Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Analisis Problematika Pendidikan Anak Usia Dini

Disusun Oleh :
NANI WINARTI
1811250079

Dosen Pengampu :
Ahmad Syarifin, M.Ag

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BENGKULU
2019

0
Analisis Problematika Pendidikan Anak Usia Dini

A. PROBLEMATIKA PENDIDIK PAUD


Kebijakan pemerintah dalam peningkatan kualitas guru sudah banyak
dilakukan, diantaranya dengan pelatihan dan workshop baik yang
diselenggarakan ditingkat regional maupun nasional yang diselenggarakan
oleh Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama serta perguruan tinggi yang
mempunyai program studi Pendidikan Guru PAUD. Walaupun masih dirasa
kurang memadai dibandung dengan jumlah Guru PAUD yang ada.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya PAUD semakin meningkat, hal ini
dapat dilihat dengan semakin banyaknya berdiri LPAUD baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Peningkatan jumlah LPAUD tidak diimbangi dengan
Ketersediaan fasilitas dan jumlah lulusan S1 PG-PAUD sehingga LPAUD
menggunakan fasilitas dan tenaga pengajar seadanya untuk menyelenggarakan
PAUD.
Beberapa Permasalahan LPAUD yang timbul adalah :
1. Menggunakan tenaga pengajar seadanya. Guru PAUD diambilkan dari
lulusan SMA, atau S1 yang tidak sesuai dengan bidangnya.
2. Fasilitas, sarana dan prasarana yang minim. Di beberapa tempat, PAUD
menggunakan rumah, kedai, bahkan bekas kandang dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran. Inisiatif yang dilakukan oleh
perseorangan masyarakat dalam mendirikan PAUD hendaknya didukung
warga masyarakat agar dapat berkembang lebih maksimal demi
peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini.
3. Ketersediaan bantuan pemerintah yang belum memadai untuk semua
PAUD yang ada. Bantuan yang diberikan pemerintah tidak sebanding
dengan jumlah PAUD. Hal ini diperparah dengan maraknya praktik
pungutan liar dan lembaga fiktif yang mendapatkan bantuan oleh oknum
yang tidak bertanggung jawab.

1
4. Buruknya manajemen pada sebagian besar PAUD. Masih ditemukan Guru
PAUD merangkap kepala sekolah, kepala seolah merangkap ketua
yayasan dan belum ada Standar yang jelas dalam pengelolaan PAUD.
5. Penyelenggaraan PAUD di negara lain semata-mata hanya menstimulasi
kecerdasan anak secara komprehensif dan pengasuhan terhadap anak,
karena aspek kecerdasan yang dikembangkan hanya meliputi kecerdasan
intelektual, emosional, estetika, dan sosial serta pengasuhan. Sedang di
Indonesia potensi kecerdasan tersebut diberikan juga pendidikan untuk
mengembangkan potensi kecerdasan spiritual yang dilaksanakan melalui
pendekatan olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Di samping itu, juga
diberikan pengetahuan dan pembinaan terhadap kondisi kesehatan dan gizi
peserta didik. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD di Indonesia
disebut penyelenggaraan PAUD secara "Holistik dan Integratif".
Simpang siurnya informasi yang membuat bingung mereka. Kesiapan
menerima perubahan kurikulum membuat sebagian guru-guru PAUD sempat
putus asa. Terlalu sulit diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari.
Kesulitan yang dihadapi guru tidak harus didiamkan. Guru tetap mencari
info terkait dengan materi, pembelajaran yang bisa mendukung perkembangan
anak. Disamping itu guru juga dituntut untuk mengembangkan dirinya sendiri.
Mengikuti pelatihan, mengikuti kegiatan KKG, mengikuti kegiatan organisasi,
dll. Ternyata berat juga menjadi seorang guru.
Menghadapi anak usia dini sangat membutuhkan kejelian. Mereka berasal
dari latar belakang dan lingkungan yang berbeda. Karakter yang unik tidak
menjadikan anak-anak itu mudah dipahami. Keinginan anak yang satu dan
anak lainnya tidak sama. Kemampuan dari masing-masing anak juga tidak
sama. Tantangan dan kesulitan tersendiri bagi guru PAUD.
Tenaga pengajar (Guru) merupakan komponen kunci keberhasilan
pendidikan, karena tenaga pengajarlah yang langsung berhadapan dengan
peserta didik, sehingga diperlukan tenaga pendidikan yang profesional yang
benar-benar memahami bagaimana cara mengajar anak usia dini, bukan hanya
sebagai ajang coba-coba dalam menangani anak usia dini.

2
Pada umunya permasalahan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Sebagian besar Guru PAUD belum memenuhi kualifikasi S1 PG-PAUD
2. Minimnya gaji Guru PAUD sehingga mereka tidak mampu melanjutkan
studinya di PG-PAUD
3. Tingkat ekonomi Guru PAUD rata-rata masih rendah
4. Menjadi Guru PAUD merupakan alternatif pekerjaan terakhir setelah
pekerjaan lainnya tidak didapatkan
5. Sebagian besar Guru PAUD adalah perempuan yang mempunyai
kewajiban di rumah tangganya sebagai Ibu dari anak-anaknya dan Istri
dari suaminya, sehingga pekerjaan sebagai Guru PAUD tidak maksimal.

B. PROBLEMATIKA SARANA PAUD


Sarana dan prasarana merupakan unsur yang cukup berperan penting
dalam pelaksanaan kegiatan disekolah. Kedua hal ini berfungsi sebagai
penunjang untuk kelancaran pelaksanaan suatu kegiatan. Yang terdiri dari
berbagai jenis dan ragam baik yang terdapat didalam maupun diluar kelas,
namun fungsinya sebagai alat penunjang pelaksanaan kegiatan akan terwujud
apabila kedua hal tersebut dikelola dengan sebaik-baiknya, tetapi apabila tidak
dikelola dengan baik malah akan menjadi penghambat dalam pelaksanaan
kegiatan. Sarana prasarana adalah salah satu bagian input, sedangkan input
merupakan salah satu subsistem. Sarana prasarana sangat perlu dilaksanakan
untuk menunjang keterampilan anak.
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara
nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa :
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

3
2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,
ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
Banyak lembaga paud yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang
lengkap dalam mendirikan suatu lembaga PAUD. Sarana prasarana adalah
salah satu bagian input, sedangkan input merupakan salah satu subsistem.
Sarana prasarana sangat perlu dilaksanakan untuk menunjang keterampilan
anak. Selain sarana prasarana dalam ruang atau indoor, lembaga PAUD juga
harus melengkapi sarana prasarana di ruang terbuka (outdoor atau halaman).
Isinya sama, yakni berbagai fasilitas pembelajaran atau permainan. Hanya
saja, bentuk dan jenisnya lebih bervariasi sesuai dengan kondisi di luar
ruangan yang ada. Jadi, selain memfasilitasi sarana prasarana pada ruang
tertutup atau aula, juga harus disediakan sarana prasarana permainan di ruang
terbuka atau lapangan.
Ruang terbuka juga bisa menjadi wahana empiris terhadap beberapa alat
permainan yang terdapat dalam ruang tertutup. Sekedar contoh, jika di dalam
ruang telah terdapat berbagai gambar bertema, maka di alam terbuka anak
dapat menyaksikan bahkan bersentuhan secara langsung mwrupakan wujud
nyata berbagai lukisan di dalam aulanya. Sehingga anak-anak bisa melihat
secara langsung, menyentuh secara nyata (jika memungkinkan), mendengar
suara aslinya, bahkan mencium aroma berbagai binatang tersebut. Tentu hal
ini mampu meningkatkan fungsi panca indra anak secara maksimal.
Setiap jenjang pendidikan memililiki kriteria minimum sarana dan
prasarana yang berbeda. Masing-masing jenjang ada indikator minimal sarana
dan prasarana apa saja yang wajib ada di jenjang sekolah tersebut, mulai dari
Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama

4
(SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK). Kriteria minimal tersebut
secara rinci sebagai berikut :
Standar Pelayanan Minimal Sarana dan Prasarana Taman Kanak-kanak,
Depdiknas (2003 : 13) : Halaman TK : Memiliki halaman yang cukup luas
untuk ruang gerak dan bermain anak didik. Halaman bermain sangat penting
bagi anak TK karena pada dasarnya anak TK senang bermain.
Dalam kesehariannya dunia anak akrab dengan segala bentuk permainan
dan cara bermain sesuai dengan kondisi lingkungannya masing-masing. Daya
tarik halamann atau ruang terbuka bagi anak adalah perlengkapan berbagai
edukatif yang sangat bervariatif, seperti: menara, bola dunia, bak pasir, roda
berputar, dan lain sebagainya. Secara terperinci beberapa alat permainan
edukatif yang selayaknya tersedia diruang terbuka sebagai berikut:
1. Kursi jungkit yang menyerupai kuda-kudaan.
2. Kolam renang dengan kedalaman 60- 80 cm
3. Papan luncur di sebelah koalm renang yang bentuknya menyerupai gajah
4. Ban mobil bekas yang sudah di cat untuk digelindingkan
5. Titian berbentuk binatang yang beragam
6. Papan jungkit dari kayu
7. Ayunan kursi dan ayunan gantung
8. Bola dunia untuk bermainan memanjat
9. Anyaman tali besar (tampar)
10. Terowongan buatan atau gorong-gorong, dan lain-lain.
Walaupun ruang terbuka sebagai ruang belajar telah dilengkapi dengan
berbagai permaian yang disebutkan di atas, tetapi tetap saja tidak akamampu
mewakili alam terbuka secara luas. Jika ruang terbuka (lapangan) pada
khususnya dan alam bebas pada umumnya hendak dijadikan sebagai sumber
belajar dan area bermain bagi anak, maka syarat yang tidak boleh diabaikan
adalah faktor keamanan. Guru dan orang tua harus bisa menjamin dan
memastika suatu area, baik lapangan atau alam terbuka bebas dari tumbuhan
liar, binatang berbisa, dan benda-benda tajam lainnya, sehingga anak dapat

5
bermain bebas dan sesuka hatinya tanpa ada rasa takut terhadap benda-benda
di alam terbuka tersebut.

C. PROBLEMATIKA METODE PENGAJARAN PAUD


1. Metode Demonstrasi
a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab
tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat
menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk
menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa
kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu
yang banyak.
b. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
c. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di
samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru
yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
2. Metode Ceramah
a. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan
terbatas pada apa yang dikuasai guru.
b. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan
terjadinya verbalisme.
c. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah
sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
d. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa
sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
3. Metode Bermain
Anak usia dini memiliki beberapa karakteristik, yaitu : senang
bermain, egosentris, cara berpikir memusat (centralized), berpikir tak
dapat balik (irreversible), dan berpikir terarah statis. Bermain merupakan

6
inti kegiatan di TK. Bermain merupakan wadah bagi anak untuk
merasakan berbagi pengalaman emosional seperti senang, sedih, bergairah,
kecewa, bangga, dan marah.
4. Metode Problem Solving
a. menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan
tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan
dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sanagat memerlukan
kemmpuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru
bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA,
dan PT saja. Padahal untuk siswa SD sederajat bjuga bias dilakukan
dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf
kemampuan berfikir anak.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil
waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir
memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-
kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan
tersendiri bagi siswa.
5. Metode Proyek
a. Memerlukan keahlian khusus dari guru.
b. Harus memilih topic yang pas, fasilitas yang cukup dan sumber yang
diperlukan.
c. Sering mengaburkan konsep pokok yang sedang dibahas.
6. Metode Eksperimen
a. Keterbatasan jumlah alat
b. Memerlukan jangka waktu yang lama
c. Lebih sesuai untuk materi tertentu seperti sains dan teknologi
7. Metode Pemberian Tugas
a. Seringkali ada yang mencotek atau dikerjakan oleh orang tua.

7
b. Sulit memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual tiap
murid.

8. Metode Karyawisata
a. Memerlukan persiapan yang matang dan melibatkan banyak pihak.
b. Sering kali unsur wisata lebih dominan daripada unsur pembelajaran.
c. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik
murid di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai