Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Keluarga Berencana

Pengertian Keluarga Berencana secara umum dapat diuraikan bahwa keluarga


berencana ialah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran
sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta
keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. Dalam pengertian
sempitnya keluarga berencana dalam kehidupan seharihari berkisar pada
pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan mencegah
pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari pria dan sel telur (ovum) dari
Wanita.
Hukum Keluarga Berencana dalam islam dilihat dari 2 (dua) pengertian:
1. Tahdis An-Nasl (Pembatasan Kelahiran) Jika program keluarga berencana
dimaksud untuk membatasi kehamilan maka hukumnya haram. Islam tidak
mengenal pembatasan kelahiran bahkan terdapat banyak hadist yang mendorong
umat islam untuk memperbanyak anak. Missal, tidak bolehnya membunuh anak
apalagi karena takut miskin atau tidak mampu memberikan nafkah. Allah
berfirman: “Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut
miskin.Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.”Qs.
Al-Iasra ayat 31.
2. Tanzhim An-Nasl (Pengaturan Kelahiran) Jika program keluarga berencana
dimaksudnkan untuk mencegah kehamilan dengan berbagai cara dan sarana,
maka hukumnya mubah, bagaimanapun motifnya. Berdasarkan keputusan yang
telah ada sebagian ulama menyimpulkan bahwa pil-pil untuk mencegah
kehamilan tidak boleh dikonsumsi. Karena Allah SWT mensyariatkan untuk
hamba-Nya sebab-sebab untuk mendapatkan keturunan dan memperbanyak
jumlah umat. Rasullulah Sallallahu Walaihi Wa Sallam artinya: Nikahilah
wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya aku berlomba-
lomba dalam banyak umat dengan umat-umat lain di hari kiamat” (dalam
riwayat yang lain: dengan para nabi di hari kiamat).
Secara fiqhiyah, pada dasarnya KB diqiyasakan dengan apa yang dinamakan
‘azl yaitu mengeluarkan air mani diluar vagina. Pada zaman dulu, ‘azl dijadikan
sarana untuk mencegah kehamilan.Sedangkan KB juga sama-sama untuk
mencegah kehamilan, bedanya ‘azl tanpa alat sedangkan KB dengan alat bantu
seperti kondom dan spiral. Keduanya dipertemukan karena sama-sama untuk
mencegah kehamilan dan sama sekali tidak memutuskan kehamilan Dalam Al-
quran dicantumkan beberapa ayat yang berkaitan dengan keluarga berencana,
diantaranya: Q.S Al-Qashas ayat 77
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.
Dalam hadist Nabi “sesungguhnya labih baik bagimu meninggalkan ahli
warismu dalam keadaan berkecukupan dari pada meninggalkan mereka
menjadikan mereka menjadi beban atau tanggungan” Hadist diatas menjelaskan
bahwa hendaknya suami istri mempertimbangkan secara matang tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, dan jangan sampai anak-anak
mereka menjadi beban bagi orang lain. Maka demikian pengaturan tentang
kelahiran anak kendaknya dipikirkan bersama-sama.
Tujuan Keluarga Berencana Tujuan umum Keluarga berencana yaitu
meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus
menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Tujuan lain atau tujuan khusus
meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan teori pembangunan
menurut Alex Inkeles dan David Smith yang mengatakan bahwa pembangunan
bukan sekedar perkara pemasok modal dan teknologi saja tapi juga
membutuhkan sesuatu yang mampu mengembangkan sarana yang berorientasi
pada masa sekarang dan masa depan, memiliki kesanggupan untuk
merencanakan dan percaya bahwa manusia dapat merubah alam bukan
sebaliknya.
Dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya
mengikuti program KB, yakni karena hal-hal berikut:
a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah(Qs. Al-Baqarah: 195) “Janganlah kalian menjerumuskan diri
dalam kerusakan”.
b. Mengkhawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal
ini sesuai dengan hadits Nabi: “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati
kekufuran”.
c. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran
anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi: “Jangan bahayakan dan jangan
lupa membahayakan orang lain.
Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana Ruang lingkup program Keluarga
Berenca mencakup sebagai berikut :
1. Ibu Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang
diperbolehkan oleh ibu adalah sebagai berikut
a. Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu
pendek, sehingga keselamatan ibu dapat terpelihara tertama kesehatan organ
reproduksinya.
b. Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup
karena kehadiran akan anak-anak tersebut memang diinginkan.
2. Suami Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
berikut
a. Memperbaiki kesehatan fisik
b. Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya
3. Seluruh Keluarga Dilaksanakannya program KB dapat meingkatkan
kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga dan bagi anak dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta ksih
sayang kedua orang tuanya.
Ruang lingkup Keluarga Berencana secara umum adalah sebagai berikut :
1. Keluarga Berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengelolaan SDM aparatur
Metode atau alat hukum penggunaannya kontrasepsi Ada 5 persoalan yang
terkait dnegan penggunaan alat kontrasepsi, yaitu :
1. Cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (man’u al-haml) atau
menggugurkan kehamilan (isqat al-haml)
2. Sifatnya, apakah ia hanya pencegahan kehamilan semntara atau bersifat
pemandulan permanen (ta’qim)
3. Pemasangannya, bagaimana dan siapa yang memasang alat kontrasepsi
tersebut (hal ini berkaitan dengan diatas, sudah menjadi keseakatan ulama
dalam forum-forum keislaman, baik pada tingkat nasional maupun
internasional) (ijma’al-majami)
4. Implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya
5. Bahan uang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut Alat
kontrasepsi yang dibenarkan menurut islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan
dapat dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak
haram memandang auratnya atau boleh orang lain tetapi dalam keadaan darurat.
Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang
halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi
kesehatan.
Pada umumnya ulama sepakat bahwa metode KB dengan tidak melakukan
tindakan khusus dapat dibenarkan menurut ajaran hukum islam, namun terhadap
berbagai metode lain yang digunakan sebagai kontrasepsi yang dijelaskan pada
bagian sebelumnya ini terdapat perbedaan analisis dan pendapat meskipun
demikian, sebagian besar ulama berpendapat bahwa penggunaan kontrasepsi
dibolehkan selama tidak merusak sumber sel telur dan sel spermatozoa dengan
merubah struktur anatomis organ reproduksi.
Sebagai contoh perencaan keluarga yang baik akan mencegah bahaya yang
berkaitan dengan kehamilan seperti berikut ini:
1. Terlalu muda Wanita dibawah umur 17 tahun lebih sering mengalami
kematian karena persalinan dan tubuh belum cukup matang untuk
melahirkan.Bayi-bayi mereka lebih sering meninggal sebelum mencapai umur 1
tahun.
2. Terlalu Tua Wanita usia subur yang sudah tua akan mengalami bahaya,
terutama bila mereka mempunyai masalah kesehatan lain atau sudah terlau
banyak melahirkan.
3. Terlalu dekat Tubuh wanita memerlukan waktu untuk memulihkan tenaga
dan kekuatan di antara kehamilan.
4. Terlalu banyak Seorang wanita dengan anak lebih dari 4 akan lebih serng
mengalami kematian karena pendarahan saat persalinan dan penyebab lain
pemerintah melalui Departemen Agama Republik Indonesia menyelenggarakan
musyawarah ulama terbatas yang diselenggarakan pada tanggal 26 sampai
dengan 29 Juni 1972 dan menghasilkan suatu keputusan yang menegaskan
bahwa program Keluarga Berencana (KB) itu hukumnya mubah menurut
syari’at Islam dan umat Islam boleh melaksanakannya.

INSEMINASI BUATAN
Pengertian
Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial insemination yang
berarti permatozoa) yang diejakulasikan melalui penis pada waktu terjadi
kopulasi atau penampmemasukkan cairan semen (plasma semen) yang
mengandung sel-sel kelamin pria (sungan semen.
Berdasarkan pengertian di atas, maka definisi tentang inseminasi buatan adalah
memasukkan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin wanita dengan
menggunakan alat-alat buatan manusia dan bukan secara alami. Namun
perkembangan lebih lanjut dari inseminasi buatan tidak hanya mencangkup
memasukkan semen ke dalam saluran reproduksi wanita, tetapi juga
menyangkut seleksi dan pemeliharaan sperma, penampungan, penilaian,
pengenceran, penyimpanan atau pengawetan  (pendinginan dan pembekuan)
dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan, dan penentuan hasil
inseminasi pada manusia.
Adapun tujuan dari inseminasi buatan adalah sebagai suatu cara untuk
mendapatkan keturunan bagi para suami istri yang belum mendapat keturunan.
Teknik – Teknik dalam Penerapan Inseminasi Buatan.
1)      Teknik IUI (Intrauterine Insemination)
Teknik IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui leher rahim
hingga ke lubang uterine (rahim). IUI tergantung pada usia ibu, lamanya
infertlitas, penyebab infertlitas, jumlah dan kualitas sperma hasil washing.
Keberhasilan kehamilan semakin rendah pada keadaan-keadaan :
1.      Usia wanita lebih dari 38 tahun
2.      Wanita dengan cadangan ovum yang rendah
3.      Kualitas mani yang jelek
4.      Wanita dengan endometriosis sedang sampai berat
5.      Wanita dengan kerusakan tuba
6.      Infertlitas yang lebih dari 3 tahun.

2)      Teknik DIPI (Direct Intraperitoneal Insemination)


Teknik DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI dilakukan
dengan cara sperma diinjeksikan langsung ke peritoneal (rongga peritoneum).

Teknik IUI dan DIPI dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut bivalve
speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti selang dan mempunyai 2
cabang, dimana salah satu ujungnya sebagai tempat untuk
memasukkan/menyalurkan sperma dan ujung yang lain dimasukkan ke dalam
saluran leher rahim untuk teknik IUI, sedangkan untuk teknik DIPI dimasukkan
ke dalam peritoneal.
Jumlah sperma yang disalurkan atau diinjeksikan kurang lebih sebanyak 0,5–2
ml. Setelah inseminasi selesai dilakukan, orang yang mendapatkan perlakuan
inseminasi tersebut harus dalam posisi terlentang selama 10–15 menit.
Pandangan mengenai Inseminasi
1.     Segi Agama ( Ulama )
Dalam hukum Islam tidak menerima cara pengobatan ini dan tidak boleh
menerima anak yang dilahirkan sebagai anak yang sah, apalagi jika anak yang
dilakukan perempuan karena nantinya akan mempersoalkan siapa walinya jika
anak tersebut menikah. Jika inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan
donor sperma dan ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina.
Sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi itu tidak sah dan nasabnya
hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra:70 dan At-Tin:4.
 Surat Al-Isra ayat 70:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.
Surat At-Tin ayat 4:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya.
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan
sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi
makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan
manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya
sendiri serta menghormati martabat sesama manusia. Dalam hal ini inseminasi
buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat merendahkan harkat manusia
sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang diinseminasi.
Hadits Nabi Saw yang mengatakan, “tidak halal bagi seseorang yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang
lain (istri orang lain).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh
Ibnu Hibban).
Alasan lain dari sekelompok agamawan menolak teknologi reproduksi ini
karena mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya bertentangan
dengan ajaran Tuhan yang merupakan Sang Pencipta. Allah adalah kreator
terbaik.
Manusia dapat saja melakukan campur tangan dalam pekerjaannya termasuk
pada awal perkembangan embrio untuk meningkatkan kesehatan atau untuk
meningkatkan ruang terjadinya kehamilan, namun perlu diingat Allah adalah
Sang pemberi hidup.
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Memfatwakan (memutuskan) :
1.      Inseminasi dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar berdasarkan
kaidah - kaidah agama.
2.      Inseminasi dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain
(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah
yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak
yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung
kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3.      Inseminasi dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah, sebab hal ini akan
menimbulkan masalah yang sulit, baik dalam kaitannya dengan penentuan
nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
4.      Inseminasi yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami
isteri yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan
kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan
kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina
sesungguhnya.

Inseminiasi buatan yaitu meletakkan sperma pria ke dalam follicle


ovarian, uterus, cervix atau tube fallopian seorang wanita dengan menggunakan
cara buatan dan tidak melalui hubungan suami istri.
Pada awalnya, inseminasi buatan dikembangkan oleh para ilmuwan dalam
mengembangkan industri peternakan untuk membuat banyak sapi tapi cukup
dihamili oleh seekor sapi jantan untuk meningkatkan produksi susu.
Teknologi modern inseminasi buatan merupakan merupakan hasil terapan dari
kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu biologi. Ketika diterapkan pada manusia,
teknologi inseminasi buatan masih sangat rawan terhadap penyalahgunaan,
karena ini berkaitan dengan moral.

Anda mungkin juga menyukai