Perawatan Lanjut
RELIABILITY-CENTRED
MAINTENANCE
(RCM)
Penyunting: Anang YB
Layout Naskah – Panjibudi
4. IMPLEMENTASI RCM................................................................... 49
Siapa Yang Mengetahui?...................................................................... 49
Kelompok Review RCM....................................................................... 54
Fasilitator............................................................................................... 57
Auditor................................................................................................... 59
Strategi-Strategi Implementasi ........................................................... 60
Daftar Isi •v
12. DIAGRAM KEPUTUSAN RCM................................................... 324
Proses Keputusan RCM..................................................................... 324
Penyelesaian Lembaran Keputusan.................................................. 337
1978
Nowlan F S and Heap H (1978). Reliability-centred Maintenance. Springfield, Virginia: National
1978
Generasi Pertama
Generasi Pertama mencakup periode hingga Perang Dunia ke-II.
Pada waktu itu mekanisasi industri tidaklah tinggi, sehingga downtime
bukan merupakan masalah besar. Ini berarti bahwa pencegahan kerusakan
peralatan bukan merupakan prioritas utama di benak para manajer. Pada
waktu itu peralatan pun sangat sederhana dan kadang-kadang dirancang
secara berlebihan. Ini membuatnya andal dan mudah dirawat. Sebagai
hasilnya pada waktu itu tidak dibutuhkan perawatan yang sistematis
kecuali membersihkan, servis, dan pelumasan rutin. Ketrampilan yang
dibutuhkannya pun lebih rendah dibandingkan dengan saat ini.
Generasi Ketiga
Sejak pertengahan 1970-an, proses perubahan dalam industri
makin meningkat. Perubahan-perubahan ini dapat diklasifikasikan
dalam kelompok harapan baru (new expectation), penelitian baru (new
research), dan teknik-teknik baru (new techniques).
Penelitian Baru
Di luar harapan baru, penelitian baru mengubah banyak sekali
pengertian dasar kita tentang umur dan kegagalan. Sudah jelas
bahwa terjadi hubungan yang makin berkurang antara umur operasi
dari sebagian besar aset dan bagaimana mereka gagal. Gambar 2.2
menunjukkan bagaimana pandangan awal yang sederhana terhadap
Teknik-Teknik Baru
Telah terjadi pertumbuhan yang sangat banyak dalam konsep-
konsep dan teknik-teknik perawatan baru. Beratus-ratus teknik telah
dikembangkan dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir ini, dan
akan selalu bertambah terus. Gambar 2.3 menunjukkan bagaimana
perhatian klasik pada overhaul dan sistem administrasi telah berkembang
menjurus ke dalam dimasukkannya perkembangan-perkembangan baru
di sejumlah bidang yang berbeda-beda.
Hal ini benar untuk beberapa jenis peralatan sederhana, dan untuk
beberapa komponen yang kompleks dengan mode kegagalan dominan.
Namun pada beberapa kasus khusus, karakteristik keausan kadangkala
dimulai pada saat peralatan mulai berkontak langsung dengan produk.
Contohnya antara lain adalah pada crusher atau hopper liner, screw
conveyors, mesin perkakas, impeller pompa, batu tahan api (refractory)
tungku pembakaran dan sebagainya. Kegagalan yang terkait dengan
umur sering-sering pula terkait dengan kelelahan dan korosi.
Bagaimanapun juga kini secara umum, peralatan jauh lebih
kompleks dibandingkan dengan lima belas tahun yang lalu. Ini menjurus
ke perubahan-perubahan yang mencengangkan dari pola kerusakan
mesin, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. Gambar tersebut
menunjukkan kemungkinan kondisional (conditional probability) dari
kerusakan terhadap umur operasi dari sekelompok besar komponen
elektrikal dan mekanikal.
Pola A adalah ’kurva bak mandi’ yang terkenal. Kurva ini dimulai
dengan timbulnya kegagalan yang tinggi (dikenal sebagai kematian dini
(infant mortality) atau burn-in period) diikuti oleh laju kegagalan yang
konstan atau meningkat secara perlahan, kemudian mencapai daerah
wear-out. Pola B menunjukkan kemungkinan kegagalan yang konstan
atau meningkat perlahan, dan berakhir dengan daerah wear-out (Gambar
2.4).
Pola C menunjukkan kenaikan kemungkinan kegagalan secara
perlahan, tetapi di sini umur wear-out tidak teridentifikasi. Pola D
menunjukkan kemungkinan kegagalan yang rendah ketika komponen
baru atau baru saja keluar dari pabrik, kemudian meningkat cepat menuju
tingkat yang konstan, sedangkan pola E menunjukkan kemungkinan
kegagalan yang konstan untuk seluruh rentang usia (random failure). Pola
IMPLEMENTASI RCM
Kita telah melihat bagaimana proses RCM melibatkan tujuh
pertanyaan dasar. Dalam praktiknya, orang-orang perawatan tidak
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini semua dengan mudah.
Ini disebabkan kebanyakan (atau hampir seluruhnya) dari jawaban-
jawaban hanya dapat diberikan oleh orang-orang produksi atau operasi,
terutama untuk pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah
fungsi, prestasi yang diharapkan, efek-efek kegagalan dan konsekuensi-
konsekuensi kegagalan.
Untuk alasan ini, review terhadap kebutuhan perawatan untuk
sembarang aset harus dilakukan oleh tim kecil yang melibatkan sedikitnya
satu orang dari fungsi perawatan dan satu orang dari fungsi operasi dalam
cross section, yaitu orang yang melakukan tugas dan orang yang mengatur
mereka. Secara umum, kelompok itu tidak boleh kurang dari 4 dan tidak
lebih dari 7 orang, idealnya adalah 5 atau 6 orang. Senioritas dalam
kelompok itu tidak menjadi permasalahan tetapi mereka harus memiliki
pengetahuan yang menyeluruh dari aset yang sedang di-review. Setiap
anggota kelompok harus telah dilatih mengenai RCM. Contoh kelompok
review RCM dapat disajikan seperti pada Gambar 2.6.
Fasilitator
Kelompok review RCM bekerja dibawah bimbingan spesialis RCM
yang biasa dikenal sebagai fasilitator. Fasilitator merupakan orang yang
paling penting dalam proses tinjauan RCM. Tugasnya adalah untuk
menjamin agar:
• RCM diterapkan dengan benar. Dengan perkataan lain, bahwa
pertanyaan diajukan secara tepat dalam urutan yang benar,
dan dimengerti dengan benar oleh setiap anggota kelompok.
Auditor
Segera setelah review untuk setiap peralatan utama telah lengkap,
manajer senior yang memiliki wewenang pada seluruh peralatan harus
diyakinkan bahwa review telah dilakukan dengan tepat dan mereka
telah setuju dengan penaksiran konsekuensi-konsekuensi kegagalan
dan pemilihan tugas-tugas. Audit tidak perlu dilakukan oleh manajer-
manajer ini sendiri, tetapi dapat mendelegasikan ke seseorang yang
dinilai memiliki tingkat kepakaran yang cukup dan bertindak mewakili
pihak manajemen.
Implementasi RCM • 49
Jika informasi ini di-sharing dalam sebuah pertemuan tunggal,
orang perawatan mulai mengapresiasi lebih jelas tentang apa yang sedang
dicapai oleh bagian produksi. Sedangkan, orang produksi memperoleh
pemahaman tentang apa yang dapat dilakukan oleh bagian perawatan.
Implementasi RCM • 51
- Kemungkinan diterimanya kegagalan ganda. Hal ini
harus ditentukan dengan dasar kuantitatif dan kualitatif.
- MTBF dari fungsi yang diproteksi. Hal ini dibutuhkan jika
ketersediaan yang diinginkan dari alat yang diproteksi
ditentukan dengan basis ketelitian. Jika informasi
ini belum ada sebelumnya, dapat diperoleh dengan
menanyakan kepada operator peralatan yang sering
menemukan kegagalan dari fungsi yang diproteksi.
• Konsekuensi keselamatan dan lingkungan
Jika efek dari mode kegagalan dapat dijelaskan dengan
alasan, maka sangatlah mudah untuk menilainya, apakah
sampai mempengaruhi keselamatan dan lingkungan atau
tidak. Kesulitannya adalah memutuskan pada tingkat resiko
seberapa hal itu bisa diterima.
• Konsekuensi operasional
Kegagalan memiliki konsekuensi operasional jika
ia mempengaruhi output, kualitas produk, dan customer
service, atau jika menaikkan biaya daripada biaya untuk
memperbaikinya. Posisi orang terbaik dalam menilai
konsekuensi ini adalah manajer operasional dan supervisor,
berharap dengan beberapa asistensi dari akuntan biaya.
• Konsekuensi non-operasional
Orang terbaik untuk menilai biaya perbaikan langsung
adalah supervisor first-line dan second-line.
Implementasi RCM • 53
• Tugas menemukan kegagalan (failure-finding). Jika frekuensi
dari tugas menemukan kegagalan diciptakan tanpa analisis yang
teliti dari sistem yang diproteksi, ketersediaan yang diinginkan
dari alat proteksi sebaiknya ditentukan oleh kelompok. MTBF
dari alat proteksi diperoleh dengan menanyakan pada pembuat
alat tersebut atau menanyakan pada orang yang mengeceknya,
biasanya operator atau craftsman. Craftsman dan supervisor
perawatan adalah orang terbaik untuk menilai kemungkinan
dilakukannya tugas menemukan kegagalan.
• Desain ulang. Kelompok review RCM sebaiknya tidak berusaha
untuk mengembangkan desain baru selama pertemuan RCM,
dengan alasan:
- Proses desain memerlukan keahlian yang biasanya tidak
tersedia dalam pertemuan RCM.
- Meskipun dilakukan dengan benar, pengembangan
desain baru membutuhkan banyak waktu yang tidak
mungkin tercukupi pada pertemuan RCM.
Implementasi RCM • 55
Gambar 4.2. Aliran Informasi Database RCM
Fasilitator
Kelompok review RCM bekerja di bawah bimbingan spesialis RCM
yang biasa dikenal sebagai fasilitator. Fasilitator merupakan orang yang
paling penting dalam proses review RCM. Peran fasilitator adalah untuk:
• Menanyakan rangkaian pertanyaan terstruktur pada anggota
kelompok untuk memahami aset maupun proses spesifik.
• Menjamin bahwa kelompok mencapai konsensus jawaban
pertanyaan RCM.
• Mencatat semua jawaban dalam lembar kerja RCM.
Untuk mencapai tugasnya ini, fasilitator perlu melakukan hal-hal
sebagai berikut:
Implementasi RCM • 57
• Memutuskan tingkatan analisis apakah yang akan dilakukan,
menjamin bahwa konteks operasi aset didefinisikan penuh
dan dimengerti oleh kelompok, dan menjamin bahwa tidak
ada item atau komponen khusus yang dilupakan.
