Anda di halaman 1dari 19

Accelerat ing t he world's research.

Model Mekanisme Perumusan SNI


yang mendukung Pembangunan
Berkelanjutan
Evan Buwana

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Aplikasi AHP dan Manajemen Proyek dalam Perumusan SNI


Evan Buwana

Text book Pengant ar St andardisasi


Alwi Rochmat

Pedoman St andardisasi Nasional (PSN) 01:2007


Evan Buwana
Model Mekanisme Perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
mendukung Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

MAKALAH ILMIAH

EVAN BUWANA

JENJANG MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
JAKARTA, SEPTEMBER, 2012
2

Model Mekanisme Perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang


mendukung Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

oleh:
Evan Buwana

1. Pendahuluan

Sepanjang sejarah kemerdekaan selama lebih dari enam dasawarsa, Indonesia


telah mengalami beragam kemajuan pembangunan. Bermula dari sebuah negara
yang perekonomiannya berbasis kegiatan pertanian tradisional, saat ini
Indonesia telah menjelma menjadi negara dengan proporsi industri manufaktur
dan jasa yang lebih besar. Kemajuan ekonomi juga telah membawa peningkatan
kesejahteraan masyarakat, yang tercermin tidak saja dalam peningkatan
pendapatan perkapita, namun juga dalam perbaikan berbagai indikator sosial
dan ekonomi lainnya termasuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam
periode 1980 dan 2010, Indeks Pembangunan Manusia meningkat dari 0,39 ke
0,60. (MP3EI, 2011)

Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa


siap terhadap perubahan. mengharuskan Indonesia mempersiapkan diri lebih
baik lagi untuk mempercepat terwujudnya suatu negara maju dengan hasil
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Dalam rangka mengimplementasikan paradigma pembangunan berkelanjutan


tersebut, pemerintah telah menuangkan konsep tersebut kedalam Rencana
Pembangunan Nasional, kemudian pada tahun 2011 yang lalu dirumuskan pula
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Nasional
(MP3EI) 2011-2025 sebagai komplementer penting yang diselaraskan dengan
Rencana Pembangunan Nasional. Dengan demikian setiap lembaga pemerintah
yang memiliki peran dan fungsinya masing-masing selayaknya berkerja dibawah
komando presiden sebagai motor penggerak dalam mewujudkan tujuan tersebut.

Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1997 tentang Badan Standardisasi


Nasional Pasal 2 menyatakan Badan Standardisasi Nasional (BSN) mempunyai
tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan pengembangan dan
3

pembinaan di bidang standardisasi, sesuai dengan peraturan perundang-


undangan yang berlaku. BSN menerbitkan standar yang berlaku di Indonesia
yaitu Standar nasional Indonesia (SNI).

SNI dapat berupa spesifikasi, metode uji, atau pedoman yang menjadi acuan
atau menjadi batasan minimum kualitas dalam melakukan penilaian kesesuaian
terhadap spesifikasi, syarat mutu, dan metode uji. Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 menyebutkan bahwa Perjanjian/Kontrak wajib mencantumkan
persyaratan penggunaan SNI yang diatur oleh instansi teknis yang berwenang,
hal iniberarti SNI telah terintegrasi dalam kegiatan pembangunan bangsa.

Paradigma pembangunan berkelanjutan menurut Keraf(2010) mendesak kita


untuk melakukan integrasi dan memberikan perhatian yang sama besar bagi
pembangunan ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup dalam dimensi
visioner jangka panjang. Berdasarkan pandangan tersebut, apabila dikaitkan
dengan SNI, maka sistem standardisasi juga harus memiliki visi kedepan yang
memperhatikan aspek lingkungan hidup, ekonomi dan sosial-budaya Indonesia
untuk menghasilkan SNI berkualitas yang mendukung pembangunan
berkelanjutan. Oleh karena itu SNI dapat menjadi salah satu indikator
pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Berdasarkan data penelitian BSN tahun 2006 dalam Purwanggono et.al.(2009)


SNI yang digunakan hanya 23,16% dari total SNI yang ada berjumlah 6633 SNI.
SNI tersebut dihasilkan dari proses perumusan standar yang dilakukan oleh
diatur oleh BSN dalam Sistem Standardisasi Nasional (SSN) dan Pedoman
Standardisasi Nasional (PSN). Rangkaian tahapan perumusan SNI menurut
Purwanggono et. Al.(2009) umumnya melalui tujuh tahapan:

1. Identifikasi merumuskan standar


2. Penyusunan program perumusan
3. Penyiapan rancangan standar
4. Konsensus rancangan standar
5. Validasi melalui public enquiry
6. Penetapan dan publikasi Standar
7. Peninjauan kembali
4

Mekanisme perumusan standar yang ideal yang dilakukan oleh 99 Panitia Teknis
(PT), dengan sekretariat yang berlokasi di 19 instansi teknis (BSN, 2012)
seharusnya dapat membuat SNI memiliki substansi yang berkualitas dan dapat
diterapkan. Namun demikian, saat ini masih terdapat masalah yang terkait
dengan perumusan SNI, meliputi:

a. Waktu perumusan standar yang bervariasi antar PT, hal tersebut tidak
sesuai dengan rekomendasi PSN 01:2007 yang menetapkan perumusan
SNI sewajarnya disusun selama dua tahun.
b. Penyusuan program perumusan belum melibatkan publik, saat ini penentuan
program perumusan dimabil dari usulan masing-masing PT permusan SNI.
c. Ruang lingkup Panitia Teknis (PT) Perumusan SNI yang dikelompokkan
berdasarkan International Classification of Standardization (ICS) 2005
diterbitkan oleh International Organization of Standardization (ISO) ternyata
tidak memiliki batasan yang tegas antar PT dantidak memiliki pedoman
dalam implementasinya.
d. Belum ada keterkaitan dukungan SNI terhadap kualitas produk, contohnya:
seperti pada SNI tabung gas dan perangkat pendukungnya, yang
diindikasikan pada implementasinya terdapat banyak tabung gas yang tidak
bekerja dengan baik, terdapat komponen yang belum memiliki SNI dan tidak
sesuai SNI, mengakibatkan timbulnya kebakaran akibat ledakan.
e. Informasi jumlah dan pelaksanaan perumusan SNI yang belum dapat
diakses secara baik oleh publik.
f. Acuan dasar antar SNI yang tidak selaras (terdapat beberapa SNI yang
saling berhubungan namun tidak memiliki hubungan scienfitif yang jelas
dengan acuann SNI lainnya), misalnya: SNI struktur baja yang diasopsi dari
standar AISC (Amerika) namun SNI baja tulangan mengacu pada standar
Jepang (JIS).
g. Masalah penolakan stakeholder terhadap substansi SNI, terdapat SNI yang
secara substansi tidak dapat diterapkan dalam kondisi nyata di Indonesia
sehingga merugikan salah satu pemangku kepentingan.
h. Kejelasan dan keterkinian dokumen SNI. Contohnya: SNI kawat bronjong
dipermasalahkan dalam penerapannya karena ketidakjelasan dokumen SNI ,
hal ini diakibatkan SNI tersebut telah berusia lebih dari lima tahun dan
diduga belum pernah dikajiulang
i. Pola pelaksanaan perumusan SNI yang tidak seragam antar Panitia Teknis.
5

Permasalahan diindikasikan mempengaruhi kualitas dan keberterimaan SNI di


Indonesia, sehingga dapat menjadi penghalang dalam laju pembangunan
keberlanjutan Indonesia baik dalam integrasi penerapan standar, acuan dalam
membangun sektor-sektor ekonomi, acuan infrastruktur yang sebagai
konektivitas nasional yang ramah lingkungan untuk kehidupan generasi sekarang
dan yang akan datang..

Tulisan ini menggunakan data dan kebijakan terkait perumusan standar yang
masih berlaku dan di BSN dalam kurum waktu lima terakhir sampai dengan
tahun 2013 untuk membahas model perumusan SNI yang mendukung
pembangunan berkelanjutan di Indonesia yang akan menjawab beberapa
pertanyaan tentang :

a. Bagaimana SNI dirumuskan di Indonesia ?


b. Apa program BSN terhadap perkembangan kegiatan perumusan standar?
c. Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan perumusan SNI?
d. Bagaimana model perumusan SNI yang efektif dalam mendukung
pembangunan berkelanjutan?

2 Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Pembangunan berkelanjutan

Konsep ini lahir dilatar belakangi oleh kelangkaan sumber daya alam, yang
dirisaukan memiliki efek terhadap sosial dan ekonomi yang besar secara global,
kualitas hidup manusia dan memperlebar kesenjangan. Untuk menghadapi hal
tersebut World Commission on Environment and Development (WCED)
melakukan kajian terhadap perkembangan berbagai negara dan kondisi
lingkungannya, menawarkan suatu konsep yang disebut sebagai pembangunan
berkelanjutan. Usulan ini mencoba memadukan lingkungan dan pembangunan
yang mengupayakan pemenuhan kebutuhan masa kini dan masa yang akan
dating. Konsep ini menjadi komitmen dunia yang tertuang didalam Agenda 21.
Setiap Negara yang telah menandatangani agenda 21 tersebut menyusun
strategi dan rencana aksi nasional untuk mengimplementasikan program
tersebut.
6

Definisi Pembangunan berkelanjutan berwawasan Lingkungan menurut


Sugandhy, Aca. et. al. (2009) yaitu:

“… Upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup,


termasuk sumber daya, kedalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa depan.”

Pendapat lain tentang definisi pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan


oleh Sumarwoto (2006) dalam Sugandhy (2009) menekankan pengaruh sistem
ekologi dan kebijakan, yaitu:

“Pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah: Perubahan positif sosial


ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial dimana
masyarakat bergantung padanya. Keberhasilan penerapannya
memerlukan kebijakan perencanaan dan proses pembelajaran sosial
terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh
masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya dan
kegiatan dunia usahanya.”

Keraf(2010) juga berpendapat bahwa pembangunan berlanjutan selayaknya


memperhatikan perlindungan ekologi dengan tetap menjamin kualitas kehidupan
ekonomi, social-budaya masyarakat setempat.

Definisi-definisi yang dikemukakan diatas tersebut memiliki keselarasan dengan


pengertian pembangunan berkelanjutan yang dituangkan pada ketentuan umum
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2009 , yaitu:

“… upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan


hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk
menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan.”

Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis dapat mengetahui bahwa


definisi tersebut mengandung makna bahwa pembangunan berkelanjutan:

a. Terencana
b. Upaya yang mengintegrasikan tujuan ekologi, sosial dan ekonomi
c. Meningkatkan mutu hidup lintas generasi
d. Pemahaman bahwa pembangunan membutuhkan kolaborasi bersama
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan
stakeholder.

Pembangunan berkelanjutan dideferensiasikan menjadi suatu proses


pembangunan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam yang
7

diserasikan dengan sumber saya manusia secara terus menerus. Ketimpangan


dan pertentangan antara tujuan ekologi, ekonomi dan sosial akan menjadikan
pembangunan tidak berlanjut.

Kuswartojo (2010) memaparkan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan


upaya yang secara terus menerus dilakukan agar terjadi perubahan kearah yang
selalu lebih baik. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan kapasitas institusi
dan kemampuan teknologi untuk mencapai tujuan ekologi, ekonomi dan sosial
serta mempertimbangkan kondisi alam dan kependudukan. Dinamika yang
terjadi antara interaksi penduduk dan alam mempengaruhi perkembangan
teknologi dan institusi. Keberhasilan tujuan tersebut juga akan memperkuat
pengembangan teknologi. Upaya ini dilakukan secara terus menerus sehingga
mendukung pembangunan keberlanjutan. kerangka pikir pembangunan
berkelanjutan ini diilustrasikan seperti pada Gambar 1.

Pengembangan institusi
dan teknologi

Kondisi alam dan Tujuan Ekologi,


kependudukan Ekonomi, Sosial

Gambar 1 – Kerangka pikir pembangunan berkelanjutan

Standardisasi dapat dikategorikan sebagai bentuk perkembangan teknologi yang


dibakukan untuk tujuan kemampanan ekologi, ekonomi dan kesejahteraan
bangsa dengan memperhatikan kondisi alam dan kependudukan yang ada.

2.2 Standardisasi

Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 mendefinisikan standardisasi


adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar,
yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak,
sedangkan standar didefinisikan sebagai spesifikasi teknis atau sesuatu yang
8

dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus
semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan,
keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan
datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. SNI sebagai satu-
satunya standar nasional yang berlaku di Indonesia dan ditetapkan oleh BSN.

Penerapan standar yang pada dasarnya bersifat sukarela (voluntary) dan akan
dapat menjadi wajib (mandatory) apabila disertakan kedalam regulasi pemerintah
seperti: Keputusan Menteri atau dokumen kontrak. Penerapan SNI tersebut
berfungsi seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 102
Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional Pasal 3 yaitu untuk meningkatkan
perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat
lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian
fungsi lingkungan hidup; membantu kelancaran perdagangan; dan mewujudkan
persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.

Untuk menjamin pelaksanaan perumusan SNI, BSN telah menetapkan Sistem


Standardisasi Nasional (SSN) dan PSN 01:2007 tentang Pengembangan
Standar Nasional Indonesia yang menjadi panduan dalam merumuskan SNI.
Beberapa PSN lain yang menjadi acuan normatif dalam PSN 01:2007 adalah
sebagai berikut:

a. PSN 02:2007, Panitia Teknis dan Subpanitia Teknis perumusan SNI


b. PSN 03.1:2007, Metode adopsi standar Internasional menjadi SNI
c. PSN 04:2006, Jajak pendapat dan pemungutan suara
d. PSN 05:2006, Tenaga Ahli Standardisasi
e. PSN 07:2011, Istilah umum standardisasi dan kegiatan yang terkait
f. PSN 10:2011, Metode adopsi standar ASTM menjadi SNI

PSN ini yang menjadi acuan bagi Panitia Teknis yang telah ditetapkan oleh BSN
untuk melakukan kegiatan perumusan SNI berdasarkan ruang lingkupnya
masing-masing.
9

3 Perumusan SNI yang mendukung pembangunan berkelanjutan

3.1 Mekanisme Perumusan SNI

Perumusan SNI menjadi bagian dari pengembangan SNI dimulai dari


penetapan
perencanaan standar hingga penetap an SNI. Tahapan perumusan SNI dapat
dilihat pada Gambar 2 dibawah ini:

Sumber : Presentasi Kebijakan Standardisasi 2010, BSN

Gambar 2 – Proses perumusan SNI

Proses
roses perumusan standar dimulai sejak Panitia
Pan Teknis (PT) sebagai
kepanjangan tangan dari BSN mengusulkan standar yang telah diidentifikasi
tingkat kebutuhannya melalui usulan Program Nasional Perumusan Standar
(PNPS) untuk mendapatkan persetujuan dan ditetapkan oleh Manajemen Teknis
(MTPS) MTPS management board dipimpin oleh Deputi
Perumusan Standar (MTPS).
Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN.

Berdasarkan PSN 01:2007 setelah


etelah usulan ditetapkan maka PT dapat
Standar Nasional
menyiapkan dan membahas substansi teknis Rancangan St
Indonesia (RSNI), apabila secara teknis sudah dapat diterima maka RSNI
tersebut dapat diteruskan ketahap jajak pendapat. Tahap ini bertujuan untuk
onsensus dari anggota PT terhadap RSNI, pada tahap ini juga
memperoleh konsensus
BSN akan menugaskan Tenaga Ahli Standardisasi (TAS) yang bertugas untuk
memberikan arahan dan rekomendasi terkait Pedoman Standardisasi Nasional
yang berlaku.
10

Proses jajak pendapat adalah proses review dan publikasi untuk memperoleh
tanggapan yang diikuti oleh anggota PT dan Masyarakat Standardisasi (Mastan)
yang dilakukan melalui publikasi pada website Sistem Informasi SNI (SISNI)

Tahapan berikutnya adalah pemungutan suara, tahap ini dilaksanakan apabila


terdapat tanggapan pada proses jajak pendapat dan dimulai setelah RSNI
tersebut dibahas oleh PT. Tahap ini juga melalui publikasi pada website Sistem
Informasi SNI (SISNI) merupakan proses voting dari anggota PT dan Mastan.
Hasil dari pemungutan suara ini kemudian ditetapkan menjadi Rancangan Akhir
Standar Nasional Indonesia. (RASNI) untuk ditetapkan menjadi SNI oleh Kepala
BSN.

Pada PSN 01:2007 dijelaskan pula bahwa SNI perlu dikaji ulang ketika usia SNI
maksimal mencapai lima tahun, dalam rangka menyesuaikan terhadap
perkembangan terkini (state of the art) atau kaidah teknologi yang diakui
(acknowledged rule of technology).

3.2 Program BSN dalam kegiatan perumusan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam kurun waktu 2008-2013 pada


Pusat Perumusan Standar yang bertindak sebagai Pusat yang menangani
kegiatan perumusan SNI di BSN, diketahui bahwa terdapat upaya dalam rangka
menjamin mutu perumusan SNI , yaitu:

3.2.1 Verifikasi usulan Program Nasional Perumusan Standar (PNPS)

Usulan PNPS berasal dari PT yang berisi daftar usulan rencana standar yang
akan dirumuskan, usulan itu diserahkan kepada Pusat Perumusan Standar
sesuai dengan format yang disertakan pada PSN 01. PNPS tersebut seharusnya
dimonitor secara kontinyu sehingga pengembangan standar dapat diketahui,
failitas ini juga telah disertakan dalam bentuk tabel pada lampiran A.2 PSN
01:2007.

3.2.2 Membuat dan merevisi PSN

BSN telaal menetapkan 2 PSN yaitu PSN 07:2011 Istilah umum standardisasi
dan kegiatan yang terkait dan PSN 10:2011 tentang Adopsi standar ASYTM
menjadi SNI, sementara PSN 01 tentang Pengembangan Standar Nasional
Indonesia, PSN 02 tentang Panitia teknis perumusan SNI, PSN 03.2 tentang
11

Adopsi dokumen selain standar menjadi SNI, PSN 05 tentang Tenaga ahli
standardisasi, PSN 08 tentang Penulisan SNI, PSN ISO Guide 64 tentang
Pedoman untuk memperhatikan isu lingkungan, saat ini dalam proses revisi.

Menurut data yang diperoleh dari BSN PSN 01, PSN 08, PSN ISO Guide 64
telah melalui public hearing tahun 2011 namun hingga tahun 2013 namun belum
ditetapkan.

3.2.3 Kaji ulang SNI

Panitia teknis atau subpanitia teknis berkewajiban memelihara SNI dengan


melaksanakan kaji ulang terhadap SNI sekurang-kurangnya satu kali dalam 5
(lima) tahun setelah ditetapkan, untuk menjaga kesesuaian SNI terhadap
kebutuhan pasar dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam
rangka memelihara dan menilai kelayakan dan kekinian SNI (PSN 01:2007)

3.2.4 Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) perumusan SNI

Pengembangan SDM yang terkait perumusan standar dilakukan dengan


mengadakan pelatihan, workshop dan sosialisasi dalam meningkatkan
pemahaman dalam menyusun standar. Berdasarkan PSN yang berlaku, penulis
mengidentifikasikan SDM yang harus memiliki kompetensi dalam kegiatan
perumusan standar, yaitu:
a. Anggota Panitia Teknis dan Subpanitia Teknis
b. Tenaga Ahli Standardisasi (TAS)
c. Sekretariat Panitia Teknis dan Subpanitia Teknis
d. Editor Perumusan SNI
e. Konseptor Perumusan SNI
f. Pegawai Pusat Perumusan Standar - BSN

Pada tahun 2012 sampai dengan 2013 menurut data BSN pelatihan TAS,
konseptor dan editor dilakukan selama dua kali masing-masing dilakukan selama
satu sampai dua hari dengan memberikan pemahanan terhadap implementasi
PSN yang ada.
12

Pertemuan dengan anggota PT/SPT dan BSN dilakukan satu tahun sekali, yang
bertujuan untuk berkoordinasi, berkomunikasi terkait pelaksanaan perumusan
SNI.

3.2.5 Harmonisasi SNI dengan Standar Internasional

Harmonisasi standar merupakan kegiatan mengadopsi standar ISO/IEC menjadi


SNI. Harmonisasi standar saat ini juga dapat dilakukan dengan standar ASTM
(American Standard Testing and Material)

3.2.6 Sertifikasi Manajemen mutu

Manajemen mutu pengembangan standar pada Badan Standardisasi nasional


telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008, hal ini dilakukan sebagai upaya
BSN untuk memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan Perumusan Stanadr
sehingga setiap tahapan perumusan standar dapat dilakukan sesuai dengan
pedoman yang ada.

3.3 Daya ungkit pada kegiatan perumusan SNI

Mengacu pada tahapan perumusan SNI pada PSN 01:2007 dapat diketahui
tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
13

Tahapan Prosedur Prosedur jalur cepat SNI 1) Prosedur Dokumen


kegiatan normal SNI Teknis (DT) 2)

Persetujua IDT Usulan


Perencanaan n usulan Persetujuan keperluan
(PT) PNPS usulan
mendesa
(Lihat 4.2) PNPS
k

Penyusunan IDT
Penyusun-
Konsep/drafting Penyusun keperluan Penyusuna
an Konsep
(PT/SPT/WG RSNI1
-an mendesak, n Konsep
(Lihat 5.2.2) Konsep penyusunan RSNI1

Prosedur normal SNI


3)
konsep
Perbaikan draft
(Rapat Teknis, Pembaha- Pembahasan
PT/SPT) san RSNI1 RSNI1 ke
(Lihat 5.2.3)
ke RSNI2 RSNI2
Rapat
Konsensus di
Tingkat PT/SPT
(Lihat 5.2.4)
Pembaha- Persetujuan Pembaha-
Persetujua
san RSNI2 RSNI3 san RSNI2
n RSNI3
Jajak Pendapat ke RSNI3 ke RSNI3
(PT/SPT/
Mastan)
(Lihat 5.2.5)
Jajak Jajak
Pemungutan Pendapat Pendapat
Suara RSNI3 ke RSNI3 ke
(konsensus RSNI4 RSNI4
nasional,PT/SPT/
Mastan)
(Lihat 5.2.6)

Pemungutan Pemungutan Pemungutan


suara, Pemunguta
Penetapan & suara, suara,
RSNI4 ke RSNI4 ke RSNI4 ke n suara
Publikasi (BSN)
(Lihat 6) RASNItidak RASNI RASNI

ya
CATATAN
Penetapan
1) Lihat I.2 Penetapan Penetapan Penetapan
RASNI Penetapan
2) Lihat I.3 RASNI RASNI RASNI
menjadi menjadi DT
menjadi menjadi menjadi
SNI SNI SNI
SNI

Gambar 3 - Diagram pilihan tahapan dalam proses perumusan


14

Setiap tahapan memiliki faktor pendukung yang berpngaruh terhadap efektifitas


pelaksanaan tahapan tersebut. Dengan memperhatikan tahapan-tahapan seperti
pada Gambar 3 dan tulisan sebelumnya penulis mencoba mengidentifikasi faktor
yang dapat menjadi daya ungkit untuk mengoptimalkan fungsi perumusan SNI
yaitu:

3.3.1 Mekanisme usulan PNPS

Tahap menentukan usulan PNPS menjadi faktor yang penting dalam menjamin
SNI yang dihasilkan tepat guna dan berkelanjutan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk menunjang hal tersebut adalah:
a. BSN harus memiliki pedoman dan dalam membaca dan
meimplementasikan ICS sebagai dasar pembagian ruang lingkup, agar
pengelompokan dan perumusan standar standar dapat ditangani oleh PT
yang tepat.
b. BSN harus mempunyai basis data SNI yang akurat dan terstruktur,
melihat interdependensi, keragaman standard an hirarki dari SNI
yangsudah ada sehingga dapat terlihat SNI yang harus diusulkan untuk
menjadi prioritas PNPS yang mendukung program pembangunan
berkelanjutan
c. Mekanisme dan alur yang seragam perlu dipersiapkan oleh BSN dalam
mengatur pelaksanaan usulan SNI yang masuk
d. Program usulan PNPS harus mempertimbangkan sosio-kultural dan
kepentingan bangsa.
e. Menetapkan dan menerapkan PSN ISO Guide 64 untuk standar produk
agar SNI yang dibuat mempertimbangkan isu-isu lingkungan yang ada.
f. Merevisi dan menetapkan PSN 01 yang saling terkait dengan PSN lain
terutama dalam mekanisme pengusulan standar.

3.3.2 Pelatihan terpadu Sumber Daya Manusia pada Perumusan SNI

Sumber Daya Manusia (SDM) seperti yang disebutkan pada butir 3.2.4 harus
memiliki sistematika pengembangan dan pelatihan kompetensi sesuai dengan
bidang kerjanya. Program pengembangan SDM harus terintegrasi satu sama lain
dalam satu pola pelatihan yang dapat diukur dan evaluasi sehingga tidak menjadi
satu kesatuan kurikulum dengan pendidikan yang berkelanjutan.
15

Bentuk pelatihan yang dilakukan yang tidak terpadu dengan materi yang tidak
terprogram dengan baik hanya akan memberikan pengetahuan ringkas tetapi
tidak memberikan pemahaman terhadap fungsi dan tugasnya dalam rangkaian
perumusan SNI.

3.3.3 Integrasi Sekretariat Perumusan SNI

Perjalanan perumusan SNI perlu dimonitor agar dapat diukur setiap tahapan dan
tingkat kesulitan perumusan SNI tersebut berlangsung, karena harus dipahami
bahwa setiap SNI memiliki keragaman yersendiri yang berkaitan erat denganb
subtansi yang dibahas didalamnya. BSN dalam hal ini Pusat Perumusan Standar
harus mendampingi proses perumusan SNI.

Sekretariat PT sedapat mungkin dapat diintegrasikan satu sama lain didalam


satu instansi teknis, Pusat Perumusan Standar (PPS) diharapkan dapat menjadi
sekretariat SNI yang didukung oleh seluruh instansi teknis agar fungsi kontrol
dan pengendalian perumusuan menjadi harmonis atau dengan lainnya,
penyebaranan sekretariat PT dimasing-masing instansi teknis diindikasikan akan
mempersulit pengelolaan perumusan standar karena memiliki pola yang
berbeda.

3.3.4 Partisipasi Publik

Menyediakan fasilitas dan waktu untuk publik dalam menganggapi usulan PNPS
yang masuk, untuk menjaring masukan dari seluruh stakeholder, beberapa
metode yang dapat dilakukan adalah dengan:

a. Mempublikasikan usulan PNPS dalam tenggang waktu tertentu untuk


mendapatkan tanggapan
b. Meminta masukan kepada instansi terkait/pemerintah, pihak universitas,
produsen dan perwakilan konsumen.

4.4 Model Perumusan SNI

Pembangunan berkelanjutan sebagai komitmen politik Negara-negara di dunia


termasuk Indonesia. Setidaknya pada dokumen MP3EI(2011) kampanye untuk
melaksanakan pembangunan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
pembangunan yang berkelanjutan disebutkan sebagai salah satu dari prinsip-
16

prinsip dasar keberhasilan pembangunan. Begitu pula dengan standar yang


menjadi bagian tak terpisahkan didalam dokumen tersebut sebagai alat untuk
meningkatkan kemampuan ekspor regional untuk produk dengan nilai tambah
dibeberapa sektor ekonominya.

Begitu pula pada Sistem Standardisasi Nasional (SSN) Bab IV disampaikan


bahwa Program Nasional Perumusan Standar (PNPS) disusun dengan
memperhatikan:

1. Kebijakan pembangunan nasional


2. Keselamatan, keamanan dan kesehatan konsumen
3. Perkembangan dan kebutuhan perdagangan nasional dan internasional
4. Kemampuan dan kebutuhan industri dalam negeri
5. Perkembangan teknologi mutakhir
6. Fungsi kelestarian lingkungan hidup

Hal tersebut menunjukkan SSN mengarahkan perumusan SNI agar


mengintegrasikan kepentingan kelestarian lingkungan hidup, sosial masyarakat,
teknologi terkini dan ekonomi, Secara implisit ini merupakan arahan bahwa
perumusan standar harus mendukung dan menjadi bagian dari pembangunan
berkelanjutan. Oleh karena itu selayaknya diferensiasi kegiatan dari perumusan
standar harus memberikan dukungan terhadap pembangunan berkelanjutan di
Indonesia. Hubungan hirarki kebijakan dan kegiaan perumusan standar tersebut
penulis dilustrasikan seperti pada Gambar 3 berikut ini.
17

Prinsip Pembangunan Visi dan Misi BSN


Berkelanjutan
(ekologi, ekonomi dan
Sistem Standardisasi
sosial)
Nasional (SSN)

Kebijakan Perumusan
Standar

Mutu hidup generasi masa Elemen dan kegiatan


kini dan generasi masa Perumusan Standar
depan
Pedoman

Kompetensi Individu

Kualitas SNI Proses Perumusan

Gambar 3 – Integrasi pembangunan berkelanjutan pada kebijakan dan


kegiatan pengembangan SNI

Pedoman yang ada sebaiknya dikaji ulang karena ada beberapa PSN yang telah
berumur lebih dari lima tahun sebagai salah satu produk kebijakan perumusan
standar dengan mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Hubungan tersebut penulis dilustrasikan seperti pada Gambar 3 berikut ini.

5 Penutup

SNI dapat menjembatani kualitas produksi dan menjadi pedoman dalam


mendukung pembangunan nasional, dengan mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan ke dalam mekanisme perumusan SNI sehingga
setiap tahapan perumusan SNI dapat memperhatikan tujuan ekonomi, sosial
bangsa dan ekologi sehingga SNI yang dihasilkan dapat menjamin Mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan
18

Daftar Pustaka

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Masterplan Percepatan dan


Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, Jakarta, 2011.
Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1997 Tentang Badan Standardisasi
Nasional
Keraf, A.Sonny, Etika Lingkungan Hidup, Kompas, Jakarta. 2010.
Kuswartojo, Tjuk, Pembangunan dan Lingkungan Hidup – Mengusik tata
Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman, Kelompok Keahlian
Permahan Permukiman, 2010.
Sugandhy, Aca et al, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan, Bumi Aksara, Jakarta, 2009
Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional
Pedoman Standardisasi Nasional 01:2007, Pengembangan Standardisasi
Nasional, BSN, Jakarta, 2007
Pedoman Standardisasi Nasional 07:2012, Standardisasi dan kegiatan yang
terkait – Istilah umum, BSN, Jakarta, 2012.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa


pemerintah
Lampiran Keputusan kepala Badan Standardisasi Nomor 3401/BSN-
I/HK.71/11/2001 tentang Sistem Standardisasi Nasional, BSN, Jakarta, 2001
Purwanggono, Bambang et. al., Pengantar Standardisasi – edisi pertama, Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta, 2009.

Anda mungkin juga menyukai