MUSKULOSKELETAL
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK: 4
MUTIARA ANGGRAINI FN
FITRI YANI
WELDA CENORA
THALITA ZULAIKA
OPPI SUNDARI
TINGKAT : ll B
1. Pengertian
Muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh, dan termasuk
sendi, ligamen, tendon, dan saraf.
Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligamen,
tendon, fascia, bursae, dan persendian (Depkes, 1995: 3).
4. Tulang rawan
Tulang rawan adalah sejenis jaringan ikat yang menutup sendi. Selain berada di antara
sambungan tulang, tulang rawan juga ada di hidung, telinga, dan paru-paru.
Tulang rawan memiliki struktur yang kokoh, tetapi lebih kenyal dan lentur, tidak seperti
tulang rangka. Tulang rawan bertugas untuk mencegah tulang dan sendi saling bergesekan serta
menjadi peredam fisik saat tubuh mengalami cedera.
5. Ligamen
Ligamen adalah jaringan ikat yang menghubungkan tulang dan sendi. Ligamen terdiri
atas serat elastis yang tersusun dari protein. Jaringan ikat ini berfungsi untuk menopang sendi,
seperti lutut, pergelangan kaki, siku, dan bahu, serta memungkinkan pergerakan tubuh.
6. Tendon
Tendon adalah jaringan ikat tebal dan berserat yang berfungsi untuk menghubungkan otot
ke tulang. Tendon terdapat di seluruh tubuh, mulai dari kepala, leher, hingga kaki.
Ada banyak jenis tendon dan salah satunya adalah tendon Achilles, tendon terbesar di
tubuh. Tendon ini menempelkan otot betis ke tulang tumit dan memungkinkan kaki serta tungkai
untuk bergerak. Sementara itu, tendon rotator cuff di bahu berfungsi untuk menunjang gerakan
bahu dan lengan.
Ketika Anda hendak menggerakkan tubuh, otak akan mengirimkan sinyal melalui sistem
saraf untuk mengaktifkan otot rangka.
Setelah menerima impuls atau rangsangan dari otak, otot akan berkontraksi. Kontraksi
otot ini akan menarik tendon dan tulang untuk membuat tubuh bergerak. Sedangkan untuk
mengendurkan otot, sistem saraf akan mengirimkan pesan ke otot agar mengendur dan rileks.
Otot yang rileks akan berhenti berkontraksi, sehingga gerakan tubuh akan ikut terberntuk.
Gangguan pada sistem muskuloskeletal bisa menimbulkan berbagai keluhan, mulai dari
nyeri, otot atau sendi terasa kaku, hingga sulit untuk bergerak. Ada banyak gangguan atau
penyakit yang bisa terjadi pada sistem muskuloskeletal, di antaranya:
1. Cedera, misalnya patah tulang, dislokasi, cedera otot, dan keseleo.
2. Kelainan bentuk tulang, misalnya akibat cedera, osteoporosis, penyakit degeneratif, kelainan
genetik, dan tumor atau kanker.
3. Osteomielitis atau infeksi pada tulang dan jaringan di sekitarnya Gangguan persendian, seperti
radang sendi, robekan ligamen, bursitis, dislokasi sendi, dan nyeri sendi.
4. Gangguan pada sendi lutut, meliputi cedera meniskus dan robekan pada ligamen lutut.
5. Masalah pada otot, misalnya otot robek, atrofi otot, cedera hamstring, dan sarcopenia atau
berkurangnya massa otot akibat penuaan.
6. Penyakit autoimun, misalnya rheumatoid arthtiris, vaskulitis, ankylosing spondylitis, dan
lupus.
Pengertian Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi terjadinya gangguan fungsi pada ligamen, otot,
saraf, sendi dan tendon, serta tulang belakang. Sistem muskuloskeletal tubuh sendiri adalah
struktur yang mendukung anggota badan, leher, dan punggung
Masalah yang berhubungan dengan struktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua
kelompok usia. Masalah sistem muskuloskeletal biasanya tidak mengancam jiwa, namun
mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktifitas dan produktifitas penderita. Masalah
tersebut dapat di jumpai disegala bidang praktik keperawatan, serta dalam pengalaman hidup
sehari-hari.
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun lebih 25% berat badan, dan otot menyusun
kuarang lebih 50%. Kesehatan dan baiknya fungsi sistem muskuloskeletal sangat tergantung
pada sisitem tubuh yang lain. Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ vital,
termasuk otak, jantung, dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk
menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.
Matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Lebih dari 99% kalsium tubuh
total terdapat dalam tulang. Sumsum tulang merah yang terletak dalam rongga tulang
menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang di namakan Hematopoiesis.
Kontarksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk
memepertahankan temperatur tubuh.
Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal
Risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
2. Pengulangan : Melakukan tindakan sama berulang kali dengan otot atau sendi yang sama.
3. Postur : Membungkuk atau memutar tubuh kamu untuk waktu yang lama.
Penyebab nyeri muskuloskeletal bervariasi. Penyebab pasti dari nyeri dapat tergantung dari:
1. Usia : Lanjut usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel-sel tubuh yang rusak.
2. Pekerjaan : Beberapa pekerjaan membutuhkan tugas yang berulang atau menyebabkan sikap
tubuh yang buruk, sehingga membuat kamu berisiko mengalami gangguan muskuloskeletal.
3. Tingkat aktivitas : Menggunakan otot terlalu berlebihan, maupun terlalu lama tidak aktif,
seperti duduk sepanjang hari dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal.
Jaringan otot bisa rusak akibat kelelahan dengan kegiatan sehari-hari. Cedera atau trauma di
suatu bagian yang disebabkan oleh gerakan tiba-tiba, kecelakaan mobil, dan jatuh juga dapat
menyebabkan nyeri muskuloskeletal. Penyebab lain nyeri termasuk salahnya posisi tulang
belakang dari postur tubuh yang buruk atau pendeknya otot dari kurangnya aktivitas.
Gejala Gangguan Muskuloskeletal
Gejala akan bervariasi pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan gejala umum, termasuk:
1. Nyeri/ngilu.
2. Kelelahan.
3. Gangguan tidur.
4. Peradangan, pembengkakan, dan kemerahan.
5. Penurunan rentang gerak.
6. Hilangnya fungsi.
7. Kesemutan.
8. Mati rasa atau kekakuan.
9. Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun.
Untuk nyeri ringan atau sesekali, bisa menggunakan obat pereda nyeri yang dijual bebas.
Sementara untuk sakit yang lebih parah, memerlukan resep dari dokter. Untuk nyeri yang
berhubungan dengan pekerjaan, maka terapi fisik dapat membantu menghindari kerusakan lebih
lanjut dan mengontrol rasa sakit. Terapi manual atau mobilisasi dapat digunakan untuk
mengobati masalah dengan keselarasan tulang belakang.
Pengobatan lain :
1. Teknik relaksasi
2. Terapi pijat
3. Suntikan dengan obat anestesi atau anti-inflamasi
4. Penguatan otot dan latihan peregangan
Jika tidak ditangani dengan baik, komplikasi, atau efek gangguan muskuloskeletal bisa
menyebabkan nyeri yang berkepanjangan.
Pencegahan Gangguan Muskuloskeletal
Berikut ini beberapa hal yang dapat membantu mencegah gangguan pada sistem
muskuloskeletal:
A. Skeletal
l) Catat penyimpangan dari struktur normal menjadi deformitas tulang
perbedaan panjang bentuk amputasi
2) Identifikasi pergerakan abnormal dan gravitasi
B. Sendi
1) Identifikasi bengkak yang dapat menunjukkan adanya inflamasi atau effuse
2) Catat deformitas yang berhubungan dengan kontraktor atau dislokasi
3) Evaluasi sabilitas yang mungkin berubah
4) Gambarkan ROM baik aktif maupun pasif
C. Otot
1) Infeksi ukuran dan kontur otot
2) Kaji koordinasi gerakan
3) Palpasi tonus otot
4) Kaji kekuatan otot baik dengan evaluasi sepintas dengan jabat tangan atau
dengan mengukur skala skala kriteria yaitu 0 untuk tidak ada kontraksi sampai
5= normal ROM dapat melawan penuh gaya grativitasi
5) Ukur lingkar untuk mencatat peningkatan pembekalan atau pendarahan atau
pengecilan karena atrofi
6) Identifikasi Clonus yang abnormal
D. Neurovaskuler
1) Kaji status sirkulasi pada ekstremitas dengan mencatat mencatat warna kulit,
suhu, nadi perifer, capillary refill nyeri
2) Kaji status neurologi
3) Tes reflek
4) Catat penyebab penyebaran rambut dan keadaan kuku
E. Kulit
1) Inspeksi trauma injury (luka,memar)
2) Kaji kondisi kronis (dermatitis, statis ulcer)
Persiapan alat:
1. Baki
2. Tensimeter dan stetoskop
3. Alat tulis
4. Format dokumentasi/buku CM
5. Plester
6. Meteran
7. Tempat tidur terbuka
8. Sampiran/skerem
2 Tahap orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memanggil pasien denga nama
kesukaanya
3. Menyebutkan nama perawat
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan
tindakan keperawatan pada klien dan
keluarga
3 Tahap kerja
7. Siku
- Deformitas, pembengkakan, atrofi
Mintalah pasien untuk:
muskular
Menekuk dan meluruskan siku
- Pembengkakan sendi pada artritis
Supinasi dan pronasi lengan bawah
rematoid; nodulus distal karena
Inspeksi dan palpasi siku termasuk: osteoartritis
- Pembengkakan pada artritis rematoid
Prosesus olekranon
- Pembengkakan pergelangan tangan pada
Lekukkan yang mendasari sendi siku
artritis rematoid dan pada infeksi
Epikondile medial dan lateral
gonokokus dari sendi atau selaput tendon
Permukaan estensor dari ulna
extensor
8. Bahu
Mintalah pasien untuk:
Mengangkat kedua tangan ke arah
vertikal
Letakkan kedua tangan di belakang
leher denga siku ke arah luar
- Bursitis olekranon
(abduksi dan rotasi eksternal)
- Nyeri tekan pada artritis
Letakan kedua tangan di belakang
punggung atas (rotasi internal). - Nyeri tekan pada epikodilitis
- Nodulusrematoid
Inspeksi dan palpasi bahu termasuk
- Artropimuskular
4 Tahap terminasi
d. Sinar X sendi
- Radiografi spinal
5
servikal (spinal-C)
- Fraktur tengkorak akan teridentifikasi; tumor tengkorak
- Radiografi spina
atau hipofisis akan dapat di perlihatkan
lumbosakral (tulang
belakang LS)
- Radiografi temporak
No Pemeriksaan Laboratorium Temuan
Penyebab :
1. Kerusakan integritas struktur tulang
2. ketidak bugaran fisik
3. penurunan massa otot
4. penurunan kekuatan otot
5. gangguan muskuloskeletal
6. program pembatasan gerak
7. nyeri
8. kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
9. keengganan melakukan pergerakan
Inervensi
Observasi :
1. identifikasi toleransi fisikn melakukan pergerakan
2. monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasimonitor
kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Teraupetik :
1. fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)
2. fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3. libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
2. Nyeri
Definisi : Nyeri akut adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan konsep mendadak atau lambat dan
intensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab :
Agen pencedera fisik (b.d latihan fisik berlebihan)
Observasi :
Identifikasi lokasi karakteristik durasi frekuensi kualitas intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Therapeutic :
Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri misten sipnosis akupresur
terapi musik biofeedback therapy pijat aromaterapi tekniknya imajinasi terbimbing
kompres hangat atau dingin terapi bermain fasilitas istirahat
Edukasi :
Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik
Penyebab :
1. Penurunan mobilitas
2. Faktor mekanis (mis. penekanan pada tonjolan tulang gesekan atau faktor elektrik
elektronik energi listrik bertegangan tinggi)
Observasi :
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Therapeutic :
Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
Edukasi :
Anjurkan menggunakan pelembab
Anjurkan minum air yang cukup
Observasi
Identifikasi kebutuhan untuk dilakukan pengekangan atau restrain
Memberikan kenyamanan psikologis
Terapetik
Perubahan posisi fasilitasi perubahan posisi secara berkala
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur dengan bahasa yang mudah dimengerti
2. Latihan rentang gerak sendi sesuai kondisi pasien
Kolaborasi
Pemberian obat untuk kegelisahan atau agitasi
Penyebab :
Gangguan musculoskeletal
Observasi
1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
2. Monitor tingkat kemandirian
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias dan makan
Therapeutic :
1. Siapkan keperluan pribadi
2. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
3. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
Edukasi :
Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
Faktor risiko
Eksternal :
Ketidakamanan transportasi
Internal : -
Observasi :
Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cidera
Therapeutic:
1. Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan luar ruang rawat
2. Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang diperlukan
3. Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai
4. Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
Edukasi :
Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa menit sebelum
berdiri
7. Intoleransi aktifitas
Definisi
Ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab :
Imobilitas
Gejala & Tanda Mayor
Subjektif :
Mengeluh lelah
Objektif : (tidak tersedia)
Observasi :
1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
3. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
Trapeutik :
Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten dengan sesuai
Kemampuan fisik psikologis dan sosial
Edukasi:
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
Kolaborasi:
Dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas
8. Keletihan
Definisi :
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat
Penyebab :
Gaya hidup monoton
Observasi:
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapetik:
Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
Edukasi:
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Definisi : pola perilaku yang berubah atau tidak sesuai dengan harapan norma dan
lingkungan.
