MAKALAH ILMIAH
EVAN BUWANA
JENJANG MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
JAKARTA, SEPTEMBER, 2012
2
oleh:
Evan Buwana
1. Pendahuluan
SNI dapat berupa spesifikasi, metode uji, atau pedoman yang menjadi acuan
atau menjadi batasan minimum kualitas dalam melakukan penilaian kesesuaian
terhadap spesifikasi, syarat mutu, dan metode uji. Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 menyebutkan bahwa Perjanjian/Kontrak wajib mencantumkan
persyaratan penggunaan SNI yang diatur oleh instansi teknis yang berwenang,
hal iniberarti SNI telah terintegrasi dalam kegiatan pembangunan bangsa.
Mekanisme perumusan standar yang ideal yang dilakukan oleh 99 Panitia Teknis
(PT), dengan sekretariat yang berlokasi di 19 instansi teknis (BSN, 2012)
seharusnya dapat membuat SNI memiliki substansi yang berkualitas dan dapat
diterapkan. Namun demikian, saat ini masih terdapat masalah yang terkait
dengan perumusan SNI, meliputi:
a. Waktu perumusan standar yang bervariasi antar PT, hal tersebut tidak
sesuai dengan rekomendasi PSN 01:2007 yang menetapkan perumusan
SNI sewajarnya disusun selama dua tahun.
b. Penyusuan program perumusan belum melibatkan publik, saat ini penentuan
program perumusan dimabil dari usulan masing-masing PT permusan SNI.
c. Ruang lingkup Panitia Teknis (PT) Perumusan SNI yang dikelompokkan
berdasarkan International Classification of Standardization (ICS) 2005
diterbitkan oleh International Organization of Standardization (ISO) ternyata
tidak memiliki batasan yang tegas antar PT dantidak memiliki pedoman
dalam implementasinya.
d. Belum ada keterkaitan dukungan SNI terhadap kualitas produk, contohnya:
seperti pada SNI tabung gas dan perangkat pendukungnya, yang
diindikasikan pada implementasinya terdapat banyak tabung gas yang tidak
bekerja dengan baik, terdapat komponen yang belum memiliki SNI dan tidak
sesuai SNI, mengakibatkan timbulnya kebakaran akibat ledakan.
e. Informasi jumlah dan pelaksanaan perumusan SNI yang belum dapat
diakses secara baik oleh publik.
f. Acuan dasar antar SNI yang tidak selaras (terdapat beberapa SNI yang
saling berhubungan namun tidak memiliki hubungan scienfitif yang jelas
dengan acuann SNI lainnya), misalnya: SNI struktur baja yang diasopsi dari
standar AISC (Amerika) namun SNI baja tulangan mengacu pada standar
Jepang (JIS).
g. Masalah penolakan stakeholder terhadap substansi SNI, terdapat SNI yang
secara substansi tidak dapat diterapkan dalam kondisi nyata di Indonesia
sehingga merugikan salah satu pemangku kepentingan.
h. Kejelasan dan keterkinian dokumen SNI. Contohnya: SNI kawat bronjong
dipermasalahkan dalam penerapannya karena ketidakjelasan dokumen SNI ,
hal ini diakibatkan SNI tersebut telah berusia lebih dari lima tahun dan
diduga belum pernah dikajiulang
i. Pola pelaksanaan perumusan SNI yang tidak seragam antar Panitia Teknis.
5
Tulisan ini menggunakan data dan kebijakan terkait perumusan standar yang
masih berlaku dan di BSN dalam kurum waktu lima terakhir sampai dengan
tahun 2013 untuk membahas model perumusan SNI yang mendukung
pembangunan berkelanjutan di Indonesia yang akan menjawab beberapa
pertanyaan tentang :
2 Tinjauan Pustaka
Konsep ini lahir dilatar belakangi oleh kelangkaan sumber daya alam, yang
dirisaukan memiliki efek terhadap sosial dan ekonomi yang besar secara global,
kualitas hidup manusia dan memperlebar kesenjangan. Untuk menghadapi hal
tersebut World Commission on Environment and Development (WCED)
melakukan kajian terhadap perkembangan berbagai negara dan kondisi
lingkungannya, menawarkan suatu konsep yang disebut sebagai pembangunan
berkelanjutan. Usulan ini mencoba memadukan lingkungan dan pembangunan
yang mengupayakan pemenuhan kebutuhan masa kini dan masa yang akan
dating. Konsep ini menjadi komitmen dunia yang tertuang didalam Agenda 21.
Setiap Negara yang telah menandatangani agenda 21 tersebut menyusun
strategi dan rencana aksi nasional untuk mengimplementasikan program
tersebut.
6
a. Terencana
b. Upaya yang mengintegrasikan tujuan ekologi, sosial dan ekonomi
c. Meningkatkan mutu hidup lintas generasi
d. Pemahaman bahwa pembangunan membutuhkan kolaborasi bersama
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan
stakeholder.
Pengembangan institusi
dan teknologi
2.2 Standardisasi
dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus
semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan,
keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan
datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. SNI sebagai satu-
satunya standar nasional yang berlaku di Indonesia dan ditetapkan oleh BSN.
Penerapan standar yang pada dasarnya bersifat sukarela (voluntary) dan akan
dapat menjadi wajib (mandatory) apabila disertakan kedalam regulasi pemerintah
seperti: Keputusan Menteri atau dokumen kontrak. Penerapan SNI tersebut
berfungsi seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 102
Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional Pasal 3 yaitu untuk meningkatkan
perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat
lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian
fungsi lingkungan hidup; membantu kelancaran perdagangan; dan mewujudkan
persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.
PSN ini yang menjadi acuan bagi Panitia Teknis yang telah ditetapkan oleh BSN
untuk melakukan kegiatan perumusan SNI berdasarkan ruang lingkupnya
masing-masing.
9
Proses
roses perumusan standar dimulai sejak Panitia
Pan Teknis (PT) sebagai
kepanjangan tangan dari BSN mengusulkan standar yang telah diidentifikasi
tingkat kebutuhannya melalui usulan Program Nasional Perumusan Standar
(PNPS) untuk mendapatkan persetujuan dan ditetapkan oleh Manajemen Teknis
(MTPS) MTPS management board dipimpin oleh Deputi
Perumusan Standar (MTPS).
Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN.
Proses jajak pendapat adalah proses review dan publikasi untuk memperoleh
tanggapan yang diikuti oleh anggota PT dan Masyarakat Standardisasi (Mastan)
yang dilakukan melalui publikasi pada website Sistem Informasi SNI (SISNI)
Pada PSN 01:2007 dijelaskan pula bahwa SNI perlu dikaji ulang ketika usia SNI
maksimal mencapai lima tahun, dalam rangka menyesuaikan terhadap
perkembangan terkini (state of the art) atau kaidah teknologi yang diakui
(acknowledged rule of technology).
Usulan PNPS berasal dari PT yang berisi daftar usulan rencana standar yang
akan dirumuskan, usulan itu diserahkan kepada Pusat Perumusan Standar
sesuai dengan format yang disertakan pada PSN 01. PNPS tersebut seharusnya
dimonitor secara kontinyu sehingga pengembangan standar dapat diketahui,
failitas ini juga telah disertakan dalam bentuk tabel pada lampiran A.2 PSN
01:2007.
BSN telaal menetapkan 2 PSN yaitu PSN 07:2011 Istilah umum standardisasi
dan kegiatan yang terkait dan PSN 10:2011 tentang Adopsi standar ASYTM
menjadi SNI, sementara PSN 01 tentang Pengembangan Standar Nasional
Indonesia, PSN 02 tentang Panitia teknis perumusan SNI, PSN 03.2 tentang
11
Adopsi dokumen selain standar menjadi SNI, PSN 05 tentang Tenaga ahli
standardisasi, PSN 08 tentang Penulisan SNI, PSN ISO Guide 64 tentang
Pedoman untuk memperhatikan isu lingkungan, saat ini dalam proses revisi.
Menurut data yang diperoleh dari BSN PSN 01, PSN 08, PSN ISO Guide 64
telah melalui public hearing tahun 2011 namun hingga tahun 2013 namun belum
ditetapkan.
Pada tahun 2012 sampai dengan 2013 menurut data BSN pelatihan TAS,
konseptor dan editor dilakukan selama dua kali masing-masing dilakukan selama
satu sampai dua hari dengan memberikan pemahanan terhadap implementasi
PSN yang ada.
12
Pertemuan dengan anggota PT/SPT dan BSN dilakukan satu tahun sekali, yang
bertujuan untuk berkoordinasi, berkomunikasi terkait pelaksanaan perumusan
SNI.
Mengacu pada tahapan perumusan SNI pada PSN 01:2007 dapat diketahui
tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
13
Penyusunan IDT
Penyusun-
Konsep/drafting Penyusun keperluan Penyusuna
an Konsep
(PT/SPT/WG RSNI1
-an mendesak, n Konsep
(Lihat 5.2.2) Konsep penyusunan RSNI1
ya
CATATAN
Penetapan
1) Lihat I.2 Penetapan Penetapan Penetapan
RASNI Penetapan
2) Lihat I.3 RASNI RASNI RASNI
menjadi menjadi DT
menjadi menjadi menjadi
SNI SNI SNI
SNI
Tahap menentukan usulan PNPS menjadi faktor yang penting dalam menjamin
SNI yang dihasilkan tepat guna dan berkelanjutan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk menunjang hal tersebut adalah:
a. BSN harus memiliki pedoman dan dalam membaca dan
meimplementasikan ICS sebagai dasar pembagian ruang lingkup, agar
pengelompokan dan perumusan standar standar dapat ditangani oleh PT
yang tepat.
b. BSN harus mempunyai basis data SNI yang akurat dan terstruktur,
melihat interdependensi, keragaman standard an hirarki dari SNI
yangsudah ada sehingga dapat terlihat SNI yang harus diusulkan untuk
menjadi prioritas PNPS yang mendukung program pembangunan
berkelanjutan
c. Mekanisme dan alur yang seragam perlu dipersiapkan oleh BSN dalam
mengatur pelaksanaan usulan SNI yang masuk
d. Program usulan PNPS harus mempertimbangkan sosio-kultural dan
kepentingan bangsa.
e. Menetapkan dan menerapkan PSN ISO Guide 64 untuk standar produk
agar SNI yang dibuat mempertimbangkan isu-isu lingkungan yang ada.
f. Merevisi dan menetapkan PSN 01 yang saling terkait dengan PSN lain
terutama dalam mekanisme pengusulan standar.
Sumber Daya Manusia (SDM) seperti yang disebutkan pada butir 3.2.4 harus
memiliki sistematika pengembangan dan pelatihan kompetensi sesuai dengan
bidang kerjanya. Program pengembangan SDM harus terintegrasi satu sama lain
dalam satu pola pelatihan yang dapat diukur dan evaluasi sehingga tidak menjadi
satu kesatuan kurikulum dengan pendidikan yang berkelanjutan.
15
Bentuk pelatihan yang dilakukan yang tidak terpadu dengan materi yang tidak
terprogram dengan baik hanya akan memberikan pengetahuan ringkas tetapi
tidak memberikan pemahaman terhadap fungsi dan tugasnya dalam rangkaian
perumusan SNI.
Perjalanan perumusan SNI perlu dimonitor agar dapat diukur setiap tahapan dan
tingkat kesulitan perumusan SNI tersebut berlangsung, karena harus dipahami
bahwa setiap SNI memiliki keragaman yersendiri yang berkaitan erat denganb
subtansi yang dibahas didalamnya. BSN dalam hal ini Pusat Perumusan Standar
harus mendampingi proses perumusan SNI.
Menyediakan fasilitas dan waktu untuk publik dalam menganggapi usulan PNPS
yang masuk, untuk menjaring masukan dari seluruh stakeholder, beberapa
metode yang dapat dilakukan adalah dengan:
Kebijakan Perumusan
Standar
Kompetensi Individu
Pedoman yang ada sebaiknya dikaji ulang karena ada beberapa PSN yang telah
berumur lebih dari lima tahun sebagai salah satu produk kebijakan perumusan
standar dengan mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Hubungan tersebut penulis dilustrasikan seperti pada Gambar 3 berikut ini.
5 Penutup
Daftar Pustaka