Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Banyak kalangan pelajar menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak


menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada
suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang
dihadapi di meja belajar. Kegiatan itu hampir selalu dirasakan sebagai beban daripada
upaya aktif untuk memperdalam ilmu.
Mereka tidak menemukan kesadaran untuk mengerjakan seluruh tugas-tugas
sekolah. Banyak di antara siswa yang menganggap, mengikuti pelajaran tidak lebih
sekedar rutinitas untuk mengisi daftar absensi, mencari nilai, melewati jalan yang
harus ditempuh, dan tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan ataupun
mengasah keterampilan.
Menurunnya gairah belajar, selain disebabkan oleh ketidaktepatan
metodologis, juga berakar pada paradigma pendidikan konvesional yang selalu
menggunakan metode pengajaran klasikal dan ceramah, tanpa pernah diselingi
berbagai metode yang menantang untuk berusaha. Termasuk adanya penyekatan
ruang struktural yang begitu tinggi antara guru dan siswa.
Peristiwa yang menonjol ialah siswa kurang berpartisipasi, kurang terlibat,
dan tidak punya inisiatif serta kontributif baik secara intelektual maupun emosional.
Pertanyaan dari siswa, gagasan, ataupun pendapat jarang muncul. Kalaupun ada
pendapat yang muncul jarang diikuti oleh gagasan lain sebagai respon.
Dalam kondisi seperti ini maka diperlukan adanya inovasi dan kreativitas guru
untuk mengembangkan system pembelajaran yang konvensional kepada system
pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan aktivitas serta motivasi belajar
siswa.
Setidaknya ada 3 faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam PBM,
yakni : (1) siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri,
(2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang

1
lain, dan (3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman
yang lain (Soli Abimanyu, 1995 : 8-9).
Kesalahan di atas tidak hanya bisa dibebankan kepada siswa saja, tetapi guru-
lah yang pertama bertanggung jawab. Guru kadang-kadang secara sadar atau tidak
menerapkan sifat otoriter, menghindari pernyataan dari siswa, menyampaikan ilmu
pengetahuan secara searah, mengganggap murid sebagai penerima, pencatat, dan
pengingat. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki pemahaman yang memadai
tentang peserta didik yang menjadi sasaran tugasnya. Pemahman ini mencakup
kesiapan, kemampuan, ketidakmampuan, dan latar belakang peserta didik yang semua
itu akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik (Wardani dan
Suparno, 1994).
Bertolak dari permasalahan di atas, guru perlu memberikan respon positif
secara konkret dan objektif yang berupa upaya membangkitkan partisipasi siswa, baik
dalam bentuk kontributif maupun inisiatif. Partisipasi kontributif meliputi keberanian
menyampaikan refleksi kepada guru, baik dalam bentuk menyampaikan pertanyaan,
pendapat, usul, sanggahan, atau jawaban, termasuk partisipasi mengikuti pelajaran
dengan baik, mengerjakan tugas terstruktur di kelas dan di rumah dengan baik.
Sedangkan partisipasi inisiatif, yaitu inisiatif siswa secara spontan dalam mengerjakan
tugas mandiri tanpa terstruktur, inisiatif untuk minta ulangan formatif dan subsumatif
secara lisan, inisiatif mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum dan
akan diajarkan serta inisiatif membuat catatan ringkas dan inisiatif dalam bentuk
lainnya. Jadi, apabila partisipasi kontributif dan inisiatif ditabulasikan akan nampak
sebagai berikut :
Tabel 1. Perbedaan Partisipasi Kontributif dan Inisiatif
Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
Menyampaikan pertanyaan, pendapat, Inisatif siswa secara spontan dalam mengerjakan
usul, sanggahan, atau jawaban, termasuk tugas mandiri tanpa terstruktur, inisatif untuk
partisipasi mengikuti pelajaran dengan minta ulangan formatif, dan subsumatif secara
baik, mengerjakan tugas terstruktur di lisan, inisatif mempelajari dan mengerjakan materi
kelas dan di rumah dengan baik, pelajaran yang belum dan akan diajarkan, inisiatif
melakukan demonstrasi, dramatisasi, dll. membuat catatan ringkas, inisiatif bekerja dan
belajar kelopok.

2
Bentuk partisipasi kontributif dan inisiatif akan mampu membentuk siswa
untuk selalu aktif dan kretaif sehingga mereka sadar bahwa ilmu itu hanya bisa
diperoleh melalui usaha keras sekaligus menyadari makna dan arti penting belajar.
Dengan peningkatan partisipasi itu akan mampu mengurangi bentuk
penindasan kepada siswa. Siswa bukan lagi bejana kosong yang siap diisi oleh guru,
juga bukan sebagai celengan yang siap diisi oleh guru, tetapi siswa adalah idividu
yang memiliki kesiapan untuk berpartisipasi dan memiliki inisiatif yang mesti
dibimbing dan dikembangkan secara optimal. Tanpa melibatkan siswa secara utuh
dalam kegiatan belajar mengajara (KBM), maka guru secara tidak langsung membuat
kesenjangan dengan siswa, guru menguasai siswa, dan guru menganggap bodoh
muridnya karena menganggap mereka tidak memiliki pengetahuan apapun.
Menganggap bodoh orang lain inilah suatu ciri ideologi penindasan (Paulo Freire,
dalam Basrowi, dkk, 1997).
Menjadi guru tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran yang akan
disampaikan, tetapi dituntut pula menguasai metodologi pembelajaran, psikologi
perkembangan, psikologi pendidikan, administrasi pendidikan, mampu
mengembangkan potensi dan minat anak, sanggup memotivasi peserta didik untuk
berubah kearah yang positif, dan kompetensi lainnya yang secara praktis dapat
menunjang keberhasilan pendidikan.
Kompetensi guru termasuk guru pemula (dalam hal ini yunior dengan masa
kerja kurang dari 5 tahun), sebagaimana telah ditetapkan oleh Konsorsium Ilmu
Pendidikan hendaknya memiliki 4 kelompok kemampuan, yaitu : (1) kesadaran dan
kemampuan mengembangkan diri sebagai individu warga negara berpendidikan
tinggi, (2) menguasai bidang ilmu sumber bahan ajar, (3) menguasai prinsip-prinsip
dasar kependidikan dan memahami hakikat subjek didik, dan (4) kemampuan
menyusun dan menyelenggarakan program pengajaran dan tugas-tugas keguruan
kependidikan lainnya.
Bertolak dari pernyataan-pernyataan tersebut di atas, guru tidak lagi menjadi
orang yang mengajar, tetapi orang yang mengajar dirinya melalui dialog dengan para
siswa dan pada gilirannya selain dia mengajar juga ia belajar. Guru tidak lagi

