Anda di halaman 1dari 2

[Ulasan Acara] Demakomunal dan 297 Crew : Gunem Radiman Dan Sayup Kebahagiaan

Perputaran skena musik di Indonesia akhir-akhir ini laiknya rollercoaster, sangat cepat dan
menyenangkan. Semua aliran musik turut andil dalam perebutan gerbong yang nantinya akan
dibawa mendekati arah industri nasional. “Nasional” berarti cakupan dan kesanggupan, dengan
masuknya para musisi ke arah ini, bisa dikatakan juga dengan mendekatkan diri kepada jalan
kesuksesan dan ketenaran. Lalu bagaimana nasib mereka yang jauh dari gerbong tersebut?

Hal ini mungkin menjadi faktor dari lebih semaraknya pergerakan-pergerakan kolektif di daerah.
Perasaan tertinggal yang muncul saat melihat adanya ‘gap’ yang terlalu jauh, kecemasan saat
sulit menemukan apresiasi dan kesulitan saat karya tidak diterima oleh pasar melahirkan
kecemburuan positif dengan melakuhkan banyak inisiasi-inisiasi lewat pelbagai ruang alternatif.

Lewat acara tahunan bertajuk Main Di Taman, kolektif Demakomunal melakukan hal yang sama
dengan menggandeng 297 crew, kelompok yang berisi para musisi dan penikmat musik hip-hop.
Buah dari obrolan panjang tentang permasalahan dan situasi yang tercipta dalam kota
membuahkan satu tujuan bersama yang diwujudkan pada Sabtu, 23 April 2022 di Taman Mahesa
Jenar Demak dengan judul acara Gunem Radiman sebagai seri ke 4 dari tajuk terkait.

Mengambil latar waktu saat weekend dan dilakukan di tempat terbuka yang jarang dijamah
masyarakat, keduanya memang sengaja berusaha mengembalikan fungsi taman sebagai ruang
publik serbaguna yang menyenangkan dan interaktif untuk melakukan banyak kegiatan.
Terbukti, pada sore itu, beberapa orang datang dan menyatu dengan gugusan acara yang sedang
dihelat. Tak hanya sebagai pengunjung, mereka hadir sebagai partisipan yang secara sadar
membantu kami dalam banyak hal, termasuk saling jaga saat acara berlangsung.

Acara sore dimulai para mc dengan memberikan ucapan selamat datang kepada semua,
kemudian dilanjut dengan sesi diskusi sore bersama Teguh H Patriantoro dengan latar belakang
praktisi seni musik & Dosen Komunikasi di Universitas Dian Nuswantoro serta Sirril Wafa yang
juga designer grafis dan muralist. Pada diskusi sesi satu itu, ditemani Gentong sebagai
moderator, mereka mengobrol 2 arah dengan judul “Menerobos Citarasa Seni”. Diskusi berjalan
khidmat dan obrolan sesi sore itu hadir sebagai tempat bertukar informasi yang hasilnya bisa
dibawa pulang oleh seluruh pengunjung dan panitia yang mendengarkan.
Karena bertepatan dengan bulan ramadhan, setelah mendekati waktu berbuka, diskusi disudahi
dan dilakuhkan break acara guna berbuka dengan takjil dan minuman yang telah disiapkan. Di
waktu itu juga, sebagaian panitia dan partisipan saling bahu membahu membagikan takjil yang
telah disiapkan untuk para pengguna jalan yang sedang melintasi area jalur lambat di dekat
venue acara.

Kemudian pukul 19.30 acara dibuka kembali dengan melanjutkan sesi diskusi kedua dengan
perwakilan dari masing-masing kelompok hip-hop yang tergabung dalam 297 crew. Di diskusi
kali ini, arah obrolan lebih mengerucut karena pembahasanya seputar dunia hip-hop di kabupaten
Demak. Beberapa pertanyaan yang telah disepakati dilontarkan kembali dalam sebuah forum
yang lebih serius. Alhasil, beberapa pertanyaan tersebut menemui jawabanya dan mendekati titik
terang.

Lalu pada acara puncaknya, para musisi hip-hop yang tergabung di 297 crew tampil bergantian
dengan format kelompok maupun perseorangan. Euphoria acara perlahan naik beriringan dengan
tempo musik dari para penampil. Raut muka bahagia dan berbagai senyum berpadu dalam satu
energi baik yang bisa dirasakan semua orang. Sing a long dan crowd dance mewarnai stage view
dari gigs yang terjadi. Di pertengahan, crowd menjadi dingin karena pada saat terjadi pogo, kaki
dari salah seorang penonton memutus kable lampu yang menjulang tipis di atas keramaian
penonton. Tapi momentum itu berhasil dibalikkan dan berlanjut pada sesi freestyle yang
dimeriahkan teman-teman musisi hip-hop luar kota. Semua larut jadi satu dan tidak terasa acara
telah 1 jam melewati batas waktu yang sudah ditentukan. Kemudian bebersih venue bersama dan
evaluasi acara diposisikan sebagai penutup kesenangan malam itu. Dalam suasana yang campur
aduk, sayup-sayup bahagia dari para punggawa 297 luntur. Mereka harus menyadari bahwa
pergerakan menghidupkan kembali gairah hip-hop dalam kota tidak bisa diakhiri disini.

Anda mungkin juga menyukai