Anda di halaman 1dari 18

Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen

Volume 2 Nomor 1 (Desember 2020): 19-36


DOI: 10.55076/didache.v2i1.36

EKSEGESIS KOTBAH:
Petunjuk Praktis Bagi Pelaksanaan Firman Tuhan
Susanto Dwiraharjo,1 Susanti Embong Bulan2
Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta
Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape, Nunukan
Email: gitagracia_9903@yahoo.co.id

Submited: 11 January 2021 Revision: 27 April 2021 Published: 28 May 2021

Abstract
Background, delivery of God's Word or sermon is an integral part of Christian
ministry. In fact, there are various patterns and methods of interpretation when
preparing a sermon. This is often a problem for a preacher. The method used in this
research is the hermeneutic method. This is an attempt to find the actual truth of the
excavated text. The output of this research is expected to contribute ideas and also
practical instructions for the implementation of the ministry of God's Word. The
conclusion of all this is that the exegesis of this sermon can be a direction for every
servant of God in preparing his sermon.

Keywords: exegese, preach, god’s word

Abstrak
Latar belakang, penyampaian Firman Tuhan atau kotbah merupakan bagian yang
menyatu dengan pelayanan Kekristenan. Pada faktanya terdapat berbagai pola dan
metode tafsir ketika sedang mempersiapkan kotbah. Hal itu sering menjadi persoalan
sendiri bagi seorang pengkotbah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode hermeneutik. Ini merupakan upaya untuk menemukan kebenaran yang
sebenarnya dari teks yang digali. Luaran penelitian ini diharapkan dapat memberi
sumbangsih pemikiran dan juga petunjuk praktis bagi pelaksanaan pelayanan Firman
Tuhan. Kesimpulan dari semuanya ini adalah agar eksegesis kotbah ini dapat menjadi
arahan bagi setiap hamba Tuhan dalam mempersiapkan kotbahnya.

Kata kunci: eksegese, kotbah, firman tuhan

PENDAHULUAN luar ke dalam teks.1 Di dalam Septuaginta,


Kata exegesis diambil dari istilah kata “exegomai” diterjemahkan dari
Yunani exegomai yang digunakan untuk bahasa Ibrani “rps –sapar,” yang berarti
pelajaran Alkitab. Arti dasarnya adalah
1Musajon Tadjibayev. "Understanding a
”memimpin keluar/ membawa keluar.” Ini Deep Essence of a Literary Work without
Comments." European Journal of Research and
berarti penafsirannya dikeluarkan atau Reflection in Educational Sciences, 8, no.5 (2020),
Part II: 26-31.
didapat dari teks. Lawan katanya adalah
https://www.idpublications.org/wp-
eisegesis, yang berarti ”memimpin content/uploads/2020/05/Full-Paper-
UNDERSTANDING-A-DEEP-ESSENCE-OF-A-
kedalam,” atau membawa pemikiran dari LITERARY-WORK-WITHOUT-COMMENTS.pdf;
Allen Ros. www. bible org.

19
“menceritakan, mengatakan, atau eksegese ke dalam naskah kotbah.5
mendeklarasikan.”2 Kata kerja ini Eksegesis untuk sebuah kotbah tidak
ditemukan hanya di dalam Perjanjian Baru berbeda jenisnya dari apa yang diminta
(Luk.24:35; Yoh.1:18 dan Kis.10:8; 15:12; penulisan sebuah karya eksegesis, namun
21:19), dan diterjemahkan “menceritakan, ia berbeda dalan tuntutan dan tujuannya.6
mempertalikan, menghubungkan,” dan Kotbah sebagai tindakan ketaatan dan
juga dapat didefinisikan “menerangkan.”3 penyembahan, seharusnya tidak dibungkus
Dengan demikian ketika dikaitkan dengan oleh akademis yang buruk dalam jubah
studi tentang Alkitab, maka kata eksegesis kesungguhan. Tugas eksegesis adalah
dapat diartikan “untuk menerangkan kata, menemukan Firman itu dan artinya dalam
kalimat, paragraf, atau keseluruhan buku gereja abad pertama. Tugas berkotbah
dengan membawa keluar kebenaran dan adalah untuk mengenal dengan baik
arti asli teks yang ada di dalamnya. Ini eksegesis teks dan orang-orang yang
merupakan langkah terbaik untuk kembali kepadanya Friman itu sekarang mau
menemukan arti dari sumber asli di dalam disampaikan lagi, sebagai Firman hidup
dokumen yant tertulis.4 Pengertian ini bagi mereka. Berkotbah harus didasarkan
tidak cukup hanya dipahami dalam ranah atas ekesgesis yang mumpuni, namun ia
kognitif, namun perlu dipraktekan. bukan peragaan eksegesis. Melainkan ia
Praktek eksegesis seringkali hanya menerapkan ekesegesis, dan harus
digunakan dalam perkuliahan. Banyak memiliki tujuan bila ingin berfungsi
hamba Tuhan yang dididik di sekolah dengan baik.7 Eksegese untuk persiapan
teologi memiliki pengalaman membuat kotbah tidak dapat dan tidak perlu
makalah eksegesis, tetapi hanya sedikit mendalam seperti untuk makalah. Fakta
yang diajarkan bagaiamana membuat bahwa eksegese ini tidak mendalam tidak
peralihan dari pekerjaan dan keahlian berarti itu tidak memadai.8 Hasil akhir,
kotbah akan dan harus didasarkan pada
2 Walter C. Kaiser, JR. Toward an Exegetical
Theology, biblical Exegesis for Preaching and riset yang ilmiah dan yang menghormati
teaching. (Grand Rapids: Baker Book House,
1988), 43-44.
3 John Grassmick. Principles and Practice of

Greek Exegesis. (Dallas: Dallas Theological 5 Douglas Stuart. Eksegese Perjanjian Lama.
Seminary, 1974), 6. (Jawa Timur: Penerbit Gandum Mas, 2004), 96.
4 John Grassmick. Principles and Practice of 6 Gordon D. Fee. (diterjemahkan Amdreas

Greek Exegesis, 7; André Verweij. "The Personal Hauw). Eksegesis Perjanjian Baru, III.
Presence of the Preacher in Preaching: An (Malang:Literatur SAAT, 2008), 171.
Explorative Study on Self-Disclosure in Sermons 7 Gordon D. Fee. Eksegesis Perjanjian Baru,

at Pentecost." Homiletic: The Journal of the III, 171-173.


Academy of Homiletics, 45, no.2 (2020): 36-52. 8 Douglas Stuart. Eksegese Perjanjian Lama.

https://doi.org/10.15695/hmltc.v45i2.4999. 97

20
Allah. Kotbah sebagai wujud dari ketaatan merasionalisasikan pesan yang terkandung
dan penyembahan, tidak boleh dalam teks agar lebih mudah dipahami,
menyelubungi ilmu pengetahuan yang serta menafsirkan maksa suatu teks agar
bermutu rendah dalam semangat yang lebih komprhensif, holistic, dan mampu
berlebih-lebihan. Jadikan kotbah yang menemukan pola baru di balik teks
menggairahkan, dengan tetap menjaga tersebut. Insturmen dalam penelitian
agar tidak menyimpang dari kebenaran hermeneutika lebih mengarah pada human
Firman Tuhan. instrument. Peneliti dituntut dapat
memainkan kekuatan intuitifnya dalam
METODE menentukan sampel dan penangkapan data
Metode yang digunakan untuk yang diperlukan dalam penelitian.
menganalisa topik ini adalah metode Penelitian hermeneutik pada dasarnya
hermeneutika. Pada awalnya hermeneutika berinduk pada penelitian kualitatif.10 Ini
selalu dikaitkan dengan teologi, karena berarti analisis data bersifat proses, yang
hermeneutika adalah metode intepretasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam
Kitab Suci yang dapat melahirkan dogma. proses penemuan makna itu sendiri. Proses
Tetapi secara tidak langsung teologi ini membutuhkan dua hal, yaitu
memengaruhi dan dipengaruhi filsafat, pengetahuan peneliti dan kekuatan
pada beberapa abad terdahulu tidak ada logikanya.
perbedaan dalam jenis filsafat-filsafat
hermeneutika. Terminologi hermeneutik PEMBAHASAN
berkaitan erat dengan usaha mencari Kotbah merupakan penyampaian
sebuah teori pengetahuan bagi kajian pesan Allah kepada umat-Nya. Pesan
terhadap teks, tanda dan berbagai bentuk tentang maksud dan kehendak Allah yang
symbol, ritual, imaji, dan secara disampaikan melalui para hamba-Nya.
tradisional digambarkan sebagai seni Dari sini dapat dimengerti keterkaitan
menafsirkan bahasa.9 Hermeneutika antara kotbah dan pengkotbah. Pengkotbah
memiliki peran strategis dalam adalah orang yang menyampaikan pesan
mendialogkan teks yang maknanya masih Allah kepada umat-Nya, sementara kotbah
ambigu menjadi jelas dan tidak multitafsir, adalah materi atau pesan Allah yang

9Roy
J, Howa rd (ed. Ninuk Kleden Darmiyati Zuchdi, dan Wiwiek Afifah.
10

Probonegoro). Penga nt ar Teori -teori Analisis Konten Etnografi dan Grounded Teori
Kontemporer Hermeneut ika. Ba ndung: dan Hermeneutika dalam Penelitian. (Jakarta:
Nuansa Cendikia, 2019. Bumi Aksara, 2019), 241.

21
disampaikan oleh pengkotbah tersebut.11 dan terutaman adalah Tuhan sendiri, dan
Kotbah bukanlah suatu risalah atau yang kedua adalah jemaat.
karangan sastra untuk diterbitkan dengan Pertama, seorang pengkotbah,
maksud dibaca berulang-ulang, melainkan tidak salah apabila memperhatikan jemaat
suatu berita yang dimaksudkan untuk sebagai pendengarnya. Tetapi
didengar dan mempunyai dampak pertanyaannya adalah apakah jemaat
langsung pada pendengarnya.12 Karena merupakan pendengar utama dari
pesan yang disampaikan itu adalah pesan kotbanya. Jemaat memang menjadi
Allah, maka seorang pengkotbah, ketika pendengar, tetapi pada hakekatnya mereka
menyampaikan kotbahnya tidak akan bukanlah pendengar utama, pendengar
pernah bisa melepaskan dirinya dari utama kotbah kita bukanlah Allah sendiri?
pimpinan dan penerangan Allah. Pimpinan Tuhanlah pendengar kotbah utama kita,
dan penerangan Roh Kudus akan membuat bukan orang-orang, oleh sebab itu
Firman Allah yang disampaikan itu seharusnyalah seorang pengkotbah
berkuasa untuk mengubah kehidupan memiliki motivasi untuk menyenangkan
orang percaya.13 Suatu kotbah terdiri dari hati Allah di atas para pendengar. Apabila
banyak elemen. Elemen-elemen itu dapat seorang pengkotbah melupakan atau
diperhatikan sebagai berikut: mengabaikan kenyataan ini, ia akan jatuh
ke dalam jebakan. Kotbah yang
Pendengar Kotbah disampaikan bukan untuk kemuliaan atau
Hal utama yang perlu diperhatikan menyenangkan Tuhan tetapi hanya untuk
dalam berkotbah adalah pendengar. menyenangkan telinga pendengar, dan ini
Pendengar kotbha ini akan menjadi dasar tentu sangat mendukakan hati Tuhan.
dan tujuan kotbah. Perlu diperhatikan Pengkotbah yang berkotbah bukan untuk
bahwa ada dua pendengar kotbah ketika menyenangkan hati Tuhan, tetapi untuk
suatu kotbah disampaikan, yang pertama pendengar pada intinya ia bukanlah
14
pengkotbah. Dari satu sisi, fungsi
11 John Stott & Greg Scharf, Tantangan pengkotbah sama dengan seorang nabi,
dalam Berkotbah, (Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih, 2013), 58-59. dan pada titik ini mereka sedang
12 James Braga. Cara Mempersiapkan
menyuarakan suara Tuhan. Suara Tuhan
Kotbah, (Jawa Timur: Gandum Mas, 2011), 77.
13 Susanto Dwiraharjo. Tujuh Langkah
harus disampaikan entah itu
dalam Berkotbah. (Jakarta: STT Baptis Jakarta,
2015), 34; Bobby Kurnia Putrawan. “Pengantar
Teologi Pentakosta.” QUAERENS: Journal of
Theology and Christianity Studies, 1 no.1 (2019): 14 Susanto Dwiraharjo. Tujuh Langkah

1-7. https://doi.org/10.46362/quaerens.v1i1.2. dalam Berkotbah, 38-39.

22
menyenangkan telinga pendengar atau mempertimbangkan pendengar macam
tidak. apa yang akan hadir. Ini berarti setiap kali
Kedua adalah jemaat. Jim Shadix mempersiapkan kotbah ia harus
dan Vines sebagaimana dikutip oleh mempelajari orang-orang yang akan
Susanto Dwiraharjo, menerangkan bahwa mendengarkan beserta konteksnya.
Seorang pengkotbah perlu mengerti Berkotbah berarti menyampaikan pesan
karakteristik para pendengar yang akan Tuhan kepada sekelompok orang tertentu,
mendengarkan kotbahnya. Mengerti maka penyampaian kotbah sejati selalu
keberadaan pendengar akan menolong mempertimbangkan sifat para pendengar
pengkotbah mengkotbahkan apa yang dan suasananya.15 Suatu kebenaran yang
diperlukan oleh pendengar. Suatu kotbah sering terabaikan adalah fakta bahwa tidak
ditujukan secara sengaja kepada pendengar ada dua kotbah pun yang disampaikan atau
atau jemaat yang tertentu. Kotbah perlu melibatkan pendengar yang sama. Meski
dipahami sebagai acara di mana Tuhan jemaat minggu ini terdiri dari orang-orang
menyampaikan pesan-Nya berupa ajaran yang sama seperti yang hadir minggu
serta pengarahan-Nya yang mempengaruhi sebelumnya, namun pengalaman, sikap,
kehidupan manusia, dalam kaitannya serta emosi mereka berbeda. 16 Oleh sebab
dengan Kristus, dan berdasarkan Alkitab itu seorang pengkotbah harus selalu
kepada sekelompok orang yang hadir mempertimbangkan pendengar macam
melalui perkataan seseorang juru bicara. apa yang akan hadir. Ini berarti setiap kali
Kotbah disampaikan bukan sekedar mempersiapkan kotbah ia harus
penyampaian suatu informasi yang bersifat mempelajari orang-orang yang akan
normatif, tanpa mempertimbangkan mendengarkan beserta konteksnya.
kondisi atau keberadaan dari Berkotbah berarti menyampaikan pesan
pendengarnya. Suatu kebenaran yang Tuhan kepada sekelompok orang tertentu,
sering terabaikan adalah fakta bahwa tidak maka penyampaian kotbah sejati selalu
ada dua kotbah pun yang disampaikan atau mempertimbangkan sifat para pendengar
melibatkan pendengar yang sama. Meski dan suasananya.
jemaat minggu ini terdiri dari orang-orang
yang sama seperti yang hadir minggu
sebelumnya, namun pengalaman, sikap,
15Jerry Vines & Jim Shaddix. Homiletika,
serta emosi mereka berbeda. Oleh sebab Kuasa dalam Berkotbah, (Malang: Penerbit
Gandum Mas, 2014), 34.
itu seorang pengkotbah harus selalu 16 Jerry Vines & Jim Shaddix. Homiletika,

Kuasa dalam Berkotbah, 35.

23
Penggalian Kotbah memilih teks kotbah. Tujuan dari
Ada begitu banyak pola penggalian penyelidikan teks adalah untuk
kotbah, dan dalam bahasan ini akan menentukan varian mana yang paling
menggunakan metode penggalian mungkin teks asli, dan bagian mana yang
eksegesis. Kotbah eksegesis memerlukan dinilai salah.18 Ini merupakan hal yang
jalan atau cara untuk memahami teks. wajar bagi seorang pengkotbah. Tanpa hal
Seorang eksegetor tidak hanya mengikuti ini, tentu kotbah itu tidak akan pernah
cara yang dapat menerangi pribadinya, terjadi. Bagi seorang pengkotbah memilih
tetapi juga harus belajar ketika terang itu teks kotbah pada intinya bukanlah
juga digunakan untuk memberi terang pekerjaan yang mudah. Hal itu dikaitkan
yang lain. Ini merupakan media dengan banyaknya aspek yang terkait di
17
transformasi spiritual. Transformasi dalamnya. Teks yang dikotbahkan
spiritual sangat tergantung pada bukanlah teks yang terpisah dari berbagai
perjumpaannya dengan kebenaran firman aspek yang mengikutinya. Aspek
Tuhan. Tidak ada bagian gelap di dalam mendasar yang melatarbelakangi
Alkitab bagi seorang pengkotbah. Semua pemilihan teks antara lain berkenaan
itu sangat tergantung pada penggalian dengan kepekaan pengkotbah terhadap
seorang pengkotbah terhadap teks yang kehendak Tuhan. Ini berbicara berkenaan
akan disampaikan. dengan apa yang Tuhan “mau” terhadap
Dalam proses penggalian ini akan umat-Nya.19 Ini berarti seorang
menggunakan prinsip-prinsip eksegesis. pengkotbah harus menentukan batas-batas
Secara umum proses eksegesis ini akan perikop kotbahnya, dan setelah itu
dibagi ke dalam delapan langkah utama. membaca secara berulang, dan perlu
Ke delapan langkah berbeda satu dengan memperhatikan ayat sebelum dan
yang lain namun merupakan satu kesatuan sesudahnya.
yang mengarah pada sasaran utamanya. Setelah menentukan perikop
Langkah-langkah itu adalah: yang akan dieksegesis, sebelum
dikotbahkan, seorang pengkotbah perlu
Teks Dan Terjemahan membangdingkannya dengan berbagai
Dalam persiapan kotbah, hal paling terjemahan. Ini berarti menganalisis
utama bagi seorang pengkotbah adalah berbagai versi, dan setelah itu

18 Gordon Fee. Eksegesis Perjanjian Baru.


17Bryan Chapell, Christ-Centered 80
Preaching, (Michigan: Baker Books, 2001), 99. 19 Susanto. Tujuh Langkah. 51

24
menyusun kembali ke dalam Lama dan bahasa Yunani untuk
terjemahan sendiri. Perbandingan ini Perjanjian Baru.21 Seorang penafsir
perlu karena masing-masing versi dapat menentukan versi-versi
memiliki karakteristik yang berbeda, terjemahan mana yang akan
dan untuk menemukan kebenaran yang dibandingkan. Sudah barangtentu
menyeluruh maka diperlukan pemilihan versi ini tidak ditentukan
pembandingan antara beberapa versi, secara serampangan tetapi atas
dan juga perlu melihat ke dalam teks berbagai pertimbangan yang matang.
bahasa asli kitab ditulis. Dengan Perlu memperhatikan jenis atau model
mencermati teks bahasa asli kitab terjemahan; apakah literal, kontekstual
ditulis, barangkali akan ditemukan atau jenis lain, namun dibalik itu
berbagai persoalan teks yang perlu semuanya perlu menggunakan bahasa
diselesaikan. Perhatikan secara khusus asli teks ditulis. Ini sebagai penentu
perbedaan yang benar-benar dapat akhir atas terjemahan yang akan
memengaruhi arti teks itu bagi jemaat dibuat.
20
dalam terjemahan baru. Dengan Sebagai kesimpulan dari bagian
membandingkan satu atau dua tafsiran ini, seorang pengkotbah perlu; 1)
teknis utama yang membahas masalah memperhatikan beberapa terjemahan
naskah dan terjemahan, ini dapat Inggris/Indonesianya untuk melihat
memeriksa apakah penentuan varian- dimana perbedaan utama yang harus
varian utama itu sudah betul. dijelaskan. 2) memerhatikan setiap
Langkah berikutnya yang perlu kesulitan tekstual utama yang perlu
dilakukan oleh seorang pengkotbah diperhatikan lebih lanjut. 3)
adalah membuat terjemahan sendiri. Di mendaftarkan kata-kata kunci yang
sini, seorang eksegetor perlu perlu dipelajari kata-kata teologis yang
membandingkan teks tersebut dengan membawa pesan dari bagian itu, kata-
beberapa versi terjemahan yang dinilai kata yang diulangi, atau kata-kata yang
baik. Perbandingan teks ini diperlukan bermasalah. 3) meneliti perlengkapan
karena seringkali seorang penterjemah puisi dan kiasan, dan tandai semua
harus menentukan pilihan satu dari yang perlu dijelaskan dalam eksegesis.
sekian banyak arti bahasa asli teks 4) memerhatikan setiap tata bahasa
ditulis, bahasa Ibrani untuk Perjanjian
21 Gordon D. Fee and Douglas Stuart. How

to Read the Bible for All Its Worth. (Zondervan:


20 Douglas. Eksegese Perjanjian Lama. 98. IMPrint, 2007), 33.

25
yang tidak jelas atau sulit atau ekspresi sebagai persiapan untuk teks yang akan
22
sintaktikal yang perlu dipelajari dan diselidiki. Bagian ini juga melihat
dijelaskan. 5) menandai kata-kata berbagai peristiwa yang melatarbelakangi
kerja utama yang perlu dijelaskan teks, dan juga peristiwa yang terjadi
berkaitan dengan waktu, mood atau setelah teks. Pastikan jemaat mengerti
bentuk tindakan. 6) memerhatikan tentang tempat, waktu, fungsi, pengarang,
setiap motif atau pola-pola yang lingkungan social, letak geografis,
dibentuk pada bagian sebelumnya. 7) kronologis dan juga arkeologi.
mengenali setiap baris atau ayat yang Hal yang perlu dilakukan setelah
dikutip atau merujuk baik Perjanjian ini adalah latar depan dari bagian yang
Lama maupun Perjanjian Baru. akan diselidiki. Ini berbicara tentang apa
yang sedang terjadi setelah teks yang
Analisis Sejarah dan Sastra diselidiki, baik yang bersifat sejarah
Kadang terjadi tumpang tindih maupun sastra? Apa yang terjadi pada
antara konteks kesusastraan dengan pasal-pasal berikutnya? Apakah hal itu
sejarah, secara khusus dalam Perjanjian berhubungan dan apakah dapat menambah
Lama. Namun sekalipun demikian, ada pengertian tentang bagian Firman itu?
faedahnya untuk berusaha mengetahui Apakah yang terdapat sesudahnya?
apakah suatu bagian tersebut bersifat sastra Adakah kejadian-kejadian yang terjadi
atau sejarah. Hal pertama yang perlu segera sesudahnya itu memberi keterangan
dilakukan adalah berusaha untuk tentang teks yang diselidiki?23 Analisis ini
menentukan latar belakang kesusastraan sangatlah penting untuk dipahami karena;
yang umum dari teks yang akan diselidiki. 1) hal itu dapat menolong penafsir dan
Di sini seorang penafsir perlu mengetahui juga jemaat mengerti latar belakang
jenis sastranya, apakah itu berupa narasi, personal dari para tokoh Alkitab, 2) dapat
nubuatan, kiasan atau yang lainnya. Cara mengerti latar belakang kitab dan
seperti ini juga digunakan untuk melihat tujuannya. Semuanya ini dapat menolong
latar belakang sejarah. Perhatikan latar eksegetor dapat menemukan kebenaran
belakang yang dekat, dan kemudian latar yang sesungguhnya.
belakang secara keseluruhan. Pastikan
bahwa jemaat mengerti apa yang terjadi
sebelumnya, kejadian-kejadian yang
22 Douglas. Eksegese Perjanjian Lama, 101-
berhubungan dengan pekerjaan Tuhan 103.
23 Douglas. Eksegese Perjanjian Lama, 104.

