Anda di halaman 1dari 4

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN VOKASIONAL TATA BOGA PISANG

AROMA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C YPLB CIPAGANTI

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Khusus

oleh
Elsa Septiani
1806902

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum dan menyeleruh.

Selain itu, pendidikan pun mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

pembangunan. Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan sekalipun untuk

orang-orang atau anak-anak yang mengalami hambatan baik dalam hamabatan fisik,

emosional, mental, intelektual dan sosial. Pendidikan yang menerima orang-orang

atau anak-anak yang memiliki hambatan yaitu Pendidikan Khusus.

Muzayanah (2000:13) anak tunagrahita sebagai anak yang mengalami

gangguan atau hambatan dalam perkembangan daa fikir serta kepribadian, sehingga ia

tidak mampu hidup dengan kekuatanya sendiri dalam msyarakat meskipun dengan

cara sederhana. Menurut Efendi (dalam Apriyanto, 2012, hlm.26-27) menyatakan

bahwa anak tunagrahita adalah “anak yang mengalami taraf kecerdasan yang rendah

sehingga untuk meniti tugas perkembangan ia sangat membutuhkan layanan

pendidikan dan layanan secara khusus.” Anak tunagrahita juga mengalami kesulitan

dalam hal berkpmunikasi dan berinteraksi. Akan tetapi, gejala anak tunagrahita juga

selain mengalami hambatan dalam berkomunikasi tetap juga sulit mengerjakan tugas-

tugas akademik.

Dikalangan masyarakat masih banyak sigma negatif mengenai anak

tunagrahita, sehingga anak tunagrahita menjadi disepelekan, terutama dalam dnia

pekerjaan. Dewasa ini, sangat sedikit bahkan jarang ada instansi atau lapangan

pekerjaan yang menerima anak tunagrahita sebagai karyawannya.


Melihat realita yang marak terjadi tersebut, membuat para orang tua khawatir

akan nasib anaknya, karena tidak selamanya anak tunagrahita akan tinggal bersama

kedua orangtuanya. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi perlunya mengasah

keterampilan anak. Sperti yang disebutkan oleh Hamid (dalam Na’imah dkk, 2004,

hlm. 33) menunjukan bahwa “orang tua yang memiliki anak tunagarhita menunjukan

perasaan sedih, depresi, marah, dan kurang menerima keadaan anaknya. Orang tua

merasa khawatir tentang masa depan anak dan stigma yang melekat pada anak.”

Penyandang tunagrahita membutuhkan suatu pekerjaan yang bersifat

vokasional atau khusus yang memproduksi barang, jasa atau makanan yang dapat

dibeli oleh masyarakat. Produk tersebut diindikasikan laku atau tepat guna, bila

masyarakat mau menggunakan atau mau membelinya. Pembelian oleh masyarakat itu

ditukar dengan nilai uang, dan nilai itu kembali untuk biaya produksi dan

penghidupan bagi mereka. Atas dasar itu, lembaga pembina dan orang tua dan

terutama guru dari penyandang tunagrahita perlu mempertimbangkan di dalam

menyiapkan masa depan kehidupan penyandang tunagrahita. Di samping itu,

keterbatasaan penyandang tunagrahita perlu menjadi pertimbangan utama untuk

menetukan jenis pekerjaan yang sesuai dilakukan mereka.

Pendidikan keterampilan vokasional bagi anak tunagrahita dapat dimaknai

sebagai pemberian berbagai keterampilan sebagai bagian dari proses perolehan

kecakapan hidup yang diberikan di kelas, ditempat khusus atau di sekolah-sekolah

oleh guru sebagai pendidik atau praktisi yang dihadirkan untuk membimbing atau

melatih mereka sesuai dengan hambatan yang dialaminya. Proses membelajarkan

keterampilan kepada anak tunagrahita di sekolah yang dilakukan oleh guru sering kita

sebut pelatihan/pembimbingan dalam kegiatan belajar mengajar.


Keterampilan vokasional sangatlah penting dilaksanakan di sekolah karena itu

sebagai upaya mempersiapkan anak tunagrahita setelah lulus dalam hal kesiapan

bekerja. Banyak anak tunagrahita yang setelah lulus tidak bisa berbuat apa-apa,

sehingga setelah lulus anak itu kembali disekolahkan terus menerus. Banyak sekolah

juga yang mengajarkan keterampilan vokasional itu kurang terstruktur dalam segi

perecanaan, segi pelaksanaan, dan juga evaluasinya.

Hasil studi pendahuluan di SLB C YPLB CIPAGANTI, peneliti menemukan

ada beberapa program vokasional yang berhasil dilaksanakan dan hasilnya cukup

memuaskan, yaitu dalam vokasional bidang tata boga membuat pisang aroma. SLB C

YPLB Cipaganti melakuka program vokasional ini melihat kondisi lingkungan yang

memungkinkan produknya bisa dipasarkan dengan mudah, bahan-bahan serta perlatan

yang dibutuhkan untuk membuat pisang aroma sangat mudah untuk dicari, selain itu

hasil program pembelajaran ini mempunyai nilai jual yang nantinya peserta didik bisa

menerapkan pembuatan pisang aroma ini dikehidupannya kelak. Pisang aroma ini

banyak disukai oleh pembeli karena hraganya yang cukup terjangkau dan juga

rasanya enak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, serta tindak lanjut yang dilakukan oleh guru dalam

melaksanakan pembelajaran vokasional tata boga membuat pisang aroma.

Berdasarkan pernyataan di atas, keterampilan vokasional sangatlah penting

bagi anak tunagrahita, pada penelitian ini peneliti ingin meneliti bagaimana

pembelajaran keterampilan vokasional tata boga pisang aroma di SLB C YPLB

Cipaganti, maka dari itu peneliti merumuskan judul “PEMBELAJARAN

KETERAMPILAN VOKASIONAL TATA BOGA PISANG AROMA PADA

ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C YPLB CIPAGANTI.”

Anda mungkin juga menyukai