• Menjamin bahwa pertemuan dipimpin dengan profesional.
Untuk melakukan ini fasilitator harus:
- Menjamin setiap orang paham tujuan keseluruhan dari
latihan ini.
- Mengadakan norma-norma pertemuan.
- Mengatur tujuan setiap pertemuan.
• Menjamin bahwa proses RCM diterapkan dengan benar.
Semua pertanyaan harus dijawab dengan urutan yang benar
dan dimengerti oleh setiap anggota dengan benar. Fasilitator
perlu menjamin bahwa peserta tidak menjawab pertanyaan
yang tidak ditanyakan (seperti membahas tentang MTBF
saat ditanyakan Interval P-F) dan tidak melompat ke bagian
kesimpulan lebih dahulu. Fasilitator sebaiknya orang yang ahli
dalam RCM. Jika mungkin, dia adalah pegawai tetap dalam
organisasi tersebut, sehingga ada jaminan jangka panjang
terhadap komitmen yang telah dibuatnya.
• Mengamankan konsensus. Konsensus berarti bahwa setiap
anggota menerima keputusan kelompok meskipun ada
yang tidak setuju. Jika suatu saat terjadi deadlock, fasilitator
sebaiknya menyelesaikannya dengan memanggil seorang
teknisi ahli misalnya.
• Menjamin latihan dilakukan dengan langkah tetap. Pekerjaan
desain ulang sebaiknya tidak dibuat selama pertemuan RCM.
Fasilitator juga harus bisa:
Auditor
Segera setelah review setiap peralatan utama telah lengkap,
manajer senior yang memiliki wewenang pada seluruh peralatan harus
diyakinkan bahwa review telah dilakukan dengan tepat dan mereka
Implementasi RCM • 59
telah setuju dengan penaksiran konsekuensi-konsekuensi kegagalan
dan pemilihan tugas-tugas. Audit tidak perlu dilakukan oleh manajer-
manajer ini sendiri, tetapi dapat mendelegasikan ke seseorang yang
dinilai memiliki tingkat kepakaran yang cukup dan bertindak mewakili
pihak manajemen. Audit biasanya dilakukan dengan mengecek isi dari
Lembar Kerja Keputusan dan Informasi RCM, yaitu:
• Definisi fungsi dan prestasi standar yang diinginkan, serta
penilaian konsekuensi kegagalan.
• Kelompok telah memiliki pandangan bahwa tidak ada lagi
mode kegagalan yang berarti.
Bila auditor tidak setuju dengan keputusan dan pencapaian hasil
forum, sebaiknya didiskusikan dengan kelompok beserta dengan
fasilitator. Yang terpenting segera dilakukan audit setelah setiap review
telah dilengkapi, dengan alasan:
• Anggota kelompok dapat dengan mudah memanggil ulang
dasar pemikiran mereka saat membuat keputusan.
• Anggota kelompok lebih memahami bagaimana hasil dari
usaha mereka diterapkan dalam prakteknya.
• Lebih segera keputusan itu diterapkan, maka lebih segera pula
organisasi akan memperoleh keuntungan penuh dari latihan
ini.
STRATEGI-STRATEGI IMPLEMENTASI
RCM dapat diimplementasikan dalam dua cara, yaitu:
• Fokus pertama pada aset dan proses, dengan perhatian yang
lebih sedikit pada orang-orang (pendekatan jangka pendek).
• Pencarian kedua untuk mengambil keuntungan dari
kesempatan yang ditawarkan RCM di hadapan manusia sebaik
Implementasi RCM • 61
keuntungan dari proses-proses ini. Hal ini dapat dilakukan
dalam tiga tahapan, yaitu:
- Mengidentifikasi aset ’yang tidak berarti’. Yaitu, aset yang
mungkin tidak memberikan banyak keuntungan dari
proses RCM.
- Mengurutkan aset yang berarti, dalam hal artiannya.
- Memutuskan apakah menggunakan pendekatan
’template’ bagi aset-aset yang sama.
Implementasi RCM • 63
Pendekatan ’Template’
Jalan terakhir untuk mendapatkan pengembalian cepat dari RCM
adalah menggunakan analisis aset sebagai template terhadap yang lain.
Pendekatan ini hanya dapat diterapkan pada aset atau proses yang
sebenarnya sangat mirip atau identik dalam konteks operasionalnya.
Ketika pendekatan ini diadopsi, kelompok RCM melakukan analisis
komprehensif basis nol dari item atau proses pertama dalam rangkaian
seri dengan item sejenis. Lalu, analisis ini digunakan sebagai dasar untuk
me-review rangkaian item lainnya. Untuk melakukan ini, kelompok
menanyakan apakah fungsi dan standar prestasi setiap item berikutnya
berbeda. Perbedaan ini dicatat pada lembar kerja berikutnya, lalu analisis
dipindahkan untuk membandingkan kegagalan fungsional dengan jalan
yang sama sampai seluruh analisis keseluruhan terlengkapi.
Jika item sebenarnya identik secara teknis dan sama dalam konteks
operasionalnya, pendekatan ini dapat menghemat sejumlah waktu dan
usaha saat pertimbangan proses RCM, karena dalam beberapa kasus,
bagian pokok dari analisis yang tersisa tidak berubah untuk item yang
berikutnya.
Namun, pendekatan ini memiliki kekurangan yang cukup serius
dilihat dari sudut pandang motivasi. Hal ini karena operator dan perawat
aset berikutnya dipaksa menerima keputusan yang dibuat oleh orang
lain, sehingga secara alamiah akan mengurangi rasa memiliki terhadap
aset. Dalam kasus ekstrim, orang-orang berikutnya bisa menolak analisis
awal karena tidak merasa dilibatkan.
Implementasi RCM • 65
sampai sepuluh tahun untuk menganalisis peralatan dalam
jumlah yang besar. Perusahaan masih bisa memperoleh
keuntungan, tetapi dalam jangka waktu yang lama.
Implementasi RCM • 67
• Apakah ada bukti yang timbul, yang menyarankan bahwa
frekuensi dari setiap tugas sebaiknya diubah?
• Apakah setiap orang menjadi sadar bahwa teknik pencegahan
dapat menjadi superior dibandingkan yang lainnya? (superior
berarti lebih efektif dalam biaya, dapat juga superior dalam hal
teknis).
• Apakah ada alasan untuk menyarankan bahwa tugas sebaiknya
dilakukan oleh seseorang yang lainnya daripada beberapa
orang yang dipilih?
• Apakah aset telah dimodifikasi untuk menambah atau
mengurangi fungsi atau mode kegagalan, atau mengubah
kelayakan teknis dari setiap tugas?
Implementasi RCM • 69
5
TEKNIK PERAWATAN PREDIKTIF
PENDAHULUAN
Bahwa hampir pada sebagian besar kegagalan, akan muncul
peringatan atau tanda bahwa kegagalan akan terjadi. Peringatan-
peringatan ini disebut dengan kegagalan potensial (potential failure)
yang didefinisikan sebagai kondisi fisik yang dapat diidentifikasi, yang
menunjukkan bahwa kegagalan fungsional akan terjadi atau terjadi selama
berlangsungnya proses. Di lain pihak, kegagalan fungsional (functional
failure) didefinisikan sebagai ketidakmampuan setiap komponen untuk
memenuhi standar prestasi yang ditetapkan. Teknik yang dipakai untuk
mendeteksi kegagalan potensial dikenal dengan teknik perawatan on-
condition, karena peralatan diperiksa dan diperbaiki pada saat kondisi
di mana mereka memenuhi standar prestasi yang ditentukan. Frekuensi
pemeriksaan ini ditentukan dengan Interval P-F, yaitu interval antara
timbulnya kegagalan potensial dengan hingga terjadi kegagalan
fungsional.
Dasar teknik perawatan kondisi telah ada sejak adanya manusia,
dalam bentuk indera manusia (penglihatan, pendengaran, penciuman,
dan perabaan). Keuntungannya adalah orang dapat melakukan teknik
ini dan mendeteksi kegagalan potensial dengan cakupan yang lebih
luas, selama menggunakan empat indera tadi. Sedangkan kelemahannya
adalah pemeriksaan yang dilakukan manusia cenderung untuk tidak
teliti, sehingga interval pada Kurva P-F biasanya lebih pendek. Semakin
PEMANTAUAN DINAMIK
Setiap peralatan yang terdiri atas komponen yang begerak
dipastikan akan menimbulkan getaran di berbagai frekuensi. Frekuensi
ini dapat dibangkitkan dari sumber getaran alaminya maupun dapat
pula bervariasi dalam rentang yang lebar, yang dikenal dengan nama
spektrum. Jika komponen ini mengalami kegagalan, maka akan timbul
perubahan karakteristik getaran dan perlu analisis spektrum getaran
untuk mendeteksi kegagalan tersebut.
Terkadang, keadaan ini sangat kompleks. Pada kenyataannya
terdapat tiga jenis pengukuran karakteristik getaran yang berbeda, yaitu
pada frekuensi, kecepatan, dan amplitudonya. Langkah pertama yang
diambil adalah menentukan karakteristik getaran yang akan diukur.
Selanjutnya, menentukan teknik yang digunakan dalam analisis getaran
dari sinyal yang ditangkap oleh sensor getaran.
Pada umumnya, sensor perpindahan atau amplitudo lebih sensitif
pada frekuensi rendah, sensor kecepatan pada rentang frekuensi
menengah, dan sensor percepatan pada frekuensi tinggi. Kepekaan
Kurtosis Analysis
- Kondisi yang dipantau: pulsa kejut (shock pulse).
- Penerapan: elemen bantalan luncur dan roda gigi.
- Interval P-F: beberapa minggu sampai beberapa bulan.
- Cara kerja: kurtosis adalah konsep statistik yang berhubungan
dengan ’peakiness’ dari distribusi amplitudo getaran. Kondisi
suatu bantalan yang dihubungkan dengan besaran kurtosis
ditampilkan dalam meter, yang tidak tegantung pada
kecepatan bantalan. Ide dibalik Kurtosis, yaitu beberapa
komponen merosot sebagai hasil dari penurunan luas
permukaan kontaknya, sehingga menaikkan impuls periodik
yang dihasilkannya.
Acoustic Emission
- Kondisi yang dipantau: deformasi plastis dan pembentukan
retakan yang disebabkan oleh kelelahan, tegangan, dan
keausan.
- Penerapan: Material metal yang dipakai dalam struktur, bejana
tekan, pemipaan, dan peralatan penggalian pertambangan.
- Interval P-F: beberapa minggu, tergantung dari penerapan.
- Cara kerja: gelombang tegangan yang dapat didengar, yang
berhubungan dengan perubahan kristalografis dilepaskan dari
material akibat adanya pembebanan. Gelombang tegangan ini
dikumpulkan oleh transduser, diumpankan ke analyzer pulsa
melewati amplifier, kemudian direkam dalam bentuk grafik
X-Y atau pada oscilloscope. Kemudian, sinyal yang ditampilkan
dievaluasi.
