Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

RANGKAIAN LISTRIK
SUB MODUL V KARAKTERISTIK BEBAN PADA RANGKAIAN AC

Nama : Ramdani Dwi Saputro

NIM : 2020-11-099

Kelas :C

Kelompok : 6C

Program Studi : S1 Teknik Elektro

Asisten : Fadhilah Prasetyo Kusumo

LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

JAKARTA

2021
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
SUB MODUL V

KARAKTERISTIK BEBAN PADA RANGKAIAN AC

I. TUJUAN

a. Mempelajari karakteristik tegangan dan arus pada sistem arus bolak – balik
b. Melihat perbedaan fasa pada beban kapasitif, induktif dan resistif.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

a. Function Generator
b. Resistor, Induktor, Kapasitor dengan nilai yang di tentukan
c. Multimeter
d. Kabel-Kabel Penghubung

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
III. TEORI MODUL
1. Sudut Fase Tegangan dan Arus :
Pada sistem Arus Searah (DC) tidak dikenal adanya perbedaan sudut fase antara arus dan tegangan.
Tetapi pada sistem Arus Bolak Balik (AC), arus dan tegangan mempunyai sudut fase (terhadap suatu
referensi) serta perbedaan fase/sudut fase = 00 dan menjadi referensi sudut fase. Namun demikian,
dalam diagram vector ataupun perhitungan adakalanya perlu disebutkan fasor mana yang menjadi
titik referensi. Bila sudut tegangan sumber dijadikan referensi, maka sudut fase arusnya tergantung
dari jenis beban yang dicatu.
Dalam suatu rangkaian beban yang terdiri dari komponen R,L dan C, sudut fase arus ditentukan oleh
reaktansi yang lebi dominan. Bila reaktansi kapasitif lebih dominan, maka fase arus akan mendahului
tegangannya (beda sudut fase positif).
Pada kondisi ini dikatakan bahwa beban mempunyai factor kerja (cos φ) leading (mendahului/lead).
Selanjutnya apabila reaktansi induktifnya yang lebih dominan, maka arus beban akan
tertinggal/terbelakang terhadap tegangan sumbernya, dan beda sudut fase adalah negatif. Faktor kerja
beban induktif adalah lagging (terbelakang/lag).
2. Macam Beban Rangkaian Listrik
a. Beban Resistif Murni (R)
Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja (resistansi). Beban jenis
ini hanya menkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai factor daya sama dengan satu. Beban resistif
murni membuat fase arus sama dengan fase tegangannya atau tegangan dan arus sefasa.

Gambar 6.1

Beban resistif murni membuat fase arus sama dengan fase tegangannya.
b. Beban induktif (L)
Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan pada suatu inti,
seperti coil transformator dan solenioda. Beban ini mengakibatkan fasa (phase shift) pada arus
sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpang berupa medan magnetis akar
mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap tegangan.

Gambar 6.2
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
Beban induktif murni membuat fase arusnya tertinggal 900 terhadap fase tegangan.
c. Beban kapasitif (C)
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau kemampuan untuk
menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik (electrical discharge) pada suatu sirkuit
komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap tegangan.

Gambar 6.3
Beban kapasitif murni membuat fase arusnya mendahului 900 terhadap fase tegangan.

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
IV. TEORI TAMBAHAN

Sistem rangkaian listrik AC memiliki karakteristik yang berbeda dengan rangkaian DC. Kita mengenal
rangkaian listrik AC merupakan jaringan distribusi yang luas yang menghubungkan antara pembangkit
tenaga listrik dengan beban-beban listrik seperti rumah-rumah, perindustrian, perkotaan, rumah sakit,
dan lain sebagainya. Hal ini tentu sangat berbeda dengan jaringan listrik DC yang kita kenal, yakni yang
berukuran kecil-kecil seperti rangkaian elektronik pada televisi, DVD player, atau juga smartphone.
Perbedaan penggunaan listrik AC dan DC tersebut karena untuk mendistribusikan listrik dari
pembangkit ke daerah yang jauh jaraknya dibutuhkan nilai tegangan listrik yang tinggi untuk
mengurangi kerugian distribusi, dan pembangkitan listrik tegangan tinggi lebih mudah dilakukan pada
listrik bolak-balik. Sedangkan untuk membangkitkan voltase sangat tinggi pada listrik DC dibutuhkan
biaya yang jauh lebih mahal daripada listrik AC.

Jaringan pada listrik AC memiliki tiga jenis beban listrik yang harus ditopang oleh pembangkit listrik.
Ketiga beban tersebut yaitu beban resistif, beban induktif, dan beban kapasitif. Ketiganya memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lainnya.

Beban Resistif

Beban resistif adalah beban listrik pada rangkaian listrik AC, yang diakibatkan oleh peralatan listrik
dengan sifat resistif murni, sehingga beban tersebut tidak mengakibatkan pergeseran fasa arus maupun
tegangan listrik jaringan.
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
Beban resistif dihasilkan oleh alat-alat listrik yang bersifat murni tahanan (resistor) seperti pada elemen
pemanas dan lampu pijar. Beban resistif ini memiliki sifat yang “pasif”, dimana ia tidak mampu
memproduksi energi listrik, dan justru menjadi konsumen energi listrik. Resistor bersifat menghalangi
aliran elektron yang melewatinya (dengan jalan menurunkan tegangan listrik yang mengalir), sehingga
mengakibatkan terkonversinya energi listrik menjadi panas. Dengan sifat demikian, resistor tidak akan
merubah sifat-sifat listrik AC yang mengalirinya. Gelombang arus dan tegangan listrik yang melewati
resistor akan selalu bersamaan membentuk bukit dan lembah. Dengan kata lain, beban resistif tidak akan
menggeser posisi gelombang arus maupun tegangan listrik AC.

Gelombang Sinusoidal Beban Resistif Listrik AC

Nampak pada grafik di atas, karena gelombang tegangan dan arus listrik berada pada fase yang sama
maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban resistif murni akan selalu ditopang
oleh 100% daya nyata.

Beban Induktif

Beban induktif diciptakan oleh lilitan kawat (kumparan) yang terdapat di berbagai alat-alat listrik seperti
motor, trafo, dan relay. Kumparan dibutuhkan oleh alat-alat listrik tersebut untuk menciptakan medan
magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet pada kumparan inilah yang menjadi
beban induktif pada rangkaian arus listrik AC.

Animasi Motor Listrik Induksi

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
Untuk memudahkan diskusi kita, mari kita ambil contoh sebuah motor induksi AC untuk membahas
beban induktif ini. Motor induksi bekerja dengan mengandalkan medan magnet yang dibangkitkan pada
sisi stator untuk menginduksi rotor, sehingga pada rotor tercipta medan magnet lawan yang akan
mengikuti medan magnet berputar pada sisi stator. Beban untuk membangkitkan medan magnet putar
pada stator motor induksi tersebut, tentu membutuhkan energi listrik khusus. Beban induktif pada motor
induksi inilah yang ditanggung oleh daya reaktif sumber listrik AC. Sedangkan daya listrik yang
dibutuhkan motor induksi tersebut untuk memutar beban yang terkopling pada porosnya, disebut dengan
daya nyata. Jumlah resultan daya reaktif dan daya nyata disebut sebagai daya semu.

Rangkaian Listrik AC Dengan Beban Induktif

Kumparan memiliki sifat untuk menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik. Seperti yang kita
ketahui bersama bahwa listrik AC memiliki nilai arus yang naik turun membentuk gelombang
sinusoidal. Perubahan arus listrik yang naik turun inilah yang dihalangi oleh komponen kumparan di
dalam sebuah rangkaian listrik AC. Terhalangnya perubahan arus listrik ini mengakibatkan arus listrik
menjadi tertinggal beberapa derajat oleh tegangan listrik pada grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik
AC.

Gelombang Listrik AC dengan Beban Induktif Murni

Nampak pada gelombang sinusoidal listrik AC di atas, bahwa jika sebuah sumber listrik AC diberi beban
induktif murni, maka gelombang arus listrik akan tertinggal sejauh 90° oleh gelombang tegangan. Atas
dasar inilah beban induktif dikenal dengan istilah beban lagging (arus tertinggal tegangan). Nampak
pula bahwa dikarenakan pergeseran gelombang arus listrik di atas, maka nilai daya listrik menjadi
bergelombang sinusoidal. Pada seperempat gelombang pertama daya diserap oleh beban induktif, namun
pada seperempat gelombang kedua daya dikembalikan lagi ke sumber listrik AC. Hal ini menunjukkan
bahwa beban induktif murni tidak meng-“konsumsi” daya nyata sedikitpun, beban induktif murni hanya
memakai daya reaktif saja.

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
Beban Kapasitif

Beban kapasitif merupakan kebalikan dari beban induktif. Jika beban induktif menghalangi terjadinya
perubahan nilai arus listrik AC, maka beban kapasitif bersifat menghalangi terjadinya perubahan nilai
tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan bahwa kapasitor bersifat seakan-akan menyimpan tegangan
listrik sesaat.

Rangkaian Listrik AC dengan Beban Kapasitif

Gambar di atas merupakan ilustrasi rangkaian listrik AC dengan beban kapasitor murni. Mendapatkan
supply tegangan AC naik dan turun, maka kapasitor akan menyimpan dan melepaskan tegangan listrik
sesuai dengan perubahan tegangan masuknya. Fenomena inilah yang mengakibatkan gelombang arus
AC akan mendahului (leading) tegangannya sejauh 90°.

Gelombang Listrik AC dengan Beban Kapasitif Murni

Gambar di atas adalah gelombang sinusoidal tegangan dan arus listrik AC pada beban kapasitor murni.
Nampak jika kita plot daya listrik yang dibutuhkan untuk menanggung beban kapasitor juga berbentuk
sinusoidal. Daya listrik bernilai positif (daya diserap kapasitor) pada setengah pertama gelombang
sinusoidal daya, serta negatif (daya dikeluarkan kapasitor) pada setengah gelombang kedua.

Sumber : https://artikel-teknologi.com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-kapasitif-pada-jaringan-
listrik-
ac/#:~:text=Ketiga%20beban%20tersebut%20yaitu%20beban%20resistif%2C%20beban%20induktif
%2C,murni%2C%20sehingga%20beban%20tersebut%20tidak%20mengakibatkan%20pergeseran%2
0

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
V. LANGKAH PERCOBAAN

Karakteristik Arus dan Tegangan Arus Bolak Balik Pada Komponen R, L dan C

Gambar 6.4

Gambar 6.5

Gambar 6.6

a. Buat rangkaian seperti gambar 6.4


b. Atur tegangan sumber VS sampai bernilai 2 Volt rms
c. Tampilkan bentuk gelombang tegangan VS pada kanal 1 dengan menghubungkan
oscilloscope pada titik A – C
d. Tampilkan bentuk gelombang arus pada kanal 2, dengan cara menghubungkan probe pada
titik A - B, kemudian bentuk gelombang tegangan Vr dengan menghubungkan probe pada
titik B - C
e. Catat penunjukan Amperemeter dan Voltmeter, serta gambar bentuk - bentuk gelombang
pada point c dan d di atas
f. Ulangi point a sampai dengan e dengan rangkaian 6.5 dan 6.6 (tentukan sendiri nilai
komponen yang digunakan sebagai beban)
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
VI. DATA PENGAMATAN

Karakteristik Arus dan Tegangan Arus Bolak Balik Pada Komponen R, L dan C

➢ Gambar 6.4

V (Volt) R (Ω) L (mH) I (mA)


2 220 2,5 5,41

Beda Fasa
I – VR I – VL
0° 14,4°

➢ Gambar 6.5

V (Volt) R (Ω) C (µF) I (mA)


2 220 100 6,24

Beda Fasa
I – VR I – VC
0° 72°

➢ Gambar 6.6

V (Volt) R (Ω) L (mH) C (µF) I (mA)


2 220 2,5 100 5,35

Beda Fasa
I – VR I – VL I – VC
0° 14,4° 72°

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
VII. TUGAS AKHIR
1. Gambarkan bentuk gelombang dari percobaan 6.1!
2. Tentukan Beda fase dari percobaan 6.1!
3. Gambarkan bentuk gelombang dari percobaan 6.2!
4. Tentukan Beda fase dari percobaan 6.2!
5. Gambarkan bentuk gelombang dari percobaan 6.3!
6. Tentukan Beda fase dari percobaan 6.3!
Jawab :
1.

Gambar I-VR

Gambar I-VL
2. Percobaan 1 (I - VR)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
0
∆𝜑 = × 360°
0
∆𝜑 = 0°
Jadi pada percobaan I - VR tidak ada beda fasa
Percobaan 1 (I - VL)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
0,2 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = × 360°
5 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = 14,4°
Jadi pada percobaan I – VL beda fasanya sebesar 14,4°

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
3.

Gambar I-VR

Gambar I-VC

4. Percobaan 2 (I - VR)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
0
∆𝜑 = × 360°
0
∆𝜑 = 0°
Jadi pada percobaan I - VR tidak ada beda fasa

Percobaan 2 (I – VC)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
1 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = × 360°
5 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = 72°
Jadi pada percobaan I – VC beda fasanya sebesar 72°
5.

Gambar I-VR

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099

Gambar I-VL

Gambar I-VC

6. Percobaan 3 (I - VR)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
0
∆𝜑 = × 360°
0
∆𝜑 = 0°
Jadi pada percobaan I - VR tidak ada beda fasa

Percobaan 3 (I - VL)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
0,2 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = × 360°
5 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = 14,4°
Jadi pada percobaan I – VL beda fasanya sebesar 14,4°

Percobaan 3 (I – VC)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
1 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = × 360°
5 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = 72°
Jadi pada percobaan I – VC beda fasanya sebesar 72°

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
VIII. ANALISA
Pada praktikum rangkaian listrik sub modul V yang berjudul “Karakteristik Beban Pada
Rangkaian AC” yang telah dilaksanakan pada tanggal 4 November 2021 secara tatap muka atau offline
pada Laboratorium Dasar Teknik Elektro yang memiliki tujuan yaitu, 1) Mempelajari karakteristik
tegangan dan arus pada sistem arus bolak-balik. 2) Melihat perbedaan fasa pada beban kapasitif, induktif,
dan resistif.
Pada praktikum ini dilengkapi alat dan perlengkapan yang terdiri dari, 1) Sumber tegangan
(power supply) adalah komponen elektronika yang dapat menghasilkan/ menyimpan arus listrik dan
berguna untuk memberikan beda potensial pada komponen- komponen elektronika yang dihubungkan
dengan sumber listrik. Sumber tegangan AC memiliki gelombang sinusoidal. 2) Multimeter digital
merupakan sebuah alat pengukur yang digunakan untuk mengetahui ukuran tegangan listrik, resistansi,
dan arus listrik. Dalam perkembangannya, dapat digunakan untuk mengukur temperatur, frekuensi, dan
lainnya yang langsung akan tertampilkan pada layar multimeter. 3) Induktor atau dikenal juga dengan
Coil adalah komponen elektronika pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah
kumparan. Yang pada dasarnya, Induktor dapat menimbulkan medan magnet jika dialiri oleh arus listrik
yang bersifat induktif. Medan Magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu
yang relatif singkat. Induktor yang dipakai memiliki induktansi sebesar 2,5 mH. 4) Kapasitor adalah
komponen elektronika yang dapat menyimpan dan melepaskan muatan listrik selama waktu yang tidak
tertentu. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan
mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi
pada ujung-ujung kakinya. Kapasitor yang dipakai memiliki kapasitansi sebesar 100 uF. 5) Kabel-kabel
penghubung atau Jumper adalah komponen yang digunakan untuk menghubungkan antar komponen
elektronika lainnya. 6) Function generator berfungsi untuk menyuplai sinyal AC pada rangkaian, baik
AC sinusoidal, AC Triangular ataupun AC square. Funvtion generator mampu menghasilkan sinyal
dengan range frekuensi hingga 200kHz. Kabel function generator terdiri dari 1 buah kabel fasa dan 1
buah kabel ground. 7) Tahanan atau resistor adalah komponen untuk menahan sebagian arus listrik agar
sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian elektronika dan pengatur dalam membatasi jumlah arus yang
mengalir dalam suatu rangkaian. Resistor yang kita pakai memiliki nilai resistansi adalah 220 Ohm.

Beban pada rangkaian listrik terdiri dari beban resistif murni (R), beban induktif (L), dan beban
kapasitif (C). Pada Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja
(resistansi). Beban jenis ini hanya menkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya sama
dengan 1. Beban resistif murni membuat fase arus sama dengan fase tegangannya atau tegangan dan
arus sefasa. Sementara beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan
pada suatu inti, seperti coil transformator dan solenioda. Sehingga mengakibatkan fasa (phase shift) pada
arus sehingga bersifat lagging. Yang disebabkan oleh energi yang tersimpang berupa medan magnetis
akar mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban induktif murni
membuat fase arusnya tertinggal 90 derajat terhadap fase tegangan. Kemudian beban kapasitif (C) yaitu
beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal
dari pengisian elektrik (electrical discharge) pada suatu sirkuit komponen ini dapat menyebabkan arus
leading terhadap tegangan. Beban kapasitif murni membuat fase arusnya mendahului 90 derajat terhadap
fase tegangan.
Pada sistem arus searah (DC) tidak adanya sudut fase antara arus dan tegangan. Tetapi pada
sistem arus bolak balik (AC), arus dan tegangan mempunyai sudut fase (terhadap suatu referensi) serta
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
perbedaan fase atau sudut fase adalah nol deerajat dan menjadi referensi sudut fase. Dalam diagram
vektor ataupun perhitungan perlu disebutkan fasor mana yang menjadi titik referensi. Bila sudut
tegangan sumber dijadikan referensi, maka sudut fase arusnya tergantung dari jenis beban yang dicatu.
Dalam rangkaian beban yang terdiri dari komponen RLC, sudut fase arus ditentukan olek reaktansi yang
lebih dominan. Bila reaktansi kapasitif lebih dominan, maka fase arus akan mendahului tegangannya
(beda sudut fase positif). Pada kondisi ini dikatakan bahwa beban mempunyai faktor kerja (cos φ)
leading. Selanjutnya apabila reaktansi indduktifnya yang lebih dominan, maka arus beban yang
tertinggal atau terbelakang terhadap tegangan sumbernya, dan beda sudut fase adalah negatif. Sehingga
faktor kerja beban induktif adalah lagging.
Pada percobaan pertama, rangkaian dirangkai secara seri antara resistor dan induktor sehingga
didapatkan arus yang mengalir sebesar 5,41 miliampere dengan beda fasa arus terhadap tegangan resistor
adalah nol derajat dan beda fasa arus terhadap tegangan induktor adalah 14,4 derajat, sehingga arus
bersifat lagging. Pada percobaan kedua, rangkaian dirangkai secara seri antara resistor dan kapasitor
sehingga didapatkan arus yang mengalir sebesar 6,24 miliampere dengan beda fasa arus terhadap
tegangan resistor adalah nol derajat dan beda fasa arus terhadap tegangan kapasitor adalah 72 derajat,
sehingga arus bersifat leading. Pada percobaan ketiga, rangkaian dirangkai secara seri antara resistor,
induktor dan kapasitor sehingga didapatkan arus yang mengalir sebesar 5,35 miliampere dengan beda
fasa arus terhadap tegangan resistor adalah nol derajat dan beda fasa arus terhadap tegangan induktor
adalah 14,4 derajat dan beda fasa arus tserhadap tegangan kapasitor adalah 72 derajat.

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
IX. KESIMPULAN
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu :

• Pada sistem Arus Bolak Balik (AC), arus dan tegangan mempunyai sudut fase serta perbedaan
fase/sudut fase = 00 dan menjadi referensi sudut fase.
• Bila sudut tegangan sumber dijadikan referensi, maka sudut fase arusnya tergantung dari jenis
beban yang dicatu.
• Beban resistif membuat fase arus sama dengan fase tegangannya.

• Beban induktif membuat fase arusnya tertinggal 900 terhadap fase tegangan (lagging).
• Beban kapasitif murni membuat fase arusnya mendahului 900 terhadap fase tegangan (leading).

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN

Anda mungkin juga menyukai