek.
5. Pemindahan seluruh dokumen proyek

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 28


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

Tanggung jawab Pemilik proyek/ owner/ Pengguna Jasa terhadap penghentian proyek
1. Pemastian pemindahan barang akhir, barang tambahan dan barang lain telah
disetujui Pemilik proyek/ owner/ Pengguna Jasa.
2. Mengambil keputusan terakhir yang mengikat mengenai pembangunan proyek.
3. Penyampaian hasil semua kewajiban kontrak.
4. Penjaminan semua dokumen yang berhubungan dengan persetujuan yang
dibutuhkan kontrak.
5. Percepatan suatu kegiatan dan tanggungjawab penyelesaian sesuai dengan
kebutuhan pengguna.
6. Pengiriman permintaan pembayaran formal ke pengguna.
7. Pemantauan terhadap pembayaran.
8. Pemberlakuan penyelesaian kewajiban kontrak

VII. Pertimbangan dan Penyesuaian Penghentian Proyek

Suatu proyek dapat mengalami penghentian proyek dengan faktor-faktor yang telah
dijelaskan diatas. Penghentian proyek konstruksi dapat diberhentikan pada pekerjaan suatu
proyek yang dikerjakan pada titik tertentu seperti perencanaan awal atau prediksi awal yang
salah, pencapaian akhir dll. Ada beberapa alasan yang mendasari proyek konstruksi tersebut
dinyatakan berhenti yaitu :
1. Proyek berhenti karena proyek memang telah selesai sesuai dengan perjanjian kontrak.
Hal ini sering dilakukan karena mengingat keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari
selesainya proyek tersebut dengan durasi waktu yang sesuai dengan time schedule
rencana.
2. Proyek dihentikan karena tidak dapat memenuhi performan yang direncanakan. Proyek
sering terjadi kendala/tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang telah direncanakan
seperti halnya beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah:
 Kurang akuratnya hasil yang direncanakan sehingga mengalami kendala seperti
kurangnya dana atau bahkan mutu bangunan yang direncanakan tidak sesuai
rencana.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 29


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

 Kualitas SDM yang kurang profesional. Seperti kualitas SDM pada proyek tersebut
yang kurang berpengalaman di bidangnya yang mengalami penurunan mutu dan
kesalahan pekerjaan baik secara perencanaan maupun secara teknisi yang akan
mengakibatkan kejadian fatal kedepannya.
 Hubungan antara kontaktor perencana dan konsultan pengawas tidak harmonis. Hal
tersebut juga sangat mempengaruhi proyek dapat terhenti di tengah jalan karena
komunikasi antar kedua belah pihak sangat diperlukan dalam pekerjaan proyek ini.
Jika ada salah komunikasi, maka kedepannya akan dapat berakibat yang tidak
diinginkan.
3. Penugasan personal yang terkena penghentian kerja yang mengakibatkan semua
kegiatan proyek berpengaruh dengan keberhasilan suatu proyek.
4. Pekerja yang memiliki sifat moral yang buruk yang menjadi bahan pertimbangan yang
membuat keputusan pemberhentian proyek tersebut dapat terjadi, dengan contoh seperti
adanya konflik antara kontaktor perencana dengan konsultan pengawas yang
mengakibatkan adanya persaingan dan ketidakpercayaan satu sama lain.
5. Kemampuan dokumen dan penyelesaian yang tidak mungkin terselesaikan. Hal-hal
yang tidak dapat mungkin proyek diselesaikan adalah adanya konflik memanas antar
personil, keterlambatannya waktu yang telah direncanakan, membengkaknya biaya
yang tidak sesuai dengan perencanaan, dll.
6. Alternatif lain yang lebih baik perubahan keinginan dan strategi proyek konstruksi.
7. Pengusulan penghentian pekerjaan sementara dapat dilakukan oleh penyedia
berdasarkan usulan pembenahan konstruksi.
Berikut itu adalah factor yang mempengaruhi proyek tersebut tidak dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah direncanakan. Hal tersebut dapat dialami oleh semua perusahaan
dikarenakan kesalahan pribadi atau kesalahan yang sering dilakukan.

Dari semua alasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu proyek memiliki alasan
dapat diberhentikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu bagaimana cara
menghentikan suatu proyek jika sudah mengalami semua kegagalan yang mengharuskan
proyek tersebut ditutup adalah sebagai berikut:
1. Telah melakukan penjadwalan terhadap sumber daya manusia yang akan dioper ke
pekerjaan proyek konstruksi yang lain. Hal tersebut tentu sangatlah diperlukan

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 30


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

mengingat para Sumber Daya Manusia tidak memiliki kesalahan terhadap penghentian
suatu proyek.
2. Telah membatalkan semua transaksi keuangan dengan bank/ pinjaman. Hal ini
diperlukan untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan seperti misalnya
peminjaman yang masih belum terselesaikan bahkan peminjaman yang terkendala
pembayaran juga dapat mempengaruhi suatu proyek tersebut tidak dapat dihentikan.
3. Penugasan personil pada prioritas lebih tinggi sehingga telah melakukan identifikasi
personil diproyek lain. Hal ini sangat mempengaruhi kinerja para personil sdm yang
lainnya jika mendapatkan partner kerja yang sangat berkompeten yang memberikan
vibes positif bagi personil yang lainnya.
4. Pengalihan kegiatan terhadap perbedaan tujuan yang mentitik beratan pada tujuan
proyek lain yang prioritas. Kegiatan tersebut memiliki perbedaan tujuan yang
mengakibatkan berhentinya proyek konstruksi yang tidak dapat dilanjutkan Kembali.
5. Penyesuaian Penghentian Proyek salah satu proyek dibatalkan lebih awal bila
komitmen sumberdaya telah dicapai tetapi keuntungan proyek tidak ada sekecil apapun
kenaikan biaya pasti selalu ada dengan terjadinya perusahaan menghendaki yaitu saat
biaya. Proyek jarang dibatalkan karena melampaui ramalan biaya sering sumberdaya
disalurkan dari proyek yang berhasil diperbantukan pada proyek tidak berhasil.

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 31


MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Prof. Dr. Dr(TS). Ir. H. Wateno Oetomo, MM., MT., MH., IPU

DAFTAR PUSTAKA
Cipta Karya Kementrian PUPR. 2021. Modul Kontrak,
Erizal. Perencanaan, Penjadwalan dan Pengendalian Proyek Konstruksi.
Diakses pada 20 Maret 2022
http://web.ipb.ac.id/~erizal/manpro/perencanaan%20pengendalian%20proyek.pdf
Hansen, S. 2015. Manajemen Kontrak Konstruksi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
Hansen, S. 2017. Quantity Surveying, Pengantar Manajemen Biaya dan Kontrak
Konstruksi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Kurnia R, Angela M Y. 2016. Penyebab, Dampak Dan Cara Mencegah Kegagalan
Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung. S1 Thesis. Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya Yogyakarta. Diakses pada 20 Maret 2022
http://e-journal.uajy.ac.id/10531/3/2TS14148.pdf
Narotama Jurnal Teknik Sipil, Vol 2 No 2. 2018. Jurnal Studi Kasus Keterlambatan
Proyek Konstruksi di provinsi Jawa Timur Berdasarkan Kontrak Kerja, .
Oetomo, W. 2022. Materi Kuliah Manajemen Proyek Konstruksi (Umum). Materi
Kuliah. Surabaya : Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, No
10 Tahun 2021, Diakses pada 21 Maret 2022
https://jdih.pu.go.id/detail-dokumen/2884/1
PUSDIKLAT SDA Kementrian PUPR. 2021. Modul Kontrak,
Silaban, E. 2011. Faktor Kesuksesan Proyek Konstruksi Di Yogyakarta. S1 Thesis.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Diakses pada 17 Maret 2022
http://e-journal.uajy.ac.id/1520/3/2TS12537.pdf
SMARTEK, Vol 9 No 1. 2011. Jurnal Manajemen Risiko dalam Proyek Konstruksi
Wibowo, Albert. 2010. Faktor-Faktor Penyebab Klaim Dan Metode Penyelesaian
Sengketa Akibat Klaim. S1 Thesis. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Diakses pada 20 Maret 2022
http://e-journal.uajy.ac.id/2048/3/2TS12592

KELOMPOK 4 TUGAS 1 MPK | Hal. 32

Anda mungkin juga menyukai