Anda di halaman 1dari 71

KOLABORASI PENANGANAN KASUS-

KASUS PATOLOGI DAN KOMPLIKASI


MATERNAL NEONATAL
DR. HANDY WIRADHARMA , SP.OG
HIRARKI PELAYANAN KESEHATAN

1. Pelayanan kesehatan tingkat primer


Pelayanan ini meliputi : Puskesmas dan jaringannya termasuk Polindes/Poskesdes, Bidan Praktik Mandiri, Klinik
Bersalin serta fasilitas kesehatan lainnya milik pemerintah maupun swasta. Memberikan pelayanan kebidanan
essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi dini dan memberikan pertolongan pertama pada kegawat-daruratan
obstetri neonatal (PPGDON) untuk tindakan .

2. Pelayanan kesehatan tingkat sekunder


Pelayanan ini meliputi : Rumah Sakit Umum dan Khusus baik milik Pemerintah maupun Swasta yang setara dengan
RSU Kelas D, C dan B Non Pendidikan, termasuk Rumah Sakit Bersalin (RSB), serta Rumah Sakit Ibu dan Anak
(RSIA). Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi dini, melakukan
penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah terjadinya keterlambatan penanganan dan kolaborasi dengan
nakes lain dalam penanganan kasus (PONEK).
 3. Pelayanan kesehatan tingkat tersier di RS type B dan A
 Pelayanan ini meliputi : Rumah Sakit yang setara dengan Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
Khusus Kelas A, kelas B pendidikan, milik Pemerintah maupun swasta. Memberikan pelayanan
kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi dini, melakukan penapisan (skrining)
awal kasus komplikasi mencegah terjadinya keterlambatan penanganan, kolaborasi dg nakes lain
dalam penanganan kasus PONEK dan asuhan kebidanan/penatalaksanaan kegawat-daruratan
pada kasus-kasus kompleks sebelum mendapat penanganan lanjut.

 Pelayanan obstetri dan neonatal di tingkat regional merupakan pelayanan terpadu yang disediakan
dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah
sakit, dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas.
 PENDEKATAN KOLABORATIF UNTUK PERBAIKAN PONED-PONEK

 Komprehensif pada PONEK, diartikan sebagai pelayanan tanpa dinding dan proaktif. Rumah
sakit sebagai institusi medik yang statis dan juga dapat memberikan pelayanan bagi
masyarakat yang ada di dalam area cakupan wilayah kerja mereka. Penatalaksanaan pasien
yang dirujuk ke rumah sakit, tidak dimulai sejak pasien masuk ke IGD atau UPF Obstetri atau
Unit Perinatal tetapi justru sejak pasien tersebut dikenali dan ditangani oleh petugas kesehatan
yang ada di level komunitas. Kondisi seperti ini hanya dapat dilakukan apabila petugas
kesehatan atau fasilitas kesehatan primer menjadi bagian atau jejaring pelayanan rumah sakit.
Kondisi inilah yang seharusnya dibangun oleh rumah sakit melalui program PONEK Rumah
Sakit.

 Setiap RS PONEK diwajibkan untuk membangun jejaring pelayanan emergensi dan


komunikasi nirkabel (telefon selular) ke setiap Puskesmas binaan dan Bidan di Desa yang ada di
masing-masing wilayah kerja Puskesmas.
 Untuk meningkatkan efisiensi dan proses pembelajaran perbaikan kinerja Puskesmas dan Bidan di Desa,
maka OJT untuk Puskesmas mampu PONED dilakukan OJT komprehensif. Pada OJT dengan pendekatan
komprehensif, Tim PONED Puskesmas dan Dokter Puskesmas dengan Bidan di Desa dari kecamatannya
dan kecamatan lain, akan diajak untuk mengikuti OJT Puskesmas pada waktu yang telah ditentukan.
Apabila di masa sebelumnya dokter puskesmas non PONED kurang terlibat dalam sistem rujukan kasus
komplikasi dan emergensi obstetri/neonatal, namun saat ini mereka yang bertanggung-jawab untuk
pelayanan dimaksud, tanpa harus menghalangi proses rujukan kasus emergensi yang harus segera dirujuk
ke Puskesmas PONED bila dipandang masih memungkinkan, atau dirujuk langsung ke RS Rujukan
Spesialistik (PONEK).
 Tujuan Kolaborasi antara PONED dan PONEK :

