Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu, 2 Maret 2022

Teknologi Suplementasi PJ Dosen : Neny Mariyani, STP, MSi


dan Fortifikasi Asisten : Utari Prihatina, AMd

EFFERVESCENT

Disusun Oleh :

Kelompok 2 /BP1

Adinda Hasna Ulayya J0305201195


Chelsy Aulia Nurhaliza J0305201067
M. Hasby N. A J0305201093
Nurul Asma M J0305201165
Glorya TO Lubis J030520

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sediaan granul effervescent adalah hasil dari gabungan senyawa asam dan
basa yang bila ditambahkan dengan air (H2O) akan bereaksi melepaskan karbon
dioksida (CO2), sehingga efek ini yang akan menghasilkan buih pada sediaan.
Larutan karbonat ini dapat menutupi rasa yang tidak diinginkan dari zat obat.
Selain itu, sediaan granul effervescent dalam hal tertentu memiliki keuntungan
dibanding bentuk sediaan lain. Keuntungan dari sediaan effervescent diantaranya
adalah dikonsumsi lebih mudah, dan dapat diberikan kepada orang yang
mengalami kesulitan menelan tablet atau kapsul. Serbuk effervescent memiliki
keunggulan pada kemampuan untuk menghasilkan gas karbon dioksida yang
memberikan rasa segar seperti pada air soda (Syamsul & Supomo, 2014). Gas
tersebut akan menutupi rasa pahit dan juga mempermudah proses pelarutannya
tanpa harus dilakukan lagi pengadukan (Permana, et al., 2012).

Komponen yang berperan dalam keberhasilan suatu tablet effervescent


yaitu penggunaan variasi asam sitrat dan asam tartrat (Anova dkk., 2016). Variasi
jumlah antara asam sitrat dan asam tartrat berpengaruh signifikan terhadap sifat
fisik tablet effervescent (Anwar, 2016). Selain komponen asam, diperlukan bahan
tambahan berupa pelicin atau lubrikan untuk memperbaiki sifat fisik dari granul
dan tablet effervescent yang dihasilkan. Kelemahan dari effervescent adalah
beberapa rasa bahan aktif tidak disukai, ukuran tablet yang terlalu besar, dan
harganya relatif mahal.

1.2 Tujuan

Supaya praktikan dapat mengetahui metode pengolahan tablet effervescent


yang baik dan benar serta dapat mengamati dan menganalisis effervescent ketika
dilarutkan ke air.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada pembuatan effervescent adalah Timbangan, alumunium


foil, sendok/spatula, gelas ukur, pH meter, termometer, refraktometer, gelas
plastik, alat pres tablet, dan kemasan alumunium foil

2.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada pembuatan effervescent adalah natrium bikarbonat,


asam sitrat, asam tartarat, PVP, Vitamin C, sukrosa, pemanis buatan, ekstrak
bawang dayak, gula, dan PEG 6000

2.2 Metode
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Rekap Hasil Uji Organoleptik Effervescent


3.1.1. Uji Lanjutan Duncan
3.1.1.1 Rasa
3.1.1.2 Aroma
3.1.1.3 Warna
3.1.1.4 Endapan
3.1.2 Waktu Kelarutan

3.1.3 Berat dan Ketebalan


3.2 Pembahasan

Tablet effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang


menghasilkan gelembung gas yang merupakan hasil reaksi kimia dalam larutan.
Gas yang dihasilkan umumnya adalah karbondioksida (CO2). Tablet effervescent
merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul yang
mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan
gas ketika bercampur dengan air (Ansel, 1989).

Tablet effervescent sudah cukup lama dikembangkan untuk produk-produk


farmasi, biasanya sebagai suplemen kalsium dan vitamin C. Dalam bidang
pangan, tablet effervescent dapat dikembangkan sebagai salah satu inovasi bentuk
minuman fungsional yang lebih praktis. Tablet effervescent ini bisa menjadi
alternatif yang bagus bagi mereka yang mungkin mengalami kesulitan menelan
karena penyakit atau usia (Aprilia et al, 2021).

Tablet effervescent saat ini menjadi salah satu sediaan yang banyak dibuat,
mulai dari obat, minuman penyegar, pewarna alami, bahkan sampai pupuk
tanaman. Sediaan ini populer karena secara tampilan menarik dengan adanya
gelembung saat tablet dimasukkan ke air, dan tablet total larut beberapa saat
kemudian. Secara rasa, sediaan ini juga menyenangkan untuk setiap orang karena
memberikan sensasi menyegarkan. Pada pembuatan tablet effervescent sumber
asam merupakan bahan yang sangat penting, dimana asam akan bereaksi dengan
bahan karbonat sehingga terbentuklah gas CO2. Gas karbondioksida inilah yang
membantu larutnya tablet ketika dimasukkan ke dalam air, bahan yang digunakan
dalam pembuatan tablet effervescent hendaknya memiliki kelarutan yang baik
dalam air sehingga reaksi effervescent dapat terjadi dengan cepat (Yanti 2007).

Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,


ketebalan dan hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara
pemakaian tablet dan metode pembuatannya.Dengan adanya pelepasan gas
karbondioksida dapat membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. Gas
karbondioksida yang terbentuk memberikan efek sparkle (rasa seperti soda) dan
mempermudah proses pelarutan tablet effervescent tanpa pengadukan secara
manual dengan syarat semua komponen bersifat sangat mudah larut air (Yanti
2007).

Namun dalam penggunaannya, tablet effervescent juga memiliki kerugian.


Kerugian tablet effervescent adalah produk yang dihasilkan tidak stabil dengan
adanya lembab. Sebagian besar produk effervescent adalah higroskopis sehingga
dapat mengadsorpsi lembab yang cukup untuk memulai degradasi jika tidak
disimpan dalam kemasan yang sesuai. Bahkan kelembapan udara selama
pembuatan produk sudah cukup untuk memulai reaktivitas effervescent (Yanti
2007).
3.2.1 Uji Organoleptik

Pada praktikum ini dilakukan uji organoleptik terhadap efervesen 8


formula yang memiliki kode uji yang berbeda-beda (371, 895, 127, 153, 574, 875,
925, 904) dan dengan parameter rasa, aroma, warna dan endapan. Uji organoleptic
dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap tablet efervesen
dan untuk mengetahui formula yang bagaimana yang disukai oleh konsumen. Uji
organoleptic tersebut dilakukan oleh 27 orang panelis dengan 7 skala hedonic
untuk parameter rasa, aroma, dan warna yaitu 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak
suka), 3 (agak tidak suka), 4 (biasa saja), 5 (agak suka), 6 (suka), dan 7 (sangat
suka).

Pada parameter rasa tablet effervescent dengan kode uji 925 memiliki nilai
rata-rata skala hedonic tertinggi yaitu sebesar 3,15 dan tablet effervescent dengan
kode uji 371 memiliki nilai rata-rata skala hedonic terendah yaitu sebesar 2,81.
Pada parameter aroma tablet efervesen dengan kode uji 371 memiliki nilai
rata-rata skala hedonic tertinggi yaitu sebesar 3,59 dan tablet effervescent dengan
kode uji 153 memiliki nilai rata-rata skala hedonic terendah yaitu sebesar 3,15.
Pada warna dan rasa tablet effervescent dengan kode uji 371 memiliki nilai
rata-rata skala hedonic tertinggi yaitu sebesar 5,11 dan tablet effervescent dengan
kode uji 925 memiliki nilai rata-rata skala hedonic terendah yaitu sebesar 3,85.
Uji organoleptic juga dilakukan untuk endapan tablet effervescent juga dilakukan
dengan 7 skala yaitu 1 (sangat banyak endapan), 2 (banyak endapan), 3 (agak
banyak endapan), 4 (ada endapan), 5 (agak sedikit endapan), 6 (sedikit endapan),
dan 7 (tidak ada endapan). Tablet efervesen dengan kode uji 925 memiliki
endapan paling sedikit dengan nilai rata-rata skala sebesar 5,63 dan tablet
effervescent dengan kode uji 574 memiliki endapan paling banyak dengan nilai
rata-rata skala sebesar 4,7.
3.2.2 Uji Lanjutan Duncan

Hasil uji organoleptic di atas diolah menggunakan SPSS dengan nilai


alpha sebesar 0,05. Pada parameter rasa diperoleh nilai signifikan sebesar 0,815
dimana nilai signifikan ini lebih besar dibandingkan dengan nilai alpha.
Berdasarkan hal tersebut semua sampel tidak berbeda nyata. Pada parameter
aroma, warna dan endapan diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 dimana nilai
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha. Oleh karena nilai signifikan
yang lebih kecil dari nilai alpha, semua sampel pada parameter aroma, warna dan
endapan berbeda nyata sehingga diperlukan uji lanjutan yaitu uji Duncan.

Berdasarkan uji Duncan dengan 5% pada parameter aroma dapat diketahui


bahwa sampel dengan kode 875 (formula F) tidak berbeda nyata dengan sampel
kode 371 (formulasi A). Sampel dengan kode 153 (formula D) berbeda nyata
dengan sampel kode 371 (formulasi A). Sedangkan sampel dengan kode 904
(formula H), 574 (formula E), 127 (formula C), 895 (formula B), dan 925
(formula G) tidak berbeda nyata.

Pada parameter warna dapat diketahui bahwa sampel dengan kode 153
(formula D), 895 (formula B), 904 (formula H), 574 (formula E), dan 371
(formula A) tidak berbeda nyata, sampel dengan kode 127 (formula C) berbeda
nyata dengan sampel kode 875 (formula F), 153 (formula D), 895 (formula B),
904 (formula H), 574 (formula E), 371 (formula A) dan tidak berbeda nyata
dengan sampel kode 925 (formula G), sedangkan sampel dengan kode 925
(formula G) tidak berbeda nyata dengan sampel kode 875 (formula F).

Pada parameter endapan dapat diketahui bahwa sampel dengan kode 895
(formula B), 574 (formula E), 153 (formula D), 875 (formula F), 127 (formula C),
berbeda nyata dengan sampel kode 925 (formula G), sedangkan sampel dengan
kode kode 925 (formula G) tidak berbeda nyata dengan sampel kode 904 (formula
H) dan 371 (formula A). Aroma pada tablet efervesen dipengaruhi oleh
banyaknya asam yang digunakan. Semakin tinggi asam yang digunakan aroma
yang timbul juga akan semakin kuat. Warna dan rasa pada tablet efervesen
dipengaruhi oleh ekstrak yang digunakan.

3.2.3 Kelarutan

Kekerasan tablet dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain gaya tekan
dan waktu yang digunakan pada saat pengepresan, sifat-sifat bahan baku, dan
jenis bahan perekat yang digunakan. Kekerasan tablet pada umumnya
dihubungkan dengan jenis dan tujuan penggunaannya (Ansar et al., 2009). Gaya
tekan yang tinggi saat pengepresan menyebabkan densitas atau kerapatan tablet
menjadi kecil, sehingga penetrasi cairan ke dalam struktur tablet menjadi sulit.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap waktu larut tablet (Marais, et.al. 2003).
Waktu larut menunjukkan banyaknya waktu yang diperlukan oleh tablet untuk
dapat larut sempurna dalam air dengan volume tertentu. Syarat waktu tablet yang
larut menurut Siregar (2010) yaitu kurang dari 5 menit.

Gas karbondioksida merupakan gas yang membantu larutnya tablet ketika


dimasukkan ke dalam air. Tablet effervescent vitamin C yang beredar di pasaran
umumnya menggunakan satu sumber asam saja, yaitu asam sitrat. Pada pengujian
ini mencoba mengkombinasikan asam sitrat dengan bahan asam lain, yaitu asam
tartrat karena campuran serbuk effervescent akan lebih baik jika diolah dari suatu
kombinasi asam sitrat dan asam tartrat daripada hanya satu macam asam saja.
Penggunaan bahan asam tunggal akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam
tartrat digunakan sebagai asam tunggal maka campuran serbuk yang dihasilkan
akan mudah kehilangan kekuatannya dan menggumpal, sedangkan penggunaan
asam sitrat saja akan menghasilkan campuran yang lengket. Asam sitrat memiliki
kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk granulat.
Alasan inilah yang menyebabkan mengapa asam sitrat lebih sering digunakan
sebagai sumber asam dalam pembuatan tablet effervescent. Asam tartrat
digunakan sebagai sumber asam dikarenakan asam tartrat memiliki kelarutan yang
sangat baik dalam air. Asam tartrat juga merupakan sumber asam yang banyak
digunakan dalam sediaan effervescent. Kelarutan merupakan salah satu syarat
bagi bahan yang akan digunakan dalam pembuatan tablet effervescent (Yanti
2007).

Dari hasil pengujian kecepatan waktu larut tablet effervescent dapat dilihat
bahwa seluruh sampel memenuhi syarat larut tabel menurut Siregar (2010) yaitu
kurang dari 5 menit, namun pada setiap pengujian, terdapat perbedaan waktu larut
yang cukup jauh, seperti pada sampel 153, 875, dan 925 di pengujian ke 4.

Perbedaan waktu larut yang cukup jauh ini disebabkan karena pada saat
proses pembuatan tablet effervescent ada beberapa tahapan metode granulasi
basah yang dapat menyebabkan reaksi asam dan basa, yaitu pada saat
penambahan pengikat, pencampuran fase luar, pengayakan kering dan
pengempaan tablet dan dalam kondisi kelembaban lebih besar dari 25 %, hal ini
karena sulitnya mengendalikan kelembaban dalam ruangan tempat penelitian
dilakukan. Tablet effervescent yang berada pada kondisi ruangan dengan
kelembaban yang tinggi akan menyebabkan tablet dengan mudah menyerap uap
air dan menyebabkan asam dan basa (asam sitrat, dan natrium bikarbonat) lebih
mudah bereaksi dan menghasilkan CO2 sehingga saat dilarutkan daya
karbonasinya sudah berkurang dan waktu larutnya menjadi lebih lama.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Tablet effervescent merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan cara


kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain
yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air. Gas karbondioksida
inilah yang membantu larutnya tablet ketika dimasukkan ke dalam air, bahan yang
digunakan dalam pembuatan tablet effervescent hendaknya memiliki kelarutan
yang baik dalam air sehingga reaksi effervescent dapat terjadi dengan cepat.
Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan dan
hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan
metode pembuatannya.

Pada parameter rasa tablet effervescent dengan kode uji 925 memiliki nilai
rata-rata skala hedonic tertinggi dan tablet efervesen dengan kode uji 371
memiliki nilai rata-rata skala hedonic terendah. Pada parameter aroma tablet
effervescent dengan kode uji 371 memiliki nilai rata-rata skala hedonic tertinggi
dan tablet efervesen dengan kode uji 153 memiliki nilai rata-rata skala hedonic
terendah. Pada warna dan rasa tablet effervescent dengan kode uji 371 memiliki
nilai rata-rata skala hedonic tertinggi dan tablet efervesen dengan kode uji 925
memiliki nilai rata-rata skala hedonic terendah. Tablet efervesen dengan kode uji
925 memiliki endapan paling sedikit dan tablet effervescent dengan kode uji 574
memiliki endapan paling banyak. Hasil uji duncan dapat diketahui bahwa
parameter rasa tidak berbeda nyata, sedangkan untuk parameter warna, aroma, dan
penampakan overall berbeda nyata pada alfa 0.05%.

4.2 Saran

Saat pembuatan tablet effervescent selain saat penimbangan yang harus


teliti, pada proses pencetakan juga harus diperhatikan, jika pencetakan tidak
dilakukan dengan hati-hati maka tablet effervescent dapat pecah dan sticking
(melekatnya massa pada permukaan punch).
DAFTAR PUSTAKA
Anesa K, dkk. 2018. Karakteristik Fisik dan Organoleptik Tablet Effervescent
Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.). Jurnal Teknologi
Pangan. [diunduh pada 2022 March 06];2(1):59-63.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/tekpangan/article/download/20518/
19528
Anova, I. T., Hermianti, W. dan Kamsina, 2016, Formulasi Perbandingan Asam
Basa Serbuk Effervescent dari Coklat Bubuk, Jurnal Litbang Industri, 6,
99–106.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan : Farida
lbrahim. Edisi lV. Ul Press. Jakarta.
Anwar, K., 2016, Formulasi Sediaan Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit
(Curcuma domestica Val.) dengan Variasi Jumlah Asam SitratAsam Tartrat
Sebagai Sumber Asam, Jurnal Sains dan Terapan Kimia, 4, 168–178.
Nariswara, Y., & Hidayat, N. (2013). Pengaruh waktu dan gaya tekan terhadap
kekerasan dan waktu larut tablet effervescent dari serbuk wortel (Daucus
Carota L.). Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 2(1),
27-35. Di akses pada 4 Maret 2022 pada :
https://industria.ub.ac.id/index.php/industri/article/view/125
Noval, N., Kuncahyo, I., Pratama, A. F. S., Nabillah, S., & Hatmayana, R. (2021).
Formulasi Sediaan Tablet Effervescent dari Ekstrak Etanol Tanaman
Bundung (Actionoscirpus grossus) sebagai Antioksidan. Jurnal Surya
Medika (JSM), 7(1), 128-139. Di akses pada 4 Maret 2022 pada :
http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/jsm/article/view/2649
Permana, Widiyanti, Prabawati, S. & Setiabudi, D., 2012. Sifat Antioksidan
Bubuk Kulit Buah Manggis Instan dan APlikasinya untuk Makanan
Fungsional Berkabonasi. Jurnal Pascapanen, Volume 9(2), pp. 88-95
Siregar, C.J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Syamsul, E. S. & Supomo, 2014. Formulasi Serbuk Effervescent Ekstrak Air
Umbi Bawang Tiwai ( Eleuterine palmifolia ) Sebagai Minuman
Kesehatan. Traditional Medicine Journal, Volume 19(3), pp. 113- 114.
Yanti D. 2007. Optimasi Komposisi Asam Sitrat Dan Asam Tartrat Dalam Tablet
Effervescent Vitamin C: Aplikasi Metode Desain Faktorial. [skripsi].
[Diakses pada 2022 Maret 5]. Tersedia pada:
https://repository.usd.ac.id/2553/2/028114173_Full.pdf
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai