Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tempat dan Jenis Gangguan Terhadap Keamanan dan Keselamatan Wisatawan

Ada beberapa tempat yang dianggap rawan gangguan terhadap


wisatawan baik Wisatawan Mancanegara maupun Wisatawan Nusantara, yaitu :
a. Pelabuhan dan Bandara.
Pelabuhan dan Bandara merupakan pintu gerbang kedatangan dan pemberangkatan para Wisatawan.
Tempat ini sangat rawan terjadi gangguan keamanannya misalnya pencopetan, penjambretan,
perampasan, pemerasan, penipuan maupun hal-hal lain yang sangat merugikan para wisatawan.

b. Dalam Perjalanan
Kerawanan gangguan dalam perjalanan pun masih bisa terjadi, misalnya ongkos yang sudah
disepakati saat sebelum berangkat akan dapat berubah (bertambah mahal) setelah pertengahan
perjalanan, ongkos/sewa minta ditambah kalau tidak mau menambah diancam diturunkan dalam
perjalanan. Demikian pula rote perjalanan yang seharusnya singkat dicarikan rote yang lebih panjang
agar lebih lama dalam perjalanan dan bila menggunakan angkutan Taxi, angka di argo dapat lebih
besar. Jika di dalam perjalanan menuju obyek wisata bisa terjadi pencopetan, penjambretan terhadap
barang atau uang dan dapat juga terjadi kecelakaan lalulintas.

c. Penginapan
Kerawanan keamanan ditempat wisatawan menginap seperti hotel, home stay atau tempat lainnya.
ditempat penginap ini bisa terjadi berbagai peristiwa yang mengganggu wisatawan, dan bahkan dapat
mengancam keselamatan harta dan jiwa wisatawan, seperti pencurian barang-barang maupun uang
wisatawan.

d. Di Obyek- Obyek Wisata


Ketika wisatawan berkunjung ke obyek-obyek wisatawan tampaknya perlu diwaspadai dari
kemungkinan terjadinya kerawanan kerawanan yang perlu mendapat perlindungan, misalnya dari
tangan tangan jahil para penjahat dari pencopetan dan penjambretan. Disamping
kerawanan dari kejahatan manusia, bisa terjadi juga kerawanan keamanan dan kecelakaan, misalnya
saat mandi dipantai, sourving, selancar, diving (menyelam), mendaki gunung dan sebagainya.
Selain tempat ada beberapa jenis gangguan terhadap wisatawan yang tidak terteutup kemungkinannya
bisa terjadi. Adapun gangguan dimaksud, yaitu :
a. Gangguan langsung terhadap wisatawan. Gangguan langsung ini merupakan gangguan yang
langsung ditujukan terhadap para wisatawan terdiri dari, pencurian, pencopetan, penjambretan,
penipuan, pemerasan, penganiayaan, pembunuhan. Gangguan langsung ini bisa terjadi atau dilakukan
saat ditempat kedatangan, perjalanan, penginapan, tempat menikmati makanan (restoran, kafé) atau
tempat-tempat hiburan.
b. Gangguan tidak langsung
Gangguan tidak langsung artinya gangguan yang tida langsung
ditujukan kepada para wisatawan, tetapi mendatangkan rasa tidak aman
dan tidak nyaman terhadap para wisatawan itu sendiri, misalnya, terjadi
perkelahian masal, tawuran, terjadi kerusuhan, demonstrasi yang
anarkis, SARA.
c. Gangguan kecelakaan
Gangguan kecelakaan dapat terjadi karena kelalaian dari wisatawan itu sendiri atau dari para petugas
pelayanan wisatawan. Kecelakaan naik gunung atau panjat tebing bisa terjadi dikarenakan para
wisatawan tidak mematuhi aturan atau ketentuan yang diberikan oleh petugas atau pengelola obyek
wisata. Para petugas bisa juga melakukan kelalaian, seperti misalnya tidak menyediakan sistem
keamanan dan keselatan yang memadai.
d. Gangguan teroris
Gangguan yang dilakukan oleh teroris, bisa terjadi dimana-mana, bukan hanya disuatu negara tertentu
saja. Kegiatan teroris yang pernah terjadi di Jakarta, di Bali, terbukti telah memberi atau membawa
pengaruh negatif bagi perkembangan pariwisata. Gangguan teroris dapat mengancam keamanan dan
keselatan wisata dan berpengaruh buruk bagi perkembangan dan kemajuan bisnis pariwisata.

Pengaturan Perlindungan Hukum dan Keamanan Terhadap Wisatawan


Mengenai pengaturan perlindungan hukum dan keamanan wisatawan disini adalah mencakup
pengaturan baik dalam hukum internasional maupun hukum nasional.
1. Pengaturan Perlindungan Hukum dan Keamanan Wisatawan Dalam Hukum Internasional.
Ketika membahas mengenai perlindungan hukum dan keamanan wisatawan, hal itu akan berhubungan
dengan hak-hak yang dimiliki oleh wisatawan, yaitu hak atas keamanan dan keselamatan ketika
berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata. Dalam konteks ini yang dilindungi
adalah hak wisatawan atas keamanan dan keselamatannya.

