Anda di halaman 1dari 2

2010 – 2014 KULIAH

2007 – 2010 SMA

2004 – 2007 SMP

1998 – 2004 SD

2005 S2

2003 S1

1998 SMA

Hara, Omkara, dan Sagara

PULAU MARIA, 2010

Pukul 05.30, seperti biasa lapangan ini sudah penuh dengan orang – orang yang berpakaian seragam
sembari membopong tas berisi perlengkapan sekolah walaupun gelapnya langit masih menutupi bumi,
hanya lampu jalan yang berwarna kuning yang memberikan cahaya untukku berjalan menuju lapangan,
rumah – rumah masih tertutup, gemuruh hujan deras semakin tidak terbendung menambah drama pagi
hari menuju sekolah, “hmmm, kalau begini terus bisa – bisa telat lagi sampai kesekolah” fikirku dalam
hati.

“Haraaa…” teriak Sagara dari bawah pondok kecil untuk berlindung dari derasnya hujan.

“Oiii, tungguuu..” akupun berlari sambil memeluk tas sekolah.

“Hujan lagi, hujan lagi… setiap pagi hujan, bisa jadi truk nya tidak bisa lewat lagi nih”. Ujar Omkara.

Yaa, truk adalah alat transportasi kami untuk menuju sekolah bukan bus ataupun mobil, truknya hanya
memiliki kursi di setiap sisinya saja.

“sabaar, bentar lagi juga kita akan tamat dan akan berangkat ke kota untuk kuliah” hibur ku kepada
Sagara dan Omkara.

“In sya Allah, aku dengar biaya kuliah mahal dan aku tidak ingin membebani kedua orang tuaku” sahut
Sagara.

Aku sedih mendengarnya, orang tua kami bekerja di pabrik kelapa sawit sebagai karyawan biasa. Hanya
keluarga yang mampu yang bisa melanjutkan sekolah anaknya ke jenjang yang lebih baik.

“Berdoa saja semoga kita bias lulus beasiswa” jawab Sagara.

“aamiin…” jawab kami bersamaan.


Tak lama truk sekolah kami pun datang. Salah satu aktifitas unik di pagi hari adalah kami harus berebut
naik truk agar bisa duduk dan kalau tidak kami harus berdiri selama satu jam perjalanan menuju sekolah.
Kami sudah terbiasa dengan sebutan “kambing” oleh siswa – siswa lain yang berasal dari daerah lain,
maklum tempat tinggal kami tidak terdapat di peta, begitu kata – kata mereka.

Seperti biasa kami bertiga harus mendahulukan adik kelas dan perempuan, kadang ingin rasanya duduk
dan mendapatkan waktu satu jam untuk tidur di truk sebelum tiba di sekolah.

Setengah jam perjalanan…

“Turuuun… turuuun… turuuun…” teriak supir dari dalam

“truknya tidak bisa lewat, karena lubangnya dalam jadi trukya kepater*” kata supir.

“Tuhkan sudah kuduga, hmm” kata sagara.

“sudah yuk kita bantu dorong saja truknya, supaya bisa lewat” ajak ku kepada setiap teman laki – laki
yang ada di dalam truk.

Toronto, 2017

“Hara, finally we made it” kata Ben.

Seketika aku terbangun dari lamunanku mengenang masa SMA yang penuh perjuangan

“yess Ben, we have been through so much in 2 years and now I can go back to my home country and
give the best to the people, I can’t wait for it” ujar ku kepada Ben.

“You will get a great job here and you can stay in a good place, why should you go back there?” Tanya
Ben.

“I have family, friends and I miss my hometown so bad, This title is just a bridge for me to help many
young generations in Indonesia get a better education, especially in my village, my goal is to build a
school in my village because there is no good school in the area where I live, children must go to the city
to get a better education” jelas ku.

“I’m really sorry about that, is there anything that I can do? I really want to help” Tanya Ben

“you can be my partner, haha” candaku

“that’s a great idea, I can come by visiting your hometown and meet people there, it would be great”

Anda mungkin juga menyukai