PENDAHULUAN
1
lain, dan (3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman
yang lain (Soli Abimanyu, 1995 : 8-9).
Kesalahan di atas tidak hanya bisa dibebankan kepada siswa saja, tetapi guru-
lah yang pertama bertanggung jawab. Guru kadang-kadang secara sadar atau tidak
menerapkan sifat otoriter, menghindari pernyataan dari siswa, menyampaikan ilmu
pengetahuan secara searah, mengganggap murid sebagai penerima, pencatat, dan
pengingat. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki pemahaman yang memadai
tentang peserta didik yang menjadi sasaran tugasnya. Pemahman ini mencakup
kesiapan, kemampuan, ketidakmampuan, dan latar belakang peserta didik yang semua
itu akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik (Wardani dan
Suparno, 1994).
Bertolak dari permasalahan di atas, guru perlu memberikan respon positif
secara konkret dan objektif yang berupa upaya membangkitkan partisipasi siswa, baik
dalam bentuk kontributif maupun inisiatif. Partisipasi kontributif meliputi keberanian
menyampaikan refleksi kepada guru, baik dalam bentuk menyampaikan pertanyaan,
pendapat, usul, sanggahan, atau jawaban, termasuk partisipasi mengikuti pelajaran
dengan baik, mengerjakan tugas terstruktur di kelas dan di rumah dengan baik.
Sedangkan partisipasi inisiatif, yaitu inisiatif siswa secara spontan dalam mengerjakan
tugas mandiri tanpa terstruktur, inisiatif untuk minta ulangan formatif dan subsumatif
secara lisan, inisiatif mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum dan
akan diajarkan serta inisiatif membuat catatan ringkas dan inisiatif dalam bentuk
lainnya. Jadi, apabila partisipasi kontributif dan inisiatif ditabulasikan akan nampak
sebagai berikut :
Tabel 1. Perbedaan Partisipasi Kontributif dan Inisiatif
Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Menyampaikan pertanyaan, pendapat, Inisatif siswa secara spontan dalam mengerjakan
usul, sanggahan, atau jawaban, termasuk tugas mandiri tanpa terstruktur, inisatif untuk
partisipasi mengikuti pelajaran dengan minta ulangan formatif, dan subsumatif secara
baik, mengerjakan tugas terstruktur di lisan, inisatif mempelajari dan mengerjakan materi
kelas dan di rumah dengan baik, pelajaran yang belum dan akan diajarkan, inisiatif
melakukan demonstrasi, dramatisasi, dll. membuat catatan ringkas, inisiatif bekerja dan
belajar kelopok.
2
Bentuk partisipasi kontributif dan inisiatif akan mampu membentuk siswa
untuk selalu aktif dan kretaif sehingga mereka sadar bahwa ilmu itu hanya bisa
diperoleh melalui usaha keras sekaligus menyadari makna dan arti penting belajar.
Dengan peningkatan partisipasi itu akan mampu mengurangi bentuk
penindasan kepada siswa. Siswa bukan lagi bejana kosong yang siap diisi oleh guru,
juga bukan sebagai celengan yang siap diisi oleh guru, tetapi siswa adalah idividu
yang memiliki kesiapan untuk berpartisipasi dan memiliki inisiatif yang mesti
dibimbing dan dikembangkan secara optimal. Tanpa melibatkan siswa secara utuh
dalam kegiatan belajar mengajara (KBM), maka guru secara tidak langsung membuat
kesenjangan dengan siswa, guru menguasai siswa, dan guru menganggap bodoh
muridnya karena menganggap mereka tidak memiliki pengetahuan apapun.
Menganggap bodoh orang lain inilah suatu ciri ideologi penindasan (Paulo Freire,
dalam Basrowi, dkk, 1997).
Menjadi guru tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran yang akan
disampaikan, tetapi dituntut pula menguasai metodologi pembelajaran, psikologi
perkembangan, psikologi pendidikan, administrasi pendidikan, mampu
mengembangkan potensi dan minat anak, sanggup memotivasi peserta didik untuk
berubah kearah yang positif, dan kompetensi lainnya yang secara praktis dapat
menunjang keberhasilan pendidikan.
Kompetensi guru termasuk guru pemula (dalam hal ini yunior dengan masa
kerja kurang dari 5 tahun), sebagaimana telah ditetapkan oleh Konsorsium Ilmu
Pendidikan hendaknya memiliki 4 kelompok kemampuan, yaitu : (1) kesadaran dan
kemampuan mengembangkan diri sebagai individu warga negara berpendidikan
tinggi, (2) menguasai bidang ilmu sumber bahan ajar, (3) menguasai prinsip-prinsip
dasar kependidikan dan memahami hakikat subjek didik, dan (4) kemampuan
menyusun dan menyelenggarakan program pengajaran dan tugas-tugas keguruan
kependidikan lainnya.
Bertolak dari pernyataan-pernyataan tersebut di atas, guru tidak lagi menjadi
orang yang mengajar, tetapi orang yang mengajar dirinya melalui dialog dengan para
siswa dan pada gilirannya selain dia mengajar juga ia belajar. Guru tidak lagi
3
menerapkan pendidikan konvensional, di mana guru lebih dominan berperan aktif
dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya terbatas siap menerima, mencatat,
menghafal, dan menyimpan tanpa mempunyai daya cipta, inisiatif dan kreatif. Usaha
pendidikan itu akan berhasil manakala guru mampu menempatkan diri sebagai
pengabdi untuk kepentingan humanisasi dengan mencurahkan segala perhatiannya
kepada keaktifan siswa dalam mengikuti pendidikan di kelas maupun di rumah.
Dalam konteks ini, fungsi guru adalah mempermudah siswa untuk belajar,
memberikan kondisi yang kondusif yang mampu menciptakan pembelajaran
bermakna secara signifikan bagi diri siswa. Keingintahuan siswa secara bebas,
keterbukaan, dan segala sesuatunya bisa digali dan dipertanyakan, sehingga potensi
siswa benar-benar tergali dan dapat dikembangkan. Faktor ini akan menjadi salah satu
penunjang meningkatnya kualitas pendidikan, sehingga mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualiltas.
Dilihat lebih mendalam, mutu pendidikan dapat terwujud, jika KBM dapat
berjalan secara efektif yang artinya proses belajar dapat berjalan lancar, terarah, dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kriteria proses belajar mengajar yang efektif
meliputi : (1) mampu mengembangkan konsep generalisasi serta mampu mengubah
bahan ajar yang abstrak menjadi jelas dan nyata, (2) mampu melayani gaya belajar
dan kecepatan belajar peserta didik yang berbeda-beda, (3) mampu melayani
perkembangan belajar peserta didik yang berbeda-beda, dan (4) melibatkan peserta
didik secara aktif dalam pengajaran sehingga proses belajar mengajar mampu
mencapai tujuan sesuai dengan program yang telah ditetapkan (Tabrani Rusyan,
1969).
Tuntutan di atas sejalan dengan program Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang saat ini dipakai dalam sistem pendidikan nasional. Di dalamnya antara
lain menekankan agar pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menerapkan
prinsip belajar aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara fisik, mental
(pemikiran dan perasaan), dan sosial serta sesuai dengan tingkat perkembangannya
secara sistematis.
4
Kenyataan itulah yang kemudian menuntut semua guru agar mengembangkan
model, pola dan sistem pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum berbasis
kompetensi. Maka dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan salah satu model
pembelajaran dengan sistem “Student Teams Achievement Devision (STAD).”
1.2. Masalah
1.2.1 Permasalahan
Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas ditemukan siswa berperilaku
belajar kurang baik, seperti tidak mengerjakan tugas dengan baik (baik tugas yang
dikerjakan di kelas maupun yang ditugaskan di rumah (PR)), rendahnya semangat
belajar (antara lain ditunjukkan dengan takut mengemukakan pendapat, pertanyaan,
ide, maupun saran dan sebagainya), kurang inisiatif untuk menyelesaikan masalah,
dan siswa yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan di depan kelas.
Adanya perilaku belajar yang muncul seperti dijelaskan di atas, mungkin
muncul akibat pembelajaran hanya dilakukan secara monoton oleh guru yang
bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar dan bertindak sebagai pemimpin
otoriter. Bila hal ini tetap berlangsung, maka guru dihadapkan kepada kesulitan untuk
membina dan meningkatkan motivasi belajar siswa, mengingat tugas yang mestinya
diselesaikan secara bersama-sama dengan melibatkan siswa, ternyata hanya dilakukan
sepihak.
5
Rendahnya partisipasi siswa.
6
1.4. Manfaat Kegiatan
7
BAB II
Instrumen yang disiapkan dalam penelitian ini antara lain berupa rencana
8
Siswa mencari nama-nama Rosulullah
Siswa menyebutkan nama-nama Rosul Allah
Kelompok siswa menyusun nama-nama Rosul Allah sesuai urutan
lahirnya
Masing-masing kelompok menghafal 10 nama Rosul Allah secara
acak.
Menguatan pemahaman dengan mendengarkan penjelasan dari guru.
c. Kegiatan penutup
Menumpulkan materi pelajaran tentang iman kepada Rosul Allah dengan
mengenal nama-namanya.
d. Metode : Student Team Achievement Devision
e. Media dan Sumber : Buku PAI Kelas 5 Halaman .... Karangan: ........
f. Evaluasi dan Penilaian:
Test Lisan
Test tertulis
Alat tes
A. Soal Pree test / Post Tes tertulis
Jawab pertanyaan berikut ini :
1. Rukun iman yang ke-4 itu iman kepada siapa?
2. Tulis 10 nama Rosul Allah yang wajib diketahui!
3. Siapa Rosul Allah yang pertama?
4. Siapa nama Rosul Allah yang hidup pada zaman raja Namruz ?
5. Siapa nama Rosul Allah yang mempunyai mu’jizat dapat membelah
lautan?
6. Kepada siapa kitab injil diturunkan?
7. Siapakah Rosul Allah yang sangat penyabar?
8. Siapakah Rosul Allah yang pernah dibuang ke sumur oleh saudaranya?
9. Siapakan Rosul Allah yang mempunyai mujizat mengerti bahasa binatang?
10. Salah satu ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang Rosul Allah adalah
surat ... ayat ...
B. Kunci Jawaban
1. Iman kepada Rosulullah 6. Nabi Isa
2. Nabi Adam s.d Nabi 7. Nabi Ayub
Muhammad saw. 8. Nabi Yusuf
3. Nabi Adam 9. Nabi Sulaiman
4. Nabi Ibrahim 10. Quran surat .... ayat .....
5. Nabi Musa
9
2.1.2. Pedoman Wawancara
2.1.3. Angket
IDENTITAS DIRI
Nama SD tempat bekerja : ………………………………………
Jenis kelamin : ………………………………………
Pendidikan terakhir : ………………………………………
Pengalaman mengajar di SLTP : ………………………………………
Pengalaman mengajar di kelas II : ………………………………………
Jenis pelatihan yang pernah diikuti : ………………………………………
Sekolah : ………………………………………………………
Kelas : ………………………………………………………
Topik Pengajaran : ………………………………………………………
Hari/Tanggal/Jam : ………………………………………………………
1. Kemampuan guru mencari perumusan
a. Kesesuaian dengan topik/pokok bahasan
b. Bersifat problematik
c. Dapat dicerna oleh siswa
d. Menarik minat siswa
Sekolah : …………………………………………………………
Kelas : …………………………………………………………
Topik pengajaran : …………………………………………………………
Hari/Tanggal : …………………………………………………………
1. Respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD)
a. Dapat dipahami
b. Menarik minat
c. Dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran
Panumbangan Kabupaten Ciamis. Siswa di kelas ini sebanyak 24 orang, terdiri dari
data, dan metode penelitian, kemudian ditetapkan teknik pengumpulan data dan uji
Jenis data yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif yang berkaitan
dengan upaya guru agama untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui
a. Lokasi Penelitian
b. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah umpan balik dari siswa kelas
5 SDN Tanjungmulya 3 Kabupaten Ciamis berupa nilai yang diperoleh oleh mereka
setelah mengikuti pembelajaran PAI melalui metode STAD, Kepala Sekolah dan
(informasi berantai) Sebagai pelengkap sumber data dalam penelitian ini adalah
a. Metode Penelitian
yaitu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi secara
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
Teknik Observasi
Observasi yang dilakukan yaitu observasi partisipasi aktif yang bertujuan untuk
informasi dan data yang berkaitan dengan lokasi penelitian yang dikumpulkan.
Teknik ini juga dimaksudkan untuk mengamati perubahan sikap belajar siswa di
lokasi penelitian seperti sarana dan prasarana proses belajar mengajar dan data
untuk keperluan pengumpulan data ditentukan key informan yaitu kepala sekolah
dan diikuti snow ball proses dan melalui wawancara dimaksudkan untuk
Teknik ini digunakan untuk mengetahui data tertulis tentang SDN Tanjungmulya
3 Kec. Panumbangan Kab. Ciamis, seperti jumlah siswa, jumlah guru, nilai hasil
belajar PAI dan setiap data penting yang berhubungan dengan penelitian ini, baik
Analisis data dilakukan dengan cara unitisasi data, kategorisasi data dan
Unitisasi adalah pemrosesan satuan data. Yang dimaksud satuan data adalah
bagian kecil yang mengandung makna bulat dan dapat berdiri sendiri terlepas dari
bagian yang lain. Dalam data ini terdapat langkah-langkah yang dilakukan, yaitu :
Mereduksi data, maksudnya memilih data dari berbagai sumber yang berisi atau
Kode-kode dapat berupa penandaan sumber asal satuan seperti catatan lapangan,
b. Kategorisasi data
satuan dengan cara membaca satuan yang sama. Jika tidak sama, maka disusun
Membuat koding, maksudnya memberikan nama atau judul terhadap satuan yang
c. Penafsiran data
organisasional yang telah ada dalam satuan disiplin (Moleong, 2002 : 197).
Dalam tataran teknisnya, penafsiran masing-masing item data dilakukan
dengan prosentase setelah terlebih dahulu dilakukan uji keabsahan data, yakni
dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan
untuk memperdalam dan mengarahkan data serta mengarahkan focus. Hal ini
proses belajar mengajar dan mencatat serta merekam hal-hal yang berhubungan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data. Dalam hal ini dilakukan dengan cara
pengecekan hasil wawancara dan pengamatan kepada sumber yang berbeda serta
ini.
Pemeriksaan teman sejawat yang dilakukan dengan cara diskusi dengan teman
data hasil penelitian kepada sumber (pihak sekolah) guna menyamakan persepsi
menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui lebih dalam dan jelas tentang masalah yang diteliti di
kepada Kepala SDN Tanjungmulya 3 Kec. Panumbangan Kab. Ciamis dan guru-
guru, serta mencari informasi dari sumber lain, seperti buku-buku dan majalah.
Melaporkan hasil penelitian secara teliti dan cermat, berdasar dari ketekunan
orang lain, pemeriksaan teman sejawat, dan mencukupi referensi agar proses
keteralihan informasi bagi pembaca tercapai, dengan wujud memahami hasil
penelitian.
Audit kepastian yaitu interpretasi yang diperoleh dengan cara dirundingkan dan
disepakati bersama oleh pihak peneliti dan pihak subjek yang diteliti dan
dibuktikan dengan data yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dari pihak
sekolah.
dicapai pada pembelajaran sebelumnya, hal ini meliputi perbaikan pada perencanaan
digunakan sebelumnya.
disusun sebagai hasil perbaikan dari program pembelajaran yang lalu, dengan
penekanan pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan mengubah
dan siswa tentang metode tersebut serta aktivitas dan hasil belajar siswa. Secara
Tahap persiapan
termasuk lembar kerja siswa (LKS), soal kuis dan metode pengajaran.
Pembagian kelompok diatur berdasarkan skor awal masing-masing kelompok
terdiri dari 4-6 orang siswa dengan prestasi bervariasi, jenis kelamin dan tingkat
anggota untuk menguasai materi dan mempersiapkan kuis serta setiap anggota
hendaknya berusaha untuk memperoleh nilai yang baik karena prestasi individu
siswa tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan prasarat yang harus dimiliki.
dalam kelompok.
yang diberikan guru berupa lembar kerja siswa (LKS). Dalam kegiatan
kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas kelompoknya. Peran guru dalam tahap ini sebagai
Setelah materi dipelajari dan dibahas secara berkelompok, siswa diberikan tes
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah
dicapainya. Pada penelitian ini, tes individu dilaksanakan setelah dua kali
serta memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki nilai tertinggi. Hal
ini akan membuat hubungan antara hasil pelaksanaan pekerjaan yang baik
dihitung berdasarkan selisih perolehan tes sebelumnya (skor awal) dengan tes
akhir. Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama
Tabel 3.2.
Pemberian Skor Perkembangan Individu
Skor Tes Nilai Perkembangan
Lebih dari 1,0 poin di bawah skor 0,5
awal 1,0
1,0 poin hingga 0 poin di bawah 2,0
skor awal 3,0
skor awal sampai 1,0 poin di 3,0
atasnya
lebih dari 1,0 poin di atas skor
awal
nilai sempurna
Tahap penghargaan kelompok
yaitu :
Team.
Team.
Team.
Tabel 3.3
SL SL
No. Nama Siswa KA P1 SL P2 P3
2-0 2-1 3-0 3-1 3-2
1 Agus Hendra 6,6 7,0 0,4 7,4 0,8 0,4 7,6 1,0 0,6 0,2
2 Anri Yanto 6,4 7,0 0,6 7,2 0,8 0,2 7,6 1,2 0,6 0,4
3 Angga Mulyadi 3,8 5,0 1,2 5,4 1,6 0,4 6,4 2,6 1,4 1,0
4 Candra Herdiana 4,8 5,4 0,6 6,0 1,2 0,6 7,0 2,2 1,6 1,0
5 Desi Sri Asih 7,6 8,2 0,6 8,6 1,0 0,4 9,0 1,4 0,8 0,4
6 Dian Hermawan 5,6 6,6 1,0 7,0 1,4 0,4 7,4 1,8 0,8 0,4
7 Dian Heryani 7,6 7,2 -0,4 7,0 -0,6 -0,2 7,6 0,0 0,4 0,6
8 Dini Wardini 6,2 6,6 0,4 7,0 0,8 0,4 7,2 1,0 0,6 0,2
9 Elsa Purwanti 7,8 7,8 0,0 8,0 0,2 0,2 9,0 1,2 1,2 1,0
10 Ernawati 6,6 7,0 0,4 7,4 0,8 0,4 8,0 1,4 1,0 0,6
11 Panji Megia P 6,8 7,4 0,6 7,2 0,4 -0,2 7,8 1,0 0,4 0,6
12 Helmi Hermana 7,8 8,4 0,6 8,6 0,8 0,2 9,0 1,2 0,6 0,4
13 Indah Insani 6,6 7,4 0,8 7,8 1,2 0,4 8,2 1,6 0,8 0,4
14 Meli Amelia 6,8 7,4 0,6 7,6 0,8 0,2 8,0 1,2 0,6 0,4
15 Mela Agustina 7,8 8,4 0,6 8,8 1,0 0,4 9,2 1,4 0,8 0,4
16 Moh. Dikriyan 6,0 6,0 0,0 6,4 0,4 0,4 7,0 1,0 1,0 0,6
17 Randi Ridwan 6,4 6,2 -0,2 6,6 0,2 0,4 7,0 0,6 0,8 0,4
18 Rista Kemala 5,6 6,4 0,8 6,8 1,2 0,4 6,6 1,0 0,2 -0,2
19 Widia 5,4 6,2 0,8 6,0 0,6 -0,2 6,4 1,0 0,2 0,4
20 Winda 6,2 6,4 0,2 6,4 0,2 0,0 7,0 0,8 0,6 0,6
21 Yunita 6,4 6,8 0,4 6,4 0,0 -0,4 7,0 0,6 0,2 0,6
22 Tanti Saripah 5,6 6,6 1,0 6,8 1,2 0,2 7,0 1,4 0,4 0,2
23 Tedi 6,4 6,4 0,0 6,2 -0,2 -0,2 7,0 0,6 0,6 0,8
24 Amri 5,8 6,2 0,4 6,0 0,2 -0,2 6,0 0,2 -0,2 0,0
Jumlah 152,6 164,0 168,6 180,0
Rata-rata 6,4 6,8 7,0 7,5
Standar Deviasi 0,978 0,858 0,891 0,887
Keterangan:
KA = keadaan awal
P = putaran
SL = selisih
3.4. Penafsiran
91,77%. Dari keadaan awal ke putaran dua, kondisi prosentasenya masih sama,
tetapi orangnya berbeda dan tingkat kenaikan angka lebih besar. Sedangkan dari
putaran satu ke putaran kedua terjadi penurunan nilai, yakni 6 orang (25%) dari 24
orang. Kemudian dari keadaan awal ke putaran ketiga 100% meningkat dengan
peningkatan yang bervariasi antara 0,2 sampai dengan 2,6. Dari putaran satu ke
meningkat. Demikian dari putaran 2 ke putaran 3 ada 1 orang siswa yang mengalami
Perkembangan individu secara umum terjadi pada setiap putaran. Dalam hal
ini dilihat dari keadaan awal ke putaran ketiga dengan tingkat perkembangan sebagai
atas 2 dari skor awal); 41.67% mengalami perkembangan 3 (nilai perubahan di atas
1 dari nilai awal), dan 50% lainnya mengalami peningkatan perkembangan 2 (nilai
META ANALISIS
Tabel 4.1
Perkembangan Kelompok 1
No Nama KA P1 P2 P3
1 Mela Agustina 7,8 8,4 8,8 9,2
2 Meli Amelia 6,8 7,4 7,6 8,0
3 Panji Megia Pasha 6,8 7,4 7,2 7,8
4 Dini Wardini 6,2 6,6 7,0 7,2
5 Yunita 6,4 6,8 6,4 7,0
6 Amri 5,8 6,2 6,0 6,0
Jumlah 39,8 42,8 43,0 45,2
Rata-rata 6,6 7,1 7,2 7,5
Grafik 1
Perkembangan Kelompok 1
PERKEMBANGAN KELOMPOK 1
10,0
8,0 Series1
6,0 Series2
4,0 Series3
2,0 Series4
0,0
1 2 3 4 5 6
Dilihat dari tabel dan grafik di atas nampak ada perkembangan yang berarti
dari kelompok satu. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan dari nilai rata-rata
awal dengan nilai rata-rata putaran 3 yang mencapai peningkatan 1,4. Jadi
penggunaan metode STAD menunjang terhadap pekembangan individu dan
Tabel 4.2
Perkembangan Kelompok 2
No. Nama KA P1 P2 P3
1 Desi Sri Asih 7,6 8,2 8,6 9,0
2 Agus Hendra 6,6 7,0 7,4 7,6
3 Dian Hermawan 5,6 6,6 7,0 7,4
4 Randi Ridwan 6,4 6,2 6,6 7,0
5 Tanti Saripah 5,6 6,6 6,8 7,0
6 Rista Kemala 5,6 6,4 6,8 6,6
Jumlah 37,4 41,0 43,2 44,6
Rata-rata 6,2 6,8 7,2 7,4
Grafik 2
Perkembangan Kelompok 2
Perkembangan Kelompok 2
10,0
8,0 Series1
6,0 Series2
4,0 Series3
2,0 Series4
0,0
1 2 3 4 5 6
Dilihat dari tabel dan grafik di atas nampak ada perkembangan yang berarti
dari kelompok dua. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan dari nilai rata-rata
awal dengan nilai rata-rata putaran 3 yang mencapai peningkatan 1,2. Jadi
No Nama KA P1 P2 P3
1 Elsa Purwanti 7,8 7,8 8,0 9,0
2 Anri Yanto 6,4 7,0 7,2 7,6
3 Candra Herdiana 4,8 5,4 6,0 7,0
4 Mohamad Dikriyan 6,0 6,0 6,4 7,0
5 Tedi 6,4 6,4 6,2 7,0
6 Angga Mulyadi 3,8 5,0 5,4 6,4
Jumlah 35,2 37,6 39,2 44,0
Rata-rata 5,9 6,3 6,5 7,3
Grafik 3
Perkembangan Kelompok 3
perkembangan kelompok 3
10,0
8,0 Series1
6,0 Series2
4,0 Series3
2,0 Series4
0,0
1 2 3 4 5 6
Dengan memperhatikan data pada tabel 3 dan grafik 3 diketahui bahwa rata-
rata keadaan kelompok meningkat pada setiap putaran. Dengan perubahan rata-rata-
rata kelompok dari 5,9 menjadi 7,3 berarti mengalami kenaikan sebesar 1,4. Hal ini
mengandung arti adanya perubahan yang signifikan dari penggunaan metode STAD
Perkembangan Kelompok 4
Grafik 4
Perkembangan Kelompok 4
Perkembangan Kelompok 4
10,0
8,0 Series1
6,0 Series2
4,0 Series3
2,0 Series4
0,0
1 2 3 4 5 6
Dengan memperhatikan data pada tabel 3 dan grafik 3 diketahui bahwa rata-
rata keadaan kelompok meningkat pada setiap putaran. Dengan perubahan rata-rata-
rata kelompok dari 6,7 menjadi 7,7 berarti mengalami kenaikan sebesar 1,0. Hal ini
mengandung arti adanya perubahan yang signifikan dari penggunaan metode STAD
5.1. Kesimpulan
penyampaian.
5.1.3. Dari hasil uji coba yang dilaksanakan, diketahui bahwa kemampunan guru
lebih kreatif, dan tidak hanya memokuskan pada lembar kerja siswa saja.
Hasil belajar siswa, dengan membandingkan hasil pree test dan postes
ternyata perbedaannya signifikan pada setiap uji coba. Begitu pula rata-rata
hasil belajar siswa setiap uji coba terus mengalami kenaikan. Disamping itu,
5.1.4. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, lembar observasi pada saat
proses pembelajaran dan hasil angket pada guru dan siswa, ternyata model
ini baik dan cukup diminati siswa. Guru dan siswa pada umumnya sangat
5.2. Rekomendasi
dalam pembelajaran secara lebih akurat dan mencapai hasil yang optimal.
berbagai alternatif kegiatan belajar, sehingga peran guru dalam proses pembelajaran
pun akan selalu berubah sesuai dengan jenis dan karakteristik materi pembelajaran.
Untuk meningkatkan peran guru sebagaimana yang dituntut, maka guru sebaiknya
terus berusaha mengembangkan profesionalisme baik melalui pendidikan formal
sekolahnya masing-masing.
jenjang S I bagi guru yang masih berpendidikan D2 atau D3, atau pendidikan
hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dalam
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan topik dan metodologi yang sama
dengan melibatkan variabel yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan sentuhan yang lebih luas kepada guru-guru PAI tentang model
pembelajaran yang lebih dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa sehingga
kualitas proses dan hasil pembelajaran PAI dapat lebih meningkat lagi di masa-masa
DAFTAR PUSTAKA
Mastuhu. 1994. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad
21. Yogyakarta: Safiri Press.
___________, 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos, Jakarta.
Meleong, Lexy J., 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif, Rajawali, Jakarta.
M. Ngalim Poerwanto, 1985. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung:
Remaja Karya.
Soelaeman, M.I., 1985. Menjadi Guru. Bandung: Dipanegoro,.
__________. 2000. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Cet. Ke- 5. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 1998. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia.