Anda di halaman 1dari 1

Analisis Perbandingan Efisiensi Sistem Kelistrikan Arus Bolak-Balik Dan

Purwarupa Arus Searah Untuk Beban Residensial Prisma Sanjaya Putra Sudarmanto, Setyawan Wahyu Pratomo
Department of Electrical Engineering, Faculty of Industrial Technology,
Islamic University of Indonesia, Yogyakarta, Indonesia
Email : 13524071@students.uii.ac.id

ABSTRACT 1. INTRODUCTION 2. MATHEMATICAL MODEL


Penelitian ini membahas perbandingan efisiensi antara sistem kelistrikan arus bolak- Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan permintaan konsumsi
energi listrik semakin meningkat. Dimana mayoritas beban listrik adalah jenis Pada bagian ini dilakukan pembuatan instalasi rumah tangga melalui perancangan sistem kelistrikan rumah yang dapat menghasilkan tegangan keluaran AC 220 volt dan DC 220 volt untuk
balik (AC) dengan arus searah (DC) untuk mencatu daya beban residensial. Analisis mencatu daya beban jenis residensial. Beban-beban jenis residensial tersebut merupakan peralatan listrik yang umum digunakan di rumah-rumah. Kemudian dilakukan pengujian sistem
terhadap kedua sistem dilakukan dengan membuat sebuah instalasi rumah tangga beban residensial yang memerlukan catu daya listrik arus searah (DC) untuk
menggunakan peralatan-peralatan listrik sebagai beban yang dihubungkan ke sistem secara paralel untuk diukur dan diambil beberapa variabel data yang dibutuhkan. Data-data hasil pengukuran
sederhana yang mampu menyalurkan listrik bertegangan 220 volt AC dan 220 volt DC peralatan di rumah-rumah seperti laptop, printer, lampu penerangan dengan
setiap sistem kemudian dianalisis tingkat efisiensinya berdasarkan beberapa parameter-parameter berikut ini :
teknologi LED, TV dan smartphone. Sementara sistem tenaga listrik yang digunakan
ke peralatan listrik rumah tangga sebagai beban untuk pengujian sistem. Variabel yang
di Indonesia saat ini mulai dari pembangkit, saluran transmisi dan saluran distribusi Tabel 1. Profil Beban Residensial untuk Pengujian Sistem Pdc = Vdc * Idc W
V * I * t * 365 Ploss feeder = 2 * I2 * r
diukur dalam pengujian sistem adalah tegangan, arus beban, cos phi, resistansi saluran 1000
hingga ke beban, umumnya menggunakan sistem kelistrikan arus bolak-balik (AC) Dimana : Dimana :
dan daya. Parameter yang digunakan sebagai pembanding adalah besarnya daya, rugi- Dimana :
yang memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut : Pdc = Daya listrik DC (watt) Ploss feeder = Rugi-rugi daya (watt)
rugi dan konsumsi energi listrik yang dibutuhkan oleh setiap sistem untuk mencatu daya W = Konsumsi Energi listrik (kWh/tahun) I = Arus beban (ampere)
Vdc = Tegangan DC (volt)
beban residensial. Hasilnya purwarupa sistem DC 220 volt kondisi ideal membutuhkan 1. Pada saluran transmisi, sistem AC membutuhkan tiga buah kawat konduktor V = Tegangan kerja (volt) R = Resistansi saluran (ohm)
Idc = Arus DC beban (ampere)
konsumsi energi listrik yang lebih rendah yaitu 3.988,87 kWh pertahun dengan tingkat untuk menyalurkan daya listrik tiga fasa. Semakin panjang saluran tersebut maka I = Arus beban (ampere)
efisiensi konsumsi energi listrik 93,07 %. Sementara sistem AC 220 volt memerlukan rugi-rugi daya dan jatuh tegangan yang terjadi semakin besar. Sementara sistem t = Waktu operasi beban perjam (hour)
konsumsi energi listrik lebih besar yang mencapai 4.929,992 kWh meskipun dengan 365 = Periode pemakaian 1 tahun (days)
DC hanya membutuhkan satu kawat untuk menghantarkan daya dalam jumlah
tingkat efisiensi lebih tinggi yaitu 93,97 %. yang sama besar. Pac = V * I * cos ø Ploss feeder = 2 * I2 * R
P
Dimana :   out x100% Dimana :
2. Terdapat faktor daya yang nilainya bisa dipengaruhi oleh beban induktif dan Pin
Kata kunci : Sistem DC 220 volt, efisiensi, beban residensial, daya listrik, rugi-rugi, Pac = Daya listrik AC (watt) Ploss feeder = Rugi-rugi daya (watt)
beban kapasitif yang terhubung ke sistem. Apabila faktor daya rendah akan Vac = Tegangan AC (volt) Dimana :
konsumsi energi listrik. I = Arus beban (ampere)
mengakibatkan naiknya arus beban dan suhu tinggi dalam sistem. Iac = Arus AC beban (ampere) ŋ = Efisiensi sistem (%) R = Resistansi saluran (ohm)
cos ø = faktor daya Pout = Daya keluaran (watt)
3. Perbaikan faktor daya dapat dilakukan dengan memasang kompensator berupa
Pin = Daya masukan (watt)
kapasitor bank dan induktor, namun hal ini tentu membutuhkan biaya
pengeluaran lagi.
.
3. SYSTEM DESIGN
Tahap perancangan sistem dilakukan dengan cara menyusun block diagram Sementara pada purwarupa sistem DC, tegangan DC 220 volt diperoleh dari Kawat konduktor jenis NYM 2x1,5 mm digunakan dalam pembuatan instalasi saluran Purwarupa sistem DC menggunakan power supply TH220X03N-220AC sebagai pengganti sistem pembangkit DC.
setiap sistem dahulu. Pada sistem AC, sumber catu daya untuk beban keluaran power supply yang menggunakan tegangan AC 220 volt pada jala-jala pada kedua sistem. Saluran dengan panjang 20 meter digunakan untuk beban residensial Rangkaian penyearah gelombang penuh yang terdapat di dalam power supply ini akan merubah tegangan masukan
residensial diperoleh langsung dari tegangan AC 220 volt pada jala-jala PLN. PLN sebagai sumber catu dayanya. yang membutuhkan daya kurang dari 200 W, sementara saluran sepanjang 50 meter gelombang sinusoidal listrik AC 220 volt dari jala-jala PLN sebagai sumber catu dayanya menjadi keluaran
digunakan untuk beban yang membutuhkan daya lebih dari 200 W. gelombang lurus tegangan listrik DC 220 volt.

Gambar 1. Block Diagram Sistem AC 220 volt Gambar 3. Spesifikasi Kawat Konduktor NYM 2 x 1,5 mm Gambar 4. Spesifikasi Power Supply TH220X03N-220AC
Gambar 2. Block Diagram Purwarupa Sistem DC 220 volt

4. EXPERIMENT AND ANALYSIS 5. CONCLUSION


Setelah pembuatan instalasi sistem AC 220 volt dan purwarupa sistem DC 220 volt selesai, 1. Beban DC dalam kondisi standby membutuhkahkan daya yang sangat kecil sekali apabila dicatu daya oleh
selanjutnya dilakukan pengujian sistem dengan mengukur variabel-variabel seperti listrik DC dibandingkan dengan listrik AC. Sehingga konsumsi daya standby beban DC tersebut bisa di
tegangan, arus, daya dan cos phi sistem saat terhubung ke beban. Berdasarkan data-data abaikan.
dari hasil pengukuran maka parameter-parameter efisiensi setiap sistem bisa di hitung. 2. Efisiensi daya rata-rata sistem AC 220 volt sedikit lebih unggul dibandingkan efisiensi daya rata-rata
Parameter pembanding utama adalah besarnya daya yang diserap oleh beban, rugi-rugi purwarupa sistem DC 220 volt kondisi ideal dengan perbedaan hanya 0,41 %. Namun hal ini menunjukkan
dan konsumsi energi listrik yang dibutuhkan oleh setiap sistem. bahwa tingkat efisiensi purwarupa sistem DC 220 volt kondisi ideal hampir sama efektifnya dengan sistem
AC dalam mencatu daya beban residensial.
3. Konsumsi energi listrik pada purwarupa sistem DC lebih rendah daripada sistem AC. Selisih antara sistem
AC 220 volt dan purwarupa sistem DC 220 volt mencapai 941,122 kWh pertahun untuk kondisi ideal dan
256,092 kWh pertahun untuk kondisi tidak ideal. Konsumsi energi listrik yang lebih rendah tersebut akan
berdampak pada penurunan arus beban dalam sistem dan mampu menunda kebutuhan untuk
Tabel 2. Hasil Perhitungan Purwarupa Sistem DC 220V Kondisi Ideal Tabel 4. Perbandingan Efisiensi Daya Setiap Sistem membangun unit pembangkit yang baru apabila terjadi kenaikan permintaan konsumsi energi listrik.

6. REFERENCES
K. Techakittiroj and V. Wongpaibool, “Co-existence between AC-distribution and DC-distribution : in the view of
appliances,” in International Conference on Computer and Electrical Engineering (ICCEE), 2009, pp. 421–425.
F. Dastgeer and H. E. Gelani, “A Comparative analysis of system efficiency for AC and DC residential power
distribution paradigms,” Energy Build., vol. 138, pp. 648–654, 2017.
D. Nilsson and A. Sannino, “Efficiency analysis of low-and medium-voltage DC distribution systems,” Power Eng.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Sistem AC 220V Soc. Gen. …, pp. 1–7, 2004.
Dari data hasil perhitungan, pada sistem AC 220 volt ternyata beban DC dalam kondisi Y. Arafat and M. Amin, “Feasibility study of low voltage DC house and compatible home appliance design,” pp.
standby masih mengkonsumsi daya listrik. Konsumsi tersebut bisa digolongkan sebagai 1–76, 2011.
rugi-rugi karena beban-beban residensial sedang tidak digunakan. Sementara pada
purwarupa sistem DC, beban DC dalam kondisi standby hanya mengkonsumsi daya
dalam jumlah yang sangat kecil sekali sehingga bisa di abaikan. Tabel 3. Hasil Perhitungan Purwarupa Sistem DC 220V Kondisi Tidak Ideal Tabel 5. Perbandingan Konsumsi Energi Listrik Setiap Sistem Selama Satu Tahun

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang KM. 14,5 Seleman - Yogyakarta 55584

Anda mungkin juga menyukai