Anda di halaman 1dari 67

HALAL-HARAM

REGULATION IN FOOD

Adolf Parhusip
5 Topik Utama
➢ DASAR HUKUM PANGAN
HALAL/HARAM
➢ CODEX DAN 12 PRINSIP PANGAN
HALAL/HARAM
➢ CARA SERTIFIKASI/LABELISASI HALAL
➢ UU PANGAN No. 18 TAHUN 2012
➢ PP No. 69 TAHUN 1999
Dimensi Pangan Menurut Islam

Vertikal
Rohani

Thayib
Halal
(Gizi, aman, mutu,
higiene, dll)

Kesehatan
Sosial Pangan
Jasmani
Pendahuluan
Halal Sebagai Filter Globalisasi •Jenis

No Halal, No Business •Segmen


•Kisaran harga
K •Timing

O P
M B
R
U U A

N O D G

I A A
D
K Y M
U A A
A
S K
I
Pangan & Ibadah
➢ Dilarang shalat dalam keadaan mabuk (4:43)
➢ Makanan halal dan baik sbg wujud ketaqwaan (5:4,88;8:69)
➢ Makanan yang halal dan baik sbg rasa syukur
(2:172,16:114-115)
➢ Wahai Sa’ad perbaikilah (murnikanlah) makananmu,
niscaya kamu menjadi orang yang terkabul do’anya. Demi
yang jiwa Muhammad dalam genggamanNya.
Sesungguhnya seorang hamba melontarkan sesuap
makanan yang haram dalam perutnya, maka tidak akan
diterima amal kebaikannya SELAMA 40 HARI. Siapapun
yang dagingnya tumbuh dari yang haram maka api neraka
lebih layak membakarnya (HR.Athabrani)
➢ Makanan haram juga menghalangi terkabulnya do’a (HR
Muslim)
➢ Apabila diserukan untuk makan malam lalu terdengar suara
adzan oleh muazin, maka dahulukan MAKAN MALAM (ABU
HANIFAH.)
DEFINISI
➢ HALAL: sesuatu yang diperkenankan dan diizinkan oleh
Allah SWT
➢ MUBAH: sesuatu yang diperbolehkan (tidak ada aturan
secara khusus tentangnya)
➢ SYUBHAT: sesuatu yang meragukan statusnya
➢ HARAM: sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dengan
larangan yang pasti, jika orang melanggarnya akan kena
hukuman/dosa
➢ NAJIS: sesuatu yang kotor
➢ SUNAH: perbuatan yang dianjurkan untuk dilakukan
➢ MAKRUH: sesuatu yang dilarang, namun tidak
ditekankan (kalau dikerjakan tidak kena sanksi/dosa,
ditinggalkan dapat pahala)
HUKUM DASAR HALAL HARAM
➢ Al Qur’an ; khususnya QS 2: 173; QS 5: 3-
4 dan 87-90; QS 6: 118-121,145; 7:
157,16 : 115-116,dll
➢ Al Hadits
➢ FATWA
➢ GUIDE LINE LP POM MUI
DASAR HUKUM HALAL-HARAM
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa dan tidak pula
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (2:173,5:3,6:118-121+145,16:115)
KHAMR: 2:219 (ADA DOSA BESAR PD KHAMR), 4:43
(JANGAN SHALAT DALAM KEADAAN MABUK), 5:90
(JAUHILAH KHAMR)

“.(Allah) menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan


mengharamkan bagi mereka segala yang buruk
(khabaits)......Al A’raaf 7:157) ➔ AL HADITS
mencari yang
halal wajib bagi
setiap muslim
HR. At Thabrani
T
E instan, menarik, tahan lama
C
H
N bahan tambahan
O
L
O halal/haram?
G
Y
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Al Baqarah: 173
haram
material
• Amalan tidak diterima (HR At Thabrani)
DAMPAK •

Doa tidak dikabul ( HR Muslim)
Sholatnya tidak diterima (HR Ahmad)

HARAM • Mengikis keimanan pelakunya (HR


Muslim)
• Mengeraskan hati pelakunya (Imam
Ahmad, Thabaqat Al Hanabilah : 1/29)
• Haji dari harta yang tertolak (HR At
Thabrani)
• Sedekahnya ditolak, silaturahimnya sia
sia (HR Abu Dawud)
• Mencampakkan pelakunya ke neraka (
HR
➢ Tirmidzi)
SEMUA PANGAN BOLEH
KECUALI: HARAM
AL HADITS (sbg penjelasan
➢ AL QUR’AN: 7:157:AL Khabaits):
⚫ BANGKAI ➢ BINATANG BUAS
⚫ DARAH bertaring dan burung
berkuku cengkeram
⚫ DAGING BABI
➢ ANJING
⚫ DISEMBELIH DG
NAMA SELAIN ALLAH ➢ ULAR
⚫ KHAMR ➢ TIKUS
➢ KATAK?
➢ BINATANG MENJIJIKAN
➢ KELEDAI JINAK
➢ DLL.
PERJANJIAN LAMA/TORAH
➢ Kejadian (9:3-4): ......hanya daging yang masih ada
nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan......
➢ Imamat (7:23-24):23......segala lemak dari lembu, domba
atau kambing ...24: lemak bangkai binatang yang mati
janganlah kamu makan
➢ Tidak boleh dimakan: unta (Imamat 11:4), pelanduk
(11:5), kelinci (11:6), babi hutan (11:7), bangkai (11:8),
......s/d...11:47
➢ Tidak boleh dimakan darah (Imamat 17:10-16), bangkai
(17:15)
➢ Lihat juga Ulangan 14:3-21
➢ Amsal 20:1: anggur dilarang
Alkitab: Perjanjian Lama
•Lemak:
Hadits:
•Domba
•Anjing
•Lembu
•Kambing •Ular
•Onta
•Pelanduk •Anggur
•Kera
•Kelinci •Darah •Binatang Buas
•Tikus
•Bangkai
•Katak •(Singa, Macan, Beruang, Elang)
•Babi
•Landak
•Biawak •Pests (Tikus, dll)
•Siput •Al Quran
•No Kills (semut, lebah)
•Menjijikkan
•dll •Menjijikkan,
•Katak, dll
MAKANAN & DOA
➢ Makanan haram juga
menghalanginya terkabulnya do’a
(HR Muslim)
➢ Wahai Sa’ad, perbaikilah
(murnikanlah) makananmu,
niscaya kamu menjadi orang yang 40 HARI
terkabul do’anya. Demi yang jiwa
Muhammad dalam DITOLAK
genggamanNya. Sesungguhnya
seorang hamba melontarkan
sesuap makanan yang haram
dalam perutnya, maka tidak akan
diterima amal kebaikannya
SELAMA 40 HARI. (HR.athabrani)
MAKANAN DAN IBADAH
➢ Siapapun yg dagingnya tumbuh
dari yang haram maka api neraka
lebih layak membakarnya
(HR.Athabrani)
PERJANJIAN BARU
➢ Kisah para Rasul (15:20) supaya mereka
menjauhkan diri dari makanan yang telah
tercemar berhala-berhala, dari percabulan, dari
daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.
➢ Kisah para Rasul 15:29:kamu harus menjauhkan
diri dari makanan yang telah dipersembahkan
kepada berhala, dari darah, dari binatang yang
mati dicekik dan dari percabulan.
➢ Roma 14:21(jangan makan daging dan minum
anggur), lihat Matius 26:29
➢ Lihat juga Korintus 8:1-13, Korintus 10:22-23
BUDHA
➢ Konsep AHIMSA = mirip Vegetarian
➢ Tidak boleh dimakan:
⚫ Daging manusia
⚫ Daging gajah dan kuda (sebagai
binatang mulia)
⚫ Daging anjing(menjijikkan)
⚫ Daging ular, singa, macan, beruang,
heyna karena buas yang memangsa
dengan penuh kebencian
HINDU
➢ Kitab Hym CLXIX of the Rig Veda:
larangan memakan sapi/lembu (binatang
mulia)
➢ Alkohol, bawang putih dan bawang
bombay termasuk makanan yang
menghambat pencerahan spritual
(sehinga dilarang?)
Regulasi Halal

➢ UU Pangan No. 18 Tahun 2012 Tentang


Pangan
➢ Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999
Tentang Label dan Iklan Pangan
➢ Codex Alimentarius CAC / GL 24-1997/1
HIMPUNAN FATWA MAJELIS
ULAMA INDONESIA

Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal


Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji

Departemen Agama RI
2003
Hukum Alkohol dalam Minuman
Memutuskan
⚫ Merumuskan hal-hal sebagai berikut
1. Alkohol dan Dampaknya
1. Alkohol yang dimaksud dalam pembahasan di sini ialah etil alkohol atau
etanol, suatu senyawa kimia dengan rumus C2H5OH
2. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung alkohol (etanol) yang
dibuat secara fermentasi dari berbagai jenis bahan baku nabati yang
mengandung karbohidrat, misalnya: biji-bijian, buah-buahan, nira, dan lain
sebagainya, atau yang dibuat dengan cara destilasi hasil fermentasi yang
termasuk didalamnya adalah minuman keras klasifikasi A, B, C (per Menkes
No. 86/1977)
3. Anggur obat, anggur kolesom, arak obat, dan minuman-minuman sejenis yang
mengandung alkohol termasuk ke dalam minuman beralkohol.
4. Khamr adalah minuman yang memabukkan, termasuk di dalam minuman
beralkohol.
5. Berapa pun kadar beralkohol pada minuman beralkohol tetap dinamakan
minuman beralkohol.
6. Dampak negatif dari minuman beralkohol lebih besar dari efek positifnya,
seperti misalnya: pengaruh buruk terhadap kesehatan jasmani dan rohani,
kriminalitas, kenakalan remaja, gangguan kamtibnas dan ketahanan nasional.
7. Dampak positif alkohol sebagai obat yang diminum sudah dapat diganti
dengan bahan lain namun pada obat luar/obat oles masih digunakan.
Perbedaan Khamr dan Alkohol
➢ Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
➢ Khamr adalah setiap minuman yang memabukkan, baik dari anggur
atau yang lainnya, baik dimasak ataupun tidak.
➢ Alkohol adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apapun yang
memiliki gugus fungsional yang disebut gugus hidroksil (-OH) yang
terikat pada atom karbon.
➢ Minuman beralkohol adalah :minuman yang mengandung etanol dan
senyawa lain di antaranya metanol, asetaldehida, dan etilasetat
yang dibuat secara fermentