Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A; Pendaftaran Pasien
1; Pendaftaran Pasien IGD
a; Pengertian
Pendaftaran pasien IGD adalah tata cara penerimaan pendaftaran pasien
yang baru pertama kali datang dan lama ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Al-
Ihsan Provinsi Jawa Barat.
b; Tujuan
Pendaftaran pasien yang baru pertama kali datang dan lama sesuai dengan
langkah-langkah penerimaan pendaftaran pasien untuk mendapatkan
pelayanan gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Al-Ihsan Provinsi
Jawa Barat.
c; Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
1; Pendaftaran Pasien Baru
a; Petugas Pendaftaran IGD menerima pengantar pasien sambil
menanyakan kepada pengantar Pasien, Apakah sudah pernah
berkunjung (berobat) ke RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
b; Jika belum pernah, Petugas Pendaftaran IGD menanyakan KTP/ SIM/
BPJS/ Asuransi Kesehatan Lain untuk keperluan identitas pasien yang
berisi : nama pasien, jenis kelamin, tempat/ tanggal lahir, umur,
pendidikan, agama, alamat utama pasien, nomor telpon dan hp, jenis
pasien, perusahaan penanggung asuransi, penanggung jawab pasien.
c; Bila pasien mempunyai asuransi kesehatan :
BPJS :
 Memperlihatkan Kartu Peserta BPJS
 Foto copi Kartu Peserta BPJS
Asuransi Kesehatan Lain /Kontraktor:
 Memperlihatkan Kartu Peserta Asuransi/Kartu Karyawan
 Foto copi Kartu Peserta Asuransi/Kartu Karyawan
 Rujukan Dari Perusahaan
SKTM
 Foto copi KTP
 Foto copi Kartu Keluarga
 Surat Keterangan Tidak Mampu Dari Kecamatan
 Rujukan dari Puskesmas Setempat
d; Petugas Pendaftaran IGD mengisi data tersebut pada Aplikasi SIM RS
e; Petugas Pendaftaran mengisi data pasien pada buku register
pendaftaran IGD mengisi data pasien pada kartu berobat IGD
f; Petugas Pendaftaran mengisi data pasien pada kartu catatan medis
IGD
g; Petugas Pendaftaran IGD mencetak dan memberikan kartu berobat
kepada pengantar pasien, serta mengingatkan agar membawanya
apabila berobat ke RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat .
h; Petugas Pendaftaran IGD memberikan kartu catatan medis yang
sudah jadi kepada pengantar pasien untuk diserahkan kepada Dokter/
Perawat.
2; Pendaftaran Pasien Lama
a; Petugas Pendaftaran IGD menerima pengantar pasien sambil
menanyakan kepada pengantar Pasien, Apakah sudah pernah
berkunjung (berobat) ke RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
b; Jika sudah pernah, Petugas Pendaftaran IGD menanyakan Kartu
Berobat/KTP/ SIM/ BPJS/ Asuransi Kesehatan Lain untuk keperluan
identitas pasien yang berisi : nama pasien, jenis kelamin, tempat/
tanggal lahir, umur, pendidikan, agama, alamat dan nomor medical
record.
c; Bila pasien mempunyai asuransi kesehatan :
BPJS :
 Memperlihatkan Kartu Peserta BPJS
 Foto copi Kartu Peserta BPJS
Asuransi Kesehatan Lain /Kontraktor:
 Memperlihatkan Kartu Peserta Asuransi/Kartu Karyawan
 Foto copi Kartu Peserta Asuransi/Kartu Karyawan
 Rujukan Dari Perusahaan
SKTM
 Foto copi KTP
 Foto copi Kartu Keluarga
 Surat Keterangan Tidak Mampu Dari Kecamatan
 Rujukan dari Puskesmas Setempat

d; Petugas Pendaftaran IGD mengecek data pasien pada Aplikasi SIM


RS
e; Petugas Pendaftaran mengisi data pasien pada buku register
pendaftaran IGD mengisi data pasien pada kartu berobat IGD
f; Petugas Pendaftaran mengisi data pasien pada kartu catatan medis
IGD
g; Petugas Pendaftaran IGD memberikan kartu berobat kepada
pengantar pasien, serta mengingatkan agar membawanya apabila
berobat ke RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat .
h; Petugas Pendaftaran IGD memberikan kartu catatan medis yang
sudah jadi kepada pengantar pasien untuk diserahkan kepada Dokter/
Perawat.

2; Pendaftaran Pasien Rawat Inap


a; Pengertian Pendaftaran Pasien Rawat Inap
Pendaftaran pasien rawat inap adalah tata cara penerimaan pendaftaran
pasien IGD yang akan dirawat inap di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
b; Tujuan
Pendaftaran pasien instalasi gawat darurat yang memerlukan rawat inap
sesuai dengan langkah-langkah penerimaan pendaftaran pasien rawat inap di
IGD RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
c; Tata Laksana Pendaftaran Pasien Rawat Inap
1; Menerima pasien dan menanyakan surat pengantar rawat inap dari dokter
jaga IGD/dokter yang merawat.
2; Melakukan konfirmasi ke ruang perawatan.
3; Memeriksa identitas pasien pada aplikasi SIM RS.
4; Memberikan penjelasan surat persetujuan rawat inap kepada penanggung
jawab pasien untuk diisi dan ditanda tangani.
5; Menuliskan identitas pasien dan memasukkan formulir rawat inap ke
dalam berkas rekam medis (status rawat inap).
6; Petugas pendaftaran rawat inap menandatangani persetujuan rawat inap.
7; Memberikan status rawat inap kepada penanggung jawab pasien untuk
diserahkan kepada dokter jaga IGD/dokter yang merawat/perawat IGD.

B; Sistem Komunikasi
1; Pengertian Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah sistem yang
merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung berbagai
kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan
pelayanan terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun
sehari-hari.
2; Tujuan
Pelayanan gawat darurat yang diberikan untuk menjaga agar korban/pasien tetap
hidup (survive).
3; Pelayanan SPGDT
Pelayanan SPGDT terdir dari 3 sub system, yaitu :
a; Pelayanan Pra RS
Dengan mendirikan PSC, BSB dan pelayanan ambulans dan komunikasi.
1; Pelayanan sehari-hari :
a; PSC (Public Safety Center)
PSC (Public Safety Center) adalah Pusat pelayanan yang menjamin
kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan
kegadaran, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam
waktu singkat dimanapun berada.
Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk
mendapatkan respons cepat (quick response) terutama pelayanan pra
RS.
Elemen dalam PSC (Public Safety Center)
• PSC didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat.
Pengorganisasian dibawah Pemda.
• SDM dari berbagai unsur
• masyarakat yang bergiat dalam upaya pertolongan bagi
masyarakat.
• Biaya dari masyarakat.
• Kegiatan menggunakan perkembangan teknologi, pembinaan
untuk memberdayakan potensi masyarakat, komunikasi untuk
keterpaduan kegiatan.
• Kegiatan lintas sektor.

b; BSB (Brigade Siaga Bencana)


BSB (Brigade Siaga Bencana) adalah Satuan tugas kesehatan yang
terdiri dari petugas medis (dokter, perawat), paramedik dan awam
khusus yang memberikan pelayanan kesehatan berupa pencegahan,
penyiagaan maupun pertolongan bagi korban bencana.
Elemen dalam BSB, terdiri dari :
• Unit khusus untuk penanganan pra RS, khususnya kesehatan
dalam bencana.
• Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, DInkes, RS)
• Terdiri dari petugas medis (perawat, dokter), non medis (sanitarian,
gizi, farmasi dll).
• Pembiayaan dari instansi yang ditunjuk dan dimasukkan
APBN/APBD.
c; Pelayanan Ambulans
Pelayanan ambulan terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan
ambulans Puskesmas, klinik, RB, RS, non kesehatan. Koordinasi
melalui pusat pelayanan yang disepakati bersama untuk mobilisasi
ambulans terutama dalam bencana.
d; Komunikasi
Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga
seluruh kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu.
e; Pembinaan
• Berbagai pelatihan untuk meningkatan kemampuan dan
keterampilan bagi dokter, perawat, awam khusus.
• Penyuluhan bagi awam.

2; Pelayanan pada bencana, terutama pada korban massal


a; Koordinasi, komando. Melibatkan unit lintas sektor. Kegiatan akan
efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan komando yang disepakati
bersama.
b; Eskalasi dan mobilisasi sumber daya
Dilakukan dengan mobilisasi SDM, fasilitas dan sumber daya lain
sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi korban.
c; Simulasi
Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi
apakah dapat diimplementasikan pada keadaan sebenarnya.
d; Pelaporan, monitoring, evaluasi
Penanganan bencana didokumentasikan dalam bentuk laporan
dengan sistematika yang disepakati. Data digunakan untuk monitoring
dan evaluasi keberhasilan atau kegagalan, hingga kegiatan
selanjutnya lebih baik.

b; Pelayanan Intra RS
1; Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.
2; Perlu Hospital Disaster Plan, Untuk akibat bencana dari dalam dan luar
RS.
3; Transport intra RS.
4; Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin
peningkatan kemampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan
medis.
5; Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.

c; Pelayanan Antar RS.


1; Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan
kuantitas.
2; Evakuasi antar RS dan dari pra RS ke RS.
3; Sistem Informasi Manajemen :
a; Untuk menghadapi kompleksitas permasalahan dalam pelayanan.
b; Perlu juga dalam audit pelayanan dan hubungannya dengan
penunjang termasuk keuangan.
4; Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan
Pemberian informasi keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan
sebelum pasien ditranportasi ke RS tujuan.

C; Pelayanan Triage
1; Definisi Triase
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis
segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas
transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan), artinya memilih
berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup.

2; Tujuan Triase
Tujuan dari triase adalah memilih atau menggolongkan semua klien, menetapkan
prioritas penanganannya dan dapat menangani korban/klien dengan cepat,
cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada.
3; Fungsi Triase
Melakukan seleksi penderita sehingga tidak ada penderita yang tidak terlayani,
pelayanan harus dilakukan dengan cepat, dan efisien. Orang yang melakukan
seleksi adalah seorang dokter dibantu oleh perawat yang sudah memiliki sertifikat
pelatihan gawat darurat.
4; Klasifikasi Triase
Klasifikasi triase terdiri dari :
a; Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan
pasien dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
b; Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart digunakan dan di dukung oleh ENA
(Emergenci Nurse Association) meliputi:
1) C (Circulation)
2) A (Airway)
3) B (Breathing)
4) D (Dissability of Neurity)
5) E ( Ekspose)
6) F (Full-set of Vital sign)
7) Pulse Oximetry
c; Triase Two-Tier
Sistem ini memerlukan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua
yang bertugas mensortir pasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
d; Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup
protokol penanganan:
1) Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
2) Pemeriksaan diagnostik : labotarium dan radiologi
3) Pemberian obat
e; Triase Bed Side
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani
oleh perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.

Triase di IGD RSUD Al-Ihsan menggunakan Spot Check Triase, dimana


dokter dan perawat yang sudah tersertifikasi GELS/PPGD II mengkaji dan
mengklasifikasikan dan memberikan labeling pasien berdasarkan
kegawatdauratan dalam waktu 2-3 menit.
5; Alur Triage

Pasien

Triage

Merah Kuning Hijau Hitam

Ruang Ruang IRJ/Dilua Kamar


Resusitasi Tindakan r Jam Jenaza
Bedah/no Kerja h
n Poli Ke
Bedah/An
ak/Obgyn

Tindakan Live
Saving
Tindakan Medik,
Penunjang, Obat, Pulang
Visum

KASIR

RAWAT DI R .
KRITIS :

 R. ICU RAWAT DI OBSERVA RUJU


R. RAWAT SI
 R. HCU INAP NON IGD
K

 R. STROKE

6; Prioritas/Labeling Triase
Prioritas/labeling triase yang dilakukan di IGD RSUD Al-Ihsan adalah sebagai
berikut :
a; Prioritas Pertama (Merah/Segera)
Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik
dan transport segera untuk tetap hidup.
Prioritas tertinggi untuk penanganan atau evakuasi, seperti :
1) Tindakan resusitasi segera
2) Obstruksi jalan napas
3) Kegawatan pernapasan
4) Syok atau perdarahan berat
5) Trauma parah
6) Luka bakar berat
b; Prioritas Kedua (Kuning/Mendesak)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan
dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Meliputi
kasus yang memerlukan tindakan segera terutama kasus bedah, seperti ;
1) Trauma abdomen
2) Trauma dada tertutup tanpa ancaman asfiksia
3) Trauma ekstremitas
4) Patah tulang
5) Trauma kepala tertutup
6) Trauma mata
7) Luka bakar derajat sedang
c; Prioritas Ketiga (Hijau/Tunda/Evaluasi)
Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera,
memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang
berkala. Penanganan tidak terlalu mendesak dan dapat ditunda jika ada
korban lain yang lebih memerlukan penanganan atau evakuasi, seperti ;
1) Cedera jaringan lunak
2) Dislokasi ekstremitas
3) Cedera tanpa gangguan jalan napas
4) Gawat darurat psikologis

d; Prioritas Nol (Hitam/Meninggal)


Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang
mematikan. Pelaksanaan triase dilakukan dengan memberikan tanda sesuai
dengan warna prioritas. Tanda triase dapat bervariasi mulai dari suatu kartu
khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan yang warnanya sesuai
dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda triase yang sudah ditentukan.
Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label
lama jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.