3
menerapkan pendidikan konvensional, di mana guru lebih dominan berperan aktif
dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya terbatas siap menerima, mencatat,
menghafal, dan menyimpan tanpa mempunyai daya cipta, inisiatif dan kreatif. Usaha
pendidikan itu akan berhasil manakala guru mampu menempatkan diri sebagai
pengabdi untuk kepentingan humanisasi dengan mencurahkan segala perhatiannya
kepada keaktifan siswa dalam mengikuti pendidikan di kelas maupun di rumah.
Dalam konteks ini, fungsi guru adalah mempermudah siswa untuk belajar,
memberikan kondisi yang kondusif yang mampu menciptakan pembelajaran
bermakna secara signifikan bagi diri siswa. Keingintahuan siswa secara bebas,
keterbukaan, dan segala sesuatunya bisa digali dan dipertanyakan, sehingga potensi
siswa benar-benar tergali dan dapat dikembangkan. Faktor ini akan menjadi salah satu
penunjang meningkatnya kualitas pendidikan, sehingga mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualiltas.
Dilihat lebih mendalam, mutu pendidikan dapat terwujud, jika KBM dapat
berjalan secara efektif yang artinya proses belajar dapat berjalan lancar, terarah, dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kriteria proses belajar mengajar yang efektif
meliputi : (1) mampu mengembangkan konsep generalisasi serta mampu mengubah
bahan ajar yang abstrak menjadi jelas dan nyata, (2) mampu melayani gaya belajar
dan kecepatan belajar peserta didik yang berbeda-beda, (3) mampu melayani
perkembangan belajar peserta didik yang berbeda-beda, dan (4) melibatkan peserta
didik secara aktif dalam pengajaran sehingga proses belajar mengajar mampu
mencapai tujuan sesuai dengan program yang telah ditetapkan (Tabrani Rusyan,
1969).
Tuntutan di atas sejalan dengan program Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang saat ini dipakai dalam sistem pendidikan nasional. Di dalamnya antara
lain menekankan agar pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menerapkan
prinsip belajar aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara fisik, mental
(pemikiran dan perasaan), dan sosial serta sesuai dengan tingkat perkembangannya
secara sistematis.

4
Kenyataan itulah yang kemudian menuntut semua guru agar mengembangkan
model, pola dan sistem pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum berbasis
kompetensi. Maka dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan salah satu model
pembelajaran dengan sistem “Student Teams Achievement Devision (STAD).”

1.2. Masalah

1.2.1 Permasalahan
Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas ditemukan siswa berperilaku
belajar kurang baik, seperti tidak mengerjakan tugas dengan baik (baik tugas yang
dikerjakan di kelas maupun yang ditugaskan di rumah (PR)), rendahnya semangat
belajar (antara lain ditunjukkan dengan takut mengemukakan pendapat, pertanyaan,
ide, maupun saran dan sebagainya), kurang inisiatif untuk menyelesaikan masalah,
dan siswa yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan di depan kelas.
Adanya perilaku belajar yang muncul seperti dijelaskan di atas, mungkin
muncul akibat pembelajaran hanya dilakukan secara monoton oleh guru yang
bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar dan bertindak sebagai pemimpin
otoriter. Bila hal ini tetap berlangsung, maka guru dihadapkan kepada kesulitan untuk
membina dan meningkatkan motivasi belajar siswa, mengingat tugas yang mestinya
diselesaikan secara bersama-sama dengan melibatkan siswa, ternyata hanya dilakukan
sepihak.

1.2.2 Identifikasi Masalah


Dari paparan di atas nampak jelas yang menjadi permasalahan dalam
pelakasanakan pembelajaran dapat diidentifikasi sebagai berikut:
 Proses belajar mengajar di kelas masih berjalan monoton,
 Belum ditemukan strategi, model, system pembelajaran yang tepat,
 Belum ada kolaborasi yang serasi antara guru dan siswa dalam
pembelajaran
 Metode yang digunakan bersifat konvensional,
 Rendahnya kualitas pembelajaran, dan

5
 Rendahnya partisipasi siswa.

1.2.3 Batasan Masalah


Permasalahan yang teridentifikasi cukup banyak, sedangkan pemaparan dalam
makalah ini hanya ditujukan untuk menjelaskan penggunaan metode STAD dalam
pembelajaran, oleh sebab itu permasalahan yang dipaparkan dibatasi pada :
 Bagaimana menggunakan sistem STAD agar dapat meningkatkan
pertisipasi siswa dalam proses belajar mengajar?
 Apakah penggunaan sistem STAD mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran?

1.3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas dengan Sistem STAD

Penelitian ini bertujuan agar:


1.3.1. Guru dapat meningkatkan strategi pembelajaran,
1.3.2. Siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk
menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan.
1.3.3. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
1.3.4. Siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran, maupun mempelajari
materi pelajaran meskipun belum diajarkan.
1.3.5. Siswa lebih berani dan tidak canggung-canggung lagi mengungkapkan
pendapat baik kepada kelompok maupun kepada seluruh siswa sehingga siswa
lebih sukan ulangan secara lisan daripada tertulis.
1.3.6. Guru dapat meningkatkan hasil PBM.
1.3.7. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu
mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok
1.3.8. Seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas karena selain diajar
oleh guru tetapi juga diberi masukan dan bimbingan dari teman satu
kelompoknya.

6
1.4. Manfaat Kegiatan

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik manfaat ilmiah maupun


manfaat praktis dalam proses belajar mengajar. Manfaat ilmiah dari penelitian ini
antara lain memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan ilmu pendidikan,
khususnya dalam penerapan metode STAD (Student Team Achievement Devision).
Adapun kegunaan praktisnya antara lain:
1.4.1. Proses belajar mengajar di kelas tidak lagi berjalan secara monoton,
1.4.2. Ditemukan strategi pemebelajaran yang tepat,
1.4.3. Metode yang digunakan tidak lagi konvensional, akan tetapi lebih bersifat
variatif,
1.4.4. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri, kelompok, baik yang
terstuktur maupun yang menjadi meningkat.
1.4.5. Kualitas pembelajaran meningkat.
1.4.6. Prestasi siswa meningkat.
1.4.7. Keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat, ide, pertanyaan, dan saran
meningkat.

7
BAB II

PROSEDUR LAPORAN PTK

2.1. Menyiapkan Instrument

Instrumen yang disiapkan dalam penelitian ini antara lain berupa rencana

pembelajaran, pedoman observasi, dan pedoman wawancara.

2.1.1. Rencana Pembelajaran

Mata Pelajaran : PAI


Hari/Tgl. :
Materi Pokok : Iman Kepada Rosul Allah
Kelas/Semester : 5/II
Waktu : 4 x 40 menit
Kompetensi Dasar : Beriman Kepada Rosul Allah
Indikator :
 Menyebutkan Nama-nama Rosul Allah
 Membedakan istilah Rosul dan Nabi Allah
 Menyebtukan mu’jizat Rosul Allah
 Menyebutkan Rosul yang termasuk Ulul Azmi
 Mencari ayat yang berhubungan dengan Rosul
Allah
Tujuan :
 Siswa mengetahui tentang nama-nama Rosul Allah
 Siswa dapat membedakan istilah Rosul dan Nabi
Allah
 Siswa dapat menyebutkan Mu’jizat Rosul Allah
 Siswa dapat menyebutkan Rosul yang termasuk
Ulul Azmi
 Siswa mampu mencari dan menunjukkan ayat yang
berhubungan dengan Rosul Allah
Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan awal
 Berdoa
 Apersepsi
 Pree test
 Mengelompokkan siswa
 Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran di kelas

b. Kegiatan Inti pertemuan ke I

8
 Siswa mencari nama-nama Rosulullah
 Siswa menyebutkan nama-nama Rosul Allah
 Kelompok siswa menyusun nama-nama Rosul Allah sesuai urutan
lahirnya
 Masing-masing kelompok menghafal 10 nama Rosul Allah secara
acak.
 Menguatan pemahaman dengan mendengarkan penjelasan dari guru.

c. Kegiatan penutup
Menumpulkan materi pelajaran tentang iman kepada Rosul Allah dengan
mengenal nama-namanya.
d. Metode : Student Team Achievement Devision
e. Media dan Sumber : Buku PAI Kelas 5 Halaman .... Karangan: ........
f. Evaluasi dan Penilaian:
 Test Lisan
 Test tertulis

Alat tes
A. Soal Pree test / Post Tes tertulis
Jawab pertanyaan berikut ini :
1. Rukun iman yang ke-4 itu iman kepada siapa?
2. Tulis 10 nama Rosul Allah yang wajib diketahui!
3. Siapa Rosul Allah yang pertama?
4. Siapa nama Rosul Allah yang hidup pada zaman raja Namruz ?
5. Siapa nama Rosul Allah yang mempunyai mu’jizat dapat membelah
lautan?
6. Kepada siapa kitab injil diturunkan?
7. Siapakah Rosul Allah yang sangat penyabar?
8. Siapakah Rosul Allah yang pernah dibuang ke sumur oleh saudaranya?
9. Siapakan Rosul Allah yang mempunyai mujizat mengerti bahasa binatang?
10. Salah satu ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang Rosul Allah adalah
surat ... ayat ...

