Anda di halaman 1dari 33

ANALISA

KESELAMATAN
PEKERJAAN/
JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

DIKLAT PENGAWAS OPERASIONAL PERTAMA (POP)


PPSDM GEOMINERBA
BPSDM ESDM
KESDM
Tujuan Pelatihan

Mengembangkan
Kompetensi peserta agar
memiliki kemampuan
membuat dan mengelola
JSA (Analisa Keselamatan
Pekerjaan) secara
maksimal untuk mencegah
kecelakaan.

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


Indikator Keberhasilan

Setelah mempelajari mata diklat ini, peserta mampu:


1. Menginventarisasi tugas yang belum mempunyai
analisa keselamatan pekerjaan
2. Menentukan metode analisis keselamatan
pekerjaan
3. Menentukan pekerjaan yang dianalisis
4. Menguraikan langkah pekerjaan
5. Mengidentifikasi potensi bahaya
6. Menentukan tindakan pencegahan/pengendalian

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


PENGERTIAN JSA?

Analisis Keselamatan kerja (JSA)


adalah metode yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi,
menganalisa dan merekam :
1) Langkah-langkah dalam mela-
kukan pekerjaan tertentu,
2) Potensi bahaya yang mungkin
timbul dalam setiap langkah,
3) Melakukan rekomendasi tinda-
kan/ prosedur yang dapat
menghilangkan atau mengu-
rangi potensi bahaya-bahaya
tersebut.

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


Perbandingan JSA dengan IBPR
Job Safety Analysis (Analisis Keselamatan Pekerjaan) adalah suatu
dokumen yang memberikan pedoman dalam mengidentifikasi secara
jelas bahaya-bahaya dan insiden potensial berkaitan dengan setiap
langkah tugas/pekerjaan, dan mengembangkan solusi untuk
menghilangkan, mengurangi dan mengontrol bahaya/risiko dan
insiden.
Pengendaliannya lebih ke personal yang melakukan pekerjaan
tersebut.

Identifikasi Bahaya & Penilaian Risiko adalah merupakan proses


mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi dalam aktifitas rutin
ataupun non rutin dalam perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan
penilaian risiko dari bahaya tersebut.
Pengendaliannya lebih ke risiko yang ditimbulkan sampai batas yang
bisa diterima oleh perusahaan tersebut.
Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.
Perbandingan JSA dengan SOP

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


PENGAWAS
Dibantu oleh TIM

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


Karena Pengawas:
1. Paling menguasai pekerjaan atau tugas itu.
2. Mempunyai kepentingan langsung untuk menyelamatkan
tim dibawah kendalinya.
3. Mempunyai pengalaman tentang potensi bahaya, risiko
dan pengendaliannya
4. Menguasai prosedur dan peraturan kerja.

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


1. Observasi dan Diskusi 2. Diskusi
a. Seleksi Pekerja a. Cari beberapa orang yang
berpengalaman
b. Beri Penjelasan b. Lakukan pertemuan satu
c. Observasi Setiap Langkah kali atau lebih
d. Periksa Dengan Pekerja c. Jelaskan penggunaan dan
e. Ulang Dengan Pekerja Lain cara pendekatannya
d. Tentukan langkah yang
f. Identifikasi Potensi signifikan dan aktifitas yang
Kerugian kritis
g. Membuat Tindakan e. Identifikasi kerugian yg
Pengendalian Untuk Setiap terpapar
Potensi Bahaya Yang Sudah f. Membuat Tindakan
Pengendalian Untuk Setiap
Diidentifikasi Potensi Bahaya Yang Sudah
Diidentifikasi
Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.
1. Inventarisasi tugas yang belum ada JSA

2. Identifikasi tugas kritis

3. Menguraikan tugas menjadi langkah atau aktifitas

4. Identifikasi bahaya dan risiko/ kerugiannya

5. Penentuan pengendalian

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


1. Menginventarisasi Tugas

Akan tetapi dalam arti yang


lebih kecil (TUGAS atau SINGLE
BUKAN pekerjaan dalam arti
TASK), seperti:
luas (jabatan) seperti: mekanik,
Mengganti bolam lampu,
operator A2B, tukang las
Mengganti ban kempes,
Memindahkan mesin

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


2. Identifikasi Tugas Kritis

Pekerjaan seperti apa yang harus dibuatkan JSA?


➔Pekerjaan yang berpotensi berisiko tinggi
Dengan Kriteria :
✓ Pekerjaan baru, pekerjaan non rutin,
berpindah-pindah;
✓ Tingkat severity tinggi;
✓ Tingkat frequency tinggi;
✓ Tingkat Probability/likelihood tinggi.