Wisatawan adalah subjek yang berperan sangat penting dalam dunia pariwisata. Wisatawanlah yang
menentukan maju mundurnya atau sukses tidaknya dunia pariwisata. Untuk menyukseskan bidang
kepariwisataan, selain diperlukan
penyediaan dan peningkatan fasilitas penunjang, juga diperlukan usaha-usaha untuk menarik minat
wisatawan sebanyak mungkin untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Karena itu, perlindungan
atas hak dan kewajiban para wisatawan perlu mendapat perhatian yang serius.

Seorang wisatawan mempunyai hak untuk melakukan melakukan perjalanan, baik di dalam
batas-batas negaranya maupun di luar batas batas wilayah negaranya. Di samping itu pula seorang
wisatawan berhak berdiam di daerah yang ia kunjungi untuk tujuan kesenangan, Dari hak tersebut
dapat dikembangkan hak-hak lainnya yang berhubungan dengan wisatawan, yaitu hak untuk
mendapatkan rasa aman, hak atas keselamatan, perlindungan, dan pengakuan terhadap martabatnya
sebagai seorang manusia.
Keamanan, keselataman, perlindungan wisatawan, dan penghargaan terhadap martabat mereka
merupakan hak-hak dari wisatawan.
Hak-hak tersebut ditegaskan dalam prinsip VII The Hague Declaration on Tourism yang menyatakan :
1. That the measures to facilities tourist travel, visits and stays be accompanied by measures to ensure
the safety, securitu and protection of tourists and tourist facilities and the dignity of tourists.
2. That an affective policy concerning the safety, security and protection of tourists and tourists
facilties and respect for the dignity of tourists be established for this purpuse.
Dari ketentuan diatas, terlihat jelas bahwa faktor keamanan dan keselamatan bagi wisatawan sangat
ditekankan. Masalah keamanan dan keselamatan bagi wisatawan ini sangat penting diperhatikan.
Ancaman terhadap keamanan dan keselataman wisatawan dewasa ini sangat mungkin terjadi, baik
ancaman oleh terorisme maupun oleh situasi politik di negara tujuan wisata. Seperti gangguan
keamanan para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia baru-baru ini, sebagai akibat kekacauan
yang terjadi di daerah-daerah kunjungan wisata (seperti Bali dan Lombok).
Hak-hak yang dimiliki oleh wisatawan secara implisit dapat dilihat dari isi Pasal IV Tourism Bill of
Right and Tourist Code yang menyatakan bahwa wisatawan itu mempunyai hak untuk mendapat
jaminan keselamatan atas diri dan harta miliknya, serta mendapat jaminan kesehatan lingkungan yang
bersih sehingga terbebas dari ancaman penyakit-penyakit menular.

Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas, maka perlindungan hukum wisatawan menjadi demikian
penting untuk diperhatikan. Seorang wisatawan yang berkunjung dan berada disuatu negara tujuan
wisata sangat mungkin mengalami kejadian-kejadian atau peristiwa�peristiwa yang membahayakan
keselamatan dan keamanan harta benda maupun jiwanya. Tindakan pencurian, perampokan, penipuan,
dan perlakuan tidak adil lainnya bisa saja dialami oleh wisatawan yang
sedang menikmati perjalanan wisatanya.

Pengaturan Perlindungan Hukum dan Keamanan Wisatawan Dalam Hukum Nasional


Seperti sudah dipaparkan diatas, bahwa perlindungan hukum yang dimaksud adalah perlindungan
terhadap hak-hak wisatawan yang sedang menikmati perjalanan wisatanya. Selama ini menunjukkan
bahwa perlindungan hukum dan keamanan wisatawan diserahkan kepada negara tujuan wisata,
melalui peraturan perundang-undangan yang
dibuatnya serta melalui kebijakan - kebijakannya dibidang pariwisata.

Mengenai hak serta perlindungan hukum dan keamanan wisatawan dalam Pasal 20 Undang-undang
No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan diatur sebagai berikut;
Setiap wisatawan berhak memperoleh :
a. Informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata
b. Pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar
c. Perlindungan hukum dan keamanan
d. Pelayanan kesehatan
e. Perlindungan hak pribadi dan
f. Perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang beresiko
tinggi

Dalam ketentuan pasal 20 Undang-Undang Kepariwisataan


tersebut di atas, bahwa wisatawan mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan hukum dan keamanan, perlindungan hak pribadi dan perlindungan asuransi untuk
kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi. Apa yang diatur dalam Undang-Undang Kepariwisataan
tersebut sebagai hak wisatawan, pada sisi yang lain hal itu merupakan kewajiban dari pengusaha
pariwisataa, seperti diatur dalam Pasal 26 huruf d, dan e Undang-Undang Kepariwisataan sebagai
berikut :
Setiap pengusaha pariwisata berkewajiban:
A. Memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan, dan keselamatan wisatawan.
B. Memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata dengan berisiko tinggi.
Perlindungan Hukum dan keamanan wisatawan selain diatur dalam Undang-Undang Kepariwisataan,
juga diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Wisatawan adalah konsumen pemakai jasa dibidang kepariwisataan.

Pasal 4 Undang-Undang No.8 tahun 1999 mengatur hak-hak konsumen sebagai berikut :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai konodisi dan jaminan barang dan/atau
jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang undangan lainnya.

dalam hal ini sebagai wisatawan berhak atas mendapatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Bahkan menurut ketentuan Pasal 4 bagi wisatawan sebagai
konsumen yang dirugikan akibat perbuatan pelaku usaha pariwisata, maka yang bersangkutan berhak
untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai