BILATERAL
Kelompok 3
● Fatima ( E1111201008)
● Elisabeth Vania ( E1111201019)
● Muhammad Rifky Fkrullah ( E1111201021 )
● Faqih Aldian Noor ( E1111201029)
● Weni Virgienia ( E1111201048 )
● Annisa Umniyah ( E1111201052 )
ISI
01 Pengertian Perdagangan Bilateral
Manfaat Perdagangan
05 Bilateral
06 Contoh Kasus
01
PENGERTIAN
PERDAGANGAN
BILATERAL
Perdagangan Bilateral ?
Perdagangan Bilateral merupakan relasi dagang yang terjadi diantara dua negara.
Definisi lain, perdagangan bilateral didefinisikan sebagai sistem perdagangan yang terjadi
dan dilakukan oleh dua negara dengan menyepakati perjanjian dagang untuk mencapai
tujuan ekonomi yang diharapkan.
Perdagangan bilateral termasuk kedalam salah satu jenis perdagangan internasional, yang
tidak melibatkan banyak negara didalamnya.
Kegiatan perdagangan dapat terjadi meskipun tidak memiliki perjanjian aliansi perdagangan
antar kedua negara yang bersangkutan.
Dalam perjanjian perdagangan bilateral disepakati beberapa hal yakni salah satunya seperti
mengenai kapasitas perdagangan diantara kedua negara, barang-barang apa saja yang
diperjualbelikan, ketetapan yang berkaitan dengan pajak masuknya, sarana dan kemudahan
dalam aktivitas-aktivitas impor dan ekspor produk diantara kedua negara, mengenai
penyelesaian yang terkait dengan sengketa dagang, dan mengenai hal konsultasi lanjutan
yang berkaitan dengan dagang.
02
TUJUAN PERDAGANGAN
BILATEREAL
Apa Tujuan Perdagangan Bilateral ?
● Untuk memelihara kepentingan nasional dari aspek ekonomi dan dari aspek-aspek
lainnya yang memiliki hubungan maupun keterkaitan dengan perdagangan bilateral.
● Untuk memberikan keuntungan ataupun kegunaan diantara kedua negara yang terjalin
dalam perdagangan bilateral tersebut.
● Untuk memelihara dan menjaga perdamaian diantara kedua belah pihak yang saling
berhubungan ataupun terkait satu dengan yang lain.
● Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan juga kesejahteraan-kesejahteraan
sektor lainnya yang terjadi diantara kedua belah pihak yang terlibat.
03
FAKTOR-FAKTOR
PENDORONG
PERDAGANGAN
BILATERAL
Faktor- Faktor yang Mendorong Perdagangan Bilateral
1. Memperoleh keuntungan
2. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi
di dalam negeri
3. Menjalin persahabatan antarnegara
4. Transfer teknologi modern
05
DAMPAK-DAMPAK
PERDAGANGAN
BILATERAL
Dampak-Dampak
Perdagangan Bilateral
Dampak Positif Perdagangan Bilateral
2. Ketergantungan
7. Terdapat dominasi ekonomi pihak asing yang kemudian menimbulkan dominasi pada bidang kehidupan lain, seperti politik dan
budaya
06
CONTOH KASUS DARI
KERJASAMA
INTERNASIONAL DAN
PENYELESAIAN NYA DI WTO
Contoh Kasus
Kasus larangan Ekspor dan Impor sawit dan biji
nikel antara Indonesia dan Uni Eropa
Salah satu contoh kasus yang Perdagangan Bilateral yang kemudian berakhir di WTO ialah kasus
“Larangan Ekspor Sawit Indonesia ke Uni Eropa”. Hal ini berawal dari sawit Indonesia yang ditolak oleh
pihak Uni Eropa, kemudian diikuti oleh kebijakan Indonesia tentang “larangan ekspor biji nikel ke Uni
Eropa”. Kebijakan tersebut membuat Uni Eropa menggugat Indonesia lewat World Trade Organization
(WTO) tentang larangan ekspor tersebut yang dimulai saat 1 januari 2020.
Dari sudut pandang Indonesia kebijakan ini dikarenakan Indonesia ingin memulai upaya hilirisas
yang bertujuan untuk usaha peleburan biji nikel Indonesia dapat berjalan di dalam negeri sendiri. Dengan
mengolah biji nikelnya sendiri diharapkan Indonesia dapat menambah lapangan kerja baru demi
memperbaiki devisi neraca berjalan.
Contoh Kasus
Kasus larangan Ekspor dan Impor sawit dan biji
nikel antara Indonesia dan Uni Eropa
Namun dari sudut pandang Uni Eropa sendiri larangan tersebut merupakan bentuk usaha
menghindari terulangnya krisis energi yang dulunya pernah terjadi pada tahun 1973 yang kemudian
muncul lewat pemberlakuan Renewable Energy Directive.
Dari keterangan oleh WTO disampaikan bahwa “Indonesia mengatakan pihaknya memberikan
tanggapan yang komprehensif dan terlibat secara konstruktif dengan Uni Eropa dalam proses konsultasi,
namun menggambarkan permintaan Uni Eropa bersifat prematur untuk dibahas dalam Badan Penyelesaian
Sengketa (Dispute Settlement Body- DSB). Akibatnya, Indonesia menyatakan tidak bisa menyetujui
permintaan UE. Namun Indonesia mengatakan siap untuk terlibat lebih jauh dengan Uni Eropa guna
menyelesaikan masalah tersebut.”
TERIMAKASIH