Cerpen Pendidikan
Judul: Sekolahku di Pedalaman
----------------------------
Sudah lima tahun aku belajar di sekolah ³Budi Makmur´ ini. Sekolahku berada di daerah
pedalaman. Kondisi sekolahku sangat sederhana. Hanya ada tiga kelas. Dindingnya terbuat dari
papan dan kulit kayu. Sementara atapnya terbuat dari daun sagu, atau sering disebut daun rumbia
oleh suku pedalam. Meja dan tempat duduk kami terbuat dari papan yang dibuat memanjang.
Papan tulis hitam berukuran 1x2 meter menggantung di depan kelasku. Se-kolahku hanya
berlantaikan tanah. Kalau hujan turun, airnya akan masuk ke dalam kelasku hingga menjadi
becek.
Sekarang aku sudah kelas enam. Hanya ada empat orang murid di kelasku. Sedangkan guru yang
mengajar di sekolahku hanya ada dua orang. Pak Nantan dan Pak Kurna, mengajar dari kelas
satu sampai kelas enam.
Dalam belajar, kami dan guru senang membaur. Seperti mengerjakan latihan misalnya, kami
sering mengerjakan dan memecahkannya bersama-sama, dan tidak malu-malu bertanya kalau
tidak paham. Kami dan guru terlihat sangat akrab sekali!
Pulang sekolah hari ini aku dibonceng Pak Nantan naik sepeda ontel. Sedangkan Rizal, temanku,
ikut dengan Pak Kurna. Kami sering dibonceng seperti ini karena rumah kami berdua paling
jauh. Jarak rumah ke sekolahku empat kilo meter. Jam enam pagi aku sudah harus berangkat ke
sekolah dengan berjalan kaki melewati jalan setapak dan hutan belantara.
³Pak Nantan hari ini mancing ke sungai lagi? Boleh Ujang ikut?´ tanyaku.
³Bapak hari ini memetik buah kelapa di kebun, Jang. Uang belanja sudah menipis. Besok kalau
kelapa-kelapa itu sudah terjual, Bapak pasti akan ajak Ujang mancing di sungai!´ janji Pak
Nantan.
Aku sedih mendengarnya. Sudah lelah mengajar di sekolah, Pak Nantan harus memanjat kelapa
lagi sesampainya di rumah. Kalau tidak, keluarganya tidak bisa makan. Karena dengan menjual
buah-buah kelapa itulah Pak Nantan bisa mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya.
Pak Nantan tak menerima gaji mengajar di sekolah, karena Pak Nantan hanya tamat SMP. Tapi
niat baiknya ingin memajukan kampungku supaya bebas buta huruf dan pandai berhitung
memang patut diacungi jempol.
Setahun yang lalu ada dua orang guru bantu yang dipindahtugaskan dari kota ke kampungku.
Betapa gembiranya aku waktu itu. Aku berharap kehadiaran mereka bisa memberikan kemajuan
bagi sekolahku. Namun harapanku itu kemudian pupus. Sebulan mengajar, mereka hanya empat
kali datang ke sekolahku. Bulan berikutnya, mereka tak pernah datang-datang lagi ke sekolah.
Ah, mungkin mereka tak terbiasa dengan keadaan kampungku yang terpelosok jauh berada di
pedalaman.
Suatu hari Pak Nantan pernah bertanya kepadaku tentang cita-citaku. ³Apa cita-citamu, Jang?´
³Aku ingin jadi seperti Bapak!´ jawabku mantap.
Aku mengangguk, ³Aku ingin membuat kampung ini menjadi maju. Aku ingin semua orang bisa
membaca dan berhitung. Kalau orang-orang di kampung ini sudah bisa membaca dan berhitung,
pasti mereka bisa membangun kampung ini mejadi lebih maju!´
Mata Pak Nantan tampak berkaca-kaca mendengar penuturanku. ³Pendidikan di kampung ini
memang sangat menyedihkan. Tak ada guru-guru yang mau mengajar di kampung ini. Apalagi
kebanyakan anak-anak seusiamu lebih memilih bekerja di ladang membatu orang tua mereka
dari pada pergi ke sekolah.´
Air mataku menetes. Aku sedih sekali. Di rumah, seharusnya Abah dan Emak bisa
membimbingku belajar dan mengerjakan PR. Tapi mana mungkin. Kedua orang tuaku tidak
pandai membaca dan menulis. Malah suatu ketika Abah dan Emak memintaku untuk mengajari
mereka membaca, menulis dan berhitung. Wah« Bagaimana mungkin? Apa aku bisa? Ah, tapi
akhirnya kucoba juga. Setiap hari setelah pulang sekolah, aku pun mengajari orang tuaku
membaca, menulis dan berhitung.
³Abah bangga padamu, Jang. Anak sekecil kamu sudah pandai mengajari Abah dan Emakmu
membaca, menulis dan berhitung,´ ujar Abah memujiku.
³Emak juga bangga, Jang. Berkat kamu sekolah, Emak dan Abahmu jadi tak bodoh lagi. Emak
dan Abahmu sekarang sudah bisa membaca walaupun masih mengeja,´ kata Emak lalu mencium
kepalaku.
³Terima kasih,´ ucapku terharu. ³Ini juga berkat Abah dan Emak yang mau menyekolahkanku
hingga aku menjadi pintar dan bisa mengajari Abah dan Emak di rumah, hehe«´
Abah dan Emak memelukku, dan menciumi kedua pipiku dengan penuh rasa sayang dan cinta.
Ah, kelak, aku harus bisa membangun kampung ini menjadi lebih maju! Aku ingin semua orang
di kampung ini bisa membaca, menulis dan berhitung. Doakan aku, ya, teman-teman!***
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo
sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan
konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan
kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan
dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah,
jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki
dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai
putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik
(warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut
agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan
(keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman;
musuh) dan lain sebagainya.
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah
dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur
kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran
tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat
membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera,
konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat
keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi
pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita
para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang
sempurna dan paling mulia.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya,
tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena
adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari
adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia
dari Allah SWT. {³Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi
semuanya.´}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {³Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan
yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.´}(Q. S.
Ibrahim: 33). {³Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas
kehendak-Nya.´}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah
karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-
apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya
sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan.
Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada
manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat
membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang
dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh
dilewati.
Dari segi fisiologis bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai fisik hampir sama dengan hewan.
Hewan punya kepala, maka manusia punya kepala. Hewan punya telinga, maka manusia punya telinga.
Hewan punya kaki, maka manusia pun punya kaki. Dari segi fisiologis bisa dikatakan tidak ada beda
antara manusia dengan hewan.
Jika kita mendefinisikan manusia hanya melalui segi fisiologis saja, maka kita akan dibuat kebingungan.
Di antara manusia itu saja terjadi perbedaan bentuk fisik. Ada yang gendut, kurus, ada yang langsing.
Ada yang bisa melihat dan ada yang (maaf) buta. Jika terjadi perbedaan seperti itu, maka mana yang
pantas disebut sebagai manusia?
Maka dari itu, kita harus mendefinisikan manusia kembali dengan sudut pandang lainnya. Menurut saya,
definisi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dan dianugerahiNya akal, hati, fisik. Yang
membedakan antara manusia dengan hewan adalah akal. Maka ada yang berpendapat bahwa manusia
itu hewan yang berakal. Karena dari segi fisik memang tidak ada beda dengan hewan tetapi yang
membedakannya adalah akal.
A. PENGERTIAN NILAI
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia.
Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka.
Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan
penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi.
Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum
operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar
tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran
lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan
Nilai Instrumental.
Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran itu bisa
dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang
sama dan dalam batas-batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh
B. CIRI-CIRI NILAI
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut.
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak
dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki
kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra
adalah kejujuran itu.
b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan
sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan
manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan
berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia
bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini
menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
C. MACAM-MACAM NILAI
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu
a. Nilai logika adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang siswa
dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita
katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai
moral sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah apabila
kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan,
nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan
melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan
lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu
indah.
Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan
baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak
semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan
kita sehari-hari.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai
itu adalah sebagai berikut :
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan
ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau
aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi
1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan(emotion) manusia.
3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,Will) manusia.
Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan
atau keyakinan manusia.
PENGERTIAN MORAL
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos sedangkan bentuk
jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita
membandingkan dengan arti kata etika, maka secara etimologis, kata etika sama dengan kata
moral karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata
lain, kalau arti kata moral sama dengan kata etika, maka rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai
dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu etika dari bahasa
Yunani dan moral dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika
itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-
norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu
bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral,
hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang moralitas suatu perbuatan, artinya segi moral
suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Menurut Daliyo, dkk, (1989: hal 30), Hukum pada dasarnya adalah (1) peraturan tingkah laku
manusia, (2) yang diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib, (3) yang bersifat memaksa,
harus dipatuhi, (4) dan memberikan sanksi tegas bagi pelanggar peraturan tersebut (sanksi itu
pasti dan dapat dirasakan nyata bagi yang bersangkutan).
Hukum objektif adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara sesama anggota
masyarakat. Dari sini berkembang pengertian (1) hubungan hukum, yaitu hubungan antar sesama
anggota masyarakat yang diatur oleh hukum, dan (2) subyek hukum, yaitu masing-maSing
anggota masyarakat yang saling mengadakan hubungan hukum.
Hukum Pidana Obyektif, yaitu peraturan yang memuat perintah dan atau larangan dengan
disertai ancaman hukuman bagi para pelanggarnya. Dibagi menjadi dua:
1. Hukum Pidana Materiil, yaitu semua peraturan yang merumuskan tentang
perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum, siapa yang dapat dihukum dan
hukuman apa yang
diterapkan. Hukum Pidana materiil dibedakan lagi menjadi
Hukum Pidana Umum
Hukum Pidana Khusus (misalnya Hukum Pidana Militer, Hukum Pidana
Fiskal, Hukum Pidana Ekonomi)
2. Hukum Pidana Formil adalah peraturan hukum pidana yang mengatur bagaimana
cara
mempertahankan berlakunya hukum pidana materiil. Hukum Pidana Formil
memproses
bagaimana menghukum atau tidak menghukum seseorang yang dituduh
melakukan
tindak pidana (makanya disebut sebagai Hukum Acara Pidana)
2. Hukum Pidana Subyektif adalah hak negara untuk menghukum seseorang berdasarkan
hukum obyektif, karena tidak dibenarkan setiap orang bertindak sendiri, menghukum
seseorang
yang telah melakukan tindak pidana.
Dibawah ini adalah beberapa pengertian hukum menurut pendapat para ahli.
Grotius
Perbuatan tentang moral yang menjamin keadilan.
Van Vanenhoven
Suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergolak terus menerus dalam keadaan
berbenturan tanpa henti dari gejala-gejala lain.
Mochtar Kusumaatmadja
Keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat,
juga meliputi lembaga (institusi) dan proses yang mewujudkan kaidah tersebut dalam
masyarakat.
Aristoteles
Sesuatu yang berbeda dari sekedar mengatur dan mengekspresikan bentuk dari konstitusi
dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku para hakim dan putusannya di
pengadilan untuk menjatuhkan hukuman terhadap pelanggar.
Hugo de Grotius
Peraturan tentang tindakan moral yang menjamin keadilan pada peraturan hukum tentang
kemerdekaan (law is rule of moral action obligation to that which is right).
Van Kan
Keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia
di dalam masyarakat.
Leon Duguit
Semua aturan tingkah laku para angota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya
pada saat tertentu diindahkan oleh anggota masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan
bersama dan jika yang dlanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang
melakukan pelanggaran itu.
Immanuel Kant
Keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti peraturan
hukum tentang kemerdekaan.
E Utrecht
Himpunan petunjuk-petunjuk hidup tata tertib suatu masyarakat dan seharusnya ditaati
oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
Eugen Ehrlich
Sesuatu yang berkaitan dengan fungsi kemasyarakatan dan memandang sumber hukum
hanya dari legal story and jurisprudence dan living law.
Roscoe Pound
Sebagai tata hukum mempunyai pokok bahasan hubungan antara manusia dengan
individu
lainnya, dan hukum merupakan tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu
Hans Kelsen
Suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum adalah kaidah primer yang
menetapkan sanksi-sanksi.
John Austin
Seperangkat perintah, baik langsung maupun tidak langsung dari pihak yang berkuasa
kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen dimana
pihak yang berkuasa memiliki otoritas yang tertinggi.
Karl Von Savigny
Aturan yang terbentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui
pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada sejarah manusia,
dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan, dan kebiasaan warga masyarakat.
Karl Max
Suatu pencerminan dari hubungan hukum ekonomis dalam masyarakat pada suatu tahap
perkembangan tertentu.
Llywellin
Apa yang diputuskan oleh seorang hakim tentang suatu persengketaan.
Holmes
Apa yang dikerjakan dan diputuskan oleh pengadilan.
Paul Scholten
Suatu petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak layak dilakukan,
yang bersifat perintah.
Thomas Hobbes
Sebuah kata seseorang yang dengan haknya telah memerintah pada yang lain.
M J Van ApelDorn
Sebagai gejala dalam masyarakat, maka keseluruhan kebiasaan-kebiasaan hukum yang
berlaku dalam masyarakat adalah objek dari ilmu hukum.
Soerjono Soekamto
Mempunyai berbagai arti:
1. Hukum dalam arti ilmu (pengetahuan)
hukum
2. Hukum dalam arti disiplin atau sistem
ajaran tentang kenyataan
3. Hukum dalam arti kadah atau norma
4. Hukum dalam ari tata hukum/hukum positf
tertulis
5. Hukum dalam arti keputusan pejabat
6. Hukum dalam arti petugas
7. Hukum dalam arti proses pemerintah
8. Hukum dalam arti perilaku yang teratur
atau ajeg
9. Hukum dalam arti jalinan nilai-nilai
Thomas Aquinas
Hukum berasal dari Tuhan, maka dari itu hukum tidak boleh dilanggar.
Saya berharap sedikit dari artikel blog ini bermanfaat bagi para kawan semuanya dalam
mengerjakan tugas/mungkin hanya sekedar cari cari ilmu saja. Kalau ada saran,
pertanyaan, dan pendapat boleh ditulis pada kotak komentar dibawah ini.