26
Analisis Kontekstual di dalam pendahuluan, tubuh teks atau
Dalam analisis kontekstual ini ada kesimpulan. Temukan bentuk-bentuk
empat jenis konteks yang perlu aplikasi penulis dari doktrinal ke praktikal.
diperhatikan; konteks teks, konteks kitab, Susunlah temuan itu. Seorang penafsir
konteks kanon/Alkitab dan konteks antara. harus bekerja sesuai dengan tujuan
Masing-masing konteks memiliki fungsi penulis. Ketiga kontek Kanon atau
sama yaitu menemukan kebenaran yang Alkitab. Analisis kontek berarti harus
sebenarnya. Semuanya ini akan menolong berfokus pada bentuk akhir teks itu sendiri.
eksegetor untuk menemukan arti sesuai Setiap bagian dari teks dilihat bukan
dengan konteksnya. Ini berarti ada sebagai “bukti teks” tetapi harus dilihat
keterikatan erat antara konten dan konteks. konteks keseluruhan buku dan juga dalam
Ada beberapa konteks yang perlu keseluruhan kanon. Di sini seorang
diperhaikan; Pertama konteks teks. Sebuah eksegetor harus dapat melihat ada tidaknya
pengulangan istilah, frase, klausa, atau kesejajaran konteks teks itu ke kitab-kitab
kalimat sebagai “kepala” untuk lain di seluruh Alkitab. Keempat konteks
memperkenalkan setiap bagian atau untuk perantara. Dalam konteks ini seorang
menyimpulkan tindakan setiap seksi. eksegetor perlu memperhatikan; 1) aspek
Kadang kala ditandai dengan adanya data- historical. Ini berarti seorang eksegetor
data gramatikal atau kata keterangan, perlu memperhatikan hubungan beberapa
contoh: “kemudian, oleh karena itu, fakta, peristiwa, atau kejadian-kejadian
dimana saja, tetapi, sementara (dalam didalam suatu waktu, 2) teologikal, ini
hermeneutik disebut: Hukum Struktur). merupakan rumusan doktrin tergantung
Kadang berupa kalimat retorika, pada fakta historis yang ada dan keadaan-
Perubahan waktu, tempat atau bahwa keadaan, 3) logical, ini merupakan suatu
peristiwa. Suatu bentuk vokatif. Perubahan paragraf yang berhubungan dengan sebuah
tensis, mood, atau aspek-aspek kata kerja argumen atau garis pemikiran yang berada
yang lain. Pengulangan dari kata kunci di bawah keseluruhan seksi, 4)
yang sama, atau konsep yang menjadi psikologikal, kadang-kadang dalam
batasan dari seksi/paragraf. Kedua, pendahuluan sudah muncul suatu ide,
konteks kitab. Identifikasi tujuan buku. perhatikan bahwa seringkali itu akan
Perhatikan perubahan seksi ke seksi atau mempengaruhi keseluruhan seksi.24 Semua
paragraf ke paragraph. Perhatikan juga
beberapa hal ini: Temukan tujuan penulis 24 Walter C. Kaiser. Toward an Exegetical

Theology, 71- 84

27
konteks ini akan menolong seorang di dalam merumuskan satu kebenaran
eksegetor dapat menemukan kebenaran teologi? Dan bagaimana peran sintektikal
sesuai dengan maksud pertama penulis di dalam menemukan kebenaran sesuai apa
kepada jemaat pertama. yang dimaksud oleh penulis kitab.26 Secara
teknis dalam grammar dan sintak ini,
Analisis Gramatikal dan Sintektikal seorang penafsir perlu memperhatikan
Dalam analisa gramatikal dan fungsi dari masing-masing bentuk sintak
sintaktikal ini yang perlu diperhatikan tersebut; 1) Kata benda, Pelajaran
adalah kaidah dari tata bahasa tersebut mengenai sebuah kata benda dalam suatu
dalam arti pada suatu kata. Di sini, seorang kalimat akan melibatkan pelajaran
eksegetor akan melihat kaidah grammar mengenai angka, gender, dan kasus. Garis
pada suatu kata tersebut. Ini juga besar ini akan berfokus pada kebutuhan
dilakukan dengan membandingkan yang paling sering, mengerti kasusnya,
berbagai versi Inggris/Indonesia untuk nominative, genitive, dan accusative. 2)
melihat dimana pembahasan terhadap teks Kata kerja, seorang penafsir perlu
harus dimulai. Sintak merupakan satu hal memperhatikan fungsi stem untuk PL atau
yang sangat penting di dalam menafsirkan tensis untuk PB. Masing-masing bentuk ini
satu bagian Firman Tuhan. Melalui ini menjelaskan tentang makna kata dibalik
seorang penafsir dapat merekontruksi arti fungsi grammar tersebut. 3) bentuk Volatif
sesuai dengan apa yang dimaksud oleh secara khusus dalam PL. Ini terdiri atas
penulis. Ada beberapa dasar yang perlu tiga hal utama yaitu jusif, imperatif dan
diperhatikan; 1) Melihat fungsi gramatikal kohortatif. Jussif adalah mood volitional
di dalam frase, klausa, atau kalimat, 2) dari orang ketiga, dan orang kedua saat
Memperhatikan kata-kata, frase, kalusa, dinegasikan (dengan al ditambah orang
paragraf yang mengikatnya, 3) kedua kita mendapatkan suatu perintah
memperhatikan struktur kalimatnya negatif). Kekuatan dari jussif sangat
(semantiknya).25 beragam dari konteks ke konteks, dan
Di samping beberapa kebenaran di terutama bergantung pada relasi pembaca
atas, perlu diperhatikan pula keterkaitan dan subjek. Imperatif, adalah volitional
antara sintektikal dengan rumusan teologi; mood dari orang kedua semata. Ini tidak
bagaimana peran sintektikal (gramatikal) pernah muncul dengan negative adverbs

25 Walter C. Kaiser. Toward an Exegetical 26 Walter C. Kaiser. Toward an Exegetical

Theology, 87. Theology, 89.

28
(jussives dan imperfects digunakan untuk substantivally (sebagai sebuah kata
memberi perintah negatif dan larangan). benda).27
Kekuatan perintah sangat beragam dalam
kekuatannya dari konteks ke konteks, tapi Analisis Leksikal
selalu memiliki tekanan pada jawaban Penelitian kata dalam Alkitab
langsung. Terkadang eksegetor harus sangat diperlukan untuk suatu eksegesis
menggambarkan bentuk kekuatan jika yang akurat dan penting bagi eksegesis
tidak satupun kategori cocok. Kohortatif, yang kaya. Ada tiga wilayah yang akan
adalah volitional mood dari orang pertama, dipelajari dalam proses ini yaitu,
tunggal atau jamak. Itu menunjukan menelusuri penggunaan suatu kata,
kemauan pembicara dalam suatu ketetapan meneliti etimologinya, dan mensurvey
hati terhadap kehendak orang lain. 4) penerjemahannya dalam versi-versi kuno.
Bentuk verbal infinitif dan partisip. Suatu Sebagian besar buku mengenai hal ini
infinitive absolute adalah sebuah verbal akan memberikan etimologinya terlebih
noun. Itu bisa berfungsi dalam sebuah dahulu, dan kemudian berurusan dengan
kalimat secara nominal atau verbal. Itu penggunaan serta versinya. Pelajaran
menggambarkan tindakan dari ide verbal mengenai etimologi adalah yang paling
dengan tidak melihat agen, keadaan, waktu sulit, tapi karena itu diperlukan untuk
atau mood dimana hal itu terjadi. Suatu mempelajari kata-kata yang jarang dan
infinitive construct juga merupakan suatu bermasalah dalam Alkitab, hal ini tidak
verbal noun, suatu infinitive sejati tanpa bisa dihindari. Pelajaran mengenai
batasan waktu. Suatu infinitive construct bagaimana sebuah kata digunakan lebih
lebih nominal daripada bentuk infinitive mudah, dan ini mengenai bagaimana
28
absolute. Tapi itu bisa digunakan secara melihat dari kata-kata teologi umum.
substantivally (ditempat sebuah kata Pelajaran mengenai bagaimana suatu kata
benda) atau secara verbal. Suatu active diterjemahkan kedalam berbagai versi
participle menyatakan aktifitas yang kuno (dan versi modern) juga lebih mudah
berkelanjutan tanpa terganggu, atau suatu karena hal ini berkaitan dengan bahasa,
kondisi berkelanjutan yang didenotasikan
oleh kata kerja. Itu temporal, tergantung 27Scott M. Gibson. "The Urgency of
pada konteks waktunya. Seperti adjaktif Preaching in Challenging Times." Journal of the
Evangelical Homiletics Society, 20, no.2 (2020):
itu bisa berfungsi seperti predikatif 2-4.
https://journal.ehomiletics.org/index.php/jehs/
(verbally), attributive (adjectival), atau article/ view/145; Allen Ross. www. bible org.
28 Allen Ross. www. bible org.

29
dan sudah banyak buku tafsiran kata tersebut. Penelusuran arti kata dapat
menggunakannya. diselidiki secara etimologi. Hal ini
Dalam analisa leksikal ini, seorang dilatarbelakangi kadang suatu kata akan
penafsir akan memilih kata mana yang memiliki arti yang berbeda ketika
dinilai penting. Sudah barangtentu ini digunakan pada bagian lain dari teks
sangat subyektif. Namun sekalipun Alkitab. Sehingga penelusuran secara
demikian, ada indicator yang dapat etimologis sangat diperlukan, karena dapat
dijadikan rujukan untuk menentukan kata memberi gambaran tentang arti yang
mana yang penting. Pertama adalah kata sesuai teks.
itu paling banyak muncul dalam paragraf
tersebut, namun juga dapat dilihat, Analisis Teologi
barangkali kata itu hanya muncul sekali Tugas dari teolog Alkitab adalah
namun mengikat arti semuanya. Hal ini mendapat dan membangun suatu
dapat dilakukan dengan memilih secara gambaran lengkap mengenai wahyu
bebas, tanpa rasa takut untuk menentukan Tuhan. Menulis teologi yang memuaskan
dan mencatat kata yang dinilai menjadi menuntut pengelompokan ide teologis
kata kunci dalam paragraph tersebut. tertentu yang didapat melalui eksegesis
Berapa banyak istilah yang dapat kedalam kategori universal. Prosesnya
didiskusikan dan kata mana yang dipilih melibatkan penemuan tema pemersatu
sangat tergantung pada teks yang diseluruh Perjanjian Lama dan meletakan
diselidiki. Seorang penafsir harus berusaha dasar bagi Perjanjian Baru. Itu merupakan
memilih secara relative sedikit saja untuk proses yang dimulai dengan eksegesis
29
analisis secara terinci. Perlu dipahami bagian tertentu dalam mencari kategori
pula bahwa setiap terjemahan barangkali teologis dari penulis itu sendiri dan
akan menggunakan kata yang berbeda. berlanjut dengan menghubungkan seluruh
30
Oleh karena itu disarankan untuk melihat penemuan eksegesis diseluruh Alkitab.
ke dalam bahasa asli teks ditulis. Maka dari itu, apa yang dilakukan dalam
Setelah para penafsir menentukan sebuah bagian atau satu kitab hanyalah
kata mana yang dinilai penting, atau sebuah permulaan.
menjadi kata kunci pada teks atau paragraf Pada bagian ini, seorang penasir
tersebut, mereka akan menggali arti dari berusaha menemukan sumbangan teologi
dari teks yang diselidiki. Berusaaha
29 Douglas. Eksegese Perjanjian Lama, 82-
85. 30 Allen Ross, www. bible org.

30
menyelidiki teologi Alkitabiah dari masalah khusus yang ditimbulkan atau
bagian itu, dan meneliti apa yang yang dipecahkan oleh bagian yang sedang
dikatakan bagian itu tentang Tuhan, nama- diselidiki, secara utama perlu
Nya, natur-Nya, tindakan-Nya, dan apa memperhatikan hal-hal yang bersifat
yang dikatakannya tentang manusia, nama khusus, dan bukan yang bersifat umum.
mereka, nature, tindakan, dan tentang Bagian akhir dari ini adalah memeriksa
perjanjian. Setelah itu memformulasikan ulang sumbangan atau rumusan teolgis
temuan itu dalam suatu pernyataan dari teks yang diselidiki.
teologis, sebagai sebuah prinsip teologi
yang diajarkan bagian ini.31 Hubungkan Analisis Homiletika
pemikiran teologis, dan setiap maksud Analisis homiletika ini diawali
sampingan, dengan teologi Alkitab secara dengan suatu sintesis. Sintesis dari sebuah
keseluruhan, baik Perjanjian Lama bagian dimulai dengan sebuah garis besar
maupun Perjanjian Baru. Beberapa hal eksegetikal dan membentuk sebuah
yang perlu diperhatikan antara lain; 1) ringkasan eksegetikal. Dalam melakukan
Pastikan engingat bagaimana Perjanjian sintesis sebuah bagian perlu
Baru menggunakan Perjanjian Lama. 2) mengartikulasikan struktur dan kesatuan
Jika maksud teologis dari bagian itu tidak teks. Sebuah garis besar eksegetikal adalah
secara langsung dikutip oleh Perjanjian sebuah garis besar yang menggambarkan
Baru, temukan tempat di mana teologi di dalam kata-kata sendiri isi dari bagian
33
yang sama dicatat, 3) Hati-hati agar tidak itu. Hal ini ditulis dalam kalimat dan
32
membaca pemikiran PB ke dalam PL. pikiran lengkap, serta bukan suatu topik.
Ini berarti yang pertama adalah Hal itu harus berupa histories dan
menemukan formulasi teologinya, dan deskriptif dalam pengkalimatannya,
kemudian berusaha menemukan ditafsirkan dan tidak mengambil kiasan
hubungannya dengan Perjanjian Baru. tinggi.
Secara teknis, pada bagian ini para Secara struktural hal itu dapat
penafsir harus bisa menemukan formulasi dijabarkan sebagai berikut; pertama,
teologi dari teks yang diseldiki. Setelah ringkas ayat atau klausa dalam narasi.
ini, mereka juga dapat menentukan Tulis sebuah pernyataan ringkasan secara
singkat disetiap baris (biasanya setiap ayat
Walter Kaiser. Toward an Exegetical
31

Theology, 131.
32 Walter Kaiser. Toward an Exegetical 33 Allen Ros. www. bible org.
Theology, 133.

31
bahasa Inggrisnya). Jangan mengambil dari eksegesis modern adalah
bahasa kiasan dalam pengkalimatan penerapannya. Apakah ada penerapan
kecuali itu sebuah idiom umum, tapi penting, atau yang diberikan tidak berasal
berikan suatu arti tafsiran jika mungkin. dari teks. Pembicara mungkin tidak tahu
Jangan menyatakan kembali jika sudah bagaimana mengembangkan sebuah
dilakukan paralelnya, tapi tafsirkan seluruh penerapan, atau beranggapan ini sudah
ayat sebagai satu unit. Kedua, kelompokan terbukti dengan sendirinya jika pesannya
ringkasan. Pelajari baris ringkasan untuk mendasar (cleverness is in, clarity is out),
melihat mana yang bisa dikelompokan atau pembicara memiliki tujuan tanpa
kedalam unit alami, apakah melalui bentuk melihat teks apa yang digunakan. Sebuah
struktur tulisan, atau melalui subjek eksegesis yang baik harus memasukan
35
masalah. Ketiga, ringkas tiap kelompok penerapan tertentu bagi pendengarnya.
ringkasan. Setelah menetapkan Pengkotbah harus menyatakan dengan
pembagiannya, tulis ringkasan masing- jelas apa yang diinginkan untuk diketahui
masing. Ringkasan ini harus memasukan pendengar sebagai hasil eksegesis, apa
isi dari ayat-ayat dibawahnya, tapi tidak yang diinginkan untuk dilakukan oleh
sedetil ringkasan individualnya. Kelompok jemaat. Penerapan harus jelas dan positif.
ringkasan ini sekarang menjadi ringkasan Ramesh Richard, sebagaimana
sub-seksi lain, dan dibawahnya menjadi dikutip oleh Susanto Dwiraharjo
sub-points. Keempat, adalah ringkasan menyatakan bahwa di dalam kotbah
34
eksegetikal atau sintesis. Ini berarti eksegesis, aplikasi merupakan satu bagian
menulis satu kalimat ringkasan dari tak terpisahkan dengan bagian-bagian
keseluruhan bagian. Ini dilakukan untuk yang lain. Eksegesis Alktiab tanpa
bisa melihat kesatuan dan organisasi dari aplikasi tidak akan berguna. Tidak ada
suatu teks. poin akademik yang akurat jika informasi
tidak ditransformasikan ke pendengar.
Penerapan Aplikasi adalah ketika seorang pengkotbah
Ini langkah pendek untuk membawa pendengar dari sekedar
menemukan arti teks dan menentukan menerima pewahyuan ke dalam dorongan
artinya bagi jemaat dimasa kini, tapi ini implementasi kebenaran Firman Tuhan.
adalah langkah yang seringkali Ketepatan aplikasi harus disesuaikan dan
terlewatkan. Salah satu bagian terlemah
35 Allen Ross. www. bible org.
34 Allen Ross. www. bible org.

32
dibuat konkret dengan pendengar. Di dari pada itu, seorang pengkotbah perlu
dalam menyesuaikan dan membuat mengambil waktu khusus untuk
konkret, perlu melihat korelasi homiletika mengendapkan kotbahnya tersebut.
atau hubungan antara sentral proposisi teks Dalam bukunya “Cara Berkotbah
36
dan pendengar. Ini merupakan hubungan yang Baik” Haddon W. Robinson
teologi dan spiritual. Ada hubungan menyampaikan hasil suatu riset yang
teologi dan spiritual yang dapat mencoba menghubungkan keterkaitan
menghubungkan pendengar dengan sentral antara pengkotbah dan kotbahnya. Dari
proposisi teks. riset itu diketahui, pertama bahasa non
verbal memiliki peran yang strategis dalam
Penyampaian Kotbah komunikasi di depan umum. Ketika
Kerja eksegesis akan lebih berdaya seorang pengkotbah menyapa jemaat, ada
guna apabila disampaikan dalam kotbah. tiga jaringan komunikasi yang berbeda
Dalam penyampaikan kotbah, hal utama yang berjalan pada waktu yang bersamaan;
yang perlu dilakukan oleh seorang kata-kata, intonasi dan gerak tubuh.
pengkotbah adalah internalisasi kebenaran Ketiganya mengkomunikasikan ide-ide.
Firman di dalam diri pengkotbah. Kedua, jika pesan non verbal berlawanan
Internalisasi berarti suatu proses dengan yang verbal, maka pendengar
pengendapan kotbah. Hal ini harus mungkin akan lebih percaya bahasa yang
dilakukan oleh seorang pengkotbah. tanpa kata tersebut. Nampaknya lebih sulit
Sebelum menyampaikan kotbah, seorang untuk berdusta dengan seluruh tubuh
pengkotbah perlu mengendapkan materi daripada hanya dengan bibir. Suatu kotbah
kotbahnya ke dalam dirinya. Ini juga tidak dapat dipisahkan dari sikap, baik
merupakan proses penyatuan kotbah yang menguatkan maupun yang
dengan seorang pengkotbah.37 Pada mempertentangkan kata-kata apa yang
prinsipnya proses ini sudah dimulai sejak dinyatakan. Seorang pengkotbah harus
ia mempersiapkan kotbah sejak dari awal. berani menyatakan pentingnya
Secara lebih khusus, proses ini mulai lebih penyampaian. Ketiga, penyampaian yang
terlihat ketika seorang pengkotbah mulai efektif diawali dengan hasrat. Seorang
menulis naskah kotbahnya. Namun lebih pengkotah harus memiliki hasrat yang kuat
untuk berkomunikasi di hadapan jemaat
36Susanto, Tujuh Langkah, 247. atau pendengar, dan bukan sekedar ingin
37Ramesh Richard, Scripture Sculpture.
(Michigan: Baker Books, 1997), 142. menyampaikan ide-ide atau gagasan saja,

33
namun berusaha agar ide-ide itu dapat KESIMPULAN
ditransfer ke pendengar. Ada keingingan Eksegesis kotbah merupakan pola
yang besar agar jemaat memahami apa kotbah yang penggalian teksnya
yang disampaikan pengkotbah.38 Hal ini menggunakan kaidah-kaidah eksegesis. Ini
yang seharusnya menjadi hasrat bagi berarti seorang pengkotbah, dalam
seorang pengkotbah. Penyampaian kotbah persiapan kotbahnya, menggali kebenaran
yang efektif paling tidak seperti dari suatu teks dengan berbagai analisis
percakapan sehari-hari yang saling eksegetikal. Penggalian teks dengan
memberi dan menerima. berbagai bentuk analisi eksegesis ini
Dalam penyampaian kotbah, merupakan upaya untuk menemukan arti
seorang pengkotbah perlu memperhatikan asli ayat. Namun, ini pun tidak cukup,
gaya bahasa dan komunikasi non- karena apa artinya sebuah galian eksegesis
verbalnya. Kedua bentuk komunikasi ini tanpa upaya membawa kebenaran tersebut
akan terlihat dan menjadi ciri utama bagi ke dalam hidup orang percaya pada masa
pengkotbah tersebut. Seorang pengkotbah kini. Kebenaran Firman Tuhan yang
perlu mengembangkan kedua-duanya. ditemukan melalui kerja eksegesis itu akan
Oleh karena itu, seorang pengkotbah tidak disampaikan kepada umat itu dengan
hanya menghabiskan waktu untuk media kotbah. Kotbah merupakan media
mempersiapkan materi, tetapi ia juga perlu penyampaian kebenaran Firman Tuhan
mempersiapkan komunikasi yang efektif, sebab di dalamnya
penyampaiannya secara khusus di masa menggunakan berbagai bentuk
39
pandemi covid 19. Penggunaan komunikasi.
komunikasi dengan baik akan
mempermudah jemaat memahami atau KEPUSTAKAAN
menerima kotbah yang dipesankan. Braga, James. Cara Mempersiapkan
Kotbah. Jawa Timur: Gandum Mas,
2011.
38Haddon W. Robison, Cara Berkotbah
yang Baik. (Yogyakarta:Yayasan Andi, 1980), Chapell, Bryan, Christ-Centered
276-277; lihat Scott M. Gibson. "The Urgency of
Preaching in Challenging Times", 2-4. Preaching, Michigan: Baker Books,
39 André Verweij. "The Personal Presence
2001.
of the Preacher in Preaching”, 36-52; Susanto.
Tujuh Langkah, 267; Matthew D. Kim. Dwiraharjo, Susanto. Tujuh Langkah
"Preaching in a Period of Pandemic and
Prejudice." Journal of the Evangelical Homiletics dalam Berkotbah. Jakarta: STT Baptis
Society, 20, no.2 (2020): 15-23.
https://journal.ehomiletics.org/index.php/ Jakarta, 2015.
jehs/article/view/147.

34
Fee, Gordon D. (diterjemahkan Andreas Robison, Haddon W. Cara Berkotbah
Hauw). Eksegesis Perjanjian Baru, yang Baik. Yogyakarta: Yayasan
III. Malang:Literatur SAAT, 2008. Andi, 1980.
Gibson, Scott M. "The Urgency of Software Alkitab. www. bible org.
Preaching in Challenging Times." Stuart, Douglas. Eksegese Perjanjian
Journal of the Evangelical Homiletics Lama. Jawa Timur: Penerbit Gandum Mas,
Society, 20, no.2 (2020): 2-4. 2004.
https://journal.ehomiletics.org/index.p Stott, John & Greg Scharf, Tantangan
hp/jehs/article/view/145 dalam Berkotbah. Jakarta: Yayasan
Grassmick, John. Principles and Practice Komunikasi Bina Kasih, 2013.
of Greek Exegesis. Dallas: Dallas Tadjibayev, Musajon. "Understanding a
Theological Seminary, 1974. Deep Essence of a Literary Work
Kaiser, Walter C., JR. Toward an without Comments." European
Exegetical Theology, biblical Journal of Research and Reflection
Exegesis for Preaching and teaching. in Educational Sciences, 8, no.5
Grand Rapids: Baker Book House, (2020), Part II: 26-31.
1988. https://www.idpublications.org/wp-
Kim, Matthew D. "Preaching in a Period content/uploads/2020/05/Full-
of Pandemic and Prejudice." Journal Paper-UNDERSTANDING-A-
of the Evangelical Homiletics Society, DEEP-ESSENCE-OF-A-
20, no.2 (2020): 15-23. LITERARY-WORK-WITHOUT-
https://journal.ehomiletics.org/index.p COMMENTS.pdf
hp/jehs/article/view/147 Verweij, André. "The Personal Presence of
Putrawan, Bobby Kurnia. “Pengantar the Preacher in Preaching: An
Teologi Pentakosta.” QUAERENS: Explorative Study on Self-
Journal of Theology and Christianity Disclosure in Sermons at
Studies, 1 no.1 (2019): 1-7. Pentecost." Homiletic: The Journal
https://doi.org/10.46362/quaerens.v1i of the Academy of Homiletics, 45,
1.2. no.2 (2020): 36-52.
Richard, Ramesh. Scripture Sculpture. https://doi.org/10.15695/hmltc.v45i
Michigan: Baker Books, 1997. 2.4999.

35
Vines, Jerry & Jim Shaddix, Homiletika, Penerbit Gandum Mas, 2014.
Kuasa dalam Berkotbah. Malang:
.

36

Anda mungkin juga menyukai