B. Kunci Jawaban
1. Iman kepada Rosulullah 6. Nabi Isa
2. Nabi Adam s.d Nabi 7. Nabi Ayub
Muhammad saw. 8. Nabi Yusuf
3. Nabi Adam 9. Nabi Sulaiman
4. Nabi Ibrahim 10. Quran surat .... ayat .....
5. Nabi Musa

9
2.1.2. Pedoman Wawancara

Nama : …………………… Nama Sekolah : ……………………


Tanggal : …………………… Waktu : ……………………

A. Pembelajaran yang sedang berlangsung


1. Bagaiman anggapan Bapak/Ibu terhadap tugas mengajar?
2. Bagaimana Bapak/Ibu mengembangkan materi pembelajaran PAI?
3. Bagaimana Bapak/Ibu menentukan dan memilih strategi pembelajaran yang
akan dipakai dalam pengajaran PAI
4. Bagaimana Bapak/Ibu mengembangkan alat evaluasi pembelajaran PAI?

B. Pandangan awal tentang pembelajaran Student Team Achievement Division


(STAD)
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD)?
2. Apakah Bapak/Ibu dapat mengembangkan model pembelajaran Student
Team Achievement Division (STAD)?
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengembangkan pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD)?
4. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam pembelajaran dengan Student
Team Achievement Division (STAD) seandainya telah dilaksanakan?
5. Seberapa jauh keterlibatan Bapak/Ibu membantu kegiatan siswa dalam
pembelajarannya?
6. Bagaimana Bapak/Ibu memberikan penghargaan terhadap hasil karya siswa?
7. Seberapa jauh Bapak/Ibu memberikan kebebasan kepada siswa dalam
mengekspresikan kemampuan dalam belajarnya?
C. Pendapat tentang sarana/media pembelajaran
1. Apakah kondisi, bentuk dan ukuran ruang kelas tempat tugas Bapak/Ibu
sudah cukup menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar?
2. Bagaimana Bapak/Ibu menentukan dan memilih media pembelajaran yang
akan dipakai dalam mata pelajaran PAI?
3. Apakah kelengkapan media pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah tempat
Bapak/Ibu mengajar cukup memadai untuk keberhasilan kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah buku sumber pembelajaran PAI di sekolah tempat Bapak/Ibu
mengajar lengkap?
5. Apakah situasi dan iklim sekolah ini kondusif bagi keberhasilan kegiatan
pembelajaran?
6. Apakah kepemimpinan Kepala Sekolah dan Dewan Sekolah menunjang
keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran?
7. Seberapa jauh Bapak/Ibu terlibat dalam tugas-tugas pengembangan karier
siswa?

2.1.3. Angket

IDENTITAS DIRI
Nama SD tempat bekerja : ………………………………………
Jenis kelamin : ………………………………………
Pendidikan terakhir : ………………………………………
Pengalaman mengajar di SLTP : ………………………………………
Pengalaman mengajar di kelas II : ………………………………………
Jenis pelatihan yang pernah diikuti : ………………………………………

No. Pertanyaan Pernyataan


Ya Tidak
1. Dalam melaksanakan pembelajaran Student
Team Achievement Division (STAD), guru
perlu menyusun perencanaan pembelajaran
2. Tujuan pembelajaran khusus pada pendekatan
Student Team Achievement Division (STAD)
mudah dirumuskan
3. Rumusan tujuan pembelajaran mudah
dicapaioleh peserta didik

4. Dengan pembelajaran Student Team


Achievement Division (STAD), tugas guru di
kelas semakin ringan.
5. Metode yang digunakan dalam pembelajaran
Student Team Achievement Division (STAD)
tidak perlu variatif dan cukup diskusi saja
6. Apabila ada materi-materi yang baru dikenal
siswa, guru perlu menggunakan metode ceramah
7. Ada perbedaan antara implementasi diskusi
kelompok biasa dengan pembelajaran Student
Team Achievement Division (STAD).

8. Pada pembelajaran Student Team Achievement


Division (STAD), siswa yang pandai semakin
pandai dan yang kurang semakin kurang
9. Pendekatan Student Team Achievement
Division (STAD) mampu melatih siswa berpikir
kreatif, aktif dan kolaboratif
10. Pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan
kemampuan kualitas kerjasama kelompok yang
lebih efektif
11. Pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa baik secara kelompok maupun
individual
12. Dengan pendekatan Student Team Achievement
Division (STAD) siswa mampu menarik
kesimpulan sendiri
13. Pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD) membawa dampak pengiring
pada siswa sikap kerjasama dan
bertanggungjawab
14. Siswa tidak memiliki motivasi pada pendekatan
pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD)
15. Pendekatan pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD) cepat
membosankan siswa
16. Dibutuhkan LKS untuk membantu siswa dalam
melaksanakan tugas kelompok
17. Dengan pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD) siswa dapat
melakukan pemecahan persoalan-persoalan pada
materi pembelajaran yang dihadapinya
18. Siswa merasa terbebani dengan tugas-tugas
kelompok yang diberikan guru
19. Waktu yang digunakan untuk pembelajarn
Student Team Achievement Division (STAD)
dirasakan kurang cukup
20. Diperlukan pembiasaan untuk terus
memperbaiki kualitas pembelajaran dengan
model Student Team Achievement Division
(STAD)

Pendapat Siswa Tentang Pembelajaran dengan


Student Team Achievement Division (STAD)

No. Pertanyaan Pilihan


Ya Tidak
1. Dalam pembelajaran, guru menggunakan metode
mengajar yang bervariasi (ceramah, diskusi,
eksperimen).
2. Adanya teks pembelajaran, minat saya untuk
belajar meningkat
3. Dalam menentukan kelompok pada model
pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD), sebaiknya siswa sendiri yang
memilih kelompoknya
4. Jika saya mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal latihan, saya bertanya kepada
teman kelompok sebelum bertanya kepada guru
5. Pada saat diskusi kelas, terdapat masalah yang
tidak terselesaikan sebaiknya kita tanyakan
kepada guru
6. Sebelum diskusi saya tidak perlu mencari
informasi yang berkaitan dengan materi yang
didiskusikan
7. Untuk dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
saya senantiasa belajar dan berlatih secara
kelompok

8. Dalam pembelajaran Student Team Achievement


Division (STAD), sebaiknya guru yang aktif
memberikan penjelasan mengenai materi yang
diajarkan
9. Bila saya mampu mengerjakan soal, maka saya
juga membantu teman lain yang mengalami
kesulitan
10. Untuk mendapatkan predikat kelompok terbaik,
saya bersama teman dalam kelompok merasa
senang walaupun harus berdiskusi dan berlatih di
luar jam pelajaran
11. Penerapan model pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD), pada mata
pemlajaran matematika sungguh membosankan
12. Penerapan model pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD), dapat
menimbulkan kebersamaan dalam menyelesaikan
tugas
13. Untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, saya
lebih senang mengerjakan dengan anggota
kelompok
14. Dapat berlatih memecahkan masalah, saya lebih
senang memecahkan sendiri terlebih dahulu
kemudian mendiskusikannya secara kelompok
15. Saya dan teman-teman dalam kelompok berupaya
mencapai predikat terbaik
16. Saya lebih senang diberikan tugas dengan
menyelesaikan secara individual dari pada
memakan waktu yang banyak dalam diskusi
kelompok
17. Saya senang bila guru memberikan kriteria
penilaian kelompok sebelum dimulai
pembelajaran
18. Guru tidak perlu menentukan nilai kerja
kelompok
19. Semangat belajar kelompok akan meningkat bila
hasil individual diperhitungkan untuk menilai
prestasi kelompok
20. Hasil belajar individu atau kelompok yang
dipublikasikan tidak memotivasi untuk
berprestasi

2.1.4. Lembar Observasi

Sekolah : ………………………………………………………
Kelas : ………………………………………………………
Topik Pengajaran : ………………………………………………………
Hari/Tanggal/Jam : ………………………………………………………
1. Kemampuan guru mencari perumusan
a. Kesesuaian dengan topik/pokok bahasan
b. Bersifat problematik
c. Dapat dicerna oleh siswa
d. Menarik minat siswa

2. Penggunaan pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)


untuk meningkatkan pengetahuan dan akhlak siswa
a. Sesuai dengan taraf berpikir siswa
b. Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
bertujuan untuk memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran
c. Terjadi proses transaksional dalam proses pembelajaran antara siswa
dengan siswa

3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI


a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
d. Problem solving

4. Sikap guru terhadap siswa pada waktu pembelajaran Student Team


Achievement Division (STAD) langsung
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapat
b. Menghargai setiap pendapat siswa
c. Tidak menyalahkan secara langsung apabila ada ide atau pendapat
yang kurang tepat
d. Memberi pujian/penguatan setiap pendapat kelompok yang
baik/benar
LEMBARAN OBSERVASI
AKTIVITAS SISWA SELAMA PEMBELAJARAN PAI
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD)

Sekolah : …………………………………………………………
Kelas : …………………………………………………………
Topik pengajaran : …………………………………………………………
Hari/Tanggal : …………………………………………………………
1. Respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD)
a. Dapat dipahami
b. Menarik minat
c. Dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran

2. Partisipasi siswa selama proses belajar mengajar dalam penggunaan model


pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
a. Terjadi interaksi antar kelompok yang satu dengan yang lain
b. Antara kelompok dengan guru
c. Siswa dengan siswa dalam kelompok

3. Penerimaan terhadap variasi metode dalam pembelajaran Student Team


Achievement Division (STAD)
a. Penggunaannya dalam proses belajar mengajar
b. Mudah memahami materi pelajaran

4. Keterlibatan siswa dalam menyampaikan pendapat atau ide dalam


pembelajaran pada waktu menerapkan pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD)
a. Kesempatan menyampaikan pendapat
b. Keberanian dalam mengemukakan pendapat
c. Ketepatan dan kesesuai dengan tujuan

PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI

1. Nama Sekolah : …………………………………………


2. Alamat Sekolah : …………………………………………
3. Kualifikasi Sekolah : …………………………………………
4. Nama Guru PAI Kelas V : …………………………………………
5. Mengajar di SD sejak tahun : …………………………………………
6. Pendidikan terakhir : …………………………………………
7. Jumlah siswa kelas V : …………………………………………
8. Status sosial ekonomi siswa
pada umumnya : …………………………………………
9. Pendidikan terakhir orang tua
siswa pada umumnya : …………………………………………
10. Pekerjaan orang tua siswa pada : …………………………………………
umumnya
11. Buku PAI pegangan siswa kelas : …………………………………………
12. Buku PAI pegangan guru : …………………………………………
13. Kelompk siswa yang disusun guru
pada umumnya:
a. ……………………………………………………………………………
b. ……………………………………………………………………………
c. Dll.

2.2. Kelas yang Diteliti

Kelas yang diteliti adalah kelas 5 di SDN Tanjungmulya 3 Kecamatan

Panumbangan Kabupaten Ciamis. Siswa di kelas ini sebanyak 24 orang, terdiri dari

11 orang laki-laki dan 13 orang perempuan.

2.3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data diawali dengan menentukan jenis data, sumber

data, dan metode penelitian, kemudian ditetapkan teknik pengumpulan data dan uji

keabsahan data. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut :


2.3.1. Menetukan Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif yang berkaitan

dengan upaya guru agama untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui

metode Student Team Achievement Division (STAD) di kelas 5 SDN Tanjungmulya

3 Kec. Panumbangan Kab. Ciamis.

2.3.2. Menetukan Sumber Data

a. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas 5 SDN Tanjungmulya 3 Kec. Panumbangan

Kab. Ciamis dengan alasan sebagai berikut :

 SDN Tanjungmulya 3 Kec. Panumbangan Kab. Ciamis dekat dengan tempat

tinggal penulis, sehingga mempermudah pelaksanaan penelitian.

 Penulis memperoleh izin dari Kepala Sekolah.

 Banyak data akurat yang dapat diperoleh.

 SDN Tanjungmulya 3 Kec. Panumbangan Kab. Ciamis sedang menerapkan

metode STAD pada mata pelajaran PAI di kelas 5.

b. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah umpan balik dari siswa kelas

5 SDN Tanjungmulya 3 Kabupaten Ciamis berupa nilai yang diperoleh oleh mereka

setelah mengikuti pembelajaran PAI melalui metode STAD, Kepala Sekolah dan

guru-guru sebagai key informan (orang yang berperan memberi informasi/kunci

informasi) yang dapat memberikan keterangan yang benar tentang proses

pembelajaran PAI dengan menggunakan metode STAD di SDN Tanjungmulya 3


Kec. Panumbangan Kab. Ciamis kemudian diikuti dengan snow ball proses

(informasi berantai) Sebagai pelengkap sumber data dalam penelitian ini adalah

berupa dokumen, arsip, buku, dan sebagainya.

2.3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif (data rincian),

yaitu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi secara

rinci dengan menggunakan pendekatan pengalaman, dan kebiasaan.

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Penjelasan selengkapnya

adalah sebagai berikut :

 Teknik Observasi

Observasi yang dilakukan yaitu observasi partisipasi aktif yang bertujuan untuk

memperoleh informasi dan data tentang pelaksanaan STAD di SDN

Tanjungmulya 3 Kec. Panumbangan Kab. Ciamis dengan alasan banyaknya

informasi dan data yang berkaitan dengan lokasi penelitian yang dikumpulkan.

Teknik ini juga dimaksudkan untuk mengamati perubahan sikap belajar siswa di

lokasi penelitian seperti sarana dan prasarana proses belajar mengajar dan data

tertulis yang ada di lokasi penelitian.


 Teknik Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menggunakan jenis wawancara semi formal,

peneliti menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Penentuan informan yang mengetahui tentang SDN Tanjungmulya 3 Kec.

Panumbangan Kab. Ciamis penulis melakukan dengan menggunakan teknik

sampling. Mengingat banyaknya informan yang ditemui di lapangan sehingga

untuk keperluan pengumpulan data ditentukan key informan yaitu kepala sekolah

dan diikuti snow ball proses dan melalui wawancara dimaksudkan untuk

memperoleh data secara rinci.

 Teknik Dokumentasi atau Teknik Menyalin

Teknik ini digunakan untuk mengetahui data tertulis tentang SDN Tanjungmulya

3 Kec. Panumbangan Kab. Ciamis, seperti jumlah siswa, jumlah guru, nilai hasil

belajar PAI dan setiap data penting yang berhubungan dengan penelitian ini, baik

berupa surat, buku, maupun bentuk lainnya.

2.3.4. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara unitisasi data, kategorisasi data dan

penafsiran data. Uraian selengkapnya adalah sebagi berikut :

a. Unitisasi data (pengelompokkan data)

Unitisasi adalah pemrosesan satuan data. Yang dimaksud satuan data adalah

bagian kecil yang mengandung makna bulat dan dapat berdiri sendiri terlepas dari

bagian yang lain. Dalam data ini terdapat langkah-langkah yang dilakukan, yaitu :
 Mereduksi data, maksudnya memilih data dari berbagai sumber yang berisi atau

relevan dengan data yang diinginkan.

 Memberi kode, maksudnya memberi kartu indeks yang berisi satuan-satuan.

Kode-kode dapat berupa penandaan sumber asal satuan seperti catatan lapangan,

dokumen laporan, penandaan lokasi dan penandaan cara pengumpulan data.

b. Kategorisasi data

Kategorisasi data adalah mengelompokkan data yang telah terkumpul dalam

bagian-bagian yang berkaitan berdasarkan kriteria tertentu. Dalam kategorisasi ini

ada beberapa hal yang dilakukan, di antaranya :

 Mereduksi data, maksudnya memilih data yang sudah dimaksudkan dalam

satuan dengan cara membaca satuan yang sama. Jika tidak sama, maka disusun

lagi untuk membuat kategorisasi baru.

 Membuat koding, maksudnya memberikan nama atau judul terhadap satuan yang

mewakili entri pertama dari kategori.

 Menelaah kembali seluruh kategori.

 Melengkapi data-data yang telah terkumpul untuk terbentuknya sebuah hipotesis.

c. Penafsiran data

Penafsiran data dilakukan degan cara memberikan penafsiran seluruh data

yang sudah dikategorisasi. Penafsiran terhadap data dilakukan untuk mencapai

tujuan deskripsi semata-mata. Dengan menggunakan teori dan rancangan

organisasional yang telah ada dalam satuan disiplin (Moleong, 2002 : 197).
Dalam tataran teknisnya, penafsiran masing-masing item data dilakukan

dengan prosentase setelah terlebih dahulu dilakukan uji keabsahan data, yakni

mengadakan pemeriksaan terhadap keabsahan data-data yang telah terkumpul

dengan kriteria kepercayaan, keteralihan, kebergantungan dan kepastian data.

d. Uji Keabsahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji keabsahan meliputi :

 Perpanjangan masa penelitian, dimaksudkan untuk mendeteksi serta

memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data dengan mengikuti

proses belajar mengajar yang berlangsung di SDN Tanjungmulya 3 Kec.

Panumbangan Kab. Ciamis.

 Ketekunan pengamatan, maksudnya untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur

dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan

untuk memperdalam dan mengarahkan data serta mengarahkan focus. Hal ini

dilakukan dengan cara pengamatan terhadap berbagai aktifitas pelaksanaan

proses belajar mengajar dan mencatat serta merekam hal-hal yang berhubungan

dengan masalah penelitian dengan maksud untuk memperdalam dan

mengarahkan pada focus.

 Triangulasi (pengecekan data) yaitu teknis pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data. Dalam hal ini dilakukan dengan cara

pengecekan hasil wawancara dan pengamatan kepada sumber yang berbeda serta

membenadingkan data hasil pengamatan penulis dengan data hasil wawancara


dan teknik menyalin agar tidak terjadi disinformasi dalam melakukan penelitian

ini.

 Pemeriksaan teman sejawat yang dilakukan dengan cara diskusi dengan teman

sejawat dan dikonsultasikan dengan Kepala Sekolah mengenai hasil sementara

atau hasil yang diperoleh.

 Analisis kasus negatif, maksudnya untuk mengungkapkan kecenderungan

informasi yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan

contoh-contoh dan kasus-kasus yang tidak sesuai dengan pola kecenderungan

informasi yang telah terkumpul untuk digunakan sebagai bahan komparatif.

 Pengecekan anggota yang dilakukan dengan cara memeriksa dan melaporkan

data hasil penelitian kepada sumber (pihak sekolah) guna menyamakan persepsi

antara peneliti dengan pihak sumbernya (sekolah).

 Kecukupan referensial, maksudnya sebagai alat untuk menampung dan

menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui lebih dalam dan jelas tentang masalah yang diteliti di

lapangan. Kecukupan referensial dilakukan dengan cara menanyakan langsung

kepada Kepala SDN Tanjungmulya 3 Kec. Panumbangan Kab. Ciamis dan guru-

guru, serta mencari informasi dari sumber lain, seperti buku-buku dan majalah.

 Melaporkan hasil penelitian secara teliti dan cermat, berdasar dari ketekunan

pengamat untuk mengarahkan dan membandingkan dengan hasil penelitian

orang lain, pemeriksaan teman sejawat, dan mencukupi referensi agar proses
keteralihan informasi bagi pembaca tercapai, dengan wujud memahami hasil

penelitian.

 Audit kebergantungan dilakukan untuk memeriksa kebergantungan data yang

dilakukan dengan memberikan bukti dan hasil penelitian kepada pembanding.

 Audit kepastian yaitu interpretasi yang diperoleh dengan cara dirundingkan dan

disepakati bersama oleh pihak peneliti dan pihak subjek yang diteliti dan

dibuktikan dengan data yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dari pihak

sekolah.

2.4. Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan setelah melakukan pengkajian terhadap data yang

diperoleh, memperhatikan hasil pembahasan dengan rekan kerja dan menelaah

berbagai aspek penunjang baik masukan (input), instrument proses pembelajaran

maupun situasi dan kondisi yang menyertai penerapan metode STAD.

2.5. Menentukan Tindakan Perbaikan

Tindakan perbaikan dilaksanakan dengan memperhatikan hasil yang telah

dicapai pada pembelajaran sebelumnya, hal ini meliputi perbaikan pada perencanaan

pembelajaran, pola pengelompokkan siswa, dan pendekatan pembelajaran yang

digunakan sebelumnya.

2.6. Menentukan Tindakan Selanjutnya

Penentuan tindakan selanjutnya didasarkan kepada program baru yang

disusun sebagai hasil perbaikan dari program pembelajaran yang lalu, dengan
penekanan pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan mengubah

beberapa point penting pembelajaran, diantaranya dalam pendekatan dan metode

pembelajaran yang lebih disempurnakan dan disesuaikan dengan kesiapan siswa,

guru, serta kesiapan sarana dan prasarana yang ada di sekolah.


BAB III

HASIL DAN PELAKSANAAN

3.1. Masalah yang Diteliti

Masalah yang diteliti meliputi persiapan guru dalam mengajar dengan

menggunakan metode Student Team Achievement Devision (STAD), pendapat guru

dan siswa tentang metode tersebut serta aktivitas dan hasil belajar siswa. Secara

umum masalah yang diteliti nampak pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1. Masalah yang diteliti

Fase Masalah yang diteliti


Fase 1: Guru membuat rencana pengajaran dan
rencana dan tujuan pembelajaran menginformasikan tujuan
pembelajarannya.
Fase 2 : Guru menyajikan materi kepada siswa
penyajian materi dengan STAD.
Fase 3 : Guru mengatur kelompok berdasarkan
pengorganisasian siswa dalam kemampuan yang bervariasi.
kelompok
Fase 4 : Guru berkeliling membantu kelompok-
Membantu kerja kelompok dalam kelompok belajar saat mengerjakan
belajar pekerjaan mereka.
Fase 5 : Guru memberikan kuis, pertanyaan dan
Memberikan kuis tugas kepada kelompok-kelompok
belajar.
Fase 6 : Guru menemukan cara-cara untuk
Memberikan pengenalan mengenali upaya dan prestasi, baik
individu maupun kelompok.

3.2. Tindakan dan Aktivitas

 Tahap persiapan

Guru, dalam tahap ini mempersiapkan materi berikut perangkat pengajaran

termasuk lembar kerja siswa (LKS), soal kuis dan metode pengajaran.
Pembagian kelompok diatur berdasarkan skor awal masing-masing kelompok

terdiri dari 4-6 orang siswa dengan prestasi bervariasi, jenis kelamin dan tingkat

kemampuan. Guru menjelaskan bahwa tugas utama tim adalah membantu

anggota untuk menguasai materi dan mempersiapkan kuis serta setiap anggota

hendaknya berusaha untuk memperoleh nilai yang baik karena prestasi individu

akan berpengaruh besar terhadap kelompok.

 Tahap penyajian materi

Sebelum pembelajaran dimulai, guru terlebih dahulu menginformasikan kepada

siswa tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan prasarat yang harus dimiliki.

Penyajian materu dilakukan secara klasikal. Dalam penyajian materi pelajaran,

guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang dipelajari siswa

dalam kelompok.

b. Menekankan kepada siswa bahwa belajar adalah memahami bukan hafalan.

c. Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin.

d. Memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban siswa.

Setelah siswa memahami permasalahan, beralih pada materi berikutnya.

 Tahap kegiatan kelompok

Dalam tahap ini siswa memepelajari materi dan mengerjakan tugas-tugas

yang diberikan guru berupa lembar kerja siswa (LKS). Dalam kegiatan

kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas kelompoknya. Peran guru dalam tahap ini sebagai

fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

 Tahap pelaksanaan tes individu

Setelah materi dipelajari dan dibahas secara berkelompok, siswa diberikan tes

dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah

dicapainya. Pada penelitian ini, tes individu dilaksanakan setelah dua kali

pertemuan. Tes dikerjakan 20 menit. Hasil tes digunakan sebagai nilai

perkembangan individu dan untuk perolehan nilai skor kelompok.

 Tahap perhitungan skor perkembangan individu

Setelah dilaksanakan tes, ditentukan nilai peningkatan individu dan kelompok

serta memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki nilai tertinggi. Hal

ini akan membuat hubungan antara hasil pelaksanaan pekerjaan yang baik

dengan penerimaan penghargaan dari para siswa sehingga akan meningkatkan

motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Skor perkembangan individu

dihitung berdasarkan selisih perolehan tes sebelumnya (skor awal) dengan tes

akhir. Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama

untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan

skor tes yang diperolehnya.

Tabel 3.2.
Pemberian Skor Perkembangan Individu
Skor Tes Nilai Perkembangan
 Lebih dari 1,0 poin di bawah skor 0,5
awal 1,0
 1,0 poin hingga 0 poin di bawah 2,0
skor awal 3,0
 skor awal sampai 1,0 poin di 3,0
atasnya
 lebih dari 1,0 poin di atas skor
awal
 nilai sempurna
 Tahap penghargaan kelompok

Perhitungan skor kelompok dihitung dengan cara menjumlahkan tiap

perkembangan skor individu dibagi jumlah anggota kelompok. Berdasarkan rata-

rata nilai perkembangan tersebut, ditetapkan tiga tingkat penghargaan kelompok,

yaitu :

 Kelompok dengan rata-rata skor 1,5, sebagai kelompok Good

Team.

 Kelompok dengan rata-rata skor 2,0, sebagai kelompok Great

Team.

 Kelompok dengan rata-rata skor 2,5, sebagai kelompok Super

Team.

3.3. Hasil dari Tindakan

Hasil dari tindakan kelas dengan menggunakan metode Student Team

Achievement Devision (STAD) disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.3

Hasil Belajar Siswa kelas V SDN Tanjungmulya 3 Panumbangan

sebelum Menggunakan STAD

SL SL
No. Nama Siswa KA P1 SL P2 P3
2-0 2-1 3-0 3-1 3-2
1 Agus Hendra 6,6 7,0 0,4 7,4 0,8 0,4 7,6 1,0 0,6 0,2
2 Anri Yanto 6,4 7,0 0,6 7,2 0,8 0,2 7,6 1,2 0,6 0,4
3 Angga Mulyadi 3,8 5,0 1,2 5,4 1,6 0,4 6,4 2,6 1,4 1,0
4 Candra Herdiana 4,8 5,4 0,6 6,0 1,2 0,6 7,0 2,2 1,6 1,0
5 Desi Sri Asih 7,6 8,2 0,6 8,6 1,0 0,4 9,0 1,4 0,8 0,4
6 Dian Hermawan 5,6 6,6 1,0 7,0 1,4 0,4 7,4 1,8 0,8 0,4
7 Dian Heryani 7,6 7,2 -0,4 7,0 -0,6 -0,2 7,6 0,0 0,4 0,6
8 Dini Wardini 6,2 6,6 0,4 7,0 0,8 0,4 7,2 1,0 0,6 0,2
9 Elsa Purwanti 7,8 7,8 0,0 8,0 0,2 0,2 9,0 1,2 1,2 1,0
10 Ernawati 6,6 7,0 0,4 7,4 0,8 0,4 8,0 1,4 1,0 0,6

11 Panji Megia P 6,8 7,4 0,6 7,2 0,4 -0,2 7,8 1,0 0,4 0,6
12 Helmi Hermana 7,8 8,4 0,6 8,6 0,8 0,2 9,0 1,2 0,6 0,4
13 Indah Insani 6,6 7,4 0,8 7,8 1,2 0,4 8,2 1,6 0,8 0,4
14 Meli Amelia 6,8 7,4 0,6 7,6 0,8 0,2 8,0 1,2 0,6 0,4
15 Mela Agustina 7,8 8,4 0,6 8,8 1,0 0,4 9,2 1,4 0,8 0,4
16 Moh. Dikriyan 6,0 6,0 0,0 6,4 0,4 0,4 7,0 1,0 1,0 0,6
17 Randi Ridwan 6,4 6,2 -0,2 6,6 0,2 0,4 7,0 0,6 0,8 0,4
18 Rista Kemala 5,6 6,4 0,8 6,8 1,2 0,4 6,6 1,0 0,2 -0,2
19 Widia 5,4 6,2 0,8 6,0 0,6 -0,2 6,4 1,0 0,2 0,4
20 Winda 6,2 6,4 0,2 6,4 0,2 0,0 7,0 0,8 0,6 0,6
21 Yunita 6,4 6,8 0,4 6,4 0,0 -0,4 7,0 0,6 0,2 0,6
22 Tanti Saripah 5,6 6,6 1,0 6,8 1,2 0,2 7,0 1,4 0,4 0,2
23 Tedi 6,4 6,4 0,0 6,2 -0,2 -0,2 7,0 0,6 0,6 0,8
24 Amri 5,8 6,2 0,4 6,0 0,2 -0,2 6,0 0,2 -0,2 0,0
Jumlah 152,6 164,0   168,6     180,0      
Rata-rata 6,4 6,8   7,0     7,5      
Standar Deviasi 0,978 0,858   0,891     0,887      

Keterangan:
KA = keadaan awal
P = putaran
SL = selisih

3.4. Penafsiran

Dari keadaan awal ke putaran ke satu, 2 orang siswa (8,33%) dari 24

mengalami penurunan nilai sedangkan 22 orang lainnya mengalami kenaikan

91,77%. Dari keadaan awal ke putaran dua, kondisi prosentasenya masih sama,
tetapi orangnya berbeda dan tingkat kenaikan angka lebih besar. Sedangkan dari

putaran satu ke putaran kedua terjadi penurunan nilai, yakni 6 orang (25%) dari 24

orang. Kemudian dari keadaan awal ke putaran ketiga 100% meningkat dengan

peningkatan yang bervariasi antara 0,2 sampai dengan 2,6. Dari putaran satu ke

putaran 3 ada 1 orang (4.17%) mengalami penurunan, selebihnya (9,83%)

meningkat. Demikian dari putaran 2 ke putaran 3 ada 1 orang siswa yang mengalami

penurunan nilai tetapi berbeda orangnya dengan putaran kedua.

Dengan mengacu kepada tabel skor perkembangan individu, diketahui bahwa

dapat ditafsirkan lebih lanjut sebagai berikut:

Perkembangan individu secara umum terjadi pada setiap putaran. Dalam hal

ini dilihat dari keadaan awal ke putaran ketiga dengan tingkat perkembangan sebagai

berikut: 2 orang (8.33%) mengalami perkembangan sempurna (perubahan nilai di

atas 2 dari skor awal); 41.67% mengalami perkembangan 3 (nilai perubahan di atas

1 dari nilai awal), dan 50% lainnya mengalami peningkatan perkembangan 2 (nilai

di atas 0 di bawah satu dari keadaan awal).


BAB IV

META ANALISIS

4.1. Analisis Data Perkelompok

Tabel 4.1
Perkembangan Kelompok 1

No Nama KA P1 P2 P3
1 Mela Agustina 7,8 8,4 8,8 9,2
2 Meli Amelia 6,8 7,4 7,6 8,0
3 Panji Megia Pasha 6,8 7,4 7,2 7,8
4 Dini Wardini 6,2 6,6 7,0 7,2
5 Yunita 6,4 6,8 6,4 7,0
6 Amri 5,8 6,2 6,0 6,0
Jumlah 39,8 42,8 43,0 45,2
Rata-rata 6,6 7,1 7,2 7,5

Grafik 1
Perkembangan Kelompok 1

PERKEMBANGAN KELOMPOK 1

10,0
8,0 Series1
6,0 Series2
4,0 Series3
2,0 Series4
0,0
1 2 3 4 5 6

Dilihat dari tabel dan grafik di atas nampak ada perkembangan yang berarti

dari kelompok satu. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan dari nilai rata-rata

awal dengan nilai rata-rata putaran 3 yang mencapai peningkatan 1,4. Jadi
penggunaan metode STAD menunjang terhadap pekembangan individu dan

perkembangan kelompok 1 sebagaimana terlihat pada grafiknya.

Tabel 4.2
Perkembangan Kelompok 2

No. Nama KA P1 P2 P3
1 Desi Sri Asih 7,6 8,2 8,6 9,0
2 Agus Hendra 6,6 7,0 7,4 7,6
3 Dian Hermawan 5,6 6,6 7,0 7,4
4 Randi Ridwan 6,4 6,2 6,6 7,0
5 Tanti Saripah 5,6 6,6 6,8 7,0
6 Rista Kemala 5,6 6,4 6,8 6,6
Jumlah 37,4 41,0 43,2 44,6
Rata-rata 6,2 6,8 7,2 7,4

Grafik 2
Perkembangan Kelompok 2

Perkembangan Kelompok 2

10,0
8,0 Series1
6,0 Series2
4,0 Series3
2,0 Series4
0,0
1 2 3 4 5 6

Dilihat dari tabel dan grafik di atas nampak ada perkembangan yang berarti

dari kelompok dua. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan dari nilai rata-rata

awal dengan nilai rata-rata putaran 3 yang mencapai peningkatan 1,2. Jadi

penggunaan metode STAD menunjang terhadap pekembangan individu dan

perkembangan kelompok 2 sebagaimana terlihat pada grafiknya.


Tabel 3
Perkembangan Kelompok 3

No Nama KA P1 P2 P3
1 Elsa Purwanti 7,8 7,8 8,0 9,0
2 Anri Yanto 6,4 7,0 7,2 7,6
3 Candra Herdiana 4,8 5,4 6,0 7,0
4 Mohamad Dikriyan 6,0 6,0 6,4 7,0
5 Tedi 6,4 6,4 6,2 7,0
6 Angga Mulyadi 3,8 5,0 5,4 6,4
Jumlah 35,2 37,6 39,2 44,0
Rata-rata 5,9 6,3 6,5 7,3

Grafik 3
Perkembangan Kelompok 3

perkembangan kelompok 3

10,0
8,0 Series1
6,0 Series2
4,0 Series3
2,0 Series4
0,0
1 2 3 4 5 6

Dengan memperhatikan data pada tabel 3 dan grafik 3 diketahui bahwa rata-

rata keadaan kelompok meningkat pada setiap putaran. Dengan perubahan rata-rata-

rata kelompok dari 5,9 menjadi 7,3 berarti mengalami kenaikan sebesar 1,4. Hal ini

mengandung arti adanya perubahan yang signifikan dari penggunaan metode STAD

dalam keberhasilan belajar kelompok.


Tabel 4

Perkembangan Kelompok 4

No. Nama Siswa KA P1 P2 P3


1 Helmi Hermana 7,8 8,4 8,6 9,0
2 Indah Insani 6,6 7,4 7,8 8,2
3 Ernawati 6,6 7,0 7,4 8,0
4 Dian Heryani 7,6 7,2 7,0 7,6
5 Winda 6,2 6,4 6,4 7,0
6 Widia 5,4 6,2 6,0 6,4
Jumlah 40,2 42,6 43,2 46,2
Rata-rata 6,7 7,1 7,2 7,7

Grafik 4
Perkembangan Kelompok 4

Perkembangan Kelompok 4

10,0
8,0 Series1
6,0 Series2
4,0 Series3
2,0 Series4
0,0
1 2 3 4 5 6

Dengan memperhatikan data pada tabel 3 dan grafik 3 diketahui bahwa rata-

rata keadaan kelompok meningkat pada setiap putaran. Dengan perubahan rata-rata-

rata kelompok dari 6,7 menjadi 7,7 berarti mengalami kenaikan sebesar 1,0. Hal ini

mengandung arti adanya perubahan yang signifikan dari penggunaan metode STAD

dalam keberhasilan belajar kelompok.


BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan analisis terhadap data yang berhasil

dikumpulkan, disimpulkan sebegai berikut:

5.1.1. Pembelajaran PAI yang diselenggarakan di SDN Tanjungmulya 3 Kec.

Panumbangan sebelum dikenalkan metode pembelajaran Student Team

Achievement Devision (STAD) cenderung dilaksanakan secara konvensional,

kompetitif antar siswa dan mengandalkan ceramah sebagai metode

penyampaian.

5.1.2. Pembelajaran Student Team Achievement Devision merupakan suatu model

pembelajaran yang menekankan aktifitas kolaboratif siswa dalam belajar

yang berbetuk kelompok kecil, mempelajari materi pelajaran dan

memecahkan masalah secara kolektif. Model pembelajaran ini menganut

perinsip saling katergantungan, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap

muka , komunikasi antar anggota, evaluasi proses secara kelompok.

5.1.3. Dari hasil uji coba yang dilaksanakan, diketahui bahwa kemampunan guru

dalam menerapkan model pembelajaran Student Team Achievement

Devision, secara umum ada peningkatan aktivitas dan kreatifitas mengajar,

baik dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran

yang meliputi pendahuluan, pelaksanaan, evaluasi, penggunaan media dan

sumber pelajaran. Walaupun demikian, masih nampak kekurangan terutama


dalam mempersiapkan siswa secara tepat sebagai subjek belajar (student

centered). Dalam hal penggunaan media pembelajaran, guru diharapakan

lebih kreatif, dan tidak hanya memokuskan pada lembar kerja siswa saja.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Student Team

Achievement Devision terlihat adanya pengaruh yang cukup signifikan

terhadap hasil belajar siswa baik secara individual maupun secara

kelompok. Pembelajaran Student Team Achievement Devision berdampak

pada motivasi siswa dalam belajar, semangat untuk menemukan, sikap

demokratis, berfikir kritis dan logis serta kemampuan menggalang

kerjasama yang dapat diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar siswa, dengan membandingkan hasil pree test dan postes

ternyata perbedaannya signifikan pada setiap uji coba. Begitu pula rata-rata

hasil belajar siswa setiap uji coba terus mengalami kenaikan. Disamping itu,

kreativitas dan performansi guru menunjukkan perbaikan yang berarti baik

dalam menyusun perencanaan, penggunaan teknologi pembelajaran,

pelaksanaan maupun pengembangan sistem evaluasi yang dilakukan.

Model yang dikembangkan relevan dengan teknologi pembelajaran secara

teoritis, dimana mencakup komponen desain, pengembangan (media yang

digunakan), penggunaan (implementasi), manajemen (pengorganisasian

kelas) dan evalausi proses dan hasil.

5.1.4. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, lembar observasi pada saat

proses pembelajaran dan hasil angket pada guru dan siswa, ternyata model
ini baik dan cukup diminati siswa. Guru dan siswa pada umumnya sangat

respek terhadap model pembelajaran Student Team Achievement Devision.

Dengan demikian model pembelajaran Student Team Achievement Devision

dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan yang cocok untuk

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD, dengan penyesuaian pada

beberapa hal, terutama karakteristik siswa dan kesiapan berpikir.

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana yang telah diuraikan, maka dapat

dikemukakan beberapa rekomendasi dalam penerapan model pembelajaran

kooperatif sebagai berikut :

5.2.1. Rekomendasi untuk guru

Untuk menerapkan model Student Team Achievement Devision guru perlu

memperoleh pelatihan khusus dalam mengembangkan rancangan pembelajaran,

karena rancangan pembelajaran ini dapat menentukan terhadap penerapan model

dalam pembelajaran secara lebih akurat dan mencapai hasil yang optimal.

Guru diharapakan benar-benar dapat mengoptimalkan perannya sebagai

perancang,, motivator, fasilitator, pengelola pembelajaran sekaligus sebagai model

dalam pembelajaran. Karena model pembelajaran kooperatif mengharuskan adanya

berbagai alternatif kegiatan belajar, sehingga peran guru dalam proses pembelajaran

pun akan selalu berubah sesuai dengan jenis dan karakteristik materi pembelajaran.

Untuk meningkatkan peran guru sebagaimana yang dituntut, maka guru sebaiknya
terus berusaha mengembangkan profesionalisme baik melalui pendidikan formal

mapun kegiatan-kegiatan pengembangan profesional dalam jabatan (in service

training), seperti MGMP, workshop, dan kegiatan in house training (IHT) di

sekolahnya masing-masing.

5.2.2. Rekomendasi untuk kepala sekolah

Kepala sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki

kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat

sekolah diharapkan lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana

pendukung belajar. Kepala sekolah dituntut untuk dapat memberikan kesempatan

yang seluas-luasnya kepada para guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam

melaksanakan pembelajaran, baik melalui pendidikan formal seperti penyetaraan

jenjang S I bagi guru yang masih berpendidikan D2 atau D3, atau pendidikan

pascasarjana bagi guru yang berpendidikan S I. Disamping itu wadah-wadah

pengembangan profesional guru perlu terus diberdayakan, seperti kegiatan MGMP,

workshop dan sebagainya.

5.2.3. Untuk Instansi terkait

Untuk Kantor Departemen Agama dan Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis,

hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dalam

pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk mencapai tujuan

kurikuler yang lebih optimal. Disamping itu untuk meningkatkan kemampuan

profesional guru Pendidikan Agama Islam, sebaiknya lebih memperbanyak berbagai


kegiatan pelatihan guru, termasuk pelatihan mengenai penerapan model-model

pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student contered), seperti halnya

pembelajaran Student Team Achievement Devision secara berkesinambungan.

5.2.4. Untuk peneliti yang selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan topik dan metodologi yang sama

dengan melibatkan variabel yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan sentuhan yang lebih luas kepada guru-guru PAI tentang model

pembelajaran yang lebih dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa sehingga

kualitas proses dan hasil pembelajaran PAI dapat lebih meningkat lagi di masa-masa

yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Angkasa,


Bandung.
____________, 1987. Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
A.M, Sardiman, 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali, Jakarta.

Anonimous. 2003. Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional).


Jakarta: Sinar Grafika.

Arikunto, Suharsimi, 1987. Prosedur Penelitian Kependidikan Suatu Pendekatan


Praktis, Bina Aksara, Jakarta.

Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam Tradisional dan Modernisasi Menuju


Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Hamalik, Oemar. 2000. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

__________,, 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung:


Tarsito,

Depdiknas. 2003. Penuntasan Wajib Belajar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

_________. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan


Agama Islam Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Depdiknas.

_________, 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

_________ Undang-undang Sistem Pendidikan Nasioanal. Jakarta: Depdiknas.

Kadir, 2002. Penerapan Model Cooperative Learning tipe STAD dalam


Pembelajaran Fisika.

Lie, Anita. 2002. Cooperative : Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-


ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.

Mastuhu. 1994. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad
21. Yogyakarta: Safiri Press.
___________, 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos, Jakarta.
Meleong, Lexy J., 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif, Rajawali, Jakarta.
M. Ngalim Poerwanto, 1985. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung:
Remaja Karya.
Soelaeman, M.I., 1985. Menjadi Guru. Bandung: Dipanegoro,.
__________. 2000. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Cet. Ke- 5. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Slameto, 1989. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Bina Aksara,


Jakarta.

Slavin, R.E. 1994. Educational Psycology Teory and Practice. Massachusetts :


Allyn Bacon.

Sudjana, Nana. 1998. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudrajat, Hary. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Pembaharuan


Pendidikan dalam Undang-undang Sisdiknas 2003. Bandung: Cipta
Cekas Grafika.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia.

Surachmad, Winarno, 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung.


Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Remaja Rosda
Karya, Bandung.
Usman, Uzer, 1990. Menjadi Guru Peofesional, Remaja Karya, Bandung.

Wijaya, Cece. dkk. 1991. Upaya Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran.


Bandung: Rosda Karya.

Winkel W.S, 1990. Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta.


Wiwik. 2000. Penerapan Strategi Belajar Kooperatif tipe STAD pada Pembelajaran
Matematika. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai