RANGKAIAN LISTRIK
SUB MODUL V KARAKTERISTIK BEBAN PADA RANGKAIAN AC
NIM : 2020-11-099
Kelas :C
Kelompok : 6C
JAKARTA
2021
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
SUB MODUL V
I. TUJUAN
a. Mempelajari karakteristik tegangan dan arus pada sistem arus bolak – balik
b. Melihat perbedaan fasa pada beban kapasitif, induktif dan resistif.
a. Function Generator
b. Resistor, Induktor, Kapasitor dengan nilai yang di tentukan
c. Multimeter
d. Kabel-Kabel Penghubung
Gambar 6.1
Beban resistif murni membuat fase arus sama dengan fase tegangannya.
b. Beban induktif (L)
Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan pada suatu inti,
seperti coil transformator dan solenioda. Beban ini mengakibatkan fasa (phase shift) pada arus
sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpang berupa medan magnetis akar
mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap tegangan.
Gambar 6.2
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
Beban induktif murni membuat fase arusnya tertinggal 900 terhadap fase tegangan.
c. Beban kapasitif (C)
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau kemampuan untuk
menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik (electrical discharge) pada suatu sirkuit
komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap tegangan.
Gambar 6.3
Beban kapasitif murni membuat fase arusnya mendahului 900 terhadap fase tegangan.
Sistem rangkaian listrik AC memiliki karakteristik yang berbeda dengan rangkaian DC. Kita mengenal
rangkaian listrik AC merupakan jaringan distribusi yang luas yang menghubungkan antara pembangkit
tenaga listrik dengan beban-beban listrik seperti rumah-rumah, perindustrian, perkotaan, rumah sakit,
dan lain sebagainya. Hal ini tentu sangat berbeda dengan jaringan listrik DC yang kita kenal, yakni yang
berukuran kecil-kecil seperti rangkaian elektronik pada televisi, DVD player, atau juga smartphone.
Perbedaan penggunaan listrik AC dan DC tersebut karena untuk mendistribusikan listrik dari
pembangkit ke daerah yang jauh jaraknya dibutuhkan nilai tegangan listrik yang tinggi untuk
mengurangi kerugian distribusi, dan pembangkitan listrik tegangan tinggi lebih mudah dilakukan pada
listrik bolak-balik. Sedangkan untuk membangkitkan voltase sangat tinggi pada listrik DC dibutuhkan
biaya yang jauh lebih mahal daripada listrik AC.
Jaringan pada listrik AC memiliki tiga jenis beban listrik yang harus ditopang oleh pembangkit listrik.
Ketiga beban tersebut yaitu beban resistif, beban induktif, dan beban kapasitif. Ketiganya memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lainnya.
Beban Resistif
Beban resistif adalah beban listrik pada rangkaian listrik AC, yang diakibatkan oleh peralatan listrik
dengan sifat resistif murni, sehingga beban tersebut tidak mengakibatkan pergeseran fasa arus maupun
tegangan listrik jaringan.
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
Beban resistif dihasilkan oleh alat-alat listrik yang bersifat murni tahanan (resistor) seperti pada elemen
pemanas dan lampu pijar. Beban resistif ini memiliki sifat yang “pasif”, dimana ia tidak mampu
memproduksi energi listrik, dan justru menjadi konsumen energi listrik. Resistor bersifat menghalangi
aliran elektron yang melewatinya (dengan jalan menurunkan tegangan listrik yang mengalir), sehingga
mengakibatkan terkonversinya energi listrik menjadi panas. Dengan sifat demikian, resistor tidak akan
merubah sifat-sifat listrik AC yang mengalirinya. Gelombang arus dan tegangan listrik yang melewati
resistor akan selalu bersamaan membentuk bukit dan lembah. Dengan kata lain, beban resistif tidak akan
menggeser posisi gelombang arus maupun tegangan listrik AC.
Nampak pada grafik di atas, karena gelombang tegangan dan arus listrik berada pada fase yang sama
maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban resistif murni akan selalu ditopang
oleh 100% daya nyata.
Beban Induktif
Beban induktif diciptakan oleh lilitan kawat (kumparan) yang terdapat di berbagai alat-alat listrik seperti
motor, trafo, dan relay. Kumparan dibutuhkan oleh alat-alat listrik tersebut untuk menciptakan medan
magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet pada kumparan inilah yang menjadi
beban induktif pada rangkaian arus listrik AC.
Kumparan memiliki sifat untuk menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik. Seperti yang kita
ketahui bersama bahwa listrik AC memiliki nilai arus yang naik turun membentuk gelombang
sinusoidal. Perubahan arus listrik yang naik turun inilah yang dihalangi oleh komponen kumparan di
dalam sebuah rangkaian listrik AC. Terhalangnya perubahan arus listrik ini mengakibatkan arus listrik
menjadi tertinggal beberapa derajat oleh tegangan listrik pada grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik
AC.
Nampak pada gelombang sinusoidal listrik AC di atas, bahwa jika sebuah sumber listrik AC diberi beban
induktif murni, maka gelombang arus listrik akan tertinggal sejauh 90° oleh gelombang tegangan. Atas
dasar inilah beban induktif dikenal dengan istilah beban lagging (arus tertinggal tegangan). Nampak
pula bahwa dikarenakan pergeseran gelombang arus listrik di atas, maka nilai daya listrik menjadi
bergelombang sinusoidal. Pada seperempat gelombang pertama daya diserap oleh beban induktif, namun
pada seperempat gelombang kedua daya dikembalikan lagi ke sumber listrik AC. Hal ini menunjukkan
bahwa beban induktif murni tidak meng-“konsumsi” daya nyata sedikitpun, beban induktif murni hanya
memakai daya reaktif saja.
Beban kapasitif merupakan kebalikan dari beban induktif. Jika beban induktif menghalangi terjadinya
perubahan nilai arus listrik AC, maka beban kapasitif bersifat menghalangi terjadinya perubahan nilai
tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan bahwa kapasitor bersifat seakan-akan menyimpan tegangan
listrik sesaat.
Gambar di atas merupakan ilustrasi rangkaian listrik AC dengan beban kapasitor murni. Mendapatkan
supply tegangan AC naik dan turun, maka kapasitor akan menyimpan dan melepaskan tegangan listrik
sesuai dengan perubahan tegangan masuknya. Fenomena inilah yang mengakibatkan gelombang arus
AC akan mendahului (leading) tegangannya sejauh 90°.
Gambar di atas adalah gelombang sinusoidal tegangan dan arus listrik AC pada beban kapasitor murni.
Nampak jika kita plot daya listrik yang dibutuhkan untuk menanggung beban kapasitor juga berbentuk
sinusoidal. Daya listrik bernilai positif (daya diserap kapasitor) pada setengah pertama gelombang
sinusoidal daya, serta negatif (daya dikeluarkan kapasitor) pada setengah gelombang kedua.
Sumber : https://artikel-teknologi.com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-kapasitif-pada-jaringan-
listrik-
ac/#:~:text=Ketiga%20beban%20tersebut%20yaitu%20beban%20resistif%2C%20beban%20induktif
%2C,murni%2C%20sehingga%20beban%20tersebut%20tidak%20mengakibatkan%20pergeseran%2
0
Karakteristik Arus dan Tegangan Arus Bolak Balik Pada Komponen R, L dan C
Gambar 6.4
Gambar 6.5
Gambar 6.6
Karakteristik Arus dan Tegangan Arus Bolak Balik Pada Komponen R, L dan C
➢ Gambar 6.4
Beda Fasa
I – VR I – VL
0° 14,4°
➢ Gambar 6.5
Beda Fasa
I – VR I – VC
0° 72°
➢ Gambar 6.6
Beda Fasa
I – VR I – VL I – VC
0° 14,4° 72°
Gambar I-VR
Gambar I-VL
2. Percobaan 1 (I - VR)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
0
∆𝜑 = × 360°
0
∆𝜑 = 0°
Jadi pada percobaan I - VR tidak ada beda fasa
Percobaan 1 (I - VL)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
0,2 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = × 360°
5 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = 14,4°
Jadi pada percobaan I – VL beda fasanya sebesar 14,4°
Gambar I-VR
Gambar I-VC
4. Percobaan 2 (I - VR)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
0
∆𝜑 = × 360°
0
∆𝜑 = 0°
Jadi pada percobaan I - VR tidak ada beda fasa
Percobaan 2 (I – VC)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
1 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = × 360°
5 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = 72°
Jadi pada percobaan I – VC beda fasanya sebesar 72°
5.
Gambar I-VR
Gambar I-VL
Gambar I-VC
6. Percobaan 3 (I - VR)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
0
∆𝜑 = × 360°
0
∆𝜑 = 0°
Jadi pada percobaan I - VR tidak ada beda fasa
Percobaan 3 (I - VL)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
0,2 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = × 360°
5 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = 14,4°
Jadi pada percobaan I – VL beda fasanya sebesar 14,4°
Percobaan 3 (I – VC)
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
∆𝜑 = × 360°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
1 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = × 360°
5 𝐷𝐼𝑉
∆𝜑 = 72°
Jadi pada percobaan I – VC beda fasanya sebesar 72°
Beban pada rangkaian listrik terdiri dari beban resistif murni (R), beban induktif (L), dan beban
kapasitif (C). Pada Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja
(resistansi). Beban jenis ini hanya menkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya sama
dengan 1. Beban resistif murni membuat fase arus sama dengan fase tegangannya atau tegangan dan
arus sefasa. Sementara beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan
pada suatu inti, seperti coil transformator dan solenioda. Sehingga mengakibatkan fasa (phase shift) pada
arus sehingga bersifat lagging. Yang disebabkan oleh energi yang tersimpang berupa medan magnetis
akar mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban induktif murni
membuat fase arusnya tertinggal 90 derajat terhadap fase tegangan. Kemudian beban kapasitif (C) yaitu
beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal
dari pengisian elektrik (electrical discharge) pada suatu sirkuit komponen ini dapat menyebabkan arus
leading terhadap tegangan. Beban kapasitif murni membuat fase arusnya mendahului 90 derajat terhadap
fase tegangan.
Pada sistem arus searah (DC) tidak adanya sudut fase antara arus dan tegangan. Tetapi pada
sistem arus bolak balik (AC), arus dan tegangan mempunyai sudut fase (terhadap suatu referensi) serta
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Institut Teknologi PLN
Ramdani Dwi Saputro
2020-11-099
perbedaan fase atau sudut fase adalah nol deerajat dan menjadi referensi sudut fase. Dalam diagram
vektor ataupun perhitungan perlu disebutkan fasor mana yang menjadi titik referensi. Bila sudut
tegangan sumber dijadikan referensi, maka sudut fase arusnya tergantung dari jenis beban yang dicatu.
Dalam rangkaian beban yang terdiri dari komponen RLC, sudut fase arus ditentukan olek reaktansi yang
lebih dominan. Bila reaktansi kapasitif lebih dominan, maka fase arus akan mendahului tegangannya
(beda sudut fase positif). Pada kondisi ini dikatakan bahwa beban mempunyai faktor kerja (cos φ)
leading. Selanjutnya apabila reaktansi indduktifnya yang lebih dominan, maka arus beban yang
tertinggal atau terbelakang terhadap tegangan sumbernya, dan beda sudut fase adalah negatif. Sehingga
faktor kerja beban induktif adalah lagging.
Pada percobaan pertama, rangkaian dirangkai secara seri antara resistor dan induktor sehingga
didapatkan arus yang mengalir sebesar 5,41 miliampere dengan beda fasa arus terhadap tegangan resistor
adalah nol derajat dan beda fasa arus terhadap tegangan induktor adalah 14,4 derajat, sehingga arus
bersifat lagging. Pada percobaan kedua, rangkaian dirangkai secara seri antara resistor dan kapasitor
sehingga didapatkan arus yang mengalir sebesar 6,24 miliampere dengan beda fasa arus terhadap
tegangan resistor adalah nol derajat dan beda fasa arus terhadap tegangan kapasitor adalah 72 derajat,
sehingga arus bersifat leading. Pada percobaan ketiga, rangkaian dirangkai secara seri antara resistor,
induktor dan kapasitor sehingga didapatkan arus yang mengalir sebesar 5,35 miliampere dengan beda
fasa arus terhadap tegangan resistor adalah nol derajat dan beda fasa arus terhadap tegangan induktor
adalah 14,4 derajat dan beda fasa arus tserhadap tegangan kapasitor adalah 72 derajat.
• Pada sistem Arus Bolak Balik (AC), arus dan tegangan mempunyai sudut fase serta perbedaan
fase/sudut fase = 00 dan menjadi referensi sudut fase.
• Bila sudut tegangan sumber dijadikan referensi, maka sudut fase arusnya tergantung dari jenis
beban yang dicatu.
• Beban resistif membuat fase arus sama dengan fase tegangannya.
• Beban induktif membuat fase arusnya tertinggal 900 terhadap fase tegangan (lagging).
• Beban kapasitif murni membuat fase arusnya mendahului 900 terhadap fase tegangan (leading).