- Keahlian yang dibutuhkan: teknisi terlatih dan berpengalaman
yang sesuai.
- Keuntungan: mendeteksi cacat tipis pada jarak jauh, mencakup
seluruh struktur, sistem pengukuran diset dengan sangat
cepat, sensitivitas tinggi, membutuhkan kebutuhan akses ke
objek kerja sedikit, mendeteksi cacat aktif, hanya dibutuhkan
PEMANTAUAN PARTIKEL
Ferrography
- Kondisi yang dipantau: keausan, korosi, dan kelelahan.
- Penerapan: sistem yang melibatkan pelumasan seperti gearbox,
tempat oli mesin, peralatan hidrolik, dsb.
- Interval P-F: biasanya dalam beberapa bulan.
- Cara kerja: partikel dalam oli pelumas dipisahkan secara
magnetik pada lembaran kaca gelas dengan alat yang disebut
ferrograph. Partikel kemudian disebar sepanjang kaca sesuai
dengan ukuran masing-masing. Lembaran kaca tadi disebut
ferrogram yang diperlakukan khusus, sehingga partikel dapat
menempel ketika oli dipindahkan. Berat jenis partikel dan rasio
antara partikel yang besar dengan yang kecil menunjukkan
tipe dan tingkat pemakaian. Analisis yang digunakan dikenal
dengan pengujian bichromatic microscopic. Mikroskop
elektron juga digunakan untuk menentukan bentuk partikel
dan menyediakan tanda-tanda penyebab kegagalan.
- Keahlian yang dibutuhkan: untuk mengambil sampel dan
mengoperasikan ferrograph dibutuhkan pekerja terlatih
dengan keahlian menengah. Untuk menganalisis dibutuhkan
teknisi yang berpengalaman.
Graded Filtration
- Kondisi yang dipantau: partikel pada oli pelumas (seperti
besi, tembaga, timbal, krom, aluminium, silikon, dsb.) yang
disebabkan oleh pemakaian, kelelahan, dan korosi.
- Penerapan: sistem yang melibatkan pelumasan seperti gearbox,
tempat oli mesin, peralatan hidrolik, dsb.
- Interval P-F: biasanya beberapa minggu sampai beberapa
bulan.
- Cara kerja: sampel oli dicairkan dan dilewatkan ke rangkaian
filter membran yang sudah dikalibarasi. Partikel yang
terkumpul dihitung dengan mikroskop, dikelompokkan
berdasar ukuran, dan statistik distribusinya menunjukkan
sebuah grafik. Analisis distribusi profil partikel akan
menunjukkan pemakaian secara normal atau tidak.
- Keahlian yang dibutuhkan: pengambilan sampel membutuhkan
asisten laboratorium. Pengujian bentuk distribusi partikel
membutuhkan teknisi laboratorium berpengalaman atau
insinyur.
- Keuntungan: dapat membedakan tingkat pemakaian
normal atau bukan, relatif murah, dapat digunakan untuk
membandingkan sampel satu dengan yang lainya.
Blot Testing
- Kondisi yang dipantau: partikel karena keausan, kelelahan,
dan terkadang korosi.
- Penerapan: sistem sirkulasi pelumas, seperti gearbox, kotak oli
mesin, hidrolis, kompresor, dsb.
- Interval P-F: beberapa hari sampai beberapa minggu.
PEMANTAUAN KIMIAWI
Spectrometric Oil Analysis Procedure
- Kondisi yang dipantau:
• Tingkat keausan metal yang diukur dari pelumas, seperti:
- besi dari roda gigi, cyclinder liner, dsb.
- tembaga dari bantalan, bush dan sistem pendingin.
- timbal dari bahan bakar, bantalan, bush, dan
pelumas.
- krom dari cincin dan liner.
- aluminium dari bantalan pada piston.
- molybdenum dari ring piston.
- timah dari bantalan beberapa mesin.
- perak dan seng dari mesin kereta api.
- nikel dari mesin pewawat terbang.
• Kebocoran elemen yang diukur dari pelumas, seperti:
- silikon dari kebocoran sistem induksi.
- sodium dari zat aditif air pendingin.
- tembaga dari air pendingin.
- boron dari kebocoran coolant.
• Korosi (pada beberapa kasus tertentu)
- Penerapan: sistem sirkulasi oli.
Gas Chromatography
- Kondisi yang dipantau: pancaran gas akibat kesalahan operasi,
seperti sulphur hexafluoride, nitrogen, udara, hidrogen, dsb.
- Penerapan: sistem pembangkit nuklir, generator turbin, sistem
segel pada sulphur hexafluoride, dan nitrogen.
- Interval P-F: bervariasi sangat tergantung sumber kegagalan.
- Cara kerja: gas dipilih dan diserap ketika dilewatkan melalui
kolom material yang telah terbagi. Gas yang terpisah kemudian
di-desorbed oleh lintasan gas inert melalui kolom. Gas yang
lebih ringan akan muncul lebih dulu dari kolom disusul
dengan gas yang lebih komplek.
- Keahlian yang dibutuhkan: teknisi laboratorium yang terlatih.
- Keuntungan: sensitivitas deteksi tinggi (one part in 1000
million by volume). Peralatan cukup diset satu kali, dan dapat
dioperasikan oleh asisten laboratorium.
- Kelemahan: sampel yang cukup untuk analisis yang sensitif
susah diperoleh. Pada sistem yang lebih besar, beberapa gas
mungkin lebih cepat mencair. Keahlian dan pertimbangan
dibutuhkan untuk menafsirkan hasil, peralatan tidak portabel,
dan jarang diigunakan dalam lingkungan perawatan.
Liquid Chromatography
- Kondisi yang dipantau: perubahan sifat-sifat pelumas, seperti
alkalinity, keasaman, ash, titik nyala, insolubles, viskositas,
dsb.
Infra-Red Spectroscopy
- Kondisi yang dipantau: keberadaan gas, seperti hidrogen,
sulphur hexafluoride, nitrogen, metana, karbon monoksida
dan etilen, serta penurunan kualitas cairan.
- Penerapan: yang melibatkan sistem oli, seperti transformer, oli
mesin, oli kompresor, sistem hidrolik, dsb.
- Interval P-F: sangat tergantung pada penerapan.
Fluorescent Spectroscopy
- Kondisi yang dipantau: perubahan sifat-sifat oli, seperti
alkalinity, acidity, insolubles, dsb.
- Penerapan: yang melibatkan sistem oli, seperti
transformer, oli mesin, oli kompresor, sistem hidrolik,
dsb.
- Interval P-F: beberapa bulan.
Thin-layer Activation
- Kondisi yang dipantau: tingkat keausan.
- Penerapan: sudut turbin, silinder mesin, poros, bantalan,
kontaktor listrik, sistem pendinginan, dsb.
- Interval P-F: berbulan-bulan.
- Cara kerja: lapisan tipis atom dari permukaan material
yang dimonitor dibuat menjadi radioaktif dengan
menembakkannya dengan sebuah batang bermuatan. Sistem
monitoring dikalibrasi untuk mengambil jumlah kerusakan
radioaktif. Kerusakan material sampai 1 mm dapat diukur
setelah empat tahun aktivasi radioaktif.
- Keahlian yang dibutuhkan: untuk pembacaan dibutuhkan
pekerja terlatih dengan keahlian menengah yang sesuai.
- Keuntungan: tingkat pemakaian dapat diukur selama pabrik
beroperasi normal meskipun dengan gangguan dari material
lain cukup banyak.
- Kelemahan: komponen yang akan diaktivasi harus
dipindahkan meskipun coupon telah digunakan. Pengaktivasi
ulang membutuhkan waktu setiap empat tahun.
Ultrasonic–Transmission Technique
- Kondisi yang dipantau: diskontinuitas permukaan dan di bawah
permukaan yang disebabkan oleh kelelahan, perpindahan
panas, inklusi, penetrasi yang lemah dan porositas pada proses
lasan, pelapisan, ketebalan material serta penipisan material
karena keausan dan korosi.
Ultrasonic-Resonance Technique
- Kondisi yang dipantau: diskontinuitas permukaan dan di bawah
permukaan yang disebabkan oleh kelelahan, perpindahan
panas, inklusi, penetrasi yang lemah dan porositas pada proses
lasan, pelapisan, ketebalan material serta penipisan ketebalan
material karena keausan dan korosi. (Juga dipakai untuk
menguji kekuatan ikatan antara dua permukaan tipis).
- Penerapan: material fero dan nonfero yang berhubungan
dengan lasan, struktur baja, boiler, pipa boiler, struktur plastik,
poros, kompresor, dsb.
- Interval P-F: beberapa minggu sampai beberapa bulan.
- Cara kerja: sebuah transmitter digerakkan di atas permukaan
uji, sinyal yang timbul kemudian diamati. Jika tidak ada
Ultrasonic-Frequency Modulation
- Kondisi yang dipantau: diskontinuitas permukaan dan di bawah
permukaan yang disebabkan oleh kelelahan, perpindahan
panas, inklusi, penetrasi yang lemah dan porositas pada proses
lasan, pelapisan, ketebalan material serta penipisan ketebalan
material karena keausan dan korosi.
- Penerapan: material fero dan nonfero yang berhubungan
dengan lasan, struktur baja, boiler, pipa boiler, struktur plastik,
poros, kompresor, dsb.
- Interval P-F: beberapa minggu sampai beberapa bulan.
- Cara kerja: sebuah transduser digunakan untuk mengirim
gelombang ultrasonik terus-menerus pada frekuensi radio
yang berbeda. Pantulan terjadi pada frekuensi awal dan
mempengaruhi frekuensi baru yang telah berubah. Dengan
mengukur fasa antar frekuensi-frekuensi tersebut, lokasi
kerusakan dapat ditentukan.
- Keahlian yang dibutuhkan: diperlukan teknisi terlatih yang
telah berpengalaman.
- Keuntungan: dapat diterapkan di hampir semua jenis material.
- Kelemahan: sulit untuk memisahkan jenis kerusakan.
X-ray Radiography
- Kondisi yang dipantau: diskontinuitas permukaan dan di
bawah permukaan yang disebabkan kelelahan, tegangan,
inklusi, kurang penetrasi pada lasan, porositas gas, korosi
intergranular, korosi tegangan, serta diskontinuitas pada semi
konduktor, dsb.
Rigid Borescopes
- Kondisi yang dipantau: retakan permukaan dan orientasinya,
lapisan oksida, kerusakan lasan, korosi, keausan, dan lelah.
- Penerapan: inspeksi visual dalam tabung pendek, lubang dan
ruangan mesin, pompa, turbin, kompresor, boiler, otomotif,
bangunan kapal, pesawat terbang, generator daya, industri
kimia dan yang berhubungan.
- Interval P-F: beberapa minggu tergantung aplikasi.
- Cara kerja: cahaya disalurkan dari sumber cahaya luar
sepanjang serat kabel yang fleksibel ke borescope. Fotograf
dengan intensitas cahaya tinggi kemudian diambil (300 W).
- Keahlian yang dibutuhkan: craftsman yang terlatih dan
berpengalaman.
Deep-Probe Endoscope
- Kondisi yang dipantau: retakan permukaan dan orientasinya,
lapisan oksida, kerusakan lasan, korosi, keausan, lelah.
- Penerapan: inspeksi visual dalam tabung pendek, lubang dan
ruangan mesin, pompa, turbine, kompresor, boiler, otomotif,
bangunan kapal, pesawat terbang, generator daya, industri
kimia dan yang berhubungan. (juga digunakan untuk inspeksi
pada jaringan pipa pada boiler dan penukar kalor)
- Interval P-F: beberapa minggu tergantung aplikasi.
- Cara kerja: spesial endoskop yang tersedia sepanjang 21 m,
dibuat dari stainless steel dan ulir yang menghasilkan sistem
pengamatan lubang dengan penetrasi yang sulit. Iluminasi
diperoleh oleh cahaya quartz halogen intensitas tinggi.
- Keahlian yang dibutuhkan: craftsman yang terlatih dan
berpengalaman.
Pan-view Fibrescopes
- Kondisi yang dipantau: retakan permukaan dan orientasinya,
lapisan oksida, kerusakan lasan, korosi, keausan, dan lelah.
- Penerapan: inspeksi visual dalam tabung pendek, lubang dan
ruangan mesin, pompa, turbine, kompresor, boiler, otomotif,
bangunan kapal, pesawat terbang, generator daya, industri
kimia dan yang berhubungan.
- Interval P-F: beberapa minggu tergantung aplikasi.
- Cara kerja: cahaya putih dengan intensitas tinggi
ditransmisikan dari sumbernya dengan pemantulan sempurna
melalui serat kabel fleksibel ke sebuah fiberskop. Fiberskop
terdiri dari serat-serat optik yang disatukan dan membentuk
pipa cahaya yang fleksibel. Fiberskop memiliki prisma yang
diletakkan di ujung dan dapat dikontrol untuk pengamatan
dari depan maupun dari samping. Sebuah adaptor dapat
digunakan untuk mengambil foto atau meletakkan kamera
TV. Cahaya ultraviolet intensitas tinggi dapat juga digunakan
untuk penetrasi fluorescent untuk mendeteksi retakan pada
daerah yang sulit dijangkau.
- Keahlian yang dibutuhkan: craftsman yang terlatih dan
berpengalaman.
Electron Fractography
- Kondisi yang dipantau: pertumbuhan retakan akibat kelelahan.
- Penerapan: komponen logam pada pesawat terbang, kendaraan
bermotor, peralatan industri, dll.
- Interval P-F: tergantung pada aplikasi.
- Cara kerja: setiap patahan akan meninggalkan bekas
atau footprint yang menjadi sejarah proses patahan pada
permukaan patahan. Dengan mempelajari replika patahan
pada mikroskop elektron, sangat mungkin untuk mengetahui
penyebab dan kondisi kegagalan.
- Keahlian yang dibutuhkan: diperlukan teknisi terlatih
untuk mengambil replika permukaan patahan, sedangkan
untuk analisis dan pembacaan dilakukan oleh insinyur
berpengalaman.
- Keuntungan: kegagalan dapat dianalisis dengan kepastian
tinggi dan tidak ada kerusakan pada permukaan patahan saat
replika dibuat.
- Kelemahan: mikroskop elektron sangat mahal, spesialis dan
tenaga ahli dibutuhkan untuk pembacaan hasil, dan bukan
teknik online.
PEMANTAUAN TEMPERATUR
Thermography
- Kondisi yang dipantau: variasi temperatur yang disebabkan
karena keausan, kelelahan, kebocoran, koneksi elektrikal yang
lemah, perubahan sifat perpindahan kalor yang berhubungan
dengan pelapisan ulang material, dsb.
Potential Monitoring
- Kondisi yang dipantau: kondisi korosi dalam pabrik (aktif atau
pasif), seperti retak karena tegangan dan korosi, korosi pitting,
fasa korosi tertentu, dsb.
- Penerapan: lingkungan elektrolit seperti pabrik proses kimia,
penggilingan kertas, pembangkit listrik, atau kontrol udara.
Cocok diterapkan pada material stainless steel, paduan nikel
dan titanium.
- Interval P-F: tergantung dari material dan laju korosi.
- Cara kerja: kenyataan bahwa dari titik pandang korosi, sebuah
metal dalam kondisi pasif (laju korosi rendah) memiliki
potensial korosi noble, sedang untuk metal yang sama dalam
kondisi aktif (laju korosi lebih tinggi) akan memiliki potensial
korosi noble lebih rendah. Perubahan potensial terjadi ketika
breakdown media pasif. Pengukuran dapat dilakukan dengan
TINGKATAN ANALISIS
Isu yang sering timbul pada tahap awal pelaksanaan RCM, yang
berpengaruh pula pada waktu dan usaha yang diperlukan, adalah
tingkatan hierarki peralatan di mana analisis dilaksanakan. Dibutuhkan
pertimbangan yang seksama karena analisis yang dilakukan terlalu tinggi
tingkatannya akan menjadi terlalu dangkal. Sementara, jika analisis
dengan tingkatan yang terlalu rendah akan susah dimengerti. Di bawah
ini akan dibahas akibat dari pelaksanaan analisis pada tingkatan yang
berbeda.
Tingkatan Menengah
Masalah yang ditemui pada analisis tingkatan tinggi dan rendah
membuat orang berpikir untuk menggunakan analisis pada tingkatan
menengah. Sebenarnya kita mempunyai banyak sekali pilihan, karena
tiap aset dapat dibagi menjadi tingkatan yang sangat banyak dan proses
RCM dapat diaplikasikan pada tiap tingkatan tersebut.
Sebagai contoh, Gambar 5.4. menunjukkan bagaimana truk 40 ton
dapat dibagi menjadi sedikitnya lima tingkatan. Hierarki diikuti mulai
dari tingkatan di mana truk sebagai seluruh sistem sampai tingkat saluran
bahan bakar. Dilanjutkan dengan fungsi utama aset yang didefinisikan
pada tiap tingkatan dalam kertas kerja informasi RCM dan bagaimana
saluran bahan bakar yang tersumbat dapat diidentifikasi pada tiap
tingkatan.
Setelah diberikan lima pilihan (kadang-kadang lebih), tinggal
bagaimana kita menentukan tingkatan untuk memulai. Jawabannya
dapat kita temukan dengan melihat bahwa semua aset yang diperlukan
untuk melakukan fungsi yang spesifik. Fungsi ini biasanya disebutkan
pada tingkatan paling atas dari analisis. Karena tujuan dari pemeliharaan
adalah memastikan agar aset tersebut berfungsi sesuai dengan tingkat
prestasi yang diinginkan, maka fungsi ini harus ditentukan untuk setiap
aset.
Untuk alasan ini, kelompok tinjauan RCM harus selalu memulai
dengan menentukan standar prestasi, fungsi primer, dan sekunder dari
aset pada tingkatan paling tinggi. Hal ini juga dilakukan pada konteks di
mana semua sistem tingkatan rendah beroperasi.
ATAU
3. Seize pada gearbox yang Kemacetan motor dan alarm yang berbunyi
berhubungan dengan di ruang control. Downtime untuk mengganti
kekurangan pelumas gearbox dalam 6 jam.
ATAU
Contoh komponen lain dari tipe ini adalah motor listrik kecil, sistem
hidrolik kecil, jerat kontrol, sirkuit pengaman dan complex couplings.
Tidak ada pendekatan universal untuk melaksananakan pendekatan
’black box’. Jadi, setiap kasus harus ditangani dengan cara yang berbeda.
Tetapi, komponen harus memiliki karakteristik-karakteristik berikut
untuk diperlakukan sebagai black box:
• Bukan sebagai obyek pemeriksaan dan perbaikan rutin ketika
tidak berfungsi, tetapi langsung diganti atau bisa diperbaiki
kemudian.
• Cukup kecil tapi cukup rumit.
• Tidak mempunyai mode kerusakan yang dominan.
• Tidak dapat dikenai bentuk pencegahan kegagalan apapun.
Penomoran Kendaraan
Hampir sebagian besar kendaraan adalah item. Permasalahannya
adalah bagaimana memilih prioritas utama dalam penomoran
kendaraan. Dua kunci pokoknya, yaitu ukuran kendaraan dan armada
yang berhubungan dengan pendaftaran lain yang lebih besar.
• Untuk armada kecil independen, penomoran secara seri
biasanya sudah cukup.
• Untuk armada besar independen, pendaftaran didasarkan
pada jenis operasi dan pusat biaya yang berbeda, misalnya
mobil penumpang kecil, mobil barang kecil, buldozer, dan
heavy trucks.
• Setiap kendaraan memiliki nomor item yang dikaitkan pada
nomor pusat harganya. Ketika kendaraan dipakai dalam
pabrik atau pertambangan, seluruh armada biasanya ditambah
Pada bab ini akan dibahas empat pertanyaan pertama dari ketujuh
pertanyaan di atas. Jawaban dari ketujuh pertanyaan tersebut, dicatat
dalam ”RCM Information Worksheet”, seperti contoh pada Gambar 7.1.
Fungsi Sekunder
Hampir setiap item memiliki pula sejumlah fungsi sekunder yang
kadang-kadang melebihi jumlah fungsi primer. Namun, kegagalan
mereka masih dapat menimbulkan konsekuensi yang serius, terkadang
melebihi dari kegagalan pada fungsi primer. Ini berarti kebutuhan untuk
mempertahankan fungsi sekunder membutuhkan usaha dan waktu
sebagaimana pada fungsi primer, jadi perlu diidentifikasi dengan jelas.
Sebagai contoh, fungsi primer sistem pengereman pesawat terbang
adalah untuk menghentikan pesawat. Kegagalan fungsi yang terjadi
• Kehandalan yang
melekat dari sembarang
artikel didapat dari
rancangannya dan dari
bagaimana dibuatnya.
• Perawatan tidak
dapat menghasilkan
kehandalan di atas
batas kehandalan yang
dibawanya, seperti dalam
Gambar 7.2. Gambar 7.2. Apa yang Dapat
Dicapai oleh Perawatan
Standar kualitas dan standar layanan servis adalah aspek lain dari
konteks operasi yang dapat menjurus ke perbedaan-perbedaan antara
deskripsi fungsi dari mesin yang sama. Sebagai contoh, pada mesin
Kegagalan Fungsional
Langkah selanjutnya dalam proses pengumpulan informasi adalah
menentukan bagaimana fungsi-fungsi ini bisa hilang. Kehilangan fungsi
ini dikenal sebagai kegagalan fungsional (functional failure).
Kegagalan fungsional dibahas secara rinci pada seksi ini diawali
dengan definisi kegagalan. Setelah itu akan di-review isu-isu berikut ini:
• hubungan antara standar prestasi dan kegagalan fungsional,
• implikasi dari fakta bahwa satu fungsi dapat memiliki sejumlah
kegagalan fungsi yang berbeda,
• dampak dari konteks operasi pada pendefinisian kegagalan,
dan
• bagaimana kegagalan fungsional harus didaftar.
Mendefinisikan Kegagalan
Sangatlah mudah untuk menentukan apakah setiap peralatan akan
difungsikan atau tidak. Dari sudut pandang perawatan, biasanya berupa
keputusan tentang bekerjanya atau rusaknya item. Namun, segalanya
telah berubah sesuai dengan makin kompleksnya mesin. Banyak orang
setuju bahwa suatu engine, pompa lumpur, atau ban adalah gagal bila tidak
dapat lagi melakukan fungsi primernya. Tetapi sering terjadi suatu item
lain masih berfungsi, namun tidak pada tingkat yang diinginkan. Engine
Yang perlu dicatat dari sini adalah standar prestasi digunakan untuk
menentukan kegagalan fungsional dan menentukan tingkat perawatan
pencegahan yang dibutuhkan untuk mencegah kegagalan. Dalam contoh
Mode-mode Kegagalan
Kita telah melihat bahwa dengan mendefinisikan fungsi dan prestasi
standar yang diinginkan dari sembarang aset, kita juga mendefinisikan
tujuan dari perawatan yang terkait dengan aset itu. Kita lihat juga bahwa
mendefinisikan kegagalan fungsional memungkinkan untuk menjelaskan
dengan tepat apa yang kita maksudkan dengan ’kegagalan’.
Salah Pemasangan
Bila mesin pecah, komponen lepas, konsekuensinya biasanya sangat
serius sehingga mode kegagalan yang terkait harus didaftar. Biasanya
merupakan kegagalan pengelasan atau keling yang disebabkan karena
retak atau korosi, atau komponen berulir yang lepas.
Dari ini semua, sumber yang terbaik adalah orang yang mengenal
betul mesin tersebut. Walaupun bank data dan catatan riwayat dapat
sebagai sumber informasi yang baik, tetapi mereka harus ditangani
dengan hati-hati, mengingat:
- biasanya tidak lengkap,
- jarang merinci seluruh konteks pada mana kegagalan terjadi,
- sifat mereka tidak dapat menjelaskan kegagalan-kegagalan
yang belum pernah terjadi, dan
- mereka kadang-kadang menuliskan mode kegagalan yang
sebetulnya adalah efek dari beberapa kegagalan lainnya.
Efek-efek Kegagalan
Langkah keempat dalam proses review RCM adalah mendaftar
apa saja yang sebenarnya terjadi apabila setiap mode kegagalan terjadi.
Perlu dicatat bahwa satu dari tujuan utama latihan ini adalah
untuk menyatakan apakah perawatan pencegahan itu perlu. Bila kita
melakukannya dengan baik, kita tidak boleh memulai dengan anggapan
bahwa beberapa jenis perawatan pencegahan telah dilakukan, sehingga
efek suatu kegagalan harus dijelaskan seakan-akan tidak ada yang telah
dilakukan untuk mencegahnya.
Tanda-Tanda Kegagalan
Efek-efek kegagalan harus dijelaskan sedemikian rupa, sehingga
memungkinkan analis RCM untuk memutuskan apakah kegagalan bisa
terjadi pada orang-orang di bagian operasi dalam kondisi normal. Sebagai
contoh, rincian harus menjelaskan apakah kegagalan menyebabkan
lampu tanda bahaya menyala atau alarm berbunyi (atau kedua-duanya),
dan apakah tanda bahaya diberikan pada panel lokal atau di ruang
pengendali.
Proses Kegagalan
Sembarang aset fisik yang dibutuhkan
untuk memenuhi suatu fungsi
sehingga berkontak dengan dunia
nyata akan mengalami berbagai
tekanan. Tekanan ini menyebabkan
aset terdeteriorasi dan menurunkan
ketahanannya terhadap tekanan.
Lama kelamaan, ketahanan ini akan
menurun sampai suatu titik pada aset
tidak dapat lagi memberikan prestasi
Gambar 8.1. Kemampuan,
Keinginan, dan Kegagalan
Kegagalan Acak
Item Sederhana
Bertentangan dengan asumsi yang diberikan di atas bahwa
deteriorasi tidak selalu proporsional dengan tekanan yang bekerja dan
tekanan tidak selalu diberikan secara konsisten. Sebagai contoh, grafik A
pada Gambar 8.4. menunjukkan situasi di mana tahanan tetap konstan
dan kegagalan disebabkan oleh perubahan mendadak dari tekanan yang
Item Kompleks
Proses kegagalan yang diterangkan dalam Gambar 8.4. berlaku
untuk mekanisme sederhana. Dalam kasus item yang kompleks,
situasinya menjadi kurang dapat diprediksi. Item dibuat lebih kompleks
untuk meningkatkan pretasinya (dengan memasukkan teknologi
1978
Nowlan F S and Heap H (1978). Reliability-centred Maintenance. Springfield, Virginia: National
1978
Pengamatan Kontinu
Menurut teori, Interval P-F dapat ditentukan dengan mengamati
item secara kontinu sampai kegagalan potensial terjadi, mencatat kejadian
ini, dan terus mengamati item sampai gagal sama sekali.
(Perlu dicatat bahwa kita tidak dapat menggambar Kurva P-F secara
total dengan mengamati item sesaat. Karena, saat menemukan kegagalan,
kita tidak tahu dengan benar kapan sebetulnya proses kegagalan mulai
terjadi. Apabila Interval P-F lebih pendek dengan periode pengamatan
sesaat, kita mungkin kehilangan Kurva P-F sama sekali , pada kasus mana
kita harus memulai lagi dari awal dengan item baru).
Jelas bahwa pendekatan ini tidaklah praktis. Pertama, karena
pengamatan kontinu sangat mahal, terutama bila kita ingin mencoba
setiap Interval P-F dengan cara ini. Kedua, menunggu sampai kegagalan
Interval Sembarang
Kesulitan yang terkait dengan kedua pendekatan ini yaitu menuntun
orang untuk menyarankan cukup serius bahwa kita sebaiknya melupakan
Interval P-F dan melaksanakan tugas pada sembarang interval yang
kelihatannya cukup pendek. Pendekatan sembarang ini menyebabkan
masalah berikut.
• Tidak ada jaminan bahwa Interval Sembarang yang ”cukup
pendek” lebih pendek dari Interval P-F.
Penelitian
Cara terbaik untuk menentukan Interval P-F yang tepat adalah
dengan mensimulasi kegagalan sedemikian, sehingga tidak ada
konsekuensi yang serius apabila terjadi kegagalan. Misal, komponen
pesawat terbang diuji kegagalannya dalam rigs khusus di darat bukannya
di udara. Tidak saja memberikan data tentang umur komponen, tetapi juga
memungkinkan pengamat untuk mengkaji (dengan santai) bagaimana
kegagalan berkembang dan bagaimana cepat kejadiannya. Akan tetapi,
pengujian laboratorium itu mahal dan memakan banyak waktu untuk
menghasilkan hasil, walaupun dipercepat. Sehingga ini hanya bermanfaat
dalam kasus di mana jumlah komponen yang ada dalam risiko sangat
banyak (seperti armada pesawat terbang) dan kegagalannya memiliki
konsekuensi yang sangat serius.
Pendekatan Rasional
Paragraf di atas menunjukkan bahwa dalam kebanyakan kasus, tidak
mungkin, tidak praktis, atau terlalu mahal untuk mencoba menentukan
Interval P-F secara empirik. Di lain pihak, tidaklah bijaksana untuk
menebak dalam kegelapan. Walaupun pada masalah ini, Interval P-F
Pola Kegagalan E
Gambar 8.12. menunjukkan tiga komponen yang gagal secara acak.
Mengapa kegagalan dapat terjadi dengan cara seperti ini telah didikusikan
di bagian awal dari bab ini. Sekarang, kita akan melihat beberapa aspek
kuantitatif kegagalan acak dengan lebih rinci dan melakukan revisi
beberapa implikasi pada kegagalan tipe E. Gambar 8.13. menunjukkan
hubungan antara frekuensi dan kemungkinan kondisional kegagalan
acak.
Bagian 1 dari Gambar 8.13. menunjukkan sejumlah komponen
(dalam kasus ini, bantalan bola) di mana kegagalan yang terlihat tidak
memiliki hubungan dengan umur operasi. Seperti pada Gambar 8.12.,
setiap kegagalan diawali dengan Kurva P-F (yang sedikit dipanjangkan).
Kegagalan acak berarti bahwa kemungkinan suatu item akan gagal pada
sembarang periode sama dengan periode-periode sembarang lainnya.
Dengan kata lain, kemungkinan kondisional kegagalannya adalah
konstan, seperti ditunjukkan pada bagian 2 Gambar 8.13.
Davis D J (1952): ”An Analysis of Some Failure Data”. Journal of the American Statistikal
1978 1952
[
f (t ) = ( β / α β ) t β −1 exp − (t / α ) β ]
β adalah parameter bentuk karena menetapkan bentuk distribusi,
sedangkan α adalah parameter skala yang menetapkan penyebaran
distribusi dan sama dengan percentile ke 63 [100(1-e-1)] dari distribusi
Pola Kegagalan C
Pola kegagalan C menunjukkan peningkatan secara tetap
kemungkinan kegagalan, tetapi tidak ada satu pun titik padanya di mana
kita dapat menyatakan ”mulai terjadi wear-out”. Berikut akan dijelaskan
alasan-alasan mengapa terjadi pola C, dan ditunjukkan bagaimana
menurunkannya.
Penyebab yang mungkin dari pola C adalah kelelahan. Teori rekayasa
klasik menyatakan bahwa kegagalan karena kelelahan disebabkan oleh
tekanan siklik dan hubungan antara tekanan siklik dan kegagalan diatur
oleh kurva S-N, seperti pada Gambar 8.15.
Pola Kegagalan D
Sebagaimana disebutkan di atas, pola kegagalan D merupakan
kurva kemungkinan kondisional yang terkait dengan distribusi Weibull
di mana parameter bentuknya β lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 2.
Pola Kegagalan F
Pola F mungkin merupakan pola yang paling memikat karena dua
alasan berikut.
• Pola F merupakan satu-satunya pola di mana kemungkinan
kegagalannya tidak bergantung dengan umur (kasus khusus
untuk pola A)
• Pola F merupakan pola yang paling menonjol dari keenam
pola (68% untuk aircraft).
Desain (Rancangan)
Masalah infant mortality yang terkait dengan desain terjadi bila
bagian dari item tidak mampu memberikan prestasi yang diinginkan dan
Komisioning
Masalah saat komisioning terjadi bila peralatan di-setup secara tidak
benar, atau bila peralatan di-startup secara tidak benar pula. Masalah ini
dapat diperkecil apabila langkah-langkah diambil untuk menjamin agar
setiap orang yang ikut serta tahu secara pasti bagaimana pabrik harus
didukung untuk beroperasi dan diberikan waktu yang cukup untuk
mencapainya.
Perawatan Rutin
Sebagian besar dari kematian dini disebabkan oleh usaha-usaha
perawatan rutin yang sebenarnya tidak dibutuhkan atau dilakukan secara
berlebihan. Yang terakhir disebut, akan merusak ataupun mengganggu
operasi peralatan yang akan memperburuk kondisi sistem yang ada
dalam keadaan stabil. Cara untuk menghindarinya adalah menghentikan
usaha-usaha yang tidak perlu. Untuk kasus di mana perawatan terjadwal
dibutuhkan, memilih kegiatan-kegiatan yang sesedikit mungkin
mengganggu jalannya operasi peralatan.
Maintenance Workmanship
Sudah jelas apabila sesuatu yang dipasang secara buruk akan rusak
dengan cepat. Masalah ini dapat dihindari hanya dengan memberikan
jaminan agar seluruh yang terkait untuk melaksanakan tugas-tugas
Kompleksitas
Hampir sebagian besar industri memiliki ratusan, bahkan ribuan
aset yang berbeda. Yang terdiri atas berlusin-lusin komponen penyusun
yang berbeda pula. Diantaranya menampilkan masing-masing perilaku
keandalan yang berbeda, mulai dari menengah sampai ekstrim sekali.
Kombinasi dari kompleksitas dan peragaman ini berarti bahwa sangat
tidak mungkin untuk mengembangkan penggambaran analisis secara
lengkap dari karakteristik keandalan masing-masing. Meskipun pada
setiap tingkatan dari kegagalan fungsional individu, analisis yang
komprehensif tidaklah mudah. Itu dikarenakan banyaknya kegagalan
fungsional yang disebabkan oleh tidak hanya dua atau tiga mode
kegagalan. Sebagai hasilnya, mungkin lebih mudah untuk membuat
diagram timbulnya kegagalan fungsional sebagai tindakan statistik mayor
untuk mengisolasi dan menggambarkan pola kegagalan yang diterapkan
di setiap mode kegagalan. Beberapa mode kegagalan memiliki gejala fisik
yang identik dan visual, sehingga mudah membedakannya.
Laporan Kegagalan
Masalah data analisis kegagalan lebih kompleks karena perbedaan
kebijaksanaan laporan dari satu organisasi dengan yang lainnya. Satu
bagian kebimbangan adalah perbedaan antara kegagalan potensial dan
kegagalan fungsional. Sebagai contoh dari kasus ban sebelumnya, satu
perusahaan mungkin mengelompokkan dan melaporkan kegagalan
ban ketika mereka mengganti atau mengvulkanisir setelah kembangan
turun menjadi 3 mm. Sehingga, sejauh kembangan tidak turun sampai
di bawah 2 mm, kegagalan ini sebagai kegagalan fungsional. Sedangkan,
perusahaan lain mungkin memilih pengelompokan seperti penggantian
ban sebagai perhatian awal, karena ban dijadwalkan diganti pada waktu
ditemukan kegagalan potensial pertama kalinya. Sehingga, penggantian
ini bukan dilaporkan sebagai laporan kegagalan.
Perbedaan sejenis mungkin disebabkan oleh harapan prestasi
yang berbeda. Sebagai contoh, perbedaan kemampuan pompa untuk
memindahkan cairan, yang satu adalah 800 liter per menit sedangkan
yang lain 900 liter per menit. Hal ini menunjukkan bahwa kegagalan
dalam satu perusahaan atau bagian dari organisasi mungkin bukan
sebagai kegagalan bagi yang lain. Hal ini menghasilkan perbedaan
mendasar dalam menentukan data kegagalan untuk item yang sejenis.
Perbedaan lebih jauh dalam penyajian dan penafsiran data
kegagalan bisa disebabkan karena perbedaan pandangan antara pembuat
Langkah Selanjutnya
Analisis aktuarial dari hubungan antara umur operasi dengan
kegagalan sangatlah sedikit digunakan dalam pandangan manajemen
perawatan. Kelemahan paling serius dari informasi riwayat teknis
ini, yaitu riwayat ada di masa lampau, sedangkan konsep antisipasi
dan pencegahannya difokuskan di kemudian hari. Dalam praktiknya,
RCM melakukan pendekatan lebih segar terhadap isu ini. Pertama,
menguraikan masalah secara spesifik, seperti di bawah ini.
• Pendefinisian kegagalan: dengan mulai mendefinisikan fungsi
dan standar prestasi yang terkait dari masing-masing aset.
RCM membuat kita mampu mendefinisikan dengan tepat apa
yang dimaksud dengan ’gagal’. Dengan membedakan secara
jelas antara kemampuan bawaan dan prestasi yang diinginkan
dengan kegagalan potensial (terantisipasi) dan kegagalan
fungsional (tidak terantisipasi).
Informasi Manajemen
Tabel 8.2. hanya menggambarkan data yang dipakai secara langsung
untuk merumuskan kebijaksanaan yang dirancang berhubungan dengan
mode kegagalan spesifik. Tidak melibatkan data yang dipakai untuk
melacak prestasi keseluruhan dari fungsi perawatan dan yang biasanya
dikelompokkan sebagai ’informasi manajemen’. Contohnya, informasi
berupa statistik ketersediaan pabrik, statistik keselamatan, dan informasi
tentang anggaran biaya pengeluaran dalam perawatan.
Riwayat Teknis
Tabel 8.2. dapat digunakan untuk membantu memutuskan
pemilihan data yang benar-benar digunakan untuk dicatat dalam
sistem pencatatan riwayat teknis. Informasi yang paling berharga yang
diperlukan untuk dicatat dalam basis formal adalah apa yang ditemukan
di setiap tugas pencarian kegagalan dilaksanakan. Kita perlu mencatat
apakah item ditemukan pada fungsi penuhnya atau dalam keadaan gagal.
Catatan ini membuat kita dapat mengecek validitas frekuensi tugas
melawan ketersediaan alat proteksi yang kita inginkan dan jika perlu
merevisi frekuensinya. Informasi ini sebaiknya dicatat untuk seluruh
fungsi yang tersembunyi, dengan kata lain untuk seluruh alat proteksi yang
tidak fail-safe.
Tabel 8.2. mengidentifikasikan dua hal lebih jauh tentang pemakaian
data riwayat kegagalan untuk membuat keputusan (atau validasi) dalam
kebijaksanaan perawatan, yaitu:
KONSEKUENSI OPERASIONAL
Bagaimana Kegagalan Memengaruhi Operasi?
Kita telah membicarakan fungsi yang tersembunyi (kebanyakan
darinya adalah alat proteksi yang tidak fail-safe) dan kegagalan yang
memiliki konsekuensi-konsekuensi keselamatan atau lingkungan. Akan
tetapi, fungsi primer dari hampir seluruh peralatan dalam industri
yang dihubungkan sedemikian rupa dengan kebutuhan adalah untuk
menghasilkan pendapatan atau untuk menunjang kegiatan demi
mendapatkan pendapatan. Sebagai contoh, fungsi primer dari hampir
seluruh peralatan dalam manufaktur adalah menambah nilai ke material,
sedangkan hampir seluruh peralatan di sektor transportasi (bus, truk,
Pengaturan Shift
Pengaturan shift sangat memengaruhi konsekuensi-konsekuensi
kegagalan. Beberapa pabrik mempekerjakan 8 jam per hari, 5 hari per
minggu (dan mungkin kurang pada kondisi yang buruk). Pabrik lain
beroperasi secara kontinu 7 hari per minggu. Banyak alternatif operasi
lainnya pada beberapa bagian dari pabrik yang sama.
Dalam pabrik dengan satu shift, dimungkinkan untuk menambah
waktu operasi yang hilang karena kegagalan pada jam-jam di luar shift.
Ini menambah biaya produksi. Sehingga, kebutuhan untuk pencegahan
harus dipertimbangkan, mengingat biaya produksi ini. Di lain pihak, bila
pabrik yang sama bekerja dengan kapasitas penuh secara kontinu, maka
tidak mungkin untuk menambah waktu yang hilang, sehingga downtime
mengakibatkan kehilangan penjualan. Ini lebih mahal dibandingkan
dengan ekstra waktu. Sehingga, sangat bermanfaat untuk mencoba lebih
keras lagi dalam mencegah kegagalan pada kondisi seperti ini. Akan
tetapi, sangatlah sulit untuk membuat mesin tersedia untuk perawatan
dalam pabrik dengan kapasitas penuh, sehingga tugas pencegahan harus
dipilih dengan sangat hati-hati.
Work-in-Progress
Work-in-progress merupakan bahan (material) yang belum melalui
seluruh tahap manufaktur. Biasanya tersimpan di dalam tangki, hopper,
dalam bin atau di atas lantai pabrik, pada conveyor atau gudang khusus.
Konsekuensi kegagalan dari sembarang mesin sangat dipengaruhi oleh
jumlah work-in-progress antara mesin ini dan mesin berikutnya dalam
proses, dan lama waktu yang dibutuhkan untuk mereparasi kegagalan.
Pertimbangkan sebuah contoh berikut di mana antrean volume pekerjaan
cukup sampai pada pengoperasian pekerjaan berikutnya selama enam
jam dan hanya menyita waktu empat jam untuk memperbaiki mode
kegagalan. Pada kasus ini, kegagalan tidak memiliki konsekuensi
operasional, namun jika perbaikan menyita waktu sampai delapan jam,
maka dapat dikatakan memiliki konsekuensi operasional, karena operasi
berikutnya akan terhenti.
Kepelikan konsekuensi-konsekuensi ini tergantung pada:
• Jumlah dari work-in-progress antara operasi itu dan berikutnya
dan seterusnya.
• Apakah sembarang operasi yang dipengaruhi itu merupakan
operasi yang macet (dengan kata lain, operasi yang mengatur
output dari line secara keseluruhan). Bila demikian, kegagalan
akan menyebabkan kehilangan output dan konsekuensi
kegagalannya sangat berat.
Waktu Perbaikan
Makin cepat kegagalan fungsional dapat direparasi, maka makin
kecil konsekuensi operasionalnya. Waktu reparasi yang pendek dapat
dicapai dengan meningkatkan kecepatan respon terhadap kegagalan.
Dengan cara bagaimana hal ini dapat dilakukan, yaitu dengan:
• Jaminan bahwa kegagalan dilaporkan secara cepat.
• Jaminan craftsman diberitahu secara cepat.
Suku Cadang
Faktor lain yang sangat memengaruhi konsekuensi kegagalan adalah
ketersediaan suku cadang. Salah satu alasan untuk tetap menyediakan
suku cadang adalah menghindari atau menurunkan konsekuensi-
konsekuensi kegagalan.
Hubungan antara suku cadang dengan konsekuensi kegagalan
terletak pada waktu yang diperlukan untuk pengadaan suku cadang. Bila
ini dapat dilaksanakan sesaat, maka tidak akan ada kebutuhan untuk
menyimpan suku cadang apapun. Tetapi, pada kenyataannya pengadaan
suku cadang membutuhkan waktu (dikenal dengan istilah lead time),
Standby Plant
Adanya pabrik yang standby juga memengaruhi konsekuensi-
konsekuensi operasional dari kerusakan. Bila tidak tersedia pabrik
standby, kegagalan fungsional memengaruhi kemampuan operasional
selama waktu reparasi. Kebijakan pencegahan harus mempertimbangkan
konsekuensi-konsekuensi ini.
Bila pabrik standby tersedia, dimungkinkan untuk memindahkan
sesegera mungkin pada waktu terjadi kegagalan, biasanya tanpa
adanya efek pada operasi (Perlu dicatat bahwa standby plant itu sendiri
merupakan fungsi yang tersembunyi, dan membutuhkan perawatan yang
memadai).
Tetapi, pengadaan standby plant juga memakan uang. Sehingga,
sekali lagi kita harus memutuskan apakah melakukan investasi dalam
standby plant, investasi dalam pencegahan kegagalan, atau menjalaninya
dengan konsekuensi-konsekuensi kegagalan yang ada.
Kebutuhan Pasar
Konsekuensi-konsekuensi operasional kegagalan kadang-kadang
dipengaruhi oleh siklus variasi dari permintaan produk atau servis yang
disediakan oleh perusahaan. Misal, perusahaan soft drink memiliki
pengalaman akan kebutuhan yang sangat besar terhadap produknya pada
KONSEKUENSI NON-OPERASIONAL
Konsekuensi-konsekuensi suatu kegagalan nyata yang tidak
memiliki pengaruh langsung ke keselamatan, lingkungan, atau
kemampuan operasional dikelompokkan sebagai konsekuensi non-
operasional. Satu-satunya konsekuensi yang dikaitkan dengan kegagalan-
kegagalan ini adalah ongkos reparasi langsung. Sehingga, konsekuensi
ini bersifat ekonomi. Biaya untuk melakukan tindakan terjadwal akan
lebih besar dibandingkan yang tidak terjadwal. Hal ini menyarankan
bahwa usaha yang berharga untuk mencegah kegagalan yang memiliki
konsekuensi non–operasional, jika biaya tindakan pencegahan lebih
KESIMPULAN
Bagian ini menunjukkan bagaimana proses RCM menyediakan
kerangka perbandingan yang komprehensif dalam memanajemen
kegagalan. Kesimpulan dari kerangka ini dapat dilihat dalam Gambar
9.8. Kerangka yang dimaksud sebagai berikut.
- Pengelompokan seluruh kegagalan sesuai dengan dasar
masing-masing konsekuensinya. Ini dilakukan dengan
membedakan kegagalan tersembunyi dari kegagalan nyata
dan menyusun urutan konsekuensi dari kegagalan nyata
berdasarkan pentingnya tindakan pencegahan yang harus
diambil.
- Penyediaan dasar untuk memutuskan apakah perawatan
pencegahan menjadi hal yang berharga dilakukan atau tidak
pada setiap kasus.
- Menyarankan tindakan lain yang seharusnya diambil jika
tindakan pencegahan yang cocok tidak ditemukan.
Kelayakan teknis
Pada bab sebelumnya telah diterangkan bahwa tujuan utama
perawatan pencegahan adalah untuk menghindari atau setidaknya
mengurangi konsekuensi-konsekuensi kegagalan. Ini menjurus pada
kesimpulan bahwa tugas pencegahan hanya bermanfaat dilaksanakan
apabila dapat menangani konsekuensi-konsekuensi mode kegagalan
dengan sukses. Yang dimaksud untuk mencegah adalah sebagai berikut.
• Bila kerusakannya adalah tersembunyi, tugas yang diambil
harus menjamin ketersediaan kebutuhan untuk menurunkan
risiko kegagalan majemuk sampai pada suatu tingkat yang
dapat diterima. Bila tugas pencegahan tidak ditemukan, tugas
standar (default task) awalnya adalah penemuan kegagalan
(failure-finding) terjadwal.
• Bila kerusakan memiliki konsekuensi-konsekuensi
keselamatan dan lingkungan, tugas yang diambil harus
menurunkan risiko kegagalan sampai suatu tingkat yang
cukup rendah (atau mengeliminasinya). Apabila tugas
pencegahan yang tepat tidak ditemukan, tugas standar adalah
sesuatu harus diubah (proses atau rancangan asset).
• Bila kerusakan memiliki konsekuensi-konsekuensi operasional
dan non-operasional, biaya total untuk melaksanakan
tugas pencegahan dalam kurun waktu tertentu harus lebih
Kedua, kebanyakan item harus dapat bertahan sampai umur ini. Bila
terlalu banyak item gagal sebelum mencapai umur itu, hasilnya adalah
kenaikan kegagalan yang tidak diantisipasi. Tetapi juga berarti bahwa
tugas pemulihan terjadwal yang terkait dilakukan di luar rangkaian
ini. Pada gilirannya, akan mengacaukan seluruh proses perencanaan
terjadwal.
(Catatan: apabila kegagalan memiliki konsekuensi-konsekuensi
keselamatan atau lingkungan, seluruh item harus bertahan sampai umur
di mana tugas pemulihan terjadwal dilaksanakan. Ini mengingat bahwa
kita tidak dapat mengambil risiko kegagalan yang dapat membahayakan
orang atau kerusakan pada lingkungan. Dalam konteks ini, ulasan tentang
batas umur yang aman berlaku pula untuk tugas pemulihan terjadwal).
Akhirnya, pemulihan terjadwal harus memulihkan ketahanan asli
yang dimiliki aset terhadap kegagalan, atau setidak-tidaknya sesuatu yang
cukup dekat ke kondisi awalnya untuk menjamin bahwa item tersebut
tetap mampu memenuhi fungsi yang diharapkan untuk satu kurun waktu
yang layak.
Tugas-tugas pemulihan terjadwal adalah layak secara teknis apabila:
• Ada umur yang dapat diidentifikasi pada item yang
menunjukkan kenaikan kemungkinan kegagalan kondisional
secara cepat.
• Hampir seluruh item bertahan sampai umur itu (seluruh item
apabila kegagalan memiliki konsekuensi keselamatan atau
lingkungan).
• Mereka memulihkan ketahanan awal item terhadap kegagalan.
Bila kegagalan potensial terdeteksi antara titik P dan titik F, ada dua
kemungkinan, yaitu:
• Mencegah kegagalan fungsional. Ini tergantung pada sifat
mekanisme kegagalan, kadang-kadang mungkin untuk
melakukan intervensi mereparasi komponen yang ada sebelum
gagal penuh. Dalam kasus ini, kita mencegah kegagalan
maupun menghindarkan atau mengurangi konsekuensi.
Sebagai contoh, adanya retak pada dinding sebagai kegagalan
potensial. Jika kita menemukannya, maka hal yang mungkin
dilakukan adalah menambah topangan pondasi dan mencegah
kerusakan dinding sampai benar-benar runtuh (kegagalan
fungsional). Kita mencegah konsekuensi keselamatan yang
timbul bila dinding itu runtuh.
Interval P-F juga dikenal sebagai periode siaga atau lead time
menuju kegagalan. Ini dapat diukur dalam sembarang unit yang terkait
dengan keterlibatan tekanan seperti waktu operasi, satuan output, siklus
start-stop, dsb. Tetapi, untuk alasan-alasan yang akan dibahas dalam bab
Tugas-Tugas On-Condition
Proses pemilihan tugas-tugas on-condition harus dipertimbangkan
lebih dahulu, mengingat alasan berikut.
• Mereka hampir selalu dapat dilakukan tanpa memindahkan
aset dari posisinya dan biasanya dilakukan selagi aset
beroperasi, sehingga jarang mempengaruhi proses produksi.
Mereka juga mudah untuk diorganisasikan.
• Mereka mengidentifikasikan kondisi kegagalan potensial yang
spesifik, sehingga tugas koreksi dapat didefinisikan dengan
jelas sebelum pekerjaan dimulai. Hal ini menurunkan jumlah
pekerjaan reparasi yang dikerjakan dan memungkinkan untuk
melakukannya lebih cepat.
Tugas Gabungan
Untuk suatu jumlah mode kegagalan yang kecil yang memiliki
konsekuensi-konsekuensi keselamatan dan lingkungan, tugas
yang diambil tidak dapat dicari dari kemampuannya sendiri untuk
menurunkan risiko kegagalan sampai suatu tingkat bawah yang disetujui,
dan modifikasi yang tepat pun tidak dapat berbuat banyak.
Untuk kasus ini, mungkin dapat ditemukan kombinasi tugas
(biasanya dari dua kategori tugas yang berbeda, seperti tugas on-condition
dan tugas pembuangan terjadwal), yang dapat menurunkan risiko
kegagalan sampai suatu tingkat yang disetujui. Masing-masing tugas
dilaksanakan dengan frekuensi yang tepat untuk masing-masing. Harus
ditekankan di sini bahwa situasi ini sangat jarang dan kehati-hatian harus
diambil untuk tidak melakukannya terus-menerus.
Selain tiga langkah tersebut, kita juga perlu mencari nilai MTBF
dari fungsi tersembunyi. Langkah selanjutnya adalah memilih frekuensi
tugas menemukan kegagalan yang sesuai dengan tingkat ketersediaan
yang didapatkan dari langkah ketiga di atas dengan menggunakan Tabel
11.1.
Desain Ulang
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hubungan antara desain
dengan perawatan, juga kemungkinan dilakukannya desain ulang yang
berhubungan dengan proses-proses yang ada. Istilah desain ulang dapat
diartikan sebagai perubahan spesifikasi dari sebuah sistem. Perubahan
spesifikasi ini dalam praktiknya dapat diartikan sebagai salah satu atau
kombinasi dari penambahan komponen baru pada sistem, penggantian
sebagian ataupun seluruh komponennya, perubahan terhadap layout dari
komponen yang ada, atau bisa juga perubahan terhadap proses yang ada.
Manajemen Modifikasi
Modifikasi membutuhkan biaya yang mahal. Biaya tersebut meliputi
biaya desain ulang, biaya pembuatan komponen baru ataupun modelnya,
dan biaya pemasangannya. Biaya yang dibutuhkan akan lebih banyak
lagi apabila peralatan yang akan dimodifikasi tersebut harus dilepaskan
dari sistem, sehingga mengakibatkan sistem yang ada menjadi tidak
berfungsi. Risiko lainnya adalah modifikasi yang dilakukan belum
tentu dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kadang kala, justru
dapat menyebabkan timbulnya masalah baru. Modifikasi sendiri harus
mempertimbangkan beberapa hal berikut.
• Properly justified.
• Desain yang baik oleh orang yang berpengalaman.
Kegagalan Tersembunyi
Pada kasus kegagalan tersembunyi, risiko terjadinya kegagalan
majemuk dapat dikurangi dengan memodifikasi peralatan yang ada
seperti berikut.
• Membuat fungsi tersembunyi menjadi tampak dengan
menambahkan peralatan lain. Beberapa jenis fungsi
tersembunyi dapat ditampakkan dengan menambahkan
peralatan tambahan yang dapat menarik perhatian operator
jika terjadi kegagalan pada fungsi tersembunyi. Contohnya,
detektor asap yang bekerja dengan baterai adalah salah satu
contoh peralatan yang mempunyai fungsi tersembunyi.
Sekarang ini, banyak tipe detektor asap tersebut yang
menambahkan lampu indikator untuk mengetahui kondisi
dari baterai yang ada. Apabila baterainya mulai lemah, maka
lampu akan padam. Dengan cara demikian, maka kondisi
baterai (fungsi tersembunyi pada sistem) akan menjadi
”tampak” dengan penambahan peralatan tambahan berupa
lampu indikator tersebut. Pada kasus ini, peralatan yang
ditambahkan akan berperan sebagai fungsi tersembunyi juga,
sehingga diperlukan pertimbangan khusus.
• Mengganti fungsi tersembunyi yang ada dengan fungsi
nyata. Ini berarti mengganti peralatan yang ada dengan
peralatan proteksi fail-safe. Pada praktiknya, hal ini sulit untuk
dilakukan. Akan tetapi, jika berhasil dilakukan, maka tidak
diperlukan lagi tugas menemukan kegagalan terhadap sistem.
PELUMASAN
Hampir tugas pelumasan cenderung ditentukan sebagai bagian dari
proses pemilihan tugas. Hal ini karena mereka lebih mengarah pada mode
kegagalan spesifik dengan konsekuensi serius. Sumber dan frekuensi
tugas pencegahan yang tepat biasanya ditentukan menggunakan Diagram
Keputusan RCM. Tugas pelumasan difokuskan pada pengecekan tingkat
oli, pengecekan kualitas pelumas, dan atau perubahan oli, serta perawatan
sistem pelumasan sentral.
Rugi total dari poin pelumasan (seperti grease nipple, small oil
bottle, manually lubricated gears, dan lead screw) jarang menjadi subyek
tinjauan RCM secara penuh. Biaya dari tugas ini terlalu rendah, sehingga
jarang dianalisis secara mendalam ketika mengembangkan program
perawatan. Namun, hal ini bukan berarti sebaiknya diabaikan. Setiap
item dari peralatan sebaiknya selalu dipelajari dengan hati-hati pada
bagian akhir program RCM.
Pada praktiknya, rugi total dari pelumasan merupakan pembuangan
komponen tunggal terjadwal (lapisan film pelumas lama). Tugas ini
dapat diterapkan karena deteriorasi film dengan umur menunjukkan
karakteristik keausan.
Tiga kolom terakhir mencatat tugas yang telah dipilih (jika ada),
frekuensi seberapa sering hal itu dilaksanakan, dan siapa yang sudah
dipilih untuk melaksanakan hal itu. Kolom ”usulan tugas (prosposed
task)” juga digunakan untuk mencatat kasus-kasus di mana desain ulang
diperlukan. Atau, hal itu telah diputuskan bahwa modus kegagalan tidak
diperlukan dalam jadwal perawatan.
Dalam paragraf berikut, setiap empat bagian dari lembar kerja
keputusan di tinjau ulang dalam hubungannya dengan Diagram
Keputusan RCM.
Konsekuensi Kegagalan
Pengertian yang tepat dari pertanyaan H, S, E dan O dalam
Gambar 12.1. telah didiskusikan panjang lebar sebelumnya. Pertanyaan-
pertanyaan ini dipertanyakan untuk setiap modus kegagalan dan
jawaban-jawabannya dicatat pada lembar kerja keputusan seperti pada
Gambar 12.4.
Sedangkan, Gambar 12.5. menunjukkan jawaban terhadap
pertanyaan yang dicatat pada lembar kerja keputusan. Perhatikan bahwa:
• Setiap modus kegagalan diperlakukan hanya dalam satu
kategori konsekuensi. Jadi, bila hal itu diklasifikasikan sebagai
akibat lingkungan, kita tidak perlu harus mengevaluasi
konsekuensi operasional.
Tugas Preventif
Kolom ke 8 sampai 10 pada lembar kerja keputusan digunakan
untuk mencatat apakah tugas preventif telah dipilih, sebagai berikut.
• Kolom H1/S1/O1/N1 digunakan untuk mencatat apakah
tugas yang sesuai dengan persyaratan dapat ditemukan
untuk mengantisipasi modus kegagalan untuk mencegah
konsekuensinya.
• Kolom H2/S2/O2/N2 digunakan untuk mencatat apakah
jadwal perbaikan dapat ditemukan untuk mencegah kegagalan.
• Kolom H3/S3/O3/N3 digunakan untuk mencatat apakah
jadwal pembuangan barang ditemukan untuk mencegah
kegagalan.
Dalam setiap kasus, sebuah tugas hanya cocok jika hal itu berguna
dan secara teknis mudah dikerjakan.
Pada intinya, untuk sebuah tugas agar dapat dengan mudah
dikerjakan dan berguna, maka harus ada kemungkinan untuk
menyediakan jawaban positif terhadap semua pertanyaan, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 12.6. yang dapat diaplikasikan terhadap
kategori tugas dan tugas harus memenuhi kriteria ”pekerjaan bermanfaat
(worth doing)” dalam Gambar 12.5. Jika jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan adalah ’tidak dan tidak diketahui’, maka tugas itu ditolak. Jika
semua pertanyaan dapat dijawab secara pasti, maka Y dicatat pada kolom
yang cocok.
Usulan Tugas
Tugas yang dipilih, dicatat pada lembar kerja keputusan pada
kolom dengan judul ”Usulan Tugas”. Tulisan deskripsi tugas harus
mudah dibaca dan mudah dimengerti. Jika seseorang tidak mengerti apa
yang diharapkan dalam mengerjakan tugas, maka semuanya akan sia-
sia. Dalam praktiknya, sering terjadi instruksi yang tidak jelas. Contoh
Interval Permulaan
Frekuensi tugas yang dilaksanakan dicatat pada lembaran keputusan
dalam kolom ”Initial Interval”. Frekuensi setiap tugas berdasarkan
karakteristik kegagalan dan tugas itu sendiri, dapat dirangkumkan
sebagai berikut.
• Frekuensi tugas ”on-condition” yang diatur oleh Interval
P-F. Untuk tugas yang berbeda, hal ini dapat bervariasi dari
satuan detik ke tahunan, jadi frekuensi tugas yang terkait juga
bervariasi dari observasi kontinu sampai ke beberapa tahun.
• Frekuensi tugas perbaikan dan pembuangan terjadwal
tergantung pada umur komponen dari sebuah item. Frekuensi
tugas ini biasanya diukur dalam bulanan atau tahunan.
PAKET TUGAS-TUGAS
Setiap tugas rutin sebaiknya didefinisikan sejelas mungkin dalam
lembar kerja keputusan. Selain untuk menghindari terjadinya usaha-
usaha majemuk jika prosedur detailnya ditulis oleh orang lain di kemudian
hari, tetapi juga bisa mengurangi kemungkinan kesalahan pencatatan.
Informasi Dasar
Untuk menjelaskan tugas-tugas yang ditentukan dengan
menggunakan RCM ini, pada setiap jadwal sebaiknya terdapat informasi-
informasi seperti berikut:
• Deskripsi peralatan, yang ditulis bersamaan dengan jumlah
peralatan yang relevan.
• Siapa yang sebaiknya melakukan, operator, teknisi listrik,
fitter, teknisi, atau yang lainnya.
• Apakah sebaiknya peralatan dihentikan, dan atau diisolasi
selama jadwal dilaksanakan, juga tindakan pencegahan
lainnya yang harus diambil.
• Alat bantu khusus dan suku cadang, daftar dari barang-barang
ini dapat menghemat waktu tak produktif yang digunakan
untuk mondar-mandir setelah tugas ini dimulai.
Kontradiksi
Ketika jadwal frekuensi rendah digabungkan dengan jadwal
frekuensi tinggi, apakah selanjutnya bisa digabungkan sebagai perintah
umum, atau apakah sebaiknya ditulis ulang dengan lengkap? Dengan
’Jika Perlu’
Perintah seperti ’cek komponen A pada kondisi B dan gantilah jika
perlu’ sering dijumpai di sejumlah jadwal. Sebaiknya hal ini dihindari
karena ’pengecekan’ dalam porsi tugas hanya memerlukan beberapa
detik saja, sedangkan ’penggantian’ dapat memerlukan beberapa jam.
Hal ini dapat menjadi malapetaka selama downtime yang direncanakan.
Perintah tadi sebaiknya ditulis sebagai ’cek komponen A pada kondisi B
dan laporkan kerusakannya kepada foremen’. ’Jika perlu’ hanya dipakai
untuk servis rutinitas yang cepat seperti ’cek saringan oli dan gantilah
jika perlu’.
Menggabungkan Frekuensi
Jika saat menyusun jadwal yang didasarkan pada lembar kerja ini kita
berhubungan dengan sejumlah besar frekuensi tugas yang berbeda-beda
pada sebuah lembar kerja keputusan, mereka sebaiknya digabungkan
menjadi paket pekerjaan dalam jumlah yang lebih kecil. Gambar 13.2
Menambah Tugas-Tugas
Ketika mengumpulkan jadwal-jadwal tadi, sering dilakukan
penambahan tugas-tugas untuk lebih melengkapi jadwal. Hal ini sering
MELAPORKAN KERUSAKAN
Selain menjamin bahwa tugas telah dilakukan, kita juga perlu untuk
menjamin bahwa semua kegagalan potensial yang ditemukan dikoreksi
sebelum mereka menjadi kegagalan fungsional dan kegagalan fungsional
yang tersembunyi dikoreksi sebelum kegagalan ganda memiliki peluang
untuk terjadi. Hal ini berarti bahwa setiap orang yang menemukan
kegagalan fungsional atau kegagalan potensial harus memiliki akses tak
terbatas, prosedur langsung dan handal untuk melaporkannya segera
mungkin agar segera dapat diperbaiki.
Poin akhir tentang sistem ini adalah harapan agar orang harus
termotivasi untuk melakukannya. Berarti bahwa kerusakan yang
dilaporkan harus ditindaklanjuti segera atau diberitahukan bila tidak ada
tindakan yang diambil.