Anda di halaman 1dari 4

A.

Penelusuran literatur berdasarkan pertanyaan klinis yang dirumuskan (dapat menggunakan PICO-Population, Intervention,
Comparation and Outcome).
PICO merupakan metode pencarian informasi klinis yang merupakan akronim dari 4 komponen: P (patient, population, problem), I
(intervention, prognostic factor, exposure), C (comparison, control), dan O (outcome)
1. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=deteksi+pasien+obstetrik+dengan+kritis&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DpsoJAVUsudUJ
2. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=analisis+respon+time&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DwsC0CMIjtDcJ
3. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengaruh+pemberian+terapi+pada+pasien+obsterik&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dd2ESUvYhM9EJ

No Jurnal Populasi Intervensi Pembanding Hasil Desain Studi Skor Penilaian


Dekteksi Pasien Pasien Penggunaan early - Terdapat hubungan antara Mengunakan metode
Obstetrik Kritis Dengan Obstetrik warning system Dekteksi Pasien Obstetrik studi literatur
Maternal Early Kritis. (EWS) yang Kritis Dengan Maternal
Warning System. dimodifikasi untuk Early Warning System.
penggunaan pada
pasien ibu hamil
dan postpartum
akan membantu
dalam identifikasi,
treatment dini, dan
penanganan pasien
yang memiliki,
atau akan
mengalami,
penyakit kritis.
Analisis Response Time Obstetri Rujukan - Tidak ada hubungan antara Mengunakan metode
Penatalaksanaan Ibu Kegawatdaruratan respon rujukan kegawat pendekatan deskriptif
Rujukan Hamil. darutan. kualitatif
Kegawatdaruratan
Obstetri Ibu Hamil.
Pengaruh Pemberian Pasien Pemberian - Terdapat hubungan anatar Menganukan metode
Antibiotik Profilaksis Bedah Antibiotik pemberian Antibiotik case control study.
Terhadap InfeksibLuka Obstetri Profilaksis. Profilaksis Terhadap
Operasi pada Pasien dan InfeksibLuka Operasi pada
Bedah Obstetri dan Ginekolog Pasien Bedah Obstetri dan
Ginekologi di RSUP i. Ginekologi di RSUP Dr.
Dr. Sardjito. Sardjito.
B. Trend dan issue terkait masalah pada kasus kritis berbagai sistem
https://covid19filantropi.id/dampak-pandemi-covid-19-pada-layanan-gizi-dan-kesehatan-
ibu-dan-anak/
Dampak Pandemi COVID-19 pada Layanan Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Pandemi
COVID-19 membuat jumlah kunjungan ke layanan gizi dan kesehatan ibu dan anak
(KIA) menurun. Hal ini berpotensi memunculkan masalah gizi dan Nkesehatan baru pada
anak Indonesia di masa depan. Di Indonesia, pandemi COVID-19 berpotensi
menghambat akses ibu dan anak terhadap layanan kesehatan secara optimal. Penurunan
jumlah kunjungan ke layanan gizi dan KIA juga berpotensi memunculkan masalah gizi
dan kesehatan baru di masa depan.
Secara umum, selama pandemi COVID-19, layanan gizi dan KIA di lima wilayah studi
tetap tersedia dan dijalankan sesuai dengan protokol kesehatan dari Kemenkes. Namun,
terdapat variasi penurunan jumlah kunjungan ke layanan pemeriksaan kehamilan.
Terjadi penurunan pada jumlah kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan pada
trimester I (K1); jumlah kunjungan keempat pemeriksaan kehamilan pada trimester III
(K4); dan pemberian tablet tambah darah (TTD) dalam periode Februari–April 2020.
Penurunan jumlah K1 paling tajam dialami Kabupaten Maros, yaitu dari 666 kunjungan
menjadi 438 kunjungan (34,23%). Disusul Kota Jakarta Timur (30,62%), dan Kabupaten
Badung (18,19%). Penurunan jumlah K4 terjadi di Kota Jakarta Timur (31,65%),
Kabupaten Bekasi (6,6%), dan Kabupaten Badung (3,89%). Sementara peningkatan
jumlah K4 hanya terjadi di Kabupaten Maros (9%).
Hal serupa terjadi pada jumlah pemberian TTD. Kabupaten Maros mengalami tren
peningkatan jumlah pemberian TTD —sama dengan tren pada 2019. Hal ini
menunjukkan bahwa di Kabupaten Maros, pandemi COVID-19 tidak berdampak pada
layanan ini. Sementara di tiga kabupaten lainnya terjadi penurunan jumlah pemberian
TTD. Penurunan terkecil terjadi di Kabupaten Badung.
Perubahan metode layanan, seperti penundaan kegiatan pos pelayanan terpadu
(posyandu) dan pembatasan layanan di puskesmas, merupakan faktor yang memengaruhi
penurunan jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan. Sejak Maret 2020, di banyak
wilayah di Indonesia terdapat imbauan agar pelaksanaan posyandu ditunda guna
mencegah penyebaran COVID-19. Posyandu dapat tetap dilaksanakan di wilayah zona
hijau, atau jika ada arahan khusus dari kepala daerah.
Dari lima wilayah studi, hanya Kota Kupang yang masih menyelenggarakan posyandu
hingga pertengahan April 2020, karena waktuu itu kasus COVID-19 belum ditemukan di
sana.

C. Evidence Based Practice dalam penatalaksanaan masalah pada kasus kristis


1. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=deteksi+pasien+obstetrik+dengan+kritis&btnG=#d=gs_qa
bs&u=%23p%3DpsoJAVUsudUJ

Judul : Dekteksi Pasien Obstetrik Kritis Dengan Maternal


Early Warning System.
I (Intervention) : Maternal Early Warning System.
Penggunaan early warning system (EWS) yang dimodifikasi untuk penggunaan pada
pasien ibu hamil dan postpartum akan membantu dalam identifikasi, treatment dini,
dan penanganan pasien yang memiliki, atau akan mengalami, penyakit kritis.
Maternal Early Warning System (MEWS) seharusnya mengidentifikasi pasien yang
berisiko untuk mengalami perburukan pada saat intervensi dini dapat mencegah
perburukan ke morbiditas berat MEWS telah digunakan secara ekstensif dalam
praktek obstetrik, tetapi sistem yang digunakan sangat bervariasi.
Maternal early warning system adalah strategi surveillance yang dirancang untuk
mempertimbangkan perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan dan
persalinan. MEWS telah digunakan secara ekstensif dalam praktek obstetrik, tetapi
sistem yang digunakan sangat bervariasi. Bukti ilmiah yang ada saat ini mendukung
pendapat bahwa parameterparameter dalam early warning mungkin berguna secara
klinis untuk mengidentifikasi pasien yang nantinya menjadi kritis atau berisiko tinggi
untuk kematian. Akan tetapi, belum ada data yang menunjukkan respon apa yang
optimal untuk setting tertentu agar memperbaiki pelayanan maternal setelah tanda
peringatan muncul. Setiap rumah sakit mungkin akan memerlukan protokol respon
yang berbeda.
2. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=analisis+respon+time&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DwsC0CMIjtDcJ

Judul : Analisis Response Time Penatalaksanaan Rujukan


Kegawatdaruratan Obstetri Ibu Hamil.
I (Intervention) : Rujukan Kegawatdaruratan
Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki puskesmas dan adanya berbagai
permasalahan yang harus dihadapi oleh puskesmas, diperlukan keterpaduan dengan
berbagai sector untuk menun-jang dan memaksimalkan pelaksanaan puskesmas salah
satunya, yaitu melakukan rujukan ke PPK lain untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang dialami oleh masyarakat serta meningkatkan efisiensi.6 Alasan
utama memilih kedua RS tersebut karena lokasi yang lebih dekat dan faktor biaya
yang lebih terjangkau. Dengan banyaknya pasien rujukan obstetri yang datang di
kedua rumah sakit tersebut menjadikan pelayanan kurang maksimal.
Hasil observasi diketahui bahwa kesiapsiagaan tim medis di puskesmas maupun di
rumah sakit belum berjalan optimal dalam memberikan layanan (tindakan) kepada
pasien, kesiapan sumber daya yang masih kurang dan lama waktu proses rujukan yang
dirasakan masih lama oleh ibu hamil kagawatdaruratan obstetri, yaitu seperti ibu hamil
yang tidak membawa buku KIA yang dapat memperlambat waktu pemeriksaan klinis,
sopir ambulance yang tidak ada di tempat saat proses rujukan, lama waktu observasi di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan kelambanan pemberian informasi kamar kosong
untuk rawat inap rujukan. Response time dalam pelaksanaan rujukan yang cenderung
lamban ditakutkan berpotensi dapat membahayakan keselamatan ibu hamil.Response
time dalam proses rujukan harus berdasarkan SOP (Standard Operate Procedure) yang
beraku,
3. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengaruh+pemberian+terapi+pada+pasien+obsterik
&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dd2ESUvYhM9EJ

Judul : Pengaruh Pemberian Antibiotik Profilaksis Terhadap


InfeksibLuka Operasi pada Pasien Bedah Obstetri dan
Ginekologi di RSUP Dr. Sardjito.
I (Intervention) : Pemberian Antibiotik Profilaksis.
Antibiotik profilaksis yang adekuat merupakan hal yang penting dalam upaya
pencegahan infeksi luka operasi. Untuk memperoleh efek yang adekuat, antibiotik
harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang cukup memadai. Kadar
hambat minimum (KHM) merupakan gambaran jumlah minimal obat yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Pada penelitian ini terdapat dua
antibiotik profilakasis yang digunakan yaitu cefazoin dan cefotaxime.

Anda mungkin juga menyukai