D; Informed Consent
1; Pengertian Informed Consent
Informed consent adalah suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya
medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah mendapat
informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk
menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin
terjadi (Komalawati,1989).
Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan atau izin tertulis dari
pasien/keluarga pada tindakan operatif, lebih dikenal sebagai Surat Izin
Operasi (SIO), surat perjanjian dan lain–lain, istilah yang dirasa sesuai oleh
rumah sakit tersebut (Amri, 1999).
Persetujuan Tindakan Medis adalah persetujuan yang diberikan pasien
atau keluarga terdekat setelah penjelasan mengenai tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien (Permenkes RI
Nomor 290 Tahun 2008).
2; Tujuan Informed Consent
a; Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum dari segala
tindakan medis.
b; Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tindakan medis dari
tuntutan-tuntutan pihak pasien yang tidak wajar, serta akibat tindakan medis
yang tak terduga dan bersifat negative.
3; Jenis Informed Consent
a; Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied Consent)
Bisa dalam keadaan normal (biasa) atau darurat, umumnya tindakan yang
biasa dilakukan atau sudah diketahui umum misalnya menyuntik pasien.
Bila pasien dalam keadaan gawat darurat ”Emergency” memerlukan
tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan
persetujuan dan keluarganya pun tidak ditempat, maka dokter dapat
melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter (Permenkes No. 585
tahun 1989, pasal 11).
b; Dinyatakan (Expressed Consent)
Persetujuan dinyatakan secara lisan atau tertulis. Persetujuan secara lisan
diperlukan pada tindakan medis yang tidak mengandung resiko tinggi
seperti pencabutan kuku, sedangkan persetujuan secara tertulis mutlak
diperlukan pada tindakan medis yang mengandung resiko tinggi
seperti tindakan pembedahan perlu surat pernyataan dari
pasien/keluarga. (Amri, 1999).
4; Fungsi Pemberian Informed Consent
a; Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia
b; Penghormatan terhadap hak otonomi perorangan yaitu hak untuk menentukan
nasibnya sendiri
c; Proteksi terhadap pasien sebagai subjek penerima pelayanan kesehatan
(health care receiver = HCR)
d; Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien
e; Menghindari penipuan dan misleading oleh dokter
f; Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
g; Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan
h; Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan
kesehatan
i; Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk melakukan introspeksi
terhadap diri sendiri.
5; Ruang Lingkup Informed Consent
Ruang lingkup informed consent di IGD RSUD Al-Ihsan, meliputi :
 Hak atas informasi
Informasi yang diberikan meliputi diagnosis penyakit yang diderita, tindakan
medik apa yang hendak dilakukan, kemungkinan penyulit sebagai akibat
tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya, alternatif terapi lainnya,
prognosanya, perkiraan biaya pengobatan.
 Hak atas persetujuan (Consent)
Consent merupakan suatu tindakan atau aksi beralasan yg diberikan tanpa
paksaan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan cukup tentang keputusan
yang ia berikan ,dimana orang tersebut secara hukum mampu memberikan
consent.
Kriteria consent yang syah yaitu tertulis, ditandatangani oleh klien atau orang
yang betanggung jawab, hanya ada salah satu prosedur yang tepat dilakukan,
memenuhi beberapa elemen penting, penjelasan tentang kondisi, prosedur
dan konsekuensinya. Hak persetujuan atas dasar informasi (Informed
Consent).
 Hak atas rahasia medis
 Hak atas pendapat kedua (Second opinion)
 Hak untuk melihat rekam medik
 Hak perlindungan bagi orang yg tidak berdaya (lansia, gangguann mental,
anak dan remaja di bawah umur)
 Hak pasien dalam penelitian
Hak pasien membuat keputusan sendiri untuk berpartisipasi, mendapatkan
informasi yang lengkap, menghentikan partisipasi dalam penelitian tanpa
sangsi, bebas bahaya, percakapan tentang sumber pribadi dan hak terhindar
dari pelayanan orang yang tidak kompeten.
 Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit
 Hak memperoleh pelayanan yg adil dan manusiawi
 Hak memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
 Hak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yg berlaku di rumah sakit
 Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yg jelas tentang penyakitnya
 Hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
 Hak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
 Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit
 Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap
dirinya
 Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
 Hak didampingi perawat atau keluarga pada saat diperiksa dokter

6; Hal – Hal Yang Dapat Di Informasikan


Adapun hal-hal yang di informasikan ke pasien dan keluarga dalam informed
consent di IGD RSUD Al-Ihsan, meliputi :
a; Hasil Pemeriksaan
Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Misalnya perubahan keganasan pada hasil Pap smear. Apabila
infomasi sudah diberikan, maka keputusan selanjutnya berada di tangan
pasien.
b; Risiko
Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya
antisipasi yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. Reaksi alergi
idiosinkratik dan kematian yang tak terduga akibat pengobatan selama ini
jarang diungkapkan dokter. Sebagian kalangan berpendapat bahwa
kemungkinan tersebut juga harus diberitahu pada pasien.
Jika seorang dokter mengetahui bahwa tindakan pengobatannya berisiko dan
terdapat alternatif pengobatan lain yang lebih aman, ia harus
memberitahukannya pada pasien. Jika seorang dokter tidak yakin pada
kemampuannya untuk melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat dokter
lain yang dapat melakukannya, ia wajib memberitahukan pada pasien.
c; Alternatif
Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan
terapi. Ia harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya
yang ditimbulkan dari beberapa pilihan tersebut. Sebagai contoh adalah terapi
hipertiroidisme. Terdapat tiga pilihan terapi yaitu obat, iodium radioaktif, dan
subtotal tiroidektomi. Dokter harus menjelaskan prosedur, keberhasilan dan
kerugian serta komplikasi yang mungkin timbul.
d; Rujukan atau konsultasi
Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa
kemampuan dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan
terapi pada pasien-pasien tertentu. Pengadilan menyatakan bahwa dokter
harus merujuk saat ia merasa tidak mampu melaksanakan terapi karena
keterbatasan kemampuannya dan ia mengetahui adanya dokter lain yang
dapat menangani pasien tersebut lebih baik darinya.

e; Prognosis
Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele,
ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak
mendapat pengobatan atau tidak mendapat tindakan apapun. Pasien juga
berhak mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa yang terjadi dengan
mereka. Semua ini berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang dapat
diduga oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan
bagian dari informed consent.

7; Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Persetujuan Tindakan Medis


Adapun Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Persetujuan Tindakan Medis di IGD
RSUD Al-Ihsan, diantaranya sebagai berikut :
a; Dokter
Dokter mempunyai kewajiban baik diminta maupun tidak diminta
untuk memberikan informasi dan penjelasan yang cukup kepada pasien
atau pihak lain yang berwenang sebelum melakukan tindakan medis.
Dokter juga wajib memberikan kesempatan untuk bertanya bagi pasien
atau pihak lain yang berwenang mengenai segala sesuatu yang di rasa
belum jelas. Kecuali dalam kondisi pasien yang gawat darurat atau
dengan pertimbangan khusus bahwa informasi dan penjelasan tersebut
akan merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak
diberikan informasi maka dokter tidak perlu memberikan informasi.
b; Pasien
Pasien mempunyai hak untuk mendapat informasi dan penjelasan dari dokter
yang akan melakukan tindakan medis. Setelah mendapat informasi dan
penjelasan yang lengkap, pasien mempunyai hak untuk menyetujui atau
menolak tindakan medis yang disarankan oleh dokter tanpa paksaan dan
tekanan dari pihak manapun.
c; Keluarga
Dalam keadaan pasien tidak mampu secara hukum seperti yang diatur
dalam ketentuan perundang-undangan, maka peran keluarga atau
pihak lain yang berwewenang adalah sebagai pengganti pasien untuk
memperoleh informasi dan penjelasan serta memberikan /menolak
persetujuan atas tindakan yang disarankan oleh dokter. Termasuk dalam
keluarga di sini adalah suami atau istri pasien, orang tua pasien, dan
keluarga dekat pasien yang lain yang memenuhi syarat dan ketentuan
perundang-undangan sehingga yang bersangkutan berwenang untuk
memberikan atau menolak persetujuan tindakan medis yang di anjurkan
oleh dokter.
d; Rumah Sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya
Peran Rumah Sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain adalah
menyediakan formulir persetujuan tindakan medis dan menyimpan serta
memelihara dokumen persetujuan tindakan medis yang sudah
ditandatangani para pihak yang berwewenang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dokumen persetujuan tindakan medis disimpan dalam rekam medis pasien
dan merupakan bagian dari rekam medis pasien dan berdasar Undang-
Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran Pasal 47 ayat
1 dan 2 menyatakan bahwa dokumen rekam medis adalah milik dokter
sebagai sarana pelayanan kesehatan yang wajib disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter.
e; Perawat atau tenaga kesehatan lain
Peran perawat atau tenaga kesehatan lainnya adalah memastikan
bahwa persetujuan tindakan sudah tersedia dan ditandatangani oleh para
pihak yang berwewenang sebelum tindakan medis dilakukan. Apabila
ternyata persetujuan tindakan medis belum ada maka kewajiban perawat
atau tenaga kesehatan lainnya untuk memberi informasi ke dokter yang
bersangkutan agar segera memproses persetujuan tindakan medis.
Terkadang perawat atau tenaga kesehatan lainnya bisa juga berperan
sebagai saksi.
f; Saksi
Saksi adalah orang yang menyaksikan bahwa suatu peristiwa telah benar-
benar terjadi. Dalam hal ini adalah sebagai saksi bahwa pasien telah
menyetujui atau menolak tindakan medis yang disarankan oleh dokter.

8; Beberapa Aspek Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Tindakan Medis


Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan medis di
IGD RSUD Al-Ihsan, yaitu sebagai berikut :
a; Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan.
b; Persetujuan diberikan setelah pasien mendapat informasi yang cukup.
c; Setiap tindakan medis yang mengandung resiko tinggi harus dengan
persetujuan tertulis yang ditandatangani pihak yang berhak memberikan
persetujuan.
d; Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik
diminta maupun tidak.
e; Dalam keadaan tertentu informasi dapat diberikan kepada keluarga pasien
dengan persetujuan pasien.
f; Dalam hal tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasif lainnya,
informasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi itu
sendiri, dalam arti tidak dapat diwakilkan.
g; Dalam keadaan tertentu dimana dokter yang akan melakukan tindakan
medis tidak ada, informasi harus diberikan kepada dokter lain dengan
sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggungjawab.
h; Persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten (berumur lebih dari 21
tahun atau telah/pernah menikah) yang dalam keadaan sadar dan sehat
mental.
i; Bagi pasien di bawah 21 tahun persetujuan diberikan kepada orangtua
atau wali atau keluarga terdekat.
j; Dokter yang melakukan tindakan medis tanpa persetujuan dari pasien atau
keluarganya dapat dikenai sanksi administrasi berupa pencabutan surat ijin
prakteknya.

E; Transportasi Pasien
1; Pengertian Transportasi Pasien
Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita/pasien baik di dalam IGD, ke Ruang Rawat Inap, OK, Haemodialisa,
Ruang Intensivise, Unit Penunjang : Radiologi dan ke luar RSUD Al-Ihsan : RS
Lain, Bandara Udara.
2; Tujuan
Pasien dapat dengan aman mencapai ruangan baik di internal IGD, Ruang Rawat
Inap, OK, Haemodialisa, Ruang Intensivise dan ke luar RSUD Al-Ihsan : RS Lain,
Bandara Udara.

3; Jenis Transportasi Pasien


Jenis transportasi pasien di IGD RSUD Al-Ihsan terbagi menjadi :
a; Transportasi Kritis/Pasien Gawat Darurat
Definisi pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu
atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring
dan terapi.
Transportasi di IGD RSUD Al-Ihsan pada pasien kritis dilakukan oleh Perawat
Klinik II (tersertifikasi PPGD II).
Kriteria Pasien Kritis/Gawat Darurat :
1) Gangguan pada Circulation, Air Way, Breathing
2) Obstruksi jalan napas
3) Kegawatan pernapasan
4) Syok atau perdarahan berat
5) Trauma parah
6) Luka bakar berat
Prosedur Transportasi Pasien Kritis :
1; Koordinasi sebelum transport
2; Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap untuk
menerima pasien tersebut
3; Panduan dalam mengangkat pasien :
a; Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan.
b; Nilai beban yang akan diangkat secara bersama dan bila merasa tidak
mampu jangan dipaksakan
c; Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sedikit
sebelahnya berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat
d; Tangan yang memegang menghadap kedepan
e; Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa
jarak maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm
f; Jangan memutar tubuh saat mengangkat
g; Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong penderita
4; Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar
dokter dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien
5; Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama transport
dan evaluasi kondisi pasien
6; Profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau perawat)
harus menemani pasien dalam kondisi serius. Salah satu profesional
adalah perawat yang bertugas, dengan pengalaman CPR atau khusus
terlatih pada transport pasien kondisi kritis. Profesioanal kedua dapat
dokter atau perawat.
7; Seorang dokter harus menemani pasien dengan instabilitas fisiologik dan
pasien yang membutuhkan urgent action
8; Peralatan untuk menunjang pasien
• Transport monitor
• Blood presure reader
• Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan
tambahan cadangan 30 menit
• Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan
volume/menit, pressure FiO2 of 100% and PEEP with disconnection
alarm and high airway pressure alarm.
• Mesin suction dengan kateter suction
• Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium
bicarbonat
• Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus
dengan baterai
• Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut
9; Monitoring selama transport.
10; Monitoring kontinu: EKG, pulse oximetry
11; Monitoring intermiten: Tekanan darah, nadi , respiratory rate

b; Transportasi Pasien Tidak Gawat Tapi Darurat


Transportasi pasien tidak gawat tapi darurat di IGD RSUD Al-Ihsan dilakukan
oleh Perawat Klinik I dengan kriteria pasien sebagai berikut :
1) Trauma abdomen
2) Trauma dada tertutup tanpa ancaman asfiksia
3) Trauma ekstremitas
4) Patah tulang
5) Trauma kepala tertutup
6) Trauma mata
7) Luka bakar derajat sedang

c; Transportasi Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat


Transportasi pasien tidak gawat tidak darurat di IGD RSUD Al-Ihsan dilakukan
oleh Pekarya Kesehatan Umum IGD, dengan kriteria pasien sebagai berikut :
1; Cedera jaringan lunak
2; Dislokasi ekstremitas
3; Cedera tanpa gangguan jalan napas
4; Gawat darurat psikologis

4; Prosedur Transport Pasien


a; Lakukan pemeriksaan menyeluruh.
b; Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah
diletakan di atas blankar. Jika pasien tidak sadar, gunakan alat bantu jalan
nafas (airway).
c; Amankan posisi blankar di dalam ambulans.
d; Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisi aman selama perjalanan ruangan/
unit/rumah sakit.
e; Posisikan dan amankan pasien.
f; Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke
blankar.
g; Pastikan pasien terikat dengan baik dengan blankar. Tali ikat keamanan
digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan
kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman.
h; Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung.
i; Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan
spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans
dijalankan.
j; Melonggarkan pakaian yang ketat.
k; Periksa perbannya.
l; Periksa bidainya.
m; Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
n; Naikkan barang-barang pribadi.
o; Tenangkan pasien.

5; Teknik Pemindahan Pasien


Teknik pemindahan pasien termasuk dalam transport pasien, seperti pemindahan
pasien dari satu tempat ke tempat lain, baik menggunakan alat transport seperti
ambulance, dan branker yang berguna sebagai pengangkut pasien gawat darurat.
a; Pemindahan klien dari tempat tidur ke brankar
Memindahkan klien dri tempat tidur ke brankar oleh perawat membutuhkan
bantuan klien. Pada pemindahan klien ke brankar menggunakan penarik atau
kain yang ditarik untuk memindahkan klien dari tempat tidur ke branker.
Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat
dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan kain
pengangkat. Pemindahan pada klien membutuhkan tiga orang pengangkat
b; Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi
Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum
pemindahan. Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan punggung
kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Emindahan yang aman
adalah prioritas pertama, ketika memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh yang tepat.
c; Pemindahan pasien ke posisi lateral atau prone di tempat tidur
1; Pindahkan pasien dari ke posisi yang berlawanan
2; Letakan tangan pasien yang dekat dengan perawat ke dada dan tangan
yang jauh ari perawat, sedikit kedapan badan pasien
3; Letakan kaki pasien yang terjauh dengan perawat menyilang di atas kaki
yang terdekat
4; Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan pasien
5; Tempatkan tangan perawat di bokong dan bantu pasien
6; Tarik badan pasien
7; Beri bantal pada tempat yang diperlukan.

F; Pelayanan False Emergency


1; Pengertian Pelayanan False Emergency
Adalah pasien yang tidak dalam keadaan gawat dan darurat yang berkunjung ke
IGD untuk mendapatkan pelayanan pengobatan (Oktami, 2013).
Pelayanan False Emergency adalah pasien yang tidak dalam keadaan gawat dan
darurat yang berkunjung ke IGD RSUD Al-Ihsan untuk mendapatkan pelayanan
pengobatan.
2; Penyebab False Emergency
Penyebab makin meningkatnya angka false emergency yang berkunjung ke IGD
RSUD Al-Ihsan, diantaranya :
a; Tidak tersedianya berbagai sarana kesehatan lain yang setiap saat dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan rawat jalan, terutama pada hari-
hari libur.
b; Makin banyak penderita yang menghemat, tidak berkunjung dulu ke dokter
atau ke klinik, karena menurut penilaian mereka dokter atau klinik juga
nantinya akan merujuk mereka. Makin banyak dokter yang lebih senang
merujuk penderita ke UGD dari pada melakukan tindakan medis di tempat
praktek pribadi.
c; Pengaruh kebijakan asuransi kesehatan, yang hanya menanggung biaya
perawatan rawat jalan apabila diselenggarakan oleh UGD.
3; Pelayanan False Emergency
Pelayanan false emergency di IGD RSUD Al-Ihsan, dilakukan beberapa upaya
pelayanan :
a; Meningkatkan pendidikan kesehatan masyarakat, sehingga di satu pihak
pemahaman masyarakat tentang pelayanan gawat darurat dapat ditingkatkan,
di pihak lain kemampuan masyarakat dalam menanggulangi masalah-masalah
kesehatan sederhana dapat ditingkatkan.
b; Menganjurkan pada pasien dan keluarga untuk menanggulangi masalah
kesehatan yang sederhana : ispa, sindroma dispep ke pelayanan puskesmas
terdekat.
c; Menambah jumlah sarana kesehatan pelayanan instalasi rawat jalan,
termasuk poli klinik spesialis dan sub spesialis sore.
d; Melayani pasien yang false emergensi di luar jam kerja poliklinik rawat jalan
RSUD Al-Ihsan.Diluar jaga poli diatas jam 12 /setelah pendaftaran
tutup…………

G; Pelayanan Visum Et Repertum


1; Pengertian Pelayanan Visum et repertum
Adalah melayani perrnintaan pembuatan visum et repertum
2; Beberapa Hal Yang Dituangkan dalam Visum
a; Kronologis kejadian
b; Keadaan umum pasien
c; Luka/cedera yang ditemukan
d; Tindakan yang dilakukan terhadap pasien
e; Keadaan sewaktu dalam perawatan
f; Pada kesimpulan harus dijelaskan luka/cedera, penyebab kekerasan
dan derajat/kualititas dan kuantitas luka.
3; Prosedur Pelayanan Visum
a; Permintaan Visum diajukan secara resmi dan tertulis oleh Kepolisian kepada
RSUD Al-Ihsan
b; Pengajuan permintaan visum disampaikan oleh petugas kepolisian kepada
petugas pendaftaran IGD RSUD Al-Ihsan dalam waktu 2 x 24 jam sejak
kejadian
c; Petugas IGD meneliti surat permintaan Visum, setelah meneliti kebenaran
surat, petugas menulis tanggal, jam penerimaan, nama dan tanda tangan.
d; Apabila penderita / korban sudah masuk ruangan maka surat permintaan
Visum ada di IGD
e; Visum dibuat berdasarkan pemeriksaan penderita pada saat permintaan
Visum Et repertum.
f; Bila penderita / korban sudah meninggal maka dokter jaga IGD didampingi
oleh perawat memeriksa kondisi secara umum dan bila memerlukan autopsy,
maka penderita yang sudah meninggal tersebut dirujuk ke RS Hasan Sadikin.
g; Visum hidup dibuat dan ditanda tangani oleh Dokter yang memeriksa
/menangani penderita pada saat visum diterima.
h; Visum bisa diambil oleh petugas kepolisian dalam waktu 2 X 24 jam.
i; Dokumentasi visum (menggunakan kamera khusus visum kemudian disimpan
dikomputer dan kartu catatan medis di Rekam Medis).

H; Pelayanan DOA
1; Pengertian DOA
Menurut definisi WHO, kematian mendadak adalah kematian yang terjadi
pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus
forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan
detik sejak gejala pertama timbul (Hakim, 2010).
DOA (Kasus tiba mati) adalah suatu keadaan dimana penderita yang datang di
IGD sudah dalam keadaan meninggal
2; Penyebab DOA
a; Sistem Kardiovaskuler
1; Penyakit Arteri Koroner : Adanya penyempitan atau penebalan,
khususnya pada ramus descenden arteri coronaria
2; Komplikasi dari ateroma,
3; Lesi pada sistem konduksi jantung
4; Fibrosis miokard, ruptur otot papilaris
5; Hipertensi
6; Stenosis Aorta
7; Penyakit Miokard Primer
b; Sistem Non-Kardiovaskuler
1; Susunan Saraf :
a; Ruptur Aneurisma Berry
b; Perdarahan Serebral
2; Sistem Pernafasan :
a; Emboli Pulmoner
b; Tuberkulosis
c; Sindrom Kematian Bayi Mendadak atau Sudden Infant Death
Syndrome,
3; Sistem Pencernaan
a; Varises esofagus pada penderita cirhosis hepatis.
b; Perforasi ulkus peptik
c; Trombosis dan emboli mesenterium
4; Sistem Urogenital
a; Peradangan ginjal dan gagal ginjal akut
b; Rupturnya tuba pada kehamilan ektopik terganggu
5; Penyebab lain
Penyakit Addison’s
a; Kelainan darah: hemofilia
b; Kelainan metabolik: Diabetes Mellitus (DM)
c; Status limphatikus.
3; Tujuan Pelayanan Doa
Agar petugas IGD mampu melakukan penatalaksanaan kasus tiba mati (Death
On Arrival) dengan baik dan benar.
4; Penanganan DOA
a; Identifikasi jenazah dan catat peristiwa kematian di kartu status pasien.
b; Dokter jaga IGD memeriksa kondisi jenazah untuk memperkirakan sebab
kematian
c; Bila diduga mati wajar, jenazah dirawat sesuai prosedur, Surat kematian dapat
diperoleh di bagian Rekam Medik IGD RSUD Al-Ihsan
d; Bila diduga mati tidak wajar, maka petugas : lapor polisi sesuai TKP
e; Melakukan pemeriksaan pada jenazah sesuai dengan prosedur pembuatan
Visum et Repertum.
f; Apabila dipandang perlu diadakan otopsi, maka jenazah di kirim ke RS Hasan
Sadikin
g; Bila keluarga/pengantar jenazah menolak untuk dilakukan pemeriksaan dalam
pada jenazah, maka keluarga/pengantar menandatangani surat pulang paksa
dan tidak diberikan surat kematian
I; Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
Sistem informasi pelayanan pra rumah sakit adalah sebagai berikut :
1; Pelayanan sehari-hari :
a; PSC (Public Safety Center)
PSC (Public Safety Center) adalah Pusat pelayanan yang menjamin
kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegadaran,
termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat
dimanapun berada.
Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk
mendapatkan respons cepat (quick response) terutama pelayanan pra RS.
Elemen dalam PSC (Public Safety Center) :
• PSC didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat.
• Pengorganisasian dibawah Pemda Provinsi Jawa Barat.
• SDM dari berbagai unsur masyarakat yang bergiat dalam upaya
pertolongan bagi masyarakat.
• Biaya dari masyarakat.
• Kegiatan menggunakan perkembangan teknologi, pembinaan untuk
memberdayakan potensi masyarakat, komunikasi untuk keterpaduan
kegiatan.
• Kegiatan lintas sektor.
b; BSB (Brigade Siaga Bencana)
BSB (Brigade Siaga Bencana) adalah Satuan tugas kesehatan yang terdiri
dari petugas medis (dokter, perawat), paramedik dan awam khusus yang
memberikan pelayanan kesehatan berupa pencegahan, penyiagaan maupun
pertolongan bagi korban bencana.
Elemen dalam BSB, terdiri dari :
• Unit khusus untuk penanganan pra RS, khususnya kesehatan dalam
bencana.
• Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, DInkes, RS)
• Terdiri dari petugas medis (perawat, dokter), non medis (sanitarian, gizi,
farmasi dll).
• Pembiayaan dari instansi yang ditunjuk dan dimasukkan APBN/APBD.
c; Pelayanan Ambulans
Pelayanan ambulan terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan
ambulans Puskesmas, klinik, RB, RS, non kesehatan. Koordinasi melalui
pusat pelayanan yang disepakati bersama untuk mobilisasi ambulans
terutama dalam bencana.
d; Komunikasi
Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga seluruh
kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu.
e; Pembinaan
• Berbagai pelatihan untuk meningkatan kemampuan dan keterampilan bagi
dokter, perawat, awam khusus.
• Penyuluhan bagi awam.

J; Sistem Rujukan
1; Pengertian
Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan lainnya.
System rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadnya penyerangan tanggung
jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun
horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, da
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
2; Tujuan Rujukan
Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada
fasilitas pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehinngga jiwanya dapat
terselamatkan.
3; Langkah-Langkah Rujukan
Langkah-langkah rujukan adalah sebagai berikut :
a; Menentukan kegawat daruratan penderita
Dokter/Perawat yang telah mempunyai sertifikat GELS/PPGD II yang ada
pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh
ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
b; Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
c; Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
d; Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
• Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
• Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan
selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
• Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
e; Persiapan penderita
f; Pengiriman penderita

4; Jalur Rujukan
Jalur rujukan kasus kegawat daruratan :

a; Pelayanan kesehatan bersumber masyarakat.


1; Kader dan dukun bayi.
2; Posyandu.
b; Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagai Pelaksana Pelayanan
Kesehatan tingkat 1 (PPK 1)
1; Praktik Bidan
2; Praktik Perawat
3; Klinik Bersalin
4; Klinik
5; Praktik Dokter Umum
6; Praktik Dokter Gigi
7; Puskesmas dan jaringannya (Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
Poskesdes dan Polindes)
8; Puskesmas DTP mampu PONED
c; Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua/spesialistik sebagai Pelaksana
Pelayanan Kesehatan tingkat 2 (PPK 2)
1; Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
2; Rumah Sakit Swasta
3; BKKM
4; BKPM
5; Laboratorium Klinis/Kesehatan Kabupaten/Kota
6; Laboratorium Klinis/Kesehatan Swasta
d; Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ketiga/sub spesialistik sebagai
Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat 3 (PPK 3)
1; Rumah Sakit Vertikal :
a; Rumah Sakit Rujukan Tertinggi (Top Referal) :
• Rumah Sakit Hasan Sadikin
• RS Jantung Harapan Kita
• RS Kanker Dharmais
b; Rumah Sakit Jiwa Cisarua
c; Rumah Sakit Paru Rotinsulu
d; Rumah Sakit Marzuki Mahdi
2; Rumah Sakit Provinsi :
a; Rumah Sakit Al Ikhsan
b; Rumah Sakit Jiwa Provinsi
c; Rumah Sakit Paru Sidawangi
3; Rumah Sakit Wilayah :
a; Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon
b; Rumah Sakit Karawang Kabupaten Karawang
c; Rumah Sakit Cibinong Kabupaten Bogor
d; Rumah Sakit Syamsudin Kota Sukabumi
e; Rumah Sakit Tasikmalaya Kota Tasikmalaya
f; Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

K; Alih Rawat

L; Pemeriksaan Diagnostik
1; Pengertian Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik adalah suatu pemeriksan laboratorium dan radiologi yang
sangat penting dalam membantu menegakan diagnose suatu penyakit.
, memantau perjalanan penyakit serta menentukan pragnosa penyakit
2; Tujuan
a; Menegakan diagnose suatu penyakit
b; Memantau perjalanan penyakit
c; Menentukan pragnosa penyakit
3; Jenis Pemeriksaan :
a; Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari beberapa jenis pemeriksaan,
diantaranya :
1; Darah
a; Darah Rutin :
• Hemoglobin/HB
Untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
• Hematokrit/HT
Mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
• Trombosit
Mendeteksi adanya trombositopenia dan trombositosis

Cara :
• Ambil darah 2 cc dari vena
• Masukan pada Tabung K 3 EDTA
• Berikan label dan tanggal
b; Darah Kimia :
; SGPT ( serum glumatik piruvik transaminase )
Pemeriksaan SGPT digunakan untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler.
Cara :
• Ambil darah 3 cc dari vena
• Masukan pada Tabung Clot Activator
• Berikan label dan tanggal
; Albumin
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan
albumin yang disintesis oleh hepar, yang bertujuan untuk
menentukan adanya gangguan hepar seperti luka bakar ,
gangguan ginjal.
Cara :
• Ambil darah 3 cc dari vena
• Masukan pada Tabung Clot Activator
• Berikan label dan tanggal
; Asam Urat
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada
ginjal, luka bakar dan kehamilan.
Cara :
• Ambil darah 3 cc dari vena
• Masukan pada Tabung Clot Activator
• Berikan label dan tanggal
; Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin.
Bilirubin direct dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif
oleh batu/ neoplasma, hepatitis.
Bilirubin indirect dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia,
malaria.
Cara :
• Ambil darah 3 cc dari vena
• Masukan pada Tabung Clot Activator
• Hindari hemolisis
• Berikan label dan tanggal
; Ekstrogen
Pemeriksaan ekstrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi
ovarium, gejala menopause dan pasca menopause.
Cara :
• Ambil darah 3 cc dari vena
• Masukan pada Tabung Clot Activator
; Gas Darah Arteri
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi
gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh
gangguan respiratorik/ gangguan metabolic.
Cara :
• Ambil darah 5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum
berisikan hepain.
• Berikan label dan tanggal
; Gula Darah Puasa
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanaya diabetes.
Cara :
• Ambil darah 3 cc dari vena
• Masukan ke dalam Tabung Clot Activator
• Puaskan makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan
; Gula Darah Postprandial
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes,
pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Cara :
• Ambil darah 3 cc dari vena 2 jam setelah makan pagi/
siang.
• Masukan ke dalam Tabung Clot Activator

; Gonadotropin Korionik Manusia ( HCG )


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kehamilan.
Cara :
• Ambil darah 3 cc dari vena
• Masukan ke dalam Tabung Clot Activator
• Berikan label dan tanggal
2; Urine
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan
atau specimen urine, antara lain :
a; Asam urat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada
penyakit ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam dan leukemia.
Cara :
• Tampung urine 24 jam dan masukan ke dalam botol/ Tabung Urine
• Berikan label dan tanggal pengambilan
b; Bilirubin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit obstruktif
saluran empedu, penyakit hepar dan kanker hepar.
Cara :
• Gunakan ictotet atau tablet bili-labstex untuk pemeriksaan
bilirubinuria.
• Tetskan urine + 5 tetes pada tempat pemeriksaan
• Asbestos- cellulose.
• Masukan tablet dan tambahan 2 tetes air
• Hasil positif jika warna biru/ ungu
• Hasil negative jika warna merah
c; Human Chorionic Gonadotropin ( HCG )
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan
Cara :
• Anjurkan puasa 8-12 jam cairan
• Ambil urine 60 ml, kemudian lakukan pengumpulan selama 14Jam.
• Berikan label dan tanggal
d; Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan seawktu- waktu bila diperlukan
pemeriksaan

e; Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur
f; Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan
g; Urine 24 jam : urine yang dikumpulkan selama 24 jam
Pemeriksaan lain yang menggunakan specimen urine antara lain,
pemeriksaan uriilinogen untuk menentukan kadar kerusakan hepar,
penyakit hemolisis dan infeksi berat. Pemeriksaan urinealisasi
digunakan untuk menentukan berat jenis kadar glukosa dan
pemeriksaan lainnya.
3; Feces
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya
kuman seperti, salmonella, shigella, escherichiacoli, staphylococcus dll.
Persiapan dan Pelaksanaan :
; Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril
; Tempatkan feses dalam wadah steril dan ditutup
; Feses jangan dicampur dengan urine
; Jangan berikan Barium atau minyak mineral yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.
; Berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan
4; Sputum
Pemeriksaan dengan bahan secret atau sputum dilakukan untuk
mendeteksi adanya kuman.
Persiapan dan Pelaksanaan :
; Siapkan wadah dalam keadaan steril
; Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan
; Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum
; Pertahankan wadah dalam keadaan tertutup
; Bila kultur untuk pemeriksaan BTA ( Bakteri Tahan Asam ) ikut instruksi
yang ada pada botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc sputum
yang dilakukan selama 3 hari berturut turut.

b; Radiologi
1; Ultrasonografi ( USG )
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas
permukaan kulit/ di rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam
jaringan. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh,
untuk mendeteksi berbagai kelainan pada abdomen, otak, jantung dan
ginjal.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a; Lakukan informed consent
b; Anjurkan pasien untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan USG aorta abdomen, kantung empedu, hepar, limpa dan
pancreas.
c; Oleskan Jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan
USG
d; Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke
belakang diatas permukaan kulit.
e; Lakukan antara 10-30 menit
f; Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan
gelisah
g; Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah
masuknya udara.
h; Pada pemeriksan obstruktif ( Trimester pertama & kedua ) pelvis dan
ginjal pasien ketiga, pemeriksaan dilakukan pada saat kandung kemih
kosong.
i; Bila pemeriksaan pada jantungn anjurkan untuk bernafas secara
perlahan- lahan
j; Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan
jepit rambut dari kepala.
2; Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang
memanfaatkan peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi
kelainan pada berbagai organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal,
ureter, kandung kemih, tenggorokan dan rangka.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a; Lakukan informed consent
b; Tidak ada pembatasan makanan / cairan
c; Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA ( Posterior Anterior)
dapat dilakukan dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga
dilakukan.
d; Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada wakru
pengambilan foto sinar x.
e; Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk
mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung.
f; Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien
tidur terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus
dilindungi.
g; Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus
dlepaskan sebelum pelaksanaan foto.
h; Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan
immobilisasi pada daerah fraktur.
3; Pap Smear ( Papanicolaou Smear )
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk
mendeteksi adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek
pemberian hormon seks serta mengkaji respons terhadap kemoterapi dan
radiasi.
Persiapan dan pelaksanaan :
a; Lakukan informed consent
b; Tidak ada pembatasan makanan dan cairan
c; Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina ( pembersihan
vagina dengan zat lain ) memasukan obat melalui vagina atau
melakukan hubungan seks sekurang- kurangnya 24 jam
d; Spekulum yang sudah dilumasi dengan air dengan air megalir
dimasukan ke vagina .
e; Pap stick digunakan untuk mengusap serviks kemudian pindahkan ke
kaca mikroskop dan dibenamkan ke dalam cairan fiksasi.
f; Berikan label nama dan tanggal pemeriksaan
4; Mammografi
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada
bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai
payudara secara periodik.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a; Lakukan informed consent
b; Tidak ada pembatasan cairan dan makanan
c; Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher
d; Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
e; Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu
diatas meja kaset sinar x.
f; Lalu lakukan pemeriksaan

5; Endoskopi
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi
adanya kelainan pada saluran cerna.
Contoh : varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer
6; Kolonoskopi
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk mendeteksi
adanya kelainan pada saluran colon.
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll
7; CT Scaning
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan
terlokalisir serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen
8; EEG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak ( melihat
kelainan pada gel. otak )
Indikasi : epilepsy, trauma capitis
Dengan memasangkan elektroda pada bagian kepala klien.
9; EKG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat system hantaran/konduksi dari
jantung.
Indikasi : MCI, Angna fektoris, gagal jantung
Alur pemeriksaan diagnostic di igd,.pasien setelah diassesmen medis
selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan di buatkan format kemudian
ditrasfer………………………..nunggu hasil berapa lama sesuaikan dengan
respon time di radiolologi

M; Spesimen
1; Pengertian Spesimen
Spesimen adalah
2; Jenis Spesimen
a; Spesimen Darah
1; Tujuan
Mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi.
2; Pengambilan Spesimen Darah
a; Alat Dan Bahan
• Spuit/disposible syringe
• Blood lancet
• Karet pengikat lengan/torniquet
• Kapas
• Alkohol 70%
b; Tabung/Wadah Spesimen
• Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau
tetap di dalam spuit.
• Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
• Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.
c; Bahan Anti Koagulan
• Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) dapat digunakan dalam
bentuk padat dengan perbandingan 1 : 1.
• Heparin dapat digunakan dalam bentuk cair atau padat.
3; Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen
Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
• Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila mengambil
darah dalam jumlah sedikit atau tetesan (dipakai untuk screning test).
• Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil
darah dalam jumlah agak banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.
4; Cara Pengambilan Spesimen
a; Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga
untuk mengambil darah kapiler, sedangkan pada bayi atau anak kecil
dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki.Tempat yang dipilih tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah.
Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :
• Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol
70% dan biarkan sampai kering.
• Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan
tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
• Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan
dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak
boleh sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada anak daun
telinga tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
• Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas
beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.
b; Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada
bayi dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis
superior.
Cara pengambilan spesimen sebagai berikut :
• Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet,
kemudian tangan dikepalkan.
• Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan
kapas berakohol 70%.
• Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan
lengan.
• Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit
menjadi 30o dengan lengan, kemudian hisap darah perlahan-lahan
hingga volume yang diinginkan.
• Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian
tempelkan kapas beralkohol pada ujung jarum yang menempel
dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
• Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan
ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
• Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti
koagulan yang disediakan, kemudian digoyang secara perlahan
agar bercampur.
• Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap
kemudian dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti
koagulan.
5; Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat
dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama
responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.
6; Pengiriman Spesimen Darah
 Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil,
kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan
diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
 Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah
terbalik atau tumpah.
 Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang meliputi : tanggal
pengiriman, jenis dan jumlah sampel, jenis pemeriksaan yang diminta,
jenis pengawet, dan tanda tangan pengirim.
 Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan,
Balai Laboratorium Kesehatan atau laboratorium lainnya.
 Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke
laboratorium, pengiriman spesimen maksimum 3 hari.
b; Urine
Tujuan :
Menetukan apakah terdapat kelainan urin yang di urai secara makroskopis
( fisik ), sedimen / endapan ( makroskopis – mikroskopis, unsure organic –
non organic ), kimiawi, bakterialogis, maupun imunologis.tergantung pada
sampel atau jenis urin yang diperiksa.
Cara Kerja
1; Urin Bersih (clean voided urine specimen)
a; Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk
pemeriksaan urinalisa rutin diperlukan:
b; Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama
cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan
memiliki pH lebih rendah. Jumlah minimal 10mL
c; Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya
sendiri, dengan menampung urin pada wadah yang disediakan,
kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.
d; Spesimen harus bebas dari feses Diperlukan urin segar (pengambilan
kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa dengan segera, urin
harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu
ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah
merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.
2; Urin Tengah (Clean-Catch Or Midstream Urin Specimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan
kultur urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan
infeksi saluran kemih. Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari
bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan menggunakan
kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi.Perlu mekanisme khusus agar
spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.
Pengambilan dilakukan dengan cara:
Bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue
khusus lalu keringkan biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan
untuk mendorong dan mengeluarkan bakteri yang ada didistal, beberapa
waktu kemudian tampung urin yang ditengah. Hati-hati memegang wadah
penampung agar wadah tersebut tidak menyentuh permukaan perineum.
Jumlah yang diperlukan 30-60 ml.
3; Urin Tampung (Timed Urin Specimen/Waktu Tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang
dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24
jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi
preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau
mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin ditampung di
tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
Tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
• Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
• Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
• Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase,
kreatinin, hormon tertentu)
4; Spesimen Urin Acak
Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpulkan dari urin
klien saat berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong
pengumpul urin yang mengalami diversi urinarius
• Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
• Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan
hanya 120 mL urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
• Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat memasang tutup dengan ketat
padsa wadah spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar
mengenai bagian wadah,meletakan wadah pada kantong plastik,dan
kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.
5; Spesimen Kateter Indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter
yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.Klem
kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu
pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa
rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak
terkontaminasi.
Pengambilan specimen urin
• Urine ditampung selama 24 jam
• Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml, kemudian
tambahkan dengan 2 ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian
kocok hingga homogen.
• Identitas Spesimen.
Diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada
buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur,
jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
• Pengiriman Spesimen
- Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam
wadah/botol kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang
lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool
box).
- Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mudah terbalik atau tumpah.
- Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak
lebih dari 3 hari).
c; Feses
Pemeriksaan feses dilakukan untuk:
1; Melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh
perawat atau klien sendiri.Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes
Guaiac. Analisa produk diet dan sekresi saluran cerna.
2; Bila feses mengandung banyak lemak (disebut: steatorrhea),
kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak di usus halus.
3; Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada
hati dan kandung empedu.
4; Mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga
hari berturut-turut.
5; Mendeteksi virus dan bakteri.
Pengambilan specimen feces
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah feses
tergantung pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau 15-30mL
untuk cair. Untuk kultur, gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam
kantung steril. Segera kirim spesimen ke lab untuk segera diperiksa.
d; Sputum
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan
trakea.Individu yang sehat tidak memproduksi sputum.Klien perlu batuk untuk
memdorong sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea ke mulut dan
mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
1; Kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap
obat untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi
sel. Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis
selnya) seringkali dilakukan secara serial 3 kali dari sputum yang diambil di
pagi hari.
2; Pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut
di pagi hari, untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis.
Beberapa rumah sakit, menggunakan wadah penampung khusus untuk
pemeriksaan ini.
3; Menilai keberhasilan terapi.
Cara pengambilan :
Umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang
diakumulasi sejak semalam. Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala
diperlukan suksion faringeal.
Langkah langkah sebagai berikut :
• Lakukan perawatan mulut
• Minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak
15-30 ml
• Lakukan kembali perawatan mulut.

e; Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan mengambil
bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur dilakukan untuk
melihat mikoorganisme penyebab penyakit. Di IGD RSUD A ..jangan dilakukan
kalaupun dirujuk poli THT
Alur pemeriksaan laboratorium ….melalui pneumatic tube…waktu tunggu berapa
lama sesuaikan dengan respon time la……

Anda mungkin juga menyukai