Anda di halaman 1dari 5

Nama : Maudy Elmanda Patmisari

NPM : 21901051044
Kelas : A

1. PERENCANAAN DAS DENGAN MODEL DETERMINISTIK

Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Sukadana adalah bagian dari Daerah
Aliran Sungai (DAS) Way Sekampung yang secara administratif terletak
di kabupaten Lampung Timur. Penulisan ini menganalisis keseimbangan
antara kebutuhan dan ketersediaan air di DAS Way Sukadana.Dalam
penelitian ini kebutuhan air yang dianalisis adalah kebutuhan air penduduk,
kebutuhan air ternak, kebutuhan air irigasi dan kebutuhan air industri.
Kebutuhan air akan dibandingkan dengan ketersediaan air di DAS Way
Sukadana, Analisis debit ketersediaan air menggunakan metode NRECA.
Metode NRECA adalah suatu metode simulasi hujan debit yang
diperkenalkan oleh Norman H. Crauford pada tahun 1985. Model NRECA
merupakan model konsepsi yang bersifat deterministik. Model konsepsi
adalah model dengan basis teori, sedang sifat deterministik adalah
penggunaan persamaan dan rumus semi empiris untuk
menginterpretasikan fenomena proses fisiknya (Trisnoadhy, 2011). Hasil
dari analisis didapatkan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) Way
Sukadana berada pada level surplus dan memiliki debit andalan rata-rata
sebesar 228,22 m 3/detik. Debit andalan tersebut sangat mampu untuk
memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar 42,34 m 3/detik pada tahun 2019
dan sampai dengan 10 (sepuluh) tahun mendatang sebesar 44,04 m 3/detik
pada tahun 2029 Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Sukadana masih
berada pada level surplus.

2. PENGELOLAAN DAS DENGAN PENDEKATAN MODEL


HIDROLOGI

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu ekosistem yang didalamnya


terjadi interaksi antara faktor-faktor abiotik (tanah dan iklim) dan biotik
(vegetasi) serta manusia dengan segala aktivitasnya. Interaksi tersebut
dinyatakan dalam bentuk keseimbangan antara masukan dan keluaran yang
mencirikan keadaan hidrologi suatu DAS (Seyhan, 1990). Dalam upaya
pengelolaan DAS yang baik diperlukan suatu perencanaan, untuk itu
diperlukan suatu pendekatan model hidrologi dalam pemanfaatan
sumberdaya lahan secara optimal, yang dapat menggambarkan kondisi
fisik suatu DAS (Suprayogi, 2003). Guna mengetahui Pengelolaan DAS
yang optimal digunakan model ANSWERS (Areal Non-point Source
Watershed Environment Response Simulation). Model ini merupakan
model deterministik yang didasarkan pada hipotesis bahwa pada
sembarang titik dalam suatu DAS, akan berlaku hubungan fungsional
antara laju aliran air dengan parameter hidrologi seperti: intensitas hujan,
infiltrasi, topografi, jenis tanah, dan sebagainya. Laju aliran air dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui gejala perpindahan massa
dalam wilayah DAS. Konsep titik dalam hipotesis ini merupakan asumsi
yang mengambarkan area yang mempunyai keseragaman sifat hidrologis
dan berlaku pada setiap elemen luasan DAS
Pengelolaan DAS di daerah penelitian menunjukan bahwa DAS Konto
Hulu memiliki nilai koefisien aliran 0,64, sehingga diperlukan suatu
pengelolan DAS yang baik. Berdasarkan simulasi pemanfaatan lahan
dengan cara penutupan lahan dengan jerami, membuat teras-
teras pada lereng > 15% dan menanam tanaman yang berkanopi rapat, dan
memperhatikan kelas kemampuan lahan sebagai dasar tindakan konservasi
menghasilkan limpasan < 50%

3. PENDEKATAN SIMULASI HIDROLOGI DALAM PERENCANAAN


PENGELOLAAN DAS
Keterkaitan berbagai komponen biofisik DAS dan kepentingan ekonomi
wilayah, menjadikan pengelolaan DAS merupakan pendekatan yang
penting dalam perencanaan pembangunan wilayah. Namun pendekatan
pengelolaan DAS dalam perencanaan pembangunan wilayah masih belum
populer/ jarang digunakan dibanding pendekatan lainnya. Pemanfaatan
sumberdaya alam sebagai input pembangunan wilayah pada masa kini
masih lebih banyak menekankan pada batas-batas yang bersifat politis atau
administratif, padahal dampak yang ditimbulkan mengikuti batas
alam/ekosistemnya yang tidak mengenal batas administrasi. Pengelolaan
DAS adalah pengelolaan berbagai sumberdaya alam yang terdapat di
dalam satuan DAS dengan mempertimbangkan aspek sosial ekonomi
budaya yang berkembang di dalam DAS, sehingga dapat dicapai
pengelolaan yang rasional untuk mencapai keuntungan optimal yaitu
dalam waktu tak terbatas dan resiko kerusakan minimal. Dengan demikian
pengelolaan DAS dapat ditinjau dari sudut pandang fisik maupun institusi
sehingga kegiatan dan kebijakan pengelolaan DAS yang perlu ditempuh
tidak hanya mendasarkan pada indikator fisik, tetapi keberhasilannya
sangat didukung oleh adanya kelembagaan untuk mewujudkan koordinasi,
integrasi, sinkronisasi dan sinergi.
Prinsip pengelolaan DAS yang memadukan kepentingan produktivitas dan
konservasi, dalam perencanaannya dapat menggunakan pemodelan
hidrologi untuk merumuskan tataguna lahan anjuran (propose landuse)
sesuai dengan fungsi dan struktur lahan. Prinsip produktivitas lahan
memang tidak sepenuhnya dapat dipenuhi dengan permodelan hidrologi,
sehingga perlu didukung dengan permodelan/perhitungan ekonomi
(produksi tanaman). Tataguna lahan anjuran yang sederhana adalah
memuat berapa tipe luasan yang harus dipertahankan atau diperbaiki untuk
mendapatkan hasil air yang diharapkan. Semakin detil data dan informasi
yang dapat masuk ke dalam model, maka tataguna lahan anjuran dapat
memuat prinsip konservasi yang lebih rinci.

4. STUDI KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)


PALOH KABUPATEN SAMBAS
Daerah aliran Sungai merupakan daerah yang dibatasi punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-
sungai kecil ke sungai utama. Meningkatnya kebutuhan penduduk terhadap
pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) mengakibatkan lahan pertanian
menjadi semakin sempit sehingga keadaan tersebut mendorong para petani
untuk tidak lagi memperhatikan kaidah- kaidah konservasi seperti
pembukaan hutan yang secara meluas. Penggunaan lahan yang tidak tepat
ini akan mempercepat perubahan keadaan DAS. Upaya rehabilitasi lahan
akan sangat bermanfaat dalam perencanaan pengelolaan dan pengontrolan
DAS. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari karakteristik Daerah
Aliran Sungai (DAS) Paloh Kabupaten Sambas. Beberapa variabel hasil
dari pengamatan dilapangan dapat diketahui yaitu : pola DAS berbentuk
dendritik, bentuk drainase relatif memanjang, nilai kerapatan drainase
sebesar 2,15 km/km2, memiliki 4 orde sungai, profil melintang sungai
berbentuk segitiga, debit aliran sungai rata-rata 96,21 m3/detik, TSS rata-
rata 75,80 mg/liter, pH air rata-rata 6,92, suhu rata-rata 29,2oC, dan
kecerahan rata-rata 35,90 cm. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
DAS masih tergolong baik, akan tetapi aktivitas masyarakat yang dekat
dengan DAS tidak menutup kemungkinan beberapa tahun kedepan DAS
Paloh akan mengalami kerusakan.Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
DAS masih tergolong baik, akan tetapi aktivitas masyarakat yang dekat
dengan DAS tidak menutup kemungkinan beberapa tahun kedepan DAS
Paloh akan mengalami kerusakan. oleh sebab itu kondisi yang lebih baik
perlu dipertahankan, dimana menurut Siswoyo (2005), untuk dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan maka sumber daya yang ada pada suatu
DAS harus dikelola secara optimal sesuai dengan prinsip konservasi.

Anda mungkin juga menyukai