Umak Ikal :
“Jadi kau nak antar ikal?”
Apak Ikal :
“Jadi aku ijin setengah hari”
Ikal :
“aku pakai sepatu ini umak?”
Umak Ikal :
“Sudah lah pakai aja itu dulu , nanti kalok ada rejeki umak belikan yang baru”
Pika :
“macam anak perempuan kau itu kal”
Umak :
“Pika diaamm lah jangan kacaukan adikmu itu”
*Satu-persatu
murid datang , tapi jika dihitung jumlah muridnya hanya sejumlah 9 orang, jika
taka da
10 orang yang hadir didalam kelas itu, maka nasib kami akan sama dengan
ayah-ayah kami menjadi
buruh di PN TIMAH atau menjadi nelayan-nelayan miskin ,
Pak Harfan memberikan kompensasi
waktu sampai pukul 11.00 , tapi hari itu sudah
melewati pukul 11.00 , wajah bu Mus memerah dan
terlihat sangat takut campur
dengan kecewa*
Pak Harfan : “Mus ini sudah lewat pukul 11.00 kita harus
memberitahu para orang tua mereka itu,
bahwa kita harus…”
Bu Mus : “Apalah arti 9-10 orang pak? , aku
dan Bakrie masih bisa tetap mengajar pak”
Pak Harfan : “Tapi kau juga harus tau , apalah arti
surat ini” Pak Harfan menunjukkan sepucuk surat
dari dinas kabupaten Belitong
yang isinya adalah ^Bila Sd Muhammadiyah tertua di Belitong tidak
mendapatkan
10 Murid pada hari ini , maka SD Muhammadiyah tertua di Belitong harus di
tutup^
Pak Harfan : “Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatu,
syukur Alhamdulillah kita ucapkan
kepada Allah SWT , karena kehadiran
bapak-bapak dan ibu-ibu disini adalah untuk menyelamatkan
pendidikan di SD
Islam tertua di tanah Belitong, sekolah dengan dasar budi pekerti, demi
tegaknya
akhlakul karimah, akhlak yang permanen,namun demikian, kalau kita
tidak bisa mendapatkan 10
orang murid baru maka kita tidak bisa membuka kelas
baru , sebaiknya semua ini kita terima dengan
hati yang iklas”
Bu Mus : “Tunggulah dulu pak , aku akan
mencari seorang murid lagi pak , semestinya hari ini
adalah hari pertama aku
mengajar pak masa murid-muridku tak ade”
“HARUN-HARUN ITU
HARUN”
Bu Mus :”HAAAAAAAARRRRRRRRRRRRUUUUUUUUUUUNNNNNNNN”
*Keesokan harinya*
Kelas yang mereka pakai sebenarnya adalah kandang hewan
ternak. Pada pagi harinya ruangan itu
penuh dengan hewan ternak yang membuang
kotoran, dan ruangan tempat belajar mengajar tersebut
penuh dengan
genangan air karena pada malam harinya ruangan terebut terkena bocoran air
hujan ,
bu Mus terlihat bingung mendapati keadaan ini, sementara itu pak Harfan
malah menyuruh bu Mus
untuk belajar diluar ruangan , akan tetapi bu Mus tak mau
. Tapi Pak Harfan terus memaksa , hingga
akhirnya bu Mus mengajak anak-anak
tersebut belajar di luar ruangan
Pak Harfan :
“Sudahlah Mus, jangan kau pusing mengenai hal ini, ajaklah mereka bermain
diluar
sekolah, sekali-kalii tak apa, biarlah aku yang membersihkan ini Mus”
Bu Mus :
“Tak usah lah pak cik , kita bisa bersihkan bersama-sama”
Pak Harfan :
“Sudahlah, Bakrie bisa membantuku untuk membersihkan ini semua”
Bu Muslimah pun mengajak anak-anak untuk belajar diluar
sekolah , dengan mengendarai sepeda
ontelnya. Sedangkan pak Harfan membersihkan
dan membetulkan ruang kelas yang rusak.
Bu Mus
mengajak anak-anak untuk mengenal alam sekitar tempat
tinggalnya. Pada saat itu turunlah hujan,
setelah hujan berhenti anak-anak
menari lepas dan menaiki batuan-batuan indah , dan Ikal , Lintang,
dan Mahar
memimpin teman-temannya
Mahar :
“Lihatlah Boy, apa itu yang ada dilangit warna-warni?”
Lintang :
“Itu Namanya Pelangi, muncul dari pembiasan cahaya mentari . Warnanya ada 7
yaitu
Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, dan Ungu , atau biasa disingkat
Mejikuhibinu”
Lalu Terdengar suara bu Mus yang memanggil mereka LASKAR
PELANGI , dimulailah cerita anak-
anak SD Muhammadiyah tertua di Belitong dengan
sebutan Laskar Pelangi
Bu Mus :
“LAAAASSSSSSKKKKKKKKAAAAARRRRR PPPPEEEEELLLLAAAAANNNNGGGGGIIIIIIII ,
ayo
pulaanggg”
Anak-anak : “Laskar pelangi??? Hahahahahha”
Hari-hari berlalu dengan senyum, tawa, sedih dan
sebagainya . Laskar Pelangi melalui hari bersama
dengan penuh kebersamaan, hari
ini adalah pelajaran Berhitung. Di SD PN TIMAH ketika pelajaran
berhitung ,
gurunya membagikan kalkulator . Sementara para anggota laskar pelangi belajar
berhitung
dengan lidi-lidi sisa sapu korek
Bu Mus :
“Laskar pelangi, mari kita belajar berhitung. Sekarang keluarkan lidimu”
Laskar pelangi saling berebbut lidi, dan bu Mus
melerainya , lalu bu Mus membacakan soal
Bu Mus : “
12 + 4 x (-5) berapee ???
Lintang :
“-80 bu”
Bu Mus :
“Bagus sekali anak pesisir, betul-betul sekali .” Bu Mus terheran-heran
Sementara disisi lain Harun dan Sahara sibuk membincangkam
kucing harun yang berjumlah 3
beranak 3 dan belang 3 .
Keesokan harinya , Lintang menghampiri Mahar yang sedang
asyik bermain di Pohon
Lintang :
“Kuping kau bisa selebar kuping gajah har”
Borek : “apa yang ada didalam radio kau
har?”
Mahar : “Kau
tak mengerti Boy, didalam sini ada musik dahsyat . Coba dengar musik ini boy,
namanya musik jazz, musiknya orang-orang pintar”
Ikal :
“Apelah yang kau bincangkan nih har?”
Mahar : “Ah
, Boy sudahlah kau juga tak mengerti apa yang kubilang ini” Mahar pergi
menunggalkan Lintang dan Mahar, lalu Ikal bergaya dengan bahasa isyarat yang
menunjukkan bahwa
Mahar sinting.
Hari ulangan umum telah tiba dengan berat hati SD
Muhammadiyah harus bergabung dengan SD PN
TIMAH karena pemerintah sudah
memutuskannya
Pak Harfan : Ndak ada yang bisa kita lakukan lagi mus,
surat dari pengawas sekolah sumatera
selatan ini jelas mengtakan untuk ulangan
umum minggu depan kita harus bergabung dengan SD PN
TIMAH
*Bu muslimah
menatap foto yang ada di dinding belakang pak Harfan*
Pak Harfan : Mus, seharusnya kau tak perlu merasa
terbebani , hanya karena ayahmu ada dalam
foto itu bersamaku, sudah 2 bulan ya
gaji kau dan bakrie tertunda . Kau masih muda , mengape kau
menolak lamaran
saudagar itu? Kau akan jadi istri saudagar di tanah jawa mus”
Bu Mus : Lalu saye nak tinggalkan pak cik
beruda saja dengan Bakrie, mimpi aku tu menjadi guru
bukan jadi istri saudagar,
soal uang aku sudah mendapatkannya dari menjahit..
Keesokan harinya
bu muslimah menyampaikan informasi bahwa ujian umum akan dilaksanakan di
SD PN
Bu Mus : Anak-anak minggu depan kalian akan
melaksanakan ujian , kalian harus bergabung
dengan SD PN TIMAH
Mahar : Mengape begitu cekgu? Biasanye kita
ulangan disini
Borek : Baju dan sandal kita jelek dan
usang cekgu , apalah kata anak SD PN nanti
Bu Mus : Sudahlah tak ape, yang penting kalian
sekarang belajar ye
Anak-anak : Iyela
Keesokan harinya
Hari demi hari dilalui oleh mereka, sore ini Bu Mus pergi
untuk membeli baju. Bu mus bertemu dengan
salah satu wali murid SD PN TIMAH
yang membeli kain untuk persiapan drumband. Terlintas sebuah
gagasan bahwa SD
Muhammaddiyah haru memgikuti karnaval
Bu Mus :
“Pak cik saya ada gagasan, bagaimana jika laskar pelangi ikut serta dalam
karnaval ?”
Pak Harfan :
“Kuserahkan semuanya padamu Mus, aku rasa anak – anak akan bahagia saat
mendengarnya”
Derapan kaki guru wanita pensuci pendidikan memasukki
kelas kami, ya Bu Mus masuk ke kelas
kami
Bu Mus :
“Anak – anak harap tenang dengarkan Ibu, ada kabar gembira untuk kita”
Anak – anak yang semula gaduh akhirnya duduk rapi dan
siap mendengarkan apa yang akan
dikatakan Bu Mus
Bu Mus :
“Ibu dan Pak Harfan sudah memutuskan jika kalian semua mengikuti karnaval
tahunan,
dan kami setuju jika Mahar menjadi ketua regunya, karena Mahar selalu
mendapat nilai tinggi dalam
pelajaran seni”
Mahar : Serahkan semua pade saya bu
Bu Mus : Tapi ingat, kita tak punya dana untuk
semua itu
Mahar : Serahkan pada Mahar dan Alam bu
Ikal :
“Mulai sekarang saya bersedia jadi pembeli kapur bu”
*Siang harinya bu
Mus menyuruh Ikal untuk membeli Kapor , karena kapor SD Muhammadiyah
memang sudah
habis*
Ikal : Ko kapor SD Muhammadiyah
Koko : Aling Kapor SD Muhammadiyah , dah
sana kau masuk jangan lupa bayar bon kapor
bulan depar
Ikal : Oke Ko
*Lagi-lagi Ikal
merasa berbunga-bunga dan ikal pulang bagaikan dihujani oleh ribuan bunga, kali
ini ia
memaksa Akiong agar ia bisa bertemu dengan Aling*
Ikal : “Ong akiong ayola ong bantu aku Beretemu
dengan Aling”
Akiong : “Hari minggu ini sebenarnya ia akan
datang kerumahku”
Ikal terus bersiap
diri untuk menemui Aling malam ini , ia berpose mengikuti Rhoma Irama yang
diiringi lagu rhoma irama dari suara radio tua Mahar. “apa artinya malam
minggu, bagi orang yang
tidak mampu” Saat ia menuju ruma Aling ia memakai jeli
milik ayahnya . Setibanya di rumah Akiong ,
ia menunggu dengan penuh harapan ,
akiong mengatakan ikal hanya boleh menjumpai Aling selama
5 menit karena ayah
Aling termasuk pribadi yang keras.
*Aling keluarkan
memamerkan senyumannya yang cantik jelita*
Ikal : “Kau tak suka puisi aku ya?”
Aling : “Puisi mu bagus-bagus, aku sudah salin semua
di buku harianku, yang asli kau simpan ya ”
*Ketika anak-anak
sedang sibuk belajar didalam kelas , bu Muslimah malah tak melihat keberadaan
Mahar*
Tiba-tiba Mahar
datang
Mahar : Aku dah tau, apa yang akan Ku
tampilkan waktu karnaval
Bu Mus : Benarkah?
Mahar : Lintang, Ikal, Borek , Kucai ,
Sahara sini kau
Kucai : Mengape kau panggil kita orang?
Mahar : Dah tenang , karnaval besok kita
akan tampil maksimal
Lomba 17 Agustus pun dimulai , Sd Muhammadiyah dengan
semangat memulai tarian ciptaan
seniman laskar pelangi tersebut, semua penonton
tertawa kegirangan, melihat aksi Mahar dan
kawan-kawan yang memukau, mereka
menari seperti orang kesetanan , karena mereka memakai
properti yang gatal dari
Mahar . Keesokan harinya , semua anggota laskar pelangi kumpul , saling
memandangi satu sama lain, kali ini mereka telah berhasil menujukkan bahwa
mereka bisa, mereka
bangga karena mereka berhasil meraih juara dengan semangat
, hasil alam dan tanpa mengeluarkan
biaya sepeserpun. Karena hasil kerja keras
mereka ada salah satu anak SD PN TIMAH tertarik untuk
pindah sekolah ke SD
ISLAM MUHAMMADIYAH tertua di pulau belitong.
Mahar :
“Mengapa kau nak pindah di SD yang dah tak layak pakai ini?”
Flo :
“Karena aku tertarik dengan tarian kalian, benar – benar berbau mistis”
Borek : “1
minggu gatal ditubuhku baru hilang gara – gara kalung yang kau buat! Kuhajar
kau
mahar”
SELESAI
PEMAIN
DRAMA LASKAR PELANGI
Cahyadi
Setia Panatagama : Borek ,
Aling, Apak Ikal, Harun
Fildzah
Hendriawati : Flo,
Sahara,
Hanum
Kanthi Pramesthi : Pak Harfan
, Mahar
Jihan
Fahriyah Alatas : Bu
Muslimah
Fahira
Dwi Layliasari : Kucai,
, Narator
Nadira
Putri Alita :
Lintang , Akiong
Rafi :
Ikal