Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
DAFTAR ISI
I. 1 Penundaan Pekerjaan
Penundaan pekerjaan dapat terjadi dalam pelaksanaan sebuah proyek Konstruksi.
Penundaan pekerjaan ini dapat dilakukan oleh :
a. Owner/ Pemilik Proyek/ Pengguna Jasa melalui Konsultan MK/ Direksi Lapangan
untuk menunda sebagian atau seluruh pekerjaan;
b. Kontraktor / Penyedia Jasa untuk menunda sebagian atau seluruh pekerjaan
Konsultan MK/ Direksi Lapangan dapat menginstruksikan penundaan sebagian atau
seluruh pekerjaan kepada Kontraktor/ Penyedia Jasa. Instruksi tersebut diberikan secara
tertulis kepada Kontraktor/ Penyedia Jasa
Ketika penundaan berlangsung dalam kurun waktu yang lama (biasanya 3 bulan atau
sesuai dengan waktu yang disepakati), dan Konsultan MK/ Direksi Lapangan belum
memberikan kepastian kapan pekerjaan dapat dimulai kembali atau kapan sertifikat
pembayaran akan diterbitkan, maka Kontraktor/ Penyedia Jasa dapat mengajukan
pemberiahuan tertulis perihal pengakhiran kontrak oleh Kontraktor/ Penyedia Jasa
(termination by contractor). Tetapi apabila masa penundaan pekerjaan telah diakhiri, dan
Konsultan MK/ Direksi Lapangan menginstruksikan Kontraktor/ Penyedia Jasa untuk
kembali bekerja secara normal, maka Kontraktor/ Penyedia Jasa dan Konsultan MK/
Direksi Lapangan akan bersama-sama melakukan pemeriksaan pekerjaan, material, dan
peralatan untuk memastikan dampak dari penundaan pekerjaan. Pemeriksaan bersama ini
akan menjadi dasar pengajuan klaim apabila Kontraktor/ Penyedia Jasa mengalami
kerugian akibat penundaan pekerjaan tersebut.
Selain penundaan pekerjaan oleh Owner/ Pemilik Proyek/ Pengguna Jasa, atau
Konsultan MK/ Direksi Lapangan, penundaan pekerjaan dapat pula dilakukan oleh
Kontraktor/ Penyedia Jasa. Hal ini dapat dilakukan apabila Owner/ Pemilik Proyek/
Pengguna Jasa, maupun Konsultan MK/ Direksi Lapangan telah gagal melaksanakan
kewajibannya di dalam kontrak. Biasanya penundaan pekerjaan ini dilakukan apabila
Konsultan MK/ Direksi Lapangan lalai dalam menerbitkan sertifikat pembayaran atau
ketika Owner/ Pemilik Proyek/ Pengguna Jasa lalai dalammelakukan pembayaran kepada
Kontraktor/ Penyedia Jasa. Untuk itu Kontraktor/ Penyedia Jasa harus memberikan
sebuah pemberitahuan tertulis kepada Owner/ Pemilik Proyek/ Pengguna Jasa dan
Konsultan MK/ Direksi Lapangan bahwa Kontraktor / Penyedia Jasa berniat melakukan
penundaan pekerjaan, kecuali dan sampai kontraktpr menerima sertifikat pembayaran
atau bukti pembayaran. Sama dengan penundaan pekerjaan oleh Owner/ Pemilik Proyek/
Pengguna Jasa, apabila penundaan pekerjan oleh Kontraktor/ Penyedia Jasa ini
mengakibatkan kerugian bagi Kontraktor/ Penyedia Jasa, maka Kontraktor / Penyedia
Jasa berhak atas klaim Kontraktor/ Penyedia Jasa untuk mendapatkan perpanjangan
waktu pelaksanaan dan biaya tambahan.
Selain melakukan penundaan pekerjaan, Kontraktor/ Penyedia Jasa dapat pula
melakukan perlambatan progress pekerjaan (reduce the rate of work) atau slow down.