Penyebab :
1. hambatan fisik
2. Perubahan citra tubuh
Kriteria hasil :
1. verbalisasi harapan terpenuhi meningkat
2. verbalisasi kepuasan peran meningkat
3. verbalisasi harapan terpenuhi meningkat
4. dukungan sosial meningkat
5. tanggung jawab peran meningkat
6. perilaku cemas menurun
7. efek depresi menurun
Intervensi :
Observasi :
terapeutik :
fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap perubahan perang yang tidak diinginkan
edukasi :
kolaborasi :
Definisi : evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien
seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama
dan terus menerus.
Kriteria hasil :
Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif meningkat
Perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun
Intervensi
Observasi :
Monitor tingkat harga diri setiap waktu sesuai kebutuhan
Terapeutik :
diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri
Edukasi :
Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep positif diri
pasien
Latih cara berfikir dan berperilaku positif
Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi
Penyebab :
suatu perubahan struktur atau bentuk tubuh (trauma)
Perubahan fungsi tubuh
Gangguan psycho sosial
Efek tindakan
Kriteria hasil :
1. Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
2. Fokus pada pendampingan masa lalu menurun
3. Fokus pada kekuatan masa lalu menurun
4. Respon dan verbal pada perubahan tubuh membaik
Definisi :
Penyebab :
Krisis situasional
Krisis maturasional
Kerentanan personalitas
Ketidakpastian
Objektif :
Subjektif :
Kekhawatiran kronis
Objektif :
Penyalahgunaan zat
Kriteri hasil :
Kemampuan memenuhi peran sesuai usia meningkat
Perilaku koping adaptif meningkat
Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah meningkat
Verbalisasi pengakuan masalah meningkat
Tanggung jawab diri meningkat
Verbalisasi menyalahkan orang lain menurun
Verbalisasi rasionalisasi kegagalan menurun
Hipersensitif terhadap kritik menurun
Perilaku permusuhan menurun
Observasi :
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
Dia kan materi dan media pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Biarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
13. Ketidakberdayaan
Definisi :
Persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil secara signifikan, persepsi ku
rang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang
Penyebab :
Program perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka panjang
Lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan
Ingteraksi interpersonal tidak memuaskan
Gejala & Tanda Mayor
Subjektif :
Menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan aktivitas sebelumnya
Objektif :
Bergantung pada orang lain
Objektif :
Tidak berpartisipasi dalam perawatan
Pengasingan
Kondisi klinis terkait:
1. Diagnosis yang tidak terduga atau baru
2. Peristiwa traumatis
3. Diagnosis penyakit kronis
4. Diagnosis penyakit terminal
5. Rawat inap
Kriteri hasil :
Pernyataan mampu melaksanakan aktivitas meningkat
Pernyataan keyakinan tentang kinerja peran meningkat
Berpartisipasi dalam perawatan meningkat
Pernyataan frustasi menurun
Ketergantungan pada orang lain menurun
Perasaan diasingkan menurun
Perasaan tertekan (Depresi) menurun
Observasi :
Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup
Terapeutik :
Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat pencapaian tujuan sederhana
sampai dengan kompleks
Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat dengan dukungan kelompok
Ciptakan lingkungan yang memudahkan mempraktikan kebutuhan spiritual
Edukasi :
Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondisi dengan realistis
Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang lain
Menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
Latih cara mengembangkan spiritual diri
Definisi :
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko :
1. Penyakit kronis (miss diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
6. Gangguan peristaltik
7. Kerusakan integritas kulit
8. Perubahan sekresi pH
9. Penurunan kerja siliaris
10. Ketuban pecah lama
11. Ketuban pecah sebelum waktunya
12. Merokok
13. Statis cairan tubuh
14. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
15. Penurunan hemoglobin
16. Imununosupresi
17. Leukopenia
18. Supresi respon inflamasi
19. Vaksinasi tidak adekuat
Kriteri hasil :
1. Kebersihan tangan meningkat
2. Kebersihan badan meningkat
3. Nafsu makan meningkat
4. Demam menurun
5. Kemerahan menurun
6. Nyeri menurun
7. Bengkak menurun
8. Vesikel menurun
9. Cairan berbau busuk menurun
10. Sputum berwarna hijau menurun
11. Drainase puluran menurun
12. Periode menggigil menurun
13. Gangguan kognitif menurun
14. Kadar sel darah putih membaik
15. Kultur darah membaik
16. Kultur urine membaik
17. Kultur sputum membaik
18. Kultur area luka membaik
19. Kultur feses membaik
Observasi :
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modified trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan lV Isotonis (mis. NaCL, RL)
Kolaborasi pemberian cairan lV Hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCL 0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
16. Konstipasi
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab :
1. Hambatan lingkungan (mis.Kelembaban lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restrain fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
Objektif
( tidak tersedia)
Kriteri hasil :
Observasi :
Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Identifikasi faktor pengganggu tidur( fisik dan/ atau psikologis)
Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. kopi, teh, alkohol,
makanan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
Terapeutik :
Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresur)
Edukasi :
Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Anjurkan menghindari makanan/ minuman yang mengganggu tidur
Ajarkan relaksasi otot autogenik atau Cara nonfarmakologi lainnya
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan
oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur
terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi
infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami
oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543)
Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan
langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi
tersebut (FKUI, 1995:553).
B. Patofisiologi
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema
dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik,
kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi,
kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik
3. Reaksi terhadap Dikubitus BD Hambatan mobilitas fisik sekunder terapi pembatasan
aktivitas berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, , dan
penurunan kekuatan/tahanan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan,
prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
5. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
6. Penanganan
Diagnosa; I Nyeri akut BD; tekanan fragmen tulang pada jaringan sekitar/ oedema.
Tujuan; setelah dilakukan perawatan 1x 12 jam nyeri berkurang/ hilang dengan
kriteria (NOC) menyatakan nyeri berkurang, skala nyeri < 3, tampak relaks, tidak
meringis, vital sign dalam batas normal
NO NIC Rational
2. Osteomalasia
A. Pengertian
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurang nya
minereral dari tualng ( menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang di sebut
rickets ). pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal,
terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa
pertumbuhan tulang sudah lengkap. (smeltzel 2001 : 2339 )
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagal nya pendepositan
kalsium kedalam tulng yang baru tumbuh. Istilah dari osteomalasia adalah “soft bone “ atau
disebut tulang lunak
Osteomalasia adalah perubahan patologi berupa hilanh nya mineralisasi tulang yang
disebabkan berkurang nya kadar kalsium posfat sampai tingkat dibawah kadar yang
diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral
tulang dengan matriks tulng berkurang.
B. Patofisilogi
Faktor predisposisi
Kelemahan otot
Osteomalasia
C. Diagnosa keperawatan
7. Penanganan
N NOC NIC
O
Kolaborasi
Dengan dokter
Berikan obat Analgetik yang dibutuhkan klien.
Dengan tim gizi untuk diet sumber kalsium dan
vitamin D
Pendidikan keluarga
3. Amputasi
A. Pengertian
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain
seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang
melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem
muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah
psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
B. Patofisiologi
Menaikkan tek.jaringan
Trombosis pem.darah
Nekrosis
Perubahan petasomatosensori perubahan peran Gg. mobilitas fisik ujung saraf terputus
Menimbulkan impuls
Persepsi nyeri
Nyeri phantom
ISK
adrenergik
peristaltik usus
konstriksi spencter
kostipasi
hilangnya angota
tubuh
emosional
perubahan konsep
diri
C. Diagnosa keperawatan
No NOC NIC
Kolaborasi
Berikan obat analgetik opioid sesuai kebutuhan
Rehabilitasi insentif awal dan desensitisasi puntung
dengan pijatan lambat
Stimulasi Saraf Elektrik Intrakutan, ultrason,anastesi
lokal
Berikan antikonvulsan dan antidepresan trisiklik
Pendidikan keluarga
4. Osteoporosis
A. Pengertian
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang
yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang
dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih
besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan massa tulang total.
Tulang secara progresif menjadi pores, rapuh dan mudah patah;
tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada
tulang normal.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur
daerah kolum fqmoris dan daerah trokhanter, dan patah tulang Colles pada pergelangan
tangan.
Fraktur kompresi ganda vertebra mengakibatkan deformitas skelet.
B. Patofisiologi
C. Diagnosa keperawatan.
1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spas-me otot
3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus)
4. Risiko terhadap cedera: fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik
Penatalaksanaan
No NOC NIC
Kolaborasi
Pendidikan keluarga
5. Dislokasi
A. Pengertian Dislokasi
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis(tulang lepas dari sendi), (Brunner & Suddarth).
Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu
kedaruratanyang membutuhkan pertolongan segera (Arif Mansyur, dkk. 2000).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai
luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkanmulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya
terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul(paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
B. Patofisiologi
Trauma
Trauma tangan trauma kaki
Kapsul robek
Lukasio erekta
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilitas
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
4. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.
Penanganan
Kolaborasi
Pendidikan keluaraga