Anda di halaman 1dari 6

Daring 6 perhitungan beban Poros Gulung

Poros gulung terdiri dari pada sebuah tabal atau tabung yang dipergunakan untuk
mengangkat beban. Tabal adalah tempat menggulungnya tali dimana beban ditalikan. Pada poros
tabal diperlengkapi dengan bandul yang dipakai untuk memutar tabal.


L

Jika panjang bandul = ℓ cm, besarnya gaya = K kg, sedang bandul diputar satu kali maka
usaha gaya = K 0 π 2ℓ (kg cm).
Bandul diputar satu kali maka tabal juga berputar satu kali, sehingga jika diameter tabal D cm
berat beban L kg, maka usaha beban = L π D (kg cm).

Usaha gaya = usaha beban

K 0 π 2ℓ = LπD

L. D
K0 =
2l

Rumus di atas berlaku jika tidak ada kerugian, jika poros gulung tersebut mempunyai
rendemen η%, maka gaya untuk pengangkatan :
L. D
Kn =
η .2 l

Gaya untuk penurunan :

L. D
Kt = η
. 2. l
Jika tebal tali yang digulung diperhatikan = t , maka diameter tabal yang kita perhatikan
1 1
D+ t + t = D + t, sehingga untuk menghitung panjang tali yang digulung :
2 2
n = banyak putaran tuas
n = π (D + t) ℓ cm (lihat gbr di atas).

Contoh soal
Untuk mengangkat sebuah beban seberat L kg kita pergunakan poros gulung yang mempunyai
diameter 31 cm, tabal tali t = 1 cm, panjang bandul = 48 cm. Hitunglah berat beban (η=60%)
dan panjang tali yang digulung jika bandul diputar satu kali, jika gaya K = 25 kg.
Jawab:
Diketahui : poros gulung
D = 31 cm, (D + t)
diameter yang harus diperhatukan (D+t)
= 31 + 1 = 32cm
K = 25 kg
L(D 1−D 2) 2t
= 60% = 0,6
4l

Hitungan :

L.(D+t )
Kn =
2l . η

L .32
25 =
0,6 .2 . 48

25 .0,6 . 48 25 .6 3
L =
16
= 4
= 25 .
2
= 37,5 kg

Panjang tali yang digulung = n . π ( D + t ) cm = ℓ . π 32 = 32 π cm.

8. Poros Gulung Differensial

Poros gulung differensial mempunyai konstruksi lain dari pada poros gulung. Disini dalam satu
poros di pasang 2 tabal yang tidak sama diameternya. Semua ujung tali ditambatkan pada tabal,
sedangkan untuk beban digantungkan pada sebuah kerek lepas. Bekerjanya 2 tabal ini yang satu
mengulur tali maka tabal yang lain mengikat tali.
1 1
L L l
2 2

L K

1
Di sini beban L ditahan oleh 2 buah tali, sehingga satu tali menahan L.
2
Diameter tabal yang besar D 1 dan yang kecil D 2. Maka jika poros diputar satu kali
usaha gaya = K 0 2π ℓ
L( D1−D2)
usaha beban = πL ( D 1- D2 ¿ K0 =
4l

1
K 0 2π ℓ = . L π ( D 1- D 2 ¿ jika rendemen η%
2

1 L(D 1−D 2) L(D 1−D 2)


Lπ ( D1−D 2) Kn = Kt = η
K0 = 2 4l η 4l
2πl

L( D1−D2)
=
4l

Contoh soal
Suatu poros gantung differensial dipakai untuk mengangkat beban 800 kg. diameter tabal sebesar
18 cm dan yang kecil 14 cm, jika panjang bandul / tuas = 16 cm, η = 70%. Hitunglah gaya untuk
mengangkat.
Jawab :
Diketahui L = 800 kg Kn ?
D1 = 18 cm ; D2 = 14 cm
ℓ = 16 cm (η = 70% = 0,7)

L(D1−D2) 800(18−14)
Kn = =
4lη 4 .16 . 0,7
50
= 0,7 = 71,4 kg

L(D1−D 2) 800(18−14)
Kt = η= . 0,7
4l 4 .16

= 50 . 0,7 = 35 kg

RANGKUMAN

A. Pembagian alat-alat angkat sesuai dengan gerakkannya.


1. Gerak mendatar.
2. Gerak vertikal.
3. Gerak horisontal.
4. Gerak lengkung (lingkaran) mendatar.
5. Gerak lengkung arah tegak pada suatu bidang vertikal.
Dasar pengertian tentang pesawat angkat yakni :
1. Kesetimbangan
Syaratnya : jumlah momen-momen gaya terhadap titik keseimbangan = 0
Tanda momen :
9. Positif (+) : jika searah dengan jarum jam.
10. Negatif (-) : jika berlawanan dengan jarum jam.

2. Usaha
Usaha adalah perkalian antara gaya dengan jarak yang di tempuh.
Usaha gaya = Usaha beban
B. Untuk kerek majemuk dengan jumlah piringan = n buah
a) Arah gaya biasa

L ( m−1 ) . L
Ko = K tu =
n m(m¿ ¿ n−1)¿

n n
m ( m−1 ) . L m (m−1)
Kn = n
ηtu =
m −1 n( m−1)

n
m −1
ηn = n
n . m ( m−1)

b) Arah gaya terbalik

L ( m−1 ) . L
Ko = K tu =
n+1 m(m¿ ¿ n+1−1)¿

n
m ( m−1 ) . L mn+1 (m−1)
Kn = n +1
ηtu =
m −1 n(m−1)

n+1
m −1
ηn = n
n . m ( m−1)
a. Kerek ganda biasa dengan jumlah piringan n buah dan kerugian p%

m = p +1

L L
Ko = K tu =
(2)n−1 m(m+1)n−1

n m(m+1)n−1
Kn = m L ηtu = n−1
¿¿ (2)
n−1
(m+1)
ηn =
(2)n−1 mn

b. Kerek ganda dengan arah gaya terbalik

L
Ko = n
(2) −1
n
m L
Kn = n−1 n−2 n−3 2 n −4 3 n−5 4
m +m ( m+1 ) + m (m+1) + m (m+1) +m (m+1) … . dst
n−1 n−2 n−3 2 n −4 3 n−5 4
m +m ( m+1 ) + m (m+1) + m (m+1) +m (m+1) … . dst
ηn =
(2)n −1

L
K tu = n−1 n−2 n −3 n−4
m(m+1) +m(m+ 1) +m(m+1) +m(m+1) … dst

m(m+1)n−1 +m(m+ 1)n−2 +m(m+1)n −3 +m(m+1)n−4 … dst


ηtu = n
( 2) −1

REFFERENSI

Untuk lebih mendalami tentang pelajaran pesawat pengangkat di atas, anda dapat membaca
beberapa buku sebagai berikut :
1. Hoo Kiam Lam B., Ir 1964. Ilmu Gaya IV. Jembatan, Jakarta.
2. Soemaryono. Alat Pengangkat. Soemitro, t.th, Yogyakarta.
3. Djoemadi Drs, 1970. Pesawat Angkat. IKIP, Yogyakarta.
4. Utomo. Pesawat Angkat. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai