A; Pendaftaran Pasien
1; Pendaftaran Pasien IGD
a; Pengertian
Pendaftaran pasien IGD adalah tata cara penerimaan pendaftaran pasien
yang baru pertama kali datang dan lama ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Al-
Ihsan Provinsi Jawa Barat.
b; Tujuan
Pendaftaran pasien yang baru pertama kali datang dan lama sesuai dengan
langkah-langkah penerimaan pendaftaran pasien untuk mendapatkan
pelayanan gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Al-Ihsan Provinsi
Jawa Barat.
c; Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
1; Pendaftaran Pasien Baru
a; Petugas Pendaftaran IGD menerima pengantar pasien sambil
menanyakan kepada pengantar Pasien, Apakah sudah pernah
berkunjung (berobat) ke RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
b; Jika belum pernah, Petugas Pendaftaran IGD menanyakan KTP/ SIM/
BPJS/ Asuransi Kesehatan Lain untuk keperluan identitas pasien yang
berisi : nama pasien, jenis kelamin, tempat/ tanggal lahir, umur,
pendidikan, agama, alamat utama pasien, nomor telpon dan hp, jenis
pasien, perusahaan penanggung asuransi, penanggung jawab pasien.
c; Bila pasien mempunyai asuransi kesehatan :
BPJS :
Memperlihatkan Kartu Peserta BPJS
Foto copi Kartu Peserta BPJS
Asuransi Kesehatan Lain /Kontraktor:
Memperlihatkan Kartu Peserta Asuransi/Kartu Karyawan
Foto copi Kartu Peserta Asuransi/Kartu Karyawan
Rujukan Dari Perusahaan
SKTM
Foto copi KTP
Foto copi Kartu Keluarga
Surat Keterangan Tidak Mampu Dari Kecamatan
Rujukan dari Puskesmas Setempat
d; Petugas Pendaftaran IGD mengisi data tersebut pada Aplikasi SIM RS
e; Petugas Pendaftaran mengisi data pasien pada buku register
pendaftaran IGD mengisi data pasien pada kartu berobat IGD
f; Petugas Pendaftaran mengisi data pasien pada kartu catatan medis
IGD
g; Petugas Pendaftaran IGD mencetak dan memberikan kartu berobat
kepada pengantar pasien, serta mengingatkan agar membawanya
apabila berobat ke RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat .
h; Petugas Pendaftaran IGD memberikan kartu catatan medis yang
sudah jadi kepada pengantar pasien untuk diserahkan kepada Dokter/
Perawat.
2; Pendaftaran Pasien Lama
a; Petugas Pendaftaran IGD menerima pengantar pasien sambil
menanyakan kepada pengantar Pasien, Apakah sudah pernah
berkunjung (berobat) ke RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
b; Jika sudah pernah, Petugas Pendaftaran IGD menanyakan Kartu
Berobat/KTP/ SIM/ BPJS/ Asuransi Kesehatan Lain untuk keperluan
identitas pasien yang berisi : nama pasien, jenis kelamin, tempat/
tanggal lahir, umur, pendidikan, agama, alamat dan nomor medical
record.
c; Bila pasien mempunyai asuransi kesehatan :
BPJS :
Memperlihatkan Kartu Peserta BPJS
Foto copi Kartu Peserta BPJS
Asuransi Kesehatan Lain /Kontraktor:
Memperlihatkan Kartu Peserta Asuransi/Kartu Karyawan
Foto copi Kartu Peserta Asuransi/Kartu Karyawan
Rujukan Dari Perusahaan
SKTM
Foto copi KTP
Foto copi Kartu Keluarga
Surat Keterangan Tidak Mampu Dari Kecamatan
Rujukan dari Puskesmas Setempat
B; Sistem Komunikasi
1; Pengertian Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah sistem yang
merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung berbagai
kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan
pelayanan terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun
sehari-hari.
2; Tujuan
Pelayanan gawat darurat yang diberikan untuk menjaga agar korban/pasien tetap
hidup (survive).
3; Pelayanan SPGDT
Pelayanan SPGDT terdir dari 3 sub system, yaitu :
a; Pelayanan Pra RS
Dengan mendirikan PSC, BSB dan pelayanan ambulans dan komunikasi.
1; Pelayanan sehari-hari :
a; PSC (Public Safety Center)
PSC (Public Safety Center) adalah Pusat pelayanan yang menjamin
kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan
kegadaran, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam
waktu singkat dimanapun berada.
Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk
mendapatkan respons cepat (quick response) terutama pelayanan pra
RS.
Elemen dalam PSC (Public Safety Center)
PSC didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat.
Pengorganisasian dibawah Pemda.
SDM dari berbagai unsur
masyarakat yang bergiat dalam upaya pertolongan bagi
masyarakat.
Biaya dari masyarakat.
Kegiatan menggunakan perkembangan teknologi, pembinaan
untuk memberdayakan potensi masyarakat, komunikasi untuk
keterpaduan kegiatan.
Kegiatan lintas sektor.
b; Pelayanan Intra RS
1; Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.
2; Perlu Hospital Disaster Plan, Untuk akibat bencana dari dalam dan luar
RS.
3; Transport intra RS.
4; Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin
peningkatan kemampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan
medis.
5; Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.
C; Pelayanan Triage
1; Definisi Triase
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis
segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas
transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan), artinya memilih
berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup.
2; Tujuan Triase
Tujuan dari triase adalah memilih atau menggolongkan semua klien, menetapkan
prioritas penanganannya dan dapat menangani korban/klien dengan cepat,
cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada.
3; Fungsi Triase
Melakukan seleksi penderita sehingga tidak ada penderita yang tidak terlayani,
pelayanan harus dilakukan dengan cepat, dan efisien. Orang yang melakukan
seleksi adalah seorang dokter dibantu oleh perawat yang sudah memiliki sertifikat
pelatihan gawat darurat.
4; Klasifikasi Triase
Klasifikasi triase terdiri dari :
a; Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan
pasien dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
b; Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart digunakan dan di dukung oleh ENA
(Emergenci Nurse Association) meliputi:
1) C (Circulation)
2) A (Airway)
3) B (Breathing)
4) D (Dissability of Neurity)
5) E ( Ekspose)
6) F (Full-set of Vital sign)
7) Pulse Oximetry
c; Triase Two-Tier
Sistem ini memerlukan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua
yang bertugas mensortir pasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
d; Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup
protokol penanganan:
1) Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
2) Pemeriksaan diagnostik : labotarium dan radiologi
3) Pemberian obat
e; Triase Bed Side
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani
oleh perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.
Pasien
Triage
Tindakan Live
Saving
Tindakan Medik,
Penunjang, Obat, Pulang
Visum
KASIR
RAWAT DI R .
KRITIS :
R. STROKE
6; Prioritas/Labeling Triase
Prioritas/labeling triase yang dilakukan di IGD RSUD Al-Ihsan adalah sebagai
berikut :
a; Prioritas Pertama (Merah/Segera)
Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik
dan transport segera untuk tetap hidup.
Prioritas tertinggi untuk penanganan atau evakuasi, seperti :
1) Tindakan resusitasi segera
2) Obstruksi jalan napas
3) Kegawatan pernapasan
4) Syok atau perdarahan berat
5) Trauma parah
6) Luka bakar berat
b; Prioritas Kedua (Kuning/Mendesak)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan
dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Meliputi
kasus yang memerlukan tindakan segera terutama kasus bedah, seperti ;
1) Trauma abdomen
2) Trauma dada tertutup tanpa ancaman asfiksia
3) Trauma ekstremitas
4) Patah tulang
5) Trauma kepala tertutup
6) Trauma mata
7) Luka bakar derajat sedang
c; Prioritas Ketiga (Hijau/Tunda/Evaluasi)
Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera,
memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang
berkala. Penanganan tidak terlalu mendesak dan dapat ditunda jika ada
korban lain yang lebih memerlukan penanganan atau evakuasi, seperti ;
1) Cedera jaringan lunak
2) Dislokasi ekstremitas
3) Cedera tanpa gangguan jalan napas
4) Gawat darurat psikologis
D; Informed Consent
1; Pengertian Informed Consent
Informed consent adalah suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya
medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah mendapat
informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk
menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin
terjadi (Komalawati,1989).
Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan atau izin tertulis dari
pasien/keluarga pada tindakan operatif, lebih dikenal sebagai Surat Izin
Operasi (SIO), surat perjanjian dan lain–lain, istilah yang dirasa sesuai oleh
rumah sakit tersebut (Amri, 1999).
Persetujuan Tindakan Medis adalah persetujuan yang diberikan pasien
atau keluarga terdekat setelah penjelasan mengenai tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien (Permenkes RI
Nomor 290 Tahun 2008).
2; Tujuan Informed Consent
a; Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum dari segala
tindakan medis.
b; Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tindakan medis dari
tuntutan-tuntutan pihak pasien yang tidak wajar, serta akibat tindakan medis
yang tak terduga dan bersifat negative.
3; Jenis Informed Consent
a; Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied Consent)
Bisa dalam keadaan normal (biasa) atau darurat, umumnya tindakan yang
biasa dilakukan atau sudah diketahui umum misalnya menyuntik pasien.
Bila pasien dalam keadaan gawat darurat ”Emergency” memerlukan
tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan
persetujuan dan keluarganya pun tidak ditempat, maka dokter dapat
melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter (Permenkes No. 585
tahun 1989, pasal 11).
b; Dinyatakan (Expressed Consent)
Persetujuan dinyatakan secara lisan atau tertulis. Persetujuan secara lisan
diperlukan pada tindakan medis yang tidak mengandung resiko tinggi
seperti pencabutan kuku, sedangkan persetujuan secara tertulis mutlak
diperlukan pada tindakan medis yang mengandung resiko tinggi
seperti tindakan pembedahan perlu surat pernyataan dari
pasien/keluarga. (Amri, 1999).
4; Fungsi Pemberian Informed Consent
a; Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia
b; Penghormatan terhadap hak otonomi perorangan yaitu hak untuk menentukan
nasibnya sendiri
c; Proteksi terhadap pasien sebagai subjek penerima pelayanan kesehatan
(health care receiver = HCR)
d; Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien
e; Menghindari penipuan dan misleading oleh dokter
f; Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
g; Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan
h; Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan
kesehatan
i; Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk melakukan introspeksi
terhadap diri sendiri.
5; Ruang Lingkup Informed Consent
Ruang lingkup informed consent di IGD RSUD Al-Ihsan, meliputi :
Hak atas informasi
Informasi yang diberikan meliputi diagnosis penyakit yang diderita, tindakan
medik apa yang hendak dilakukan, kemungkinan penyulit sebagai akibat
tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya, alternatif terapi lainnya,
prognosanya, perkiraan biaya pengobatan.
Hak atas persetujuan (Consent)
Consent merupakan suatu tindakan atau aksi beralasan yg diberikan tanpa
paksaan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan cukup tentang keputusan
yang ia berikan ,dimana orang tersebut secara hukum mampu memberikan
consent.
Kriteria consent yang syah yaitu tertulis, ditandatangani oleh klien atau orang
yang betanggung jawab, hanya ada salah satu prosedur yang tepat dilakukan,
memenuhi beberapa elemen penting, penjelasan tentang kondisi, prosedur
dan konsekuensinya. Hak persetujuan atas dasar informasi (Informed
Consent).
Hak atas rahasia medis
Hak atas pendapat kedua (Second opinion)
Hak untuk melihat rekam medik
Hak perlindungan bagi orang yg tidak berdaya (lansia, gangguann mental,
anak dan remaja di bawah umur)
Hak pasien dalam penelitian
Hak pasien membuat keputusan sendiri untuk berpartisipasi, mendapatkan
informasi yang lengkap, menghentikan partisipasi dalam penelitian tanpa
sangsi, bebas bahaya, percakapan tentang sumber pribadi dan hak terhindar
dari pelayanan orang yang tidak kompeten.
Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit
Hak memperoleh pelayanan yg adil dan manusiawi
Hak memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
Hak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yg berlaku di rumah sakit
Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yg jelas tentang penyakitnya
Hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
Hak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit
Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap
dirinya
Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
Hak didampingi perawat atau keluarga pada saat diperiksa dokter
e; Prognosis
Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele,
ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak
mendapat pengobatan atau tidak mendapat tindakan apapun. Pasien juga
berhak mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa yang terjadi dengan
mereka. Semua ini berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang dapat
diduga oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan
bagian dari informed consent.
E; Transportasi Pasien
1; Pengertian Transportasi Pasien
Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita/pasien baik di dalam IGD, ke Ruang Rawat Inap, OK, Haemodialisa,
Ruang Intensivise, Unit Penunjang : Radiologi dan ke luar RSUD Al-Ihsan : RS
Lain, Bandara Udara.
2; Tujuan
Pasien dapat dengan aman mencapai ruangan baik di internal IGD, Ruang Rawat
Inap, OK, Haemodialisa, Ruang Intensivise dan ke luar RSUD Al-Ihsan : RS Lain,
Bandara Udara.
H; Pelayanan DOA
1; Pengertian DOA
Menurut definisi WHO, kematian mendadak adalah kematian yang terjadi
pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus
forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan
detik sejak gejala pertama timbul (Hakim, 2010).
DOA (Kasus tiba mati) adalah suatu keadaan dimana penderita yang datang di
IGD sudah dalam keadaan meninggal
2; Penyebab DOA
a; Sistem Kardiovaskuler
1; Penyakit Arteri Koroner : Adanya penyempitan atau penebalan,
khususnya pada ramus descenden arteri coronaria
2; Komplikasi dari ateroma,
3; Lesi pada sistem konduksi jantung
4; Fibrosis miokard, ruptur otot papilaris
5; Hipertensi
6; Stenosis Aorta
7; Penyakit Miokard Primer
b; Sistem Non-Kardiovaskuler
1; Susunan Saraf :
a; Ruptur Aneurisma Berry
b; Perdarahan Serebral
2; Sistem Pernafasan :
a; Emboli Pulmoner
b; Tuberkulosis
c; Sindrom Kematian Bayi Mendadak atau Sudden Infant Death
Syndrome,
3; Sistem Pencernaan
a; Varises esofagus pada penderita cirhosis hepatis.
b; Perforasi ulkus peptik
c; Trombosis dan emboli mesenterium
4; Sistem Urogenital
a; Peradangan ginjal dan gagal ginjal akut
b; Rupturnya tuba pada kehamilan ektopik terganggu
5; Penyebab lain
Penyakit Addison’s
a; Kelainan darah: hemofilia
b; Kelainan metabolik: Diabetes Mellitus (DM)
c; Status limphatikus.
3; Tujuan Pelayanan Doa
Agar petugas IGD mampu melakukan penatalaksanaan kasus tiba mati (Death
On Arrival) dengan baik dan benar.
4; Penanganan DOA
a; Identifikasi jenazah dan catat peristiwa kematian di kartu status pasien.
b; Dokter jaga IGD memeriksa kondisi jenazah untuk memperkirakan sebab
kematian
c; Bila diduga mati wajar, jenazah dirawat sesuai prosedur, Surat kematian dapat
diperoleh di bagian Rekam Medik IGD RSUD Al-Ihsan
d; Bila diduga mati tidak wajar, maka petugas : lapor polisi sesuai TKP
e; Melakukan pemeriksaan pada jenazah sesuai dengan prosedur pembuatan
Visum et Repertum.
f; Apabila dipandang perlu diadakan otopsi, maka jenazah di kirim ke RS Hasan
Sadikin
g; Bila keluarga/pengantar jenazah menolak untuk dilakukan pemeriksaan dalam
pada jenazah, maka keluarga/pengantar menandatangani surat pulang paksa
dan tidak diberikan surat kematian
I; Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
Sistem informasi pelayanan pra rumah sakit adalah sebagai berikut :
1; Pelayanan sehari-hari :
a; PSC (Public Safety Center)
PSC (Public Safety Center) adalah Pusat pelayanan yang menjamin
kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegadaran,
termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat
dimanapun berada.
Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk
mendapatkan respons cepat (quick response) terutama pelayanan pra RS.
Elemen dalam PSC (Public Safety Center) :
PSC didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat.
Pengorganisasian dibawah Pemda Provinsi Jawa Barat.
SDM dari berbagai unsur masyarakat yang bergiat dalam upaya
pertolongan bagi masyarakat.
Biaya dari masyarakat.
Kegiatan menggunakan perkembangan teknologi, pembinaan untuk
memberdayakan potensi masyarakat, komunikasi untuk keterpaduan
kegiatan.
Kegiatan lintas sektor.
b; BSB (Brigade Siaga Bencana)
BSB (Brigade Siaga Bencana) adalah Satuan tugas kesehatan yang terdiri
dari petugas medis (dokter, perawat), paramedik dan awam khusus yang
memberikan pelayanan kesehatan berupa pencegahan, penyiagaan maupun
pertolongan bagi korban bencana.
Elemen dalam BSB, terdiri dari :
Unit khusus untuk penanganan pra RS, khususnya kesehatan dalam
bencana.
Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, DInkes, RS)
Terdiri dari petugas medis (perawat, dokter), non medis (sanitarian, gizi,
farmasi dll).
Pembiayaan dari instansi yang ditunjuk dan dimasukkan APBN/APBD.
c; Pelayanan Ambulans
Pelayanan ambulan terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan
ambulans Puskesmas, klinik, RB, RS, non kesehatan. Koordinasi melalui
pusat pelayanan yang disepakati bersama untuk mobilisasi ambulans
terutama dalam bencana.
d; Komunikasi
Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga seluruh
kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu.
e; Pembinaan
Berbagai pelatihan untuk meningkatan kemampuan dan keterampilan bagi
dokter, perawat, awam khusus.
Penyuluhan bagi awam.
J; Sistem Rujukan
1; Pengertian
Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan lainnya.
System rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadnya penyerangan tanggung
jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun
horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, da
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
2; Tujuan Rujukan
Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada
fasilitas pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehinngga jiwanya dapat
terselamatkan.
3; Langkah-Langkah Rujukan
Langkah-langkah rujukan adalah sebagai berikut :
a; Menentukan kegawat daruratan penderita
Dokter/Perawat yang telah mempunyai sertifikat GELS/PPGD II yang ada
pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh
ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
b; Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
c; Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
d; Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan
selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
e; Persiapan penderita
f; Pengiriman penderita
4; Jalur Rujukan
Jalur rujukan kasus kegawat daruratan :
K; Alih Rawat
L; Pemeriksaan Diagnostik
1; Pengertian Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik adalah suatu pemeriksan laboratorium dan radiologi yang
sangat penting dalam membantu menegakan diagnose suatu penyakit.
, memantau perjalanan penyakit serta menentukan pragnosa penyakit
2; Tujuan
a; Menegakan diagnose suatu penyakit
b; Memantau perjalanan penyakit
c; Menentukan pragnosa penyakit
3; Jenis Pemeriksaan :
a; Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari beberapa jenis pemeriksaan,
diantaranya :
1; Darah
a; Darah Rutin :
Hemoglobin/HB
Untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
Hematokrit/HT
Mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
Trombosit
Mendeteksi adanya trombositopenia dan trombositosis
Cara :
Ambil darah 2 cc dari vena
Masukan pada Tabung K 3 EDTA
Berikan label dan tanggal
b; Darah Kimia :
; SGPT ( serum glumatik piruvik transaminase )
Pemeriksaan SGPT digunakan untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler.
Cara :
Ambil darah 3 cc dari vena
Masukan pada Tabung Clot Activator
Berikan label dan tanggal
; Albumin
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan
albumin yang disintesis oleh hepar, yang bertujuan untuk
menentukan adanya gangguan hepar seperti luka bakar ,
gangguan ginjal.
Cara :
Ambil darah 3 cc dari vena
Masukan pada Tabung Clot Activator
Berikan label dan tanggal
; Asam Urat
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada
ginjal, luka bakar dan kehamilan.
Cara :
Ambil darah 3 cc dari vena
Masukan pada Tabung Clot Activator
Berikan label dan tanggal
; Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin.
Bilirubin direct dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif
oleh batu/ neoplasma, hepatitis.
Bilirubin indirect dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia,
malaria.
Cara :
Ambil darah 3 cc dari vena
Masukan pada Tabung Clot Activator
Hindari hemolisis
Berikan label dan tanggal
; Ekstrogen
Pemeriksaan ekstrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi
ovarium, gejala menopause dan pasca menopause.
Cara :
Ambil darah 3 cc dari vena
Masukan pada Tabung Clot Activator
; Gas Darah Arteri
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi
gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh
gangguan respiratorik/ gangguan metabolic.
Cara :
Ambil darah 5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum
berisikan hepain.
Berikan label dan tanggal
; Gula Darah Puasa
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanaya diabetes.
Cara :
Ambil darah 3 cc dari vena
Masukan ke dalam Tabung Clot Activator
Puaskan makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan
; Gula Darah Postprandial
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes,
pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Cara :
Ambil darah 3 cc dari vena 2 jam setelah makan pagi/
siang.
Masukan ke dalam Tabung Clot Activator
e; Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur
f; Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan
g; Urine 24 jam : urine yang dikumpulkan selama 24 jam
Pemeriksaan lain yang menggunakan specimen urine antara lain,
pemeriksaan uriilinogen untuk menentukan kadar kerusakan hepar,
penyakit hemolisis dan infeksi berat. Pemeriksaan urinealisasi
digunakan untuk menentukan berat jenis kadar glukosa dan
pemeriksaan lainnya.
3; Feces
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya
kuman seperti, salmonella, shigella, escherichiacoli, staphylococcus dll.
Persiapan dan Pelaksanaan :
; Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril
; Tempatkan feses dalam wadah steril dan ditutup
; Feses jangan dicampur dengan urine
; Jangan berikan Barium atau minyak mineral yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.
; Berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan
4; Sputum
Pemeriksaan dengan bahan secret atau sputum dilakukan untuk
mendeteksi adanya kuman.
Persiapan dan Pelaksanaan :
; Siapkan wadah dalam keadaan steril
; Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan
; Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum
; Pertahankan wadah dalam keadaan tertutup
; Bila kultur untuk pemeriksaan BTA ( Bakteri Tahan Asam ) ikut instruksi
yang ada pada botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc sputum
yang dilakukan selama 3 hari berturut turut.
b; Radiologi
1; Ultrasonografi ( USG )
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas
permukaan kulit/ di rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam
jaringan. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh,
untuk mendeteksi berbagai kelainan pada abdomen, otak, jantung dan
ginjal.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a; Lakukan informed consent
b; Anjurkan pasien untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan USG aorta abdomen, kantung empedu, hepar, limpa dan
pancreas.
c; Oleskan Jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan
USG
d; Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke
belakang diatas permukaan kulit.
e; Lakukan antara 10-30 menit
f; Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan
gelisah
g; Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah
masuknya udara.
h; Pada pemeriksan obstruktif ( Trimester pertama & kedua ) pelvis dan
ginjal pasien ketiga, pemeriksaan dilakukan pada saat kandung kemih
kosong.
i; Bila pemeriksaan pada jantungn anjurkan untuk bernafas secara
perlahan- lahan
j; Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan
jepit rambut dari kepala.
2; Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang
memanfaatkan peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi
kelainan pada berbagai organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal,
ureter, kandung kemih, tenggorokan dan rangka.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a; Lakukan informed consent
b; Tidak ada pembatasan makanan / cairan
c; Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA ( Posterior Anterior)
dapat dilakukan dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga
dilakukan.
d; Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada wakru
pengambilan foto sinar x.
e; Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk
mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung.
f; Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien
tidur terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus
dilindungi.
g; Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus
dlepaskan sebelum pelaksanaan foto.
h; Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan
immobilisasi pada daerah fraktur.
3; Pap Smear ( Papanicolaou Smear )
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk
mendeteksi adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek
pemberian hormon seks serta mengkaji respons terhadap kemoterapi dan
radiasi.
Persiapan dan pelaksanaan :
a; Lakukan informed consent
b; Tidak ada pembatasan makanan dan cairan
c; Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina ( pembersihan
vagina dengan zat lain ) memasukan obat melalui vagina atau
melakukan hubungan seks sekurang- kurangnya 24 jam
d; Spekulum yang sudah dilumasi dengan air dengan air megalir
dimasukan ke vagina .
e; Pap stick digunakan untuk mengusap serviks kemudian pindahkan ke
kaca mikroskop dan dibenamkan ke dalam cairan fiksasi.
f; Berikan label nama dan tanggal pemeriksaan
4; Mammografi
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada
bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai
payudara secara periodik.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a; Lakukan informed consent
b; Tidak ada pembatasan cairan dan makanan
c; Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher
d; Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
e; Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu
diatas meja kaset sinar x.
f; Lalu lakukan pemeriksaan
5; Endoskopi
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi
adanya kelainan pada saluran cerna.
Contoh : varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer
6; Kolonoskopi
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk mendeteksi
adanya kelainan pada saluran colon.
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll
7; CT Scaning
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan
terlokalisir serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen
8; EEG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak ( melihat
kelainan pada gel. otak )
Indikasi : epilepsy, trauma capitis
Dengan memasangkan elektroda pada bagian kepala klien.
9; EKG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat system hantaran/konduksi dari
jantung.
Indikasi : MCI, Angna fektoris, gagal jantung
Alur pemeriksaan diagnostic di igd,.pasien setelah diassesmen medis
selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan di buatkan format kemudian
ditrasfer………………………..nunggu hasil berapa lama sesuaikan dengan
respon time di radiolologi
M; Spesimen
1; Pengertian Spesimen
Spesimen adalah
2; Jenis Spesimen
a; Spesimen Darah
1; Tujuan
Mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi.
2; Pengambilan Spesimen Darah
a; Alat Dan Bahan
Spuit/disposible syringe
Blood lancet
Karet pengikat lengan/torniquet
Kapas
Alkohol 70%
b; Tabung/Wadah Spesimen
Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau
tetap di dalam spuit.
Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.
c; Bahan Anti Koagulan
Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) dapat digunakan dalam
bentuk padat dengan perbandingan 1 : 1.
Heparin dapat digunakan dalam bentuk cair atau padat.
3; Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen
Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila mengambil
darah dalam jumlah sedikit atau tetesan (dipakai untuk screning test).
Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil
darah dalam jumlah agak banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.
4; Cara Pengambilan Spesimen
a; Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga
untuk mengambil darah kapiler, sedangkan pada bayi atau anak kecil
dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki.Tempat yang dipilih tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah.
Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :
Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol
70% dan biarkan sampai kering.
Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan
tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan
dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak
boleh sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada anak daun
telinga tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas
beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.
b; Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada
bayi dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis
superior.
Cara pengambilan spesimen sebagai berikut :
Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet,
kemudian tangan dikepalkan.
Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan
kapas berakohol 70%.
Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan
lengan.
Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit
menjadi 30o dengan lengan, kemudian hisap darah perlahan-lahan
hingga volume yang diinginkan.
Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian
tempelkan kapas beralkohol pada ujung jarum yang menempel
dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan
ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti
koagulan yang disediakan, kemudian digoyang secara perlahan
agar bercampur.
Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap
kemudian dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti
koagulan.
5; Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat
dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama
responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.
6; Pengiriman Spesimen Darah
Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil,
kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan
diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah
terbalik atau tumpah.
Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang meliputi : tanggal
pengiriman, jenis dan jumlah sampel, jenis pemeriksaan yang diminta,
jenis pengawet, dan tanda tangan pengirim.
Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan,
Balai Laboratorium Kesehatan atau laboratorium lainnya.
Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke
laboratorium, pengiriman spesimen maksimum 3 hari.
b; Urine
Tujuan :
Menetukan apakah terdapat kelainan urin yang di urai secara makroskopis
( fisik ), sedimen / endapan ( makroskopis – mikroskopis, unsure organic –
non organic ), kimiawi, bakterialogis, maupun imunologis.tergantung pada
sampel atau jenis urin yang diperiksa.
Cara Kerja
1; Urin Bersih (clean voided urine specimen)
a; Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk
pemeriksaan urinalisa rutin diperlukan:
b; Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama
cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan
memiliki pH lebih rendah. Jumlah minimal 10mL
c; Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya
sendiri, dengan menampung urin pada wadah yang disediakan,
kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.
d; Spesimen harus bebas dari feses Diperlukan urin segar (pengambilan
kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa dengan segera, urin
harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu
ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah
merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.
2; Urin Tengah (Clean-Catch Or Midstream Urin Specimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan
kultur urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan
infeksi saluran kemih. Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari
bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan menggunakan
kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi.Perlu mekanisme khusus agar
spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.
Pengambilan dilakukan dengan cara:
Bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue
khusus lalu keringkan biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan
untuk mendorong dan mengeluarkan bakteri yang ada didistal, beberapa
waktu kemudian tampung urin yang ditengah. Hati-hati memegang wadah
penampung agar wadah tersebut tidak menyentuh permukaan perineum.
Jumlah yang diperlukan 30-60 ml.
3; Urin Tampung (Timed Urin Specimen/Waktu Tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang
dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24
jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi
preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau
mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin ditampung di
tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
Tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase,
kreatinin, hormon tertentu)
4; Spesimen Urin Acak
Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpulkan dari urin
klien saat berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong
pengumpul urin yang mengalami diversi urinarius
Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan
hanya 120 mL urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat memasang tutup dengan ketat
padsa wadah spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar
mengenai bagian wadah,meletakan wadah pada kantong plastik,dan
kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.
5; Spesimen Kateter Indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter
yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.Klem
kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu
pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa
rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak
terkontaminasi.
Pengambilan specimen urin
Urine ditampung selama 24 jam
Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml, kemudian
tambahkan dengan 2 ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian
kocok hingga homogen.
Identitas Spesimen.
Diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada
buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur,
jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
Pengiriman Spesimen
- Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam
wadah/botol kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang
lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool
box).
- Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mudah terbalik atau tumpah.
- Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak
lebih dari 3 hari).
c; Feses
Pemeriksaan feses dilakukan untuk:
1; Melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh
perawat atau klien sendiri.Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes
Guaiac. Analisa produk diet dan sekresi saluran cerna.
2; Bila feses mengandung banyak lemak (disebut: steatorrhea),
kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak di usus halus.
3; Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada
hati dan kandung empedu.
4; Mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga
hari berturut-turut.
5; Mendeteksi virus dan bakteri.
Pengambilan specimen feces
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah feses
tergantung pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau 15-30mL
untuk cair. Untuk kultur, gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam
kantung steril. Segera kirim spesimen ke lab untuk segera diperiksa.
d; Sputum
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan
trakea.Individu yang sehat tidak memproduksi sputum.Klien perlu batuk untuk
memdorong sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea ke mulut dan
mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
1; Kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap
obat untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi
sel. Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis
selnya) seringkali dilakukan secara serial 3 kali dari sputum yang diambil di
pagi hari.
2; Pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut
di pagi hari, untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis.
Beberapa rumah sakit, menggunakan wadah penampung khusus untuk
pemeriksaan ini.
3; Menilai keberhasilan terapi.
Cara pengambilan :
Umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang
diakumulasi sejak semalam. Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala
diperlukan suksion faringeal.
Langkah langkah sebagai berikut :
Lakukan perawatan mulut
Minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak
15-30 ml
Lakukan kembali perawatan mulut.
e; Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan mengambil
bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur dilakukan untuk
melihat mikoorganisme penyebab penyakit. Di IGD RSUD A ..jangan dilakukan
kalaupun dirujuk poli THT
Alur pemeriksaan laboratorium ….melalui pneumatic tube…waktu tunggu berapa
lama sesuaikan dengan respon time la……