Anda di halaman 1dari 12

Artikel

"Analisis Tata Rias Pengantin Batak Karo"

(Tugas rutin penelitian karya ilmiah)

Dosen pengampu:

Prof, Dina Ampera, M.Si

Dra, Siti Wahida, Msi

Disusun oleh:

Cania Wijaya

5193144005

PENDIDIKAN TATA RIAS REGULER A

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga penulis masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas
Artikel yang berjudul Analisis Tata Rias Pengantin Batak karo ini. Tugas ini dibuat guna
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Penelitian Karya Ilmiah, semoga tugas Artikel yang
berjudul Analisis Tata Rias Pengantin Batak Karo tersebut dapat menambah wawasan
pembaca dan penulis.

Dalam penulisan Proposal Penelitian ini, penulis tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan dan
mendukung penulis serta kepada dosen pengampu yang memberikan sebagian ilmu
pengetahuannya.

Penulis menyadari bahwa Proposal Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati
meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan kedepannya.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada
dalam projek yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para
pembaca.

Medan, 20 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar belakang......................................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah………....................................................................................................1

1.3 Tujuan…..............................................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................3

2.1 Penelitian yang relevan........................................................................................................3

2.2 Kajian Pustaka......................................................................................................................3

2.2.1 Upacara adat perkawinan Batak Karo...................................................................3

2.2.2 Tata Busana dan kelengkapan pengantin Batak Karo...........................................4

2.2.3 Tata Rias Pengantin Batak Karo dan pembuatan tudung......................................6

2.3 Kerangka Berpikir................................................................................................................7

BAB II METODE PENELITIAN..............................................................................................8

3.1 Pendekatan dan jenis penelitian..........................................................................................8

3.2 waktu dan fokus penelitian...................................................................................................8

3.3 sumber data………………………………………………............................................…..8

3.4 Teknik Pengumpulan Data...................................................................................................8

3.5 Teknik Analisis Data............................................................................................................8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada zaman modern ini banyak sekali perubahan pada Tata Rias Pengantin di
Indonesia. Seperti halnya rias pengantin dari daerah jawa, sumatera, kalimantan, papua dan
juga sulawesi, beberapa dari pulau tersebut tata rias pengantin banyak yang telah
dimodifikasi menjadi rias pengantin kebarat-baratan. namun berbeda halnya dari Tata Rias
Pengantin Batak Karo yang berasal dari Sumatera Utara tesebut. Suku Batak Karo atau yang
banyak dikenal dengan suku karo berasal dari tanah karo yaitu kabupaten karo.

Tata Rias Pengantin Batak Karo tidak memiliki banyak perubahan. Sampai saat ini
Tata Rias Pengantin Batak Karo dimodifikasi dari segi Pelaminan dan dekorasi pelaminan
pengantin. Dari segi riasan rambut, riasan wajah dan busana serta kelengkapan aksesoris
tidak ada yang berubah. Hal ini sudah dilakukan survei melalui google form pada hari Selasa,
23 November 2021. Maka setelah observasi tersebut kesimpulannya adalah 1) Sebanyak 50%
responden sangat mengetahui suku batak karo, 42,9% responden tahu suku batak karo dan
7,1% responden tidak tahu suku batak karo. 2) Sebanyak 50% responden berpendapat bahwa
riasan pengantin batak karo yang sekarang tidak berbeda dengan yang dahulu, 42,9%
responden berpendapat bahwa riasan pengantin batak karo yang sekarang berbeda dengan
yang dahulu dan 7,1% responden berpendapat bahwa riasan pengantin batak karo sangat
berbeda dengan yang dahulu. 3) Sebanyak 92,9 % berpendapat bahwa busana dan emas-emas
pengantin batak karo sangat menarik, dan sebanyak 7,1 % berpendapat bahwa busana dan
emas-emas pengantin batak karo menarik. Serta tidak ada responden yang tidak menganggap
busana dan emas-emas pengantin batak karo tidak menarik. Disimpulkanlah bahwa hampir
seluruhnya responden menganggap riasan pengantin batak karo dari zaman ke zaman tidak
melalui banyak perubahan, dan keseluruhannya menganggap riasan pengantin batak karo
menarik.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam makalah tersebut adalah:


1. Bagaimana upacara adat perkawinan batak karo dalam kajian teori proposal penelitian
tersebut ?

2. Bagaimana tata busana dan kelengkapan pengantin batak karo dalam kajian teori proposal
penelitian tersebut ?

3. Bagaimana tata rias pengantin batak karo dan pembuatan tudung dalam kajian teori
proposal penelitian tersebut ?

4. Bagaimana kerangka berpikir dalam proposal penelitian tersebut ?

5. Bagaimana metode penelitian yang ada dalam proposal penelitian tersebut ?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ada dalam makalah proposal penelitian tersebut adalah:

1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah metodologi penelitian yang diampu oleh Ibu Dra,
Siwi Wahida, M.Si dan Ibu Astrid Sitompul, M.Pd

2. Untuk mengetahui bagaimana membuat proposal penelitian yang baik dan benar.

3. Untuk menambah pengetahuan tentang tata rias pengantin batak karo serta tata cara
perkawinan yang dimiliki suku tersebut.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang relevan

Sebagai langkah awalnya dalam penulisan proposal penelitian ini, maka penelitian
yang dilakukan mengacu kepada penelitian sebelumnya. adapun penelitian sebelumnya yang
menjadi acuan yaitu sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Sartika Br Sembiring
yang berjudul "Analisis Makna Simbolis Perhiasan yang dikenakan Pengantin Karo dalam
upacara pesta perkawinan". Hail penelitian tersebut menunjukkan makna-makna apa saja
yang terkandung dalam setiap busana dan kelengkapan aksesoris yang dikenakan oleh
pengantin wanita maupun pria dalam suku Batak Karo. Penelitian sebelumnya dan akan
dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Upacara Adat Perkawinan Batak Karo

Pada masyarakat Batak Karo proses suatu perkawinan ada dua cara, yaitu: arah adat
(menurut adat) dan arah ture (dengan persetujuan kedua mempelai saja). Pada perkawinan
yang sesuai dengan adat (arah adat) biasanya peranan orang tua yang lebih dominan. artinya
bahwa pihak orang tualah yang mengusahakan agar perkawinan itu dapat berlangsung, mulai
dari perkenalan dan calon mempelai (pertandaken), meminang (maba belo selambar) dan
seterusnya. Pada waktu diperkenalkan (ipertandaken) ada kalanya kedua kedua calon
mempelai belum saling mengenal dan bila da kecocokan akan diteruskan ke melamar (maba
belo selambar). Apabila lamaran pada waktu maba belo selambar diterima, maka kedua belah
pihak terikat dalam status pertunangan. Pada waktu pertunangan ini sebagai tanda tidak
diberikan cincin sebagai tanda ikatan, tetapi disini harus disetujui dan disaksikan oleh
keluarga kedua belah pihak, yaitu senina, anak beru dan kalimbubu. ketiga kelengkapan
inilah menjadi jaminan yang paling kuat menurut adat karo. Sedangkan pada perkawinan arah
ture, maka disini orangtua tidak berperan dari awal, karena perkawinan yang dilangsungkan
adalah atas kehendak kedua belah pihak calon mempelai. Tetapi untuk mengikat pembicaraan
mereka, orangtua jugalah yang melaksanakannya.

Secara umum tahapan perkawinan menurut adat karo sebagai berikut:


1. Nangkih

Pada tahap ini biasanya mempelai wanita dibawa oleh mempelai laki-laki kerumah anak
berunya. Cara demikian dimaksudkan agar pihak anak berunya secara langsung mengetahui
maksud dan sekaligus mengambil langkah selanjutnya. dalam hal ini anak berulah yang
bertanggung jawab menghubungi orangtua atau anak beru mempelai wanita.

2. Maba belo selambar

Maba Belo Selambar adalah meminang gadis menurut adat karo.

3. Nganting manuk

Acara ini adalah untuk membicarakan tentang besarnya gantang tumba (mas kawin) yang
harus diterima oleh pihak perempuan. pada zaman dahulu acara ini dilakukan pada malam
hari. dalam hal ini pria membawa luah (oleh-oleh) seperti cimpa, nakan baluten dan rires.
Setelah itu dilanjutkan dengan makan manuk cipera bersama.

4. Mata kerja

Mata kerja adalah hari h pesta perkawinan adat karo, dan inti acara dalam perkawinan adat
karo adalah pembayaran hutang adat yang harus disampaikan oleh pihak sukut ke kalimbubu.

5. Mukul

Acara ini dilakukan setelah acara mata kerja selesai. Mukul adalah menyatukan jiwa antara
kedua pengantin dan antara kedua keluarga pihak pengantin laki-laki dan perempuan. Mukul
dilaksanakan di rumah orangtua pengantin laki-laki.

6. Ngulihi Tudung

Acara ini dilaksanakan paling cepat 4 hari setelah acara perkawinan. Maksud dari ngulihi
tudung adalah mengambil pakaian dan barang -barang wanita rumah orang tuanya.

Dari keenam tahapan tersebut merupakan tahapan prinsipil dan satu mata rantai yang tidak
dapat dipisahkan. untuk tahapan pemeluk agama kristen harus dilakukan pasu-pasu terlebih
dahulu.

2.2.2 Tata Busana dan Kelengkapan Aksesoris Pengantin Batak Karo

Busana pengantin adalah bagian dari busana tradisional yang merupakan salah satu
hal penting yang digunakan pada saat menyelenggarakan upacara pernikahan, mengandung
nilai-nilai tertentu dan menunjukkan identitas suatu daerah. Sedangkan busana secara umum
berfungsi sebagai pelindung bagi tubuh manusia dari luar untuk memenuhi syarat keindahan
dan agama. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai dari ujung rambut sampai
ujung kaki terdiri dari busana pokok, pelengkap dan aksessoris. Tata busana orang karo
berkaitan dengan pakaian dan kelengkapan yang digunakan dalam acara suka maupun duka,
misalnya pada pakaian di acara pernikahan, kematian dan acara muda-mudi (guro-guro
aron). Menurut Lukas Tarigan (dalam wawancara, 20 Juni 2018), ada makna tersendiri dari
warna busana pengantin karo, yaitu:
1) Hitam (Mbiring) berarti memiliki makna Duka, Kelam, Teduh (Megenggeng)

2) Biru (Biru) berarti makna Damai, Tenteram (Perkeleng)

3) Kuning (Megersing) berarti Agung, Mahal (Mehaga)

4) Merah (Megara) berarti Berani berbuat untuk kepentingan umum (mbisa)

5) Putih (Mbentar/Mbulan) berarti Suci, Bersih (Sabar)

6) Hijau (Meratah) berarti Sejuk, Subur (Mehumur)

Menurut Bulan Lingga (dalam wawancara 17 januari 2018), Pada zaman dahulu
pakaian adat pengantin karo tidak memakai baju, namun hanya memakai kain sarung yang
dililitkan pada badan pengantinya. Pada sekitar tahun1800 pakaian adat pengantin batak karo
sudah mulai dikenal, tetapi pada saat itu yang masih dikenal adalah:
1) Untuk pengantin laki-laki: tidak pakai baju, pakai sarung, kain (uis) yang disilang pada
dada; warna dominan: merah, hitam dan putih; tidak pakai hiasan-hiasan; menggunakan
bulang (topi); dan tidak pakai alas kaki.

2) Untuk pengantin wanita: memakai kain (uis) yang melingkar sebanyak 2 (dua) lembar;
kain sarung temunan karo; kepala tidak pakai hiasan, hanya memakai mayang (pohon
pinang); dan tidak memakai alas kaki.

Tapi setelah pertengahan tahun 1850 terjadilah perubahan pada pakaian adat pengantin adat
karo. Perubahan-perubahan itu terjadi dikarenakan masyarakat tanah karo sudah dapat
bersosialisasi dengan penduduk di luar sekitar tanah karo dan semenjak zaman jepang
pakaian adat pengantin batak karo tidak hanya digunakan oleh keturunan raja-raja tetapi
dapat digunakan untuk semua lapisan masyarakat yang mampu melaksanakan upacara adat
pekawinan pengantin menurut adat istiadat batak karo.

Diantara bentuk bentuk simbol yang dipakai oleh pengantin Karo ternyata ada
hubungan satu sama yang lain, karena ada perlengkapan yang dipakai oleh pengantin laki-
laki memiliki nilai Tanggung jawab melindungi istrinya dan perlengkapan pada pengantin
perempuan memiliki nilai menjaga kehormatan suaminya. Jenis-jenis perhiasan yang
dikenakan oleh pasangan pengantin Karo memiliki hubungan dengan simbol status Keluarga
dalam masyarakat Karo, karena dalam Aksessoris perhiasan pengantin Karo, seperti; sertali
juga memiliki makna bahwa seseorang perempuan telah memiliki suami. Kemudian ketika
seorang perempuan telah memakai perhiasan dan mengikuti proses Upacara pesta
perkawinan, maka seorang perempuan yang akan pergi menghadiri upacara-upacara adat
lainnya, maka dia akan mengenakan Uis Nipes di bahunya sebagai selendang (Kadang-
kadangen),arti pemakaian kain ini adalah melambangkan seorang perempuan yang sudah
berkeluarga dan menjadi istri, oleh karena itu kain ini tidak sembarangan dipakai oleh anak
gadis. Pada pengantin Pria juga berlaku hal yang sama, ketika mereka sudah mengenakan
perhiasan tersebut dan mengikuti proses adat perkawinan, maka ketika pergi mengadiri
upacara-upacara adat, dia wajib memakai sarung biasa dan diletakkan pada bahu mereka,
dimana pemakaian kain ini juga merupakan simbol telah berkeluarga dan telah menjadi
suami. Dalam hal ini nilai-nilai yang terdapat di masing-masing perhiasan saling melengkapi
peran pasangan pengantin dalam memasuki kehidupan rumah tangga baik untuk keluarga
masing-masing pengantin maupun untuk keluarga besar kedua belah pihak.

2.2.3 Tata Rias Pengantin Batak Karo dan Pembuatan Tudung

Riasan dalam pengantin karo hanya menggunakan riasan wajah yang sangat
sederhana. Riasan wajah nya tidak ada yang menonjol ataupun istimewa. Di kepualuan
Indonesia memiliki Batak bangsa dan budaya yang beraneka ragam, salah satu budaya yang
saat ini masih dipertahankan yaitu penggunaan sanggul-sanggul tradisional pada acara
pernikahan. Sanggul daerah menggambarkan penataan rambut dengan gaya dan bentuk-
bentuk tertentu yang memberikan ciri khusus pada diri seseorang, sekelompok orang, Batak
bangsa, ataupun negara. Menurut Rostamailis,dkk (2009:230) sanggul daerah mempunyai
prinsip yang berlaku dalam memyusun suatu desain sanggul daerah yaitu sanggul daerah
mempunyai keseimbangan antara bentuk sanggul dengan bentuk kepala, keharmonisan
dengan baju maupun keserasian dengan ornamen-ornamen sanggul yang digunakan.
Umumnya pengantin Batak karo tidak menggunakan sanggul melainkan
menggunakan tudung dan bulang. Tudung merupakan penutup kepala yang digunakan wanita
pada saat acara perkawinan yang disebut sebagai tudung teger limpek., sedangkan bulang
merupakan penutup kepala yang digunakan pria pada saat acara perkawinan. Tidak semua
orang yang bisa membuat tudung dan bulang pengantin karo.Tudung dan bulang pengantin
karo ini biasa dibuat oleh para ahli, Bahkan juru rias pun belum tentu bisa membuat tudung
ini.

2.3 Kerangka Berpikir

PENELITIAN TERDAHULU KAJIAN TEORI

MEDIA SURVEI MELALUI GOOGLE


FORM

RESPONDEN

MENGANALISIS HAL
YANG BARU
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalah pendekatan Naratif. Dengan menelusuri pendapat


responden melalui Google form kepada setiap individu melalu aplikasi sosial media
Whatsapp dan Massanger facebook.

Jenis Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif karena menganalisis sebuah studi
dengan beberapa responden terpilih.

3.2 Waktu dan Fokus Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada hari Selasa 23 November 2021 . Fokus penelitian
adalah pendapat responden yang telah diterima dari beberapa responden perempuan.

3.3 Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah buku yang berjudul tata rias pengantin batak
karo oleh Desi Handayani, S.Pd dan hasil wawancara yang telah disusun di google form dan
disebar melal aplikasi sosdial media seperti massanger facebook dan whatsapp ke beberapa
responden perempuan. Berikut adalah link sumber data:
https://forms.gle/1UeLdQQzsyzKkAadA

3.4 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara melalui google form.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam analisis kualitatif memiliki empat tahap yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan langkah terakhir adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, desi. Tata Rias Pengantin Batak Karo. 2019. Universitas Negeri
Yogyakarta.

https://forms.gle/1UeLdWQQzsyzKkAadA

Anda mungkin juga menyukai