Perlambatan progress pekerjaan ini memiliki tujuan yang sama dengan penundaan
pekerjaan oleh Kontraktor/ Penyedia Jasa, tetapi memiliki konsekuensi yang berbeda,
tergantung pada ketentuan di dalam kontrak. Dalam beberapa kasus, kontrak konstruksi
yang telah dibuat tidak memperkenankan adanya penundaan pekerjaan (suspension of the
work) oleh Kontraktor/ Penyedia Jasa. Hal tersebut berkaitan dengan kewajiban
Kontraktor/ Penyedia Jasa untuk menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
Istilah postponement of the work, dan suspension of the work sering kali digunakan
untuk mengindikasikan hal yang sama. Beberapa standar kontrak konstruksi memilih
menggunakan istilah postponement of the work, yang lain memilih menggunakan
suspension of the work, dan ada pula yang menggunakan keduanya. Meskipun demikian,
ada perbedaan tipis antara keduanya.
Postponement merujuk pada suatu situasi saat pekerjaan ditangguhkan atau ditunda
hingga tanggal yang telah ditentukan dan pekerjaan diharapkan dilanjutkan kembali
setelah tanggal tersebut. Sedangkan suspension merujuk pada penundaan dalam kurun
waktu yang singkat tanpa tanggal spesifik yang telah ditentukan sebelumnya. Kedua
belah pihak harus menentukan apakah pekerjaan akan dilanjutkan setelah penundaan
selesai.
I.3 Kelalaian
Kelalaian dapat menjadi penyebab berakhirnya sebuah kontrak konstruksi.
Kontraktor/ Penyedia Jasa dikatakan lalai dalam beberapa pengertian, antara lain :
a. Melaksanakan pekerjaan dibawah standar (performing work in a poor manner)
b. Menyelesaikan pekerjaan yang merupakan cacat pekerjaan
c. Terlambat menyelesaikan pekerjaan
Owner/ Pemilik Proyek / Pengguna Jasa berhak untuk mengakhiri kontrak apabila
Kontraktor / Penyedia Jasa terbukti :
a. Gagal memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya berdasarkan kontrak,
b. Gagal menyerahkan jaminan pelaksanaan,
c. Meninggalkan pekerjaan atau tidak menunjukkan niat untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan kewajibannya,
d. Gagal menjalankan perintah perbaikan pekerjaan
e. Menyubkontrakkan seluruh pekerjaan
f. Menjadi bangkrut atau dalam likuidasi
g. Melakukan praktik suap
terhadap pelaksanaan pekerjaan. Para pihak tetap harus menggunakan segala daya upaya
dalam meminimalkan dampak keterlambatan pekerjaan akibat force majeure.
Apabila Kontraktor/ Penyedia Jasa mengalami penundaan pekerjaan akibat force
majeure dan mengalami kerugian dan/ atau keterlambatan pekerjaan, maka Kontraktor/
Penyedia Jasa berhak untuk :
a. Meminta perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan, dam
b. Menerima pembayaran atas kerugian yang terjadi
Saat menerima klaim ini dari Kontraktor/ Penyedia Jasa, Konsultan MK/
Direksi Lapangan akan memutuskan untuk menyetujui atau memutuskan klaim tersebut.
Apabila terjadi penundaan pekerjaan yang berkelanjutan sejak diberikannya
pemberitahuan keadaan kahar (force majeure), maka salah satu pihak dapat mengajukan
kepada pihak lainnya untuk mengakhiri kontrak pekerjaan. Kosultan MK bertugas untuk
memutuskan nilai pekerjaan yang telah dilakukan dan menerbitkan sertifikat
pembayaran
Rancangan Konseptual SMKK merupakan syarat wajib dari dokumen lelang / tender.
Rancangan Konseptual SMKK terdiri atas dokumen berikut:
1. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
2. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK)
3. Rencana Kerja Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL)
4. Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
5. Kriteria Penentuan Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi
6. Komponen Kegiatan Penerapan SMKK;
Pemilik Proyek/ owner/ Pengguna Jasa dapat Memberi surat peringatan secara
bertahap kepada Penyedia Jasa apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan dokumen
penerapan keselamatan konstruksi yang telah ditetapkan.
Pemilik Proyek/ owner/ Pengguna Jasa dapat Menghentikan bagian pekerjaan
yang dinilai berisiko besar apabila peringatan ke-2 tidak ditindaklanjuti oleh Penyedia
Jasa.
Dalam kondisi Kontraktor/ Penyedia Jasa melakukan pekerjaan kritis/risiko
besar tidak mengikuti dokumen Keselamatan Konstruksi, PPK dapat menghentikan
pekerjaan sampai upaya pengendalian telah dilakukan.
Hasil Pekerjaan
Pengawasan tekait hasil tiap-tiap kegiatan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan. Jika ditemukan hasil pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi,
Pengawas Pekerjaan dapat memberikan peringatan dan teguran tertulis kepada
pihak pelaksana pekerjaan dan mengusulkan kepada pemilik proyek/ owner/
pengguna jasa untuk menghentikan pelaksanaan pekerjaan sementara jika
pelaksana pekerjaan tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.
f. Surat teguran/peringatan : adalah surat yang berisi tentang teguran atau peringatan
terhadap kontraktor terkait dengan proyek
g. As build drawing : adalah gambar kerja yang menunjukkan bentuk akhir dari proyek,
digunakan untuk perawatan dll.
Setelah tahapan-tahapan tersebut terpenuhi maka dilakukan serah terima pekerjaan
dari kontraktor/ Penyedia Jasa kepada pemilik pekerjaan/ owner/ Pengguna Jasa sehingga
pekerjaan dinyatakan berakhir/ terselesaikan.
Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis.
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik
sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pemilik proyek/ owner/ pengguna
jasa atau kontraktor/ penyedia jasa. Kegagalan pada proyek konstruksi merupakasn hal yang
sangat fatal dalam suatu proyek. Ketika sebuah proyek dengan umur bangunan pendek, maka
kontraktor/ penyedia jasa dan semua pihak yang terlibat akan dikenakan sanksi. Untuk
mengatasi hal tersebut, kontraktor/ penyedia jasa, konsultan pengawas dan pemilik pekerjaan/
owner/ pengguna jasa harus melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk tidak terjadi suatu kegagalan dalam
proyek konstruksi. Penghentian proyek karena penambahan
2) Kontrak setelah ada dua kali peringatan (notice) dan biasanya juga disyaratkan bahwa
pemutusan tersebut dilakukan secara tertulis. Jika kontrak memilih sistem dua kali
peringatan, hukum tidak memberi kegagalan atau keterlambatan dari pihak penyedia
jasa tersebut.
b. Pelanggaran pembatasan pengalihan kontrak/ subpenyedia jasa. Sebagaimana diketahui,
bahwa biasanya ada ketentuan dalam kontrak konstruksi yang mengatur mengenai
pengalihan kontrak atau melakukan subkontrak. Dapat ditentukan, bahwa jika pihak
kontraktor/penyedia jasa mengalihkan pekerjan secara tidak sesuai dengan kontrak, maka
biasanya kepada pihak pengguna jasa diberi hak (bukan kewajiban) untuk melakukan
terminasi (memutuskan) kontak yang bersangkutan. Akan tetapi jika pada pengangkatan
subkontraktor/ sub penyedia jasa pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa dapat
merestuinya, maka biasanya pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa sudah tidak lagi
berhak untuk memutuskan kontrak yang bersangkutan.
Selain dari pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa, maka pihak kontraktor/ penyedia
jasa juga dapat memutuskan suatu kontrak konstruksi, yang lazimnya dilakukan dalam hal-
hal sebagai berikut:
1) Pihak pemilik proyek/ owner/ Pengguna jasa ikut campur yang terlalu jauh atau
menghalang-halangi pekerjaan kontraktor/ penyedia jasa. Jika pihak pemilik proyek/
owner/ pengguna jasa terus menerus ikut campur ke dalam kontrak yang dapat
mengganggu pekerjaan kontraktor/ penyedia jasa, maka dalam hal ini kepada pihak
kontraktor/ penyedia jasa dapat diberikan hak untuk memutuskan kontrak tersebut.
2) Pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa gagal melaksanakan kewajibannya Pihak
pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa mempunyai kewajiban pokok untuk melakukan
pembayaran kepada pihak kontraktor/ penyedia jasa. Kegagalan dalam melaksanakan
tugas-tugas tersebut dapat memberikan hak kepada penyedia jasa untuk memutuskan
kontrak yang sedang berlangsung.
Penentuan waktu penghentian proyek dapat dilakukan bilamana terjadi hal-hal diluar
kekuasaan para pihak dalam melakukan kewajibannya. Hal tersebut disebabkan oleh :
nasional maka suatu proyek dapat dihentikan dikarenakan dapat dilihat dari dampak
suatu bencana yang terjadi dilingkungan proyek apakah dapat menghambat akses
menuju lokasi proyek jika berdampak pada akses maka untuk melakukan mobolisasi
material dan sumber daya manusia dapat memerlukan dana yang besar atau bahkan tidak
dapat di akses sama sekali sehingga tidak ada pasokan material dan penambahan atau
pergantian sumberday manusia, apakah terdampak pada aspek – aspek penunjang suatu
proyek seperti komunikasi yang terputus sehingga menyebabkan terhentinaya koordinasi
yang dilakukan untuk berjalannya proyek , apakah berdampak pada sumber daya
manusia yang terdapat di suatu proyek jika sumberdaya manusia dilokasi proyek
terdampak seperti cidera, sakit atau bahkan mayoritas pekerja kehilangan nyawa akibat
bencana dan tidak dapat melaksanakan pekerjaan lagi, apakah terjadi kerugian materil
dalam suatu proyek pasca terjadinya bencana yang mengakibatkan keuangan peroyek
terdampak. Jika dilihat dari beberapa aspek diatas dan dari suatu bencana sangat
berdampak maka suatu proyek akan dapat dihentikan.
3) Pelanggaran Hukum
Penentuan waktu penghentian proyek juga bisa dilihat dari aspek hukum,
bilamana terdapat pihak didalam pekerjaan proyek terbukti melakukan pelanggaran
hukum yang melibatkan individu atau kelompok dalam menjalankan suatu proyek.
Seperti beberapa orang yang terdapat dalam proyek terbukti melakukan tindak pidana
korupsi pada angaran proyek, maka penentuan waktu pemberhentian dapat dilakaukan
atau dipilih untuk keperluan hukum yang berjalan.
Pada kejadian penentuan penghentian proyek yang dilihat dari faktor nonteknis atau
diluar kontek teknis pekerjaan adalah sifatnya force major sehingga harus ditetapkan
penghentian proyek.
4) Suasana dalam tim proyek
Apabila suasana dalam tim proyek dirasa sudah tidak kondusif dan tidak dapat
berjalan dengan antara koordinasi dan komunikasi sehingga tidak dapat mencapai tujuan
proyek dengan baik sehingga bisa menyebabkan kesalahan dalam sistem informasi
proyek yang dapat menimbulkan kesalahan instruksi pekerjaan, pengendalian mutu dan
pengendalian waktu, maka bisa dilakukan penghentian proyek.
ditetapkan dalam rencana ada beberapa perbedaan antara perencanaan dan pengendalian,
yaitu :
Perencanaan berkonsentrasi pada
a. penetapan arah dan tujuan,
b. pengalokasian sumberdaya,
c. pengantisipasian masalah,
d. pemberian motivasi kepada partisipan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan pengendalian berkonsentrasi pada
a. pengendalian pekerjaan ke arah tujuan,
b. penggunaan sumberdaya secara efektif,
c. perbaikan/ koreksi,
d. pemberian imbalan pencapaian tujuan.
Ada setidaknya tiga langkah dalam proses pengendalian proyek, antara lain:
1. Menentukan standard performansi misalnya spesifikasi teknis, biaya yang
dianggarkan, jadwal atau kebutuhan sumberdaya
2. Membandingkan performan aktual dengan performan standard
3. Melakukan tindakan koreksi terhadap penyebab terjadinya perbedaan performansi
aktual terhadap performansi standar
Ditinjau dari tempat asalnya, ada dua jenis pengendalian proyek yaitu:
1. Pengendalian internal. Pengendalian yang mengacu pada tindakan pengendalian
yang didasarkan pada standard yang berasal dari sistem kontraktor sendiri.
2. Pengendalian eksternal. Pengendalian yang didasarkan pada prosedur tambahan
yang ditetapkan pihak klien atau user.
Secara garis besar ada beberapa alasan adanya penghentian suatu proyek, yaitu :
1. Proyek berhenti karena proyek benar – benar telah selesai (proyek sukses) yang sudah
sesuai dengan perjanjian kontrak.
2. Proyek berhenti karena proyek lebih menguntungkan apabila dihentikan daripada
dilanjutkan karena adanya beberapa faktor yang tidak bisa dikendalikan.
3. Proyek berhenti karena proyek tidak mampu mencapai perfomansi yang diinginkan
semula (proyek gagal).
Oleh karena penghentian proyek merupakan tahap yang kritikal, maka sebelum
penghentian proyek terjadi, Manajer proyek perlu memperhatikan tahapan demi tahapannya.
Peranan manajer proyek sangat penting dalam tercapainya tujuan proyek, serta tanggung
jawabnya adalah agar produk jasa maupun tujuan lain dihasilkan dan diserahkan sesuai
dengan syarat- syarat teknis yang telah disepakati, tepat waktu sesuai jadwal yang disetujui,
serta menggunakan anggaran dan sumber daya lainnya dalam batas-batas rencana yang telah
dibuat.
perubahan tentang hasil yang diinginkan harus disetujui kedua pihak, kontraktor/
penyedia jasa dan pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa.
2. Lebih menguntungkan proyek dihentikan daripada diteruskan, karena beberapa faktor
yang tidak bisa dikendalikan yang akhirnya mempengaruhi dihentikan atau tidaknya
proyek. Kelangkaan sumber daya, naiknya harga - harga secara mencolok, perubahan
kondisi pasar adalah faktor-faktor yang menyebabkan proyek lebih baik dihentikan
dari pada diteruskan. Karena dari segi finansial lebih baik bila pekerjaan tidak
dilanjutkan. Jika alasan penghentian ini memang logis mungkin pemilik proyek/
owner/ pengguna jasa bisa memahami.
3. Proyek berhenti karena tidak mampu mencapai perfomansi yang diinginkan semula
atau gagal. Ini bisa terjadi karena perencanaan dan pengendalian yang buruk,
manajemen yang kurang bagus, kemampuan sumber daya manusia yang kurang
berkualitas, bahan baku yang tidak memenuhi mutu, melanggar kontrak, dan lain-lain.
Keseluruhan ini secara mutlak memang disebabkan kesalahan manajemen proyek dan
kontraktor. Jika saja kontraktor lebih serius mengelola proyek kegagalan tidak akan
terjadi. Penghentian dengan cara ini tentu saja merupakan yang terburuk.
4. Proyek dihentikan, tetapi dibentuk divisi tetap untuk melanjutkan pekerjaan lain yang
mirip menjadi kegiatan rutin. Jika awalnya pekerjaan itu direncanakan hanya bersifat
sementara tetapi setelah berjalan tenyata sangat menguntungkan dan bisa dibuat
menjadi pekerjaan rutin, maka perusahaan bisa membentuk divisi baru untuk
melanjutkan pekerjaan tersebut.
Dalam tahap ini, selesainya suatu proyek dapat dilihat dari beberapa tahap yaitu:
Proses Uji Coba
Tahapan ini adalah penyelesaian dan pengecekan dialur dalam kontrak antara
pihak pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa dan kontraktor utama/ penyedia jasa
utama. Pada prakteknya pekerjaan utama seluruh proyek dilakukan oleh
kontraktor utamanya. Untuk proyek industri pekerjaan konstruksinya seperti
pondasi bangunan, dikerjakan oleh subkontraktor. Kontraktor utama / penyedia
jasa utama mensuplai peralatan-peralatan produksinya dan perlengkapanya.
Dengan demikian konsultan pengawas/ Direksi lapangan beserta pemborong
pekerjaan sipil mau tidak mau masih siap ditempat dengan tenaga yang minim
sampai dengan proses uji coba operasional dinyatakan selesai dengan baik dan
tuntas.
c. Hasil produksi sesuai dengan kualitas dan spesifikasi yang telah direncanakan
dan disetujui dalam kontrak.
d. Estimasi biaya yang baik mengenai sumber-sumber (SDM, SDA (material),
peralatan, dll) yang telah digunakan.
e. Stakeholders (semua pihak yang berkepentingan dalam proyek) harus selalu
mendapatkan informasi tentang proyek dan merasa puas terhadap pekerjaan
proyek.
4. Closing/Completing (penutup)
a. Pemindahan aset-aset proyek, pengaturan keuangan terakhir dan pembubaran
tim untuk kepuasan semua pihak yang berkepentingan dalam proyek.
b. Hasil proyek dapat diterima oleh pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa dan
digunakan untuk target dari pemilik proyek/ owner/ pengguna jasa.
c. Laporan akhir proyek dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan
dalam proyek.
d. Overall project success (keseluruhan kesuksesan proyek).
e. Proyek mempunyai reputasi yang bagus.
f. Proyek mempunyai peluang berlanjut karena kesuksesan pelaksanaan proyek
tersebut.
5. Overall project success (keseluruhan kesuksesan proyek)
a. Proyek mempunyai reputasi yang bagus.
b. Proyek mempunyai peluang berlanjut karena kesuksesan pelaksanaan proyek
tersebut.
penerimaan yang dikehendaki user. Untuk itu perlu dibuat secara terinci, jelas, dan
tertulis. Seandainya ada perubahan tentang hasil yang diinginkan harus disetujui
kedua pihak, kontraktor dan user
(2).Proyek lebih tepat dihentikan,
Lebih menguntungkan proyek dihentikan daripada diteruskan, karena
beberapa faktor yang tidak bisa dikendalikan yang akhirnya mempengaruhi
dihentikan atau tidaknya proyek. Kelangkaan sumber daya, naiknya harga - harga
secara mencolok, perubahan kondisi pasar adalah faktor-faktor yang menyebabkan
proyek lebih baik dihentikan dari pada diteruskan. Karena dari segi finansial lebih
baik bila pekerjaan tidak dilanjutkan. Jika alasan penghentian ini memang logis
mungkin user bisa memahami.
(3).Proyek dibatalkan.
Proyek berhenti karena tidak mampu mencapai perfomansi yang diinginkan
semula atau gagal. Ini bisa terjadi karena perencanaan dan pengendalian yang buruk,
manajemen yang kurang bagus, kemampuan sumber daya manusia yang kurang
berkualitas, bahan baku yang tidak memenuhi mutu, melanggar kontrak, dan lain-
lain. Keseluruhan ini secara mutlak memang disebabkan kesalahan manajemen
proyek dan kontraktor. Jika saja kontraktor lebih serius mengelola proyek kegagalan
tidak akan terjadi. Penghentian dengan cara ini tentu saja merupakan yang terburuk.
(4).Proyek uji coba.
Proyek dihentikan, tetapi dibentuk divisi tetap untuk melanjutkan pekerjaan
lain yang mirip menjadi kegiatan rutin. Jika awalnya pekerjaan itu direncanakan
hanya bersifat sementara tetapi setelah berjalan tenyata sangat menguntungkan dan
bisa dibuat menjadi pekerjaan rutin, maka perusahaan bisa membentuk divisi baru
untuk melanjutkan pekerjaan tersebut.
Tanggung jawab Pemilik proyek/ owner/ Pengguna Jasa terhadap penghentian proyek
1. Pemastian pemindahan barang akhir, barang tambahan dan barang lain telah
disetujui Pemilik proyek/ owner/ Pengguna Jasa.
2. Mengambil keputusan terakhir yang mengikat mengenai pembangunan proyek.
3. Penyampaian hasil semua kewajiban kontrak.
4. Penjaminan semua dokumen yang berhubungan dengan persetujuan yang
dibutuhkan kontrak.
5. Percepatan suatu kegiatan dan tanggungjawab penyelesaian sesuai dengan
kebutuhan pengguna.
6. Pengiriman permintaan pembayaran formal ke pengguna.
7. Pemantauan terhadap pembayaran.
8. Pemberlakuan penyelesaian kewajiban kontrak
Suatu proyek dapat mengalami penghentian proyek dengan faktor-faktor yang telah
dijelaskan diatas. Penghentian proyek konstruksi dapat diberhentikan pada pekerjaan suatu
proyek yang dikerjakan pada titik tertentu seperti perencanaan awal atau prediksi awal yang
salah, pencapaian akhir dll. Ada beberapa alasan yang mendasari proyek konstruksi tersebut
dinyatakan berhenti yaitu :
1. Proyek berhenti karena proyek memang telah selesai sesuai dengan perjanjian kontrak.
Hal ini sering dilakukan karena mengingat keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari
selesainya proyek tersebut dengan durasi waktu yang sesuai dengan time schedule
rencana.
2. Proyek dihentikan karena tidak dapat memenuhi performan yang direncanakan. Proyek
sering terjadi kendala/tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang telah direncanakan
seperti halnya beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah:
Kurang akuratnya hasil yang direncanakan sehingga mengalami kendala seperti
kurangnya dana atau bahkan mutu bangunan yang direncanakan tidak sesuai
rencana.
Kualitas SDM yang kurang profesional. Seperti kualitas SDM pada proyek tersebut
yang kurang berpengalaman di bidangnya yang mengalami penurunan mutu dan
kesalahan pekerjaan baik secara perencanaan maupun secara teknisi yang akan
mengakibatkan kejadian fatal kedepannya.
Hubungan antara kontaktor perencana dan konsultan pengawas tidak harmonis. Hal
tersebut juga sangat mempengaruhi proyek dapat terhenti di tengah jalan karena
komunikasi antar kedua belah pihak sangat diperlukan dalam pekerjaan proyek ini.
Jika ada salah komunikasi, maka kedepannya akan dapat berakibat yang tidak
diinginkan.
3. Penugasan personal yang terkena penghentian kerja yang mengakibatkan semua
kegiatan proyek berpengaruh dengan keberhasilan suatu proyek.
4. Pekerja yang memiliki sifat moral yang buruk yang menjadi bahan pertimbangan yang
membuat keputusan pemberhentian proyek tersebut dapat terjadi, dengan contoh seperti
adanya konflik antara kontaktor perencana dengan konsultan pengawas yang
mengakibatkan adanya persaingan dan ketidakpercayaan satu sama lain.
5. Kemampuan dokumen dan penyelesaian yang tidak mungkin terselesaikan. Hal-hal
yang tidak dapat mungkin proyek diselesaikan adalah adanya konflik memanas antar
personil, keterlambatannya waktu yang telah direncanakan, membengkaknya biaya
yang tidak sesuai dengan perencanaan, dll.
6. Alternatif lain yang lebih baik perubahan keinginan dan strategi proyek konstruksi.
7. Pengusulan penghentian pekerjaan sementara dapat dilakukan oleh penyedia
berdasarkan usulan pembenahan konstruksi.
Berikut itu adalah factor yang mempengaruhi proyek tersebut tidak dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah direncanakan. Hal tersebut dapat dialami oleh semua perusahaan
dikarenakan kesalahan pribadi atau kesalahan yang sering dilakukan.
Dari semua alasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu proyek memiliki alasan
dapat diberhentikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu bagaimana cara
menghentikan suatu proyek jika sudah mengalami semua kegagalan yang mengharuskan
proyek tersebut ditutup adalah sebagai berikut:
1. Telah melakukan penjadwalan terhadap sumber daya manusia yang akan dioper ke
pekerjaan proyek konstruksi yang lain. Hal tersebut tentu sangatlah diperlukan
mengingat para Sumber Daya Manusia tidak memiliki kesalahan terhadap penghentian
suatu proyek.
2. Telah membatalkan semua transaksi keuangan dengan bank/ pinjaman. Hal ini
diperlukan untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan seperti misalnya
peminjaman yang masih belum terselesaikan bahkan peminjaman yang terkendala
pembayaran juga dapat mempengaruhi suatu proyek tersebut tidak dapat dihentikan.
3. Penugasan personil pada prioritas lebih tinggi sehingga telah melakukan identifikasi
personil diproyek lain. Hal ini sangat mempengaruhi kinerja para personil sdm yang
lainnya jika mendapatkan partner kerja yang sangat berkompeten yang memberikan
vibes positif bagi personil yang lainnya.
4. Pengalihan kegiatan terhadap perbedaan tujuan yang mentitik beratan pada tujuan
proyek lain yang prioritas. Kegiatan tersebut memiliki perbedaan tujuan yang
mengakibatkan berhentinya proyek konstruksi yang tidak dapat dilanjutkan Kembali.
5. Penyesuaian Penghentian Proyek salah satu proyek dibatalkan lebih awal bila
komitmen sumberdaya telah dicapai tetapi keuntungan proyek tidak ada sekecil apapun
kenaikan biaya pasti selalu ada dengan terjadinya perusahaan menghendaki yaitu saat
biaya. Proyek jarang dibatalkan karena melampaui ramalan biaya sering sumberdaya
disalurkan dari proyek yang berhasil diperbantukan pada proyek tidak berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Cipta Karya Kementrian PUPR. 2021. Modul Kontrak,
Erizal. Perencanaan, Penjadwalan dan Pengendalian Proyek Konstruksi.
Diakses pada 20 Maret 2022
http://web.ipb.ac.id/~erizal/manpro/perencanaan%20pengendalian%20proyek.pdf
Hansen, S. 2015. Manajemen Kontrak Konstruksi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
Hansen, S. 2017. Quantity Surveying, Pengantar Manajemen Biaya dan Kontrak
Konstruksi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Kurnia R, Angela M Y. 2016. Penyebab, Dampak Dan Cara Mencegah Kegagalan
Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung. S1 Thesis. Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya Yogyakarta. Diakses pada 20 Maret 2022
http://e-journal.uajy.ac.id/10531/3/2TS14148.pdf
Narotama Jurnal Teknik Sipil, Vol 2 No 2. 2018. Jurnal Studi Kasus Keterlambatan
Proyek Konstruksi di provinsi Jawa Timur Berdasarkan Kontrak Kerja, .
Oetomo, W. 2022. Materi Kuliah Manajemen Proyek Konstruksi (Umum). Materi
Kuliah. Surabaya : Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, No
10 Tahun 2021, Diakses pada 21 Maret 2022
https://jdih.pu.go.id/detail-dokumen/2884/1
PUSDIKLAT SDA Kementrian PUPR. 2021. Modul Kontrak,
Silaban, E. 2011. Faktor Kesuksesan Proyek Konstruksi Di Yogyakarta. S1 Thesis.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Diakses pada 17 Maret 2022
http://e-journal.uajy.ac.id/1520/3/2TS12537.pdf
SMARTEK, Vol 9 No 1. 2011. Jurnal Manajemen Risiko dalam Proyek Konstruksi
Wibowo, Albert. 2010. Faktor-Faktor Penyebab Klaim Dan Metode Penyelesaian
Sengketa Akibat Klaim. S1 Thesis. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Diakses pada 20 Maret 2022
http://e-journal.uajy.ac.id/2048/3/2TS12592