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


3. Menguraikan tugas menjadi langkah sederhana

1. Tentukan langkah awal sampai


langkah akhir;
2. Gunakan kata kerja aktif atau
operasional sederhana, seperti:
memotong, memasang, membuka
dsb;
3. Hindari kata-kata yang terlalu
umum seperti: mengoperasikan
merawat, membangun dsb;
4. Hindari terlalu detail.
Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.
3. Menguraikan tugas menjadi langkah sederhana

KESALAHAN UMUM
1.Terlalu rinci dalam menyusun
urutan langkah pekerjaan;
2.Menggunakan kata kerja terlalu
umum, sehingga banyak bahaya
yang tidak terdeteksi.
3.Mencatat “bagaimana”
melakukan pekerjaan “bukan
apa” yang harus dilakukan.

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


3. Menguraikan tugas menjadi langkah sederhana

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


3. Menguraikan tugas menjadi langkah sederhana

Cara paling effisien dalam melakukan penguraian tugas adalah :


•Memasukkan semua langkah utama yang kritis
•Tidak memasukkan langkah yang kemungkinan tidak akan
menimbulkan masalah besar apabila langkah tersebut tidak
terlalu diperhatikan.
Keputusan untuk menentukan apakah langkah tersebut
dimasukkan atau tidak adalah dengan sebuah pertanyaan
“Apakah langkah ini menjadi langkah kritis apabila dilakukan
dengan salah?” atau dikatakan sebagai langkah yg signifikan
Kunci utama dalam menyeleksi langkah tugas adalah untuk
mencegah kerugian baik cidera pada manusia, kerugian pada
alat, terganggunya produksi maupun penurunan kualitas.

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


Contoh uraian tugas :
Melakukan dumping OB di disposal dengan HD 465

1. HD 465 memasuki lokasi disposal.

2. Hd 465 mendekati dumping point

3. Melakukan manuver di disposal.

4. Hd 465 bergerak mundur.

5. Melakukan dumping OB

6. Menurunkan vessel

7. HD 465 bergerak maju untuk keluar disposal


Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.
3. Menguraikan tugas menjadi langkah sederhana

ISI lah dengan langkah tugas


dari suatu pekerjaan
minimal 7 langkah tugas dan
maxsimal 15 langkah tugas

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


4. Mengidentifikasi Bahaya

Bahaya dan Asalnya Bahaya adalah segala sesuatu


yang berpotensi mencelakakan,
mencederai, atau merusak.

Bahaya berasal dari : Kimia,


Biologi, Mekanik, Fisika, Gravitasi,
Listrik, Tekanan, Radiasi, Bunyi
dan Lingkungan kerja spesifik,
Kinetis dan Faktor manusia.

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


4. Mengidentifikasi Bahaya
Faktor Manusia :
❖ Apakah dapat menyebabkan cidera, penyakit,dll.
❖ Apakah pekerja dapat terjepit, terjatuh, terbentur
❖ Apakah tindakannya dapat menurunkan tingkat
keselamatan, produksi atau kualitas.
Faktor Peralatan :
❖ Apa bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.
❖ Apa saja kondisi Kedaruratan dari peralatan
tersebut.
❖ Apakah peralatan dapat menyebabkan kerugian
terhadap Keselamatan, Produksi atau kualitas. 20
4. Mengidentifikasi Bahaya

Faktor Material :
❖ Apa bahaya dari bahan kimia yang terpapar.
❖ Apa masalah yang spesifik dari penanganan Material.
❖ Bagaimana kemungkinan material dapat menyebabkan
kerugian terhadap Keselamatan, produksi dan kualitas kerja.
Faktor Lingkungan :
❖ Masalah Tata Griya/Housekeeping.
❖ Masalah kebisingan, temperatur, getaran, ventilasi,
penerangan, radiasi.
❖ Kerugian terhadap Keselamatan, Produksi dan Kualitas Kerja.
21
4. Mengidentifikasi Bahaya

Info Yang Cukup


Usahakan memberikan info yang
cukup untuk memudahkan karyawan
mengerti bahayanya apa dan
membahayakan apa serta kapan.
contoh:
• jari terjepit diantara lipatan tangga
• tersembur air panas dari radiator ke
tangan, muka
• jari terjepit diantara transmisi yang
diangkat dengan lantai

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


4. Mengidentifikasi Bahaya

ISI lah kemungkinan BAHAYA terbesar


yang akan timbul
(sesuai dengan urutan 4M + 1L)

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


5. Tindakan Pencegahan/ Pengendalian
Jangan memakai kata-kata yang masih memberikan
peluang kepada karyawan untuk menterjemahkan dan
memutuskan sendiri.
Contoh:
Ambil posisi yang aman
Seharusnya:
a. Ambil posisi yang tidak berada pada blind spot dari
operator
b. Ambil posisi yang bisa terlihat oleh operator
c. Berdirilah ditempat yang tidak tertimpa barang yang
sedang diangkat bila jatuh
Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
PENGENDALIAN PENJELASAN CONTOH
REKAYASA Pengendalian yang ditujukan • Memasang peredam suara di
langsung pada sumber sekeliling peralatan yang bising
bahayanya sehingga menjadi • Memasang perlindung (guards) di
paling efektif. Meliputi : sekeliling pinch point & rotating
eliminasi, subtitusi, modifikasi, couplings.
dan isolasi.
ADMINISTRASI Variasi proses manajemen • pemilihan staff;
dapat untuk mengendalikan • pembatasan jam kerja;
pengaruh bahaya • pembuatan rambu peringatan;
• pemilihan perusahan jasa
PRAKTIK KERJA Praktek kerja yang sesuai • Merevisi langkah kerja pada SOP
dengan prosedur yang tepat • menyediakan peralatan baru yang
dalam pelatihan untuk lebih baik
memastikan bahwa para pekerja • Memberikan pelatihan kepada
mengetahui bagai-mana pekerja
mengenal dan menghindari
bahaya
APD Langkah terakhir pengendalian Suatu daerah yang tingkat
resiko dan juga dimanfaatkan kebisingannya tinggi, untuk waktu
untuk pengendalian resiko sesaat harus menggunakan
Disusun
jangka pendek Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.
pelindung telinga
5. Tindakan Pencegahan/ Pengendalian

Isi dengan pengendalian bahaya yang


sesuai dengan urutan hierarki
pengendalian dan terukur

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


Penggunaan JSA

1. Orientasi Pekerja Baru / Penugasan Baru


2. Pelatihan Pengawas Baru
3. Instruksi Tugas yang Benar
4. Observasi tugas yang terencana
5. Pertemuan kelompok / Safety talk
6. Penyelidikan Kecelakaan
7. Pelatihan Ketrampilan
Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.
Bagaimana Mengelola JSA?
1. Melakukan persiapan dengan pembentukan Tim
(Supervisor dan Foreman), Form standar, dll.
2. Pembuatan JSA oleh tim yang diunjuk.
3. Personil HSE mereview hasil pembuatan JSA dari Tim JSA.
4. Diapprove oleh Tim JSA dan HSE, atasan mengetahui dan
menyetujui JSA yang telah dibuat.
5. Dikomunikasikan dan ditandatangani oleh seluruh pekerja
yang terkait dengan pekerjaanya.
6. Para pekerja yang terkait melaksanakan tahapan pekerjaan
sesuai dengan yang tertuang dalam JSA.
7. Dimasukkan database (diregister)
8. Direview oleh tim pembuat JSA.
Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.
FAKTA TENTANG JSA
1. JSA terbukti telah menjadi salah satu program pencegahan kecelakaan
yang efektif jika diikuti sesuai dengan tahapannya pekerjaannya.
2. Pembuatan JSA bisa dilakukan pada level pengawas dan dengan
melibatkan anggota di bawah kendalinya, namun seringkali JSA dibuat
oleh Personil HSE.
3. Dimanfaatkan sebagai bahan pelatihan atau rapat dengan Para
anggotanya, namun JSA hanya sebagai dokumen yang sekali digunakan
dan setelahnya diarsipkan tanpa ditinjau ulang.
4. Menjadi pedoman karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan
aman dan selamat, namun kebanyakan karyawan tidak mengerti
dalam tahapan pada JSA sehingga mereka menjalankan pekerjaannya
sesuai cara yang biasanya mereka lakukan.
5. Dapat sebagai acuan dalam proses investigasi kecelakaan, sehingga tim
investigator dapat menentukan adanya ketidaksesuaian berada pada
tahapan atau proses kegiatan yang dilanggar.

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


Contoh Format Pengisian JSA : Penggantian AC

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


Contoh Format Pengisian JSA : DUMPING OB

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


Contoh Format Pengisian JSA : DUMPING OB

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.


Terimakasih…..

Disusun Oleh : Handoko Setiadji, S.T.,M.I.L.

Anda mungkin juga menyukai