 Guna meningkatkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam kondisi sumber


daya yang terbatas.
 Dalam sistem kolaborasi ini pasien mulai ditangani tidak hanya sejak
dilakukannya rujukan ke PONED ataupun PONEK, melainkan sejak di
komunitas. Melalui kerjasama dengan LSM ataupun pembentukan kader
kesehatan akan mampu mendeteksi dini adanya faktor risiko terkait obstetri dan
neonatus di lingkungan masyarakat.
 Selain itu, melalui jejaring yang sudah dibentuk di tiap PONED dan PONEK
dalam suatu wilayah juga bisa membantu melakukan deteksi dini sekaligus
menentukan pelayanan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
TAHAPAN PELAKSANAN COLLABORATIVE
IMPROVEMENT PONED-PONEK

 1. Pembentukan struktur dan tupoksi pelaku utama dan mitra Collaborative Improvement PONED-
PONEK dan jejaring pelayanan emergensi yang melibatkan para unsur pemegang kebijakan baik
dari unsur pemerintahan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Organisasi Profesi, Institusi Kesehatan,
Rumah Sakit, kepala Puskesmas, BKKBN, dan para lembaga Swadaya Masyarakat yang berperan
dalam bidang kesehatan.
 2. Penyusunan rencana kegiatan Collaborative Improvement PONED-PONEK di tingkat Provinsi,
kabupaten/kota termasuk mapping wilayah kerja Puskesmas mampu PONED dan RS PONEK
dalam suatu sistem rujukan dan pola pembinaan. Tingkat provinsi akan berperan dalam koordinasi
rujukan terutama di lokasi perbatasan antar kabupaten atau kabupaten dan kota, untuk memudahkan
rujukan kasus emergensi/komplikasi.
 3. Tersedianya hotline service atau sistem informasi komunikasi di masing-masing rumah sakit,
khusus kasus obstetri dan neonatal dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
 4. Adanya SOP tentang pelayanan di setiap RS PONEK dan Puskesmas mampu PONED dalam
penanganan kasus obstetri dan neonatal
 5. Kesepakatan RS PONEK melakukan pembinaan ke Fasilitas pelayanan kesehatan dasar Puskesmas
mampu PONED, yang dihadiri juga oleh Tim dokter, Bidan Koordinator dan beberapa Bidan Desa
Tertentu dari puskesmas kluster, yang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
 6. Pelaksanaan Lokakarya RSU Provinsi harus memenuhi baku mutu PONEK secara internal dan
kesinambungan sebagai upaya menjaga kinerja institusi dan kualitas pelayanan, termasuk menjalin
kerjasama dengan Dinas Kesehatan-PuskesmasPoskesdes/BPS/BDD-KB
 7. Pelatihan PP GDON dan KB bagi Puskesmas/Polindes/BPS/BDD terpilih dan dilakukan bimbingan
teknis/ On the Job Training (OJT) ke Puskesmas yang juga melibatkan Poskesdes/BPS/BDD dengan
fasilitasi dari Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota
 8. Upaya kendali mutu pelayanan dan perbaikan kinerja secara internal, termasuk komponen jejaring
secara berkala dan terjadwal yang difasilitasi oleh Dinkes, Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan
Rumah Sakit.
 9. Membentuk sistem pencatatan dan pelaporan secara berkala di tingkat kabupaten/kota dan Provinsi
 10. Melaksanakan evaluasi triwulan kinerja dan kualitas pelayanan institusional RS Rujukan dan
Jejaring Pelayanan dan Komunikasi Emergensi di wilayah cakupan Collaborative Improvement
PONEK oleh Organisasi Profesi dan Kemenkes
 11. Melakukan kajian data outcome (terutama MMR, NMR, still-birth, near-miss), dengan
megkaji/review antara output pelayanan dengan kualitas pelayanan (quality of care) kesehatan Ibu dan
JENIS PEMBELAJARAN ASUHAN KEBIDANAN
KOLABORASI PATOLOGI DAN KOMPLIKASI
A. Masa Kehamilan

B. Masa Persalinan

Asuhan kebidanan kolaborasi patologi


dan komplikasi pada :
C. Masa Nifas dan Menyusui

D. Ibu dengan Gangguan Sistem


Reproduksi
A. KOLABORASI PENANGANAN KASUS
PATOLOGIS DAN KOMPLIKASI PADA MASA
KEHAMILAN
 1. Pengkajian pada klien dengan kasus patologi dan
komplikasi kehamilan
 a. Pengkajian pada klien dengan kasus patologi dan
komplikasi kehamilan kunjungan awal
 b. Pengkajian pada ibu hamil kunjungan ulang

 2. Pemeriksaan Protein dan glukosa urin Analisis data


pada klien kasus patologi dan komplikasi dalam
kehamilan
 3. Perencanaan asuhan pada klien masa prakonsepsi dan perencanaan kehamilan
dengan pendekatan holistic

1. Satu kali kunjungan selama trimester


pertama (sebelum 14 minggu)
2. Satu kali kunjungan selama trimester
4 jadwal kunjungan Ibu Hamil kedua (antara 14-28 minggu)
3. Dua kali kunjungan selama trimester
kedua (antara 28-36 minggu dan
sesudah minggu ke 36)
Tabel tindakan bidan untuk setiap kunjungan
Konsep
pelayanan
antenatal
komprehensif
dan terpadu
 4. Penanganan oleh bidan pada kasus patalogi dan komplikasi kebidanan
Penanganan dan Tindak
Lanjut Kasus pada Ibu
Hamil
 5. Evaluasi asuhan kebidanan kolaborasi kasus patologi dan komplikasi kehamilan

 6. Pendokumentasian asuhan pada klien dengan pendekatan holistic

Keluhan utama yang


S (Subjektif)
dirasakan pasien

Hasil pemeriksaan fisik,


O (Objektif)
laboratorium
Metode SOAP
Kesimpulan dari data
A (Analisis) subjektif dan objektif atau
diagnosis kerja

Tindakan antisipatif,
tindakan segera,
P (Penatalaksanaan)
penyuluhan, evaluasi,
rujukan
B. Kolaborasi penanganan kasus patologis dan
komplikasi pada Masa Persalinan

 1. Pengkajian pada klien dengan kasus


patologi dan komplikasi persalinan
 a. Pengkajian pada klien dengan kasus
patologi dan komplikasi persalinan

 2. Analisis data pada klien kasus patologi dan


komplikasi dalam persalinan
 3. Perencanaan asuhan pada kasus patologi dan komplikasi persalinan

a. Membuat keputusan klinik

b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

5 Aspek Dasar Asuhan


Kebidanan pada Ibu c. Pencegahan infeksi
Bersalin
d. Pencatatan rekam medis asuhan
persalinan
e. Rujukan pada kasus komplikasi ibu
dan bayi baru lahir
Perencanaan pada kasus
patalogi dan komplikasi
persalinan
 4. Evaluasi asuhan kebidanan kolaborasi kasus patologi dan komplikasi kehamilan

 5. Pendokumentasian asuhan pada klien dengan pendekatan holistic

Keluhan utama yang


S (Subjektif)
dirasakan pasien

Hasil pemeriksaan fisik,


O (Objektif)
laboratorium
Metode SOAP
Kesimpulan dari data
A (Analisis) subjektif dan objektif atau
diagnosis kerja

Tindakan antisipatif,
tindakan segera,
P (Penatalaksanaan)
penyuluhan, evaluasi,
rujukan
C. Kolaborasi penanganan kasus patologis dan
komplikasi pada Masa Nifas dan Menyusui

 1. Pengkajian pada klien dengan kasus


patologi dan komplikasi masa nifas dan
menyusui
 a. Data subjektif
 b. Data objektif

 2. Analisis data pada klien kasus patologi dan


komplikasi masa nifas dan menyusui
 3. Perencanaan asuhan pada kasus patologi dan komplikasi nifas dan menyusui
Penggunaan Algoritma
NF2-NF11 pada Bagan
Tatalaksana Terpadu Ibu
Nifas (pasca persalinan)
Algoritma Tata Laksana
Terpadu Masa Nifas
BAGAN TATA LAKSANA TERPADU PELAYANAN PASCA
PERSALINAN
1. PEMERIKSAAN
KEGAWATDARURATAN IBU

LAKUKAN PEMERIKSAAN
KONDISI UMUM IBU UNTUK
MELIHAT ADA TIDAKNYA
KEGAWATDARURATAN
2. PEMERIKSAAN PASCA PADA IBU (SAMPAI 6 MINGGU) NF1

BAGAN INI UNTUK MEMERIKSA IBU SETELAH PULANG DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
GUNAKAN BAGAN MEMERIKSA IBU SETELAH PERSALINAN
3. MERESPON TANDA-TANDA YANG DIAMATI ATAU MASALAH-MASALAH
YANG MUNCUL
A. JIKA TEKANAN DARAH DIASTOLIK NAIK. NF2
B. JIKA WAJAH PUCAT, PERIKSA KEMUNGKINAN
ANEMIA.NF3
C. PEMERIKSAAN STATUS HIV, (NF4)

Indikasi bagan ini digunakan jika : ibu belum pernah dilakukan tes HIV pada kunjungan pasca
persalinan, dan status HIV belum diketahui
Jika ibu telah mendapatkan ARV pada saat hamil atau saat melahirkan, rujuk ibu dan bayinya ke
layanan HIV untuk pemeriksaan lebih lanjut
D. JIKA PENDARAHAN HEBAT PADA VAGINA,
DEMAM, ATAU LOKIA BERBAU BUSUK (NF5)
E. JIKA ADA MASALAH BUANG AIR KECIL, PERINEUM
BERNANAH ATAU NYERI (NF6)
F. JIKA TERLIHAT SEDIH DAN MUDAH MENANGIS (NF7)
G. JIKA MENGALAMI KEPUTIHAN PADA 4 MINGGU PASCA
PERSALINAN (NF8)
H. JIKA MEMILIKI MASALAH PAYUDARA (NF9)
I. JIKA BATUK ATAU SULIT BERNAPAS,
MENGKONSUMSI OBAT-OBAT ANTI TB (NF10)
J. JIKA MEROKOK, MENGGUNAKAN ALKOHOL, DAN OBAT
TERLARANG ATAU MEMILIKI RIWAYAT KORBAN KEKERASAN
(NF11)
 4. Evaluasi asuhan kebidanan kolaborasi kasus patologi dan komplikasi nifas dan
menyusui
 5. Pendokumentasian asuhan pada klien dengan pendekatan holistic

Keluhan utama yang


S (Subjektif)
dirasakan pasien

Hasil pemeriksaan fisik,


O (Objektif)
laboratorium
Metode SOAP
Kesimpulan dari data
A (Analisis) subjektif dan objektif atau
diagnosis kerja

Tindakan antisipatif,
tindakan segera,
P (Penatalaksanaan)
penyuluhan, evaluasi,
rujukan
D. KOLABORASI PENANGANAN KASUS PATOLOGIS
DAN KOMPLIKASI PADA GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI
1. Pengkajian pada klien dengan kasus patologi dan
komplikasi pada gangguan sistem reproduksi
a. Data Subjektif
 b. Data Objektif

2. Analisis data pada klien kasus patologi dan komplikasi


pada gangguan sistem reproduksi
 3. Perencanaan asuhan pada klien masa prakonsepsi dan perencanaan pada gangguan
sistem reproduksi dengan pendekatan holistic
 4. Evaluasi asuhan kebidanan kolaborasi kasus patologi dan komplikasi nifas dan
menyusui
 5. Pendokumentasian asuhan pada klien dengan pendekatan holistic

Keluhan utama yang


S (Subjektif)
dirasakan pasien

Hasil pemeriksaan fisik,


O (Objektif)
laboratorium
Metode SOAP
Kesimpulan dari data
A (Analisis) subjektif dan objektif atau
diagnosis kerja

Tindakan antisipatif,
tindakan segera,
P (Penatalaksanaan)
penyuluhan, evaluasi,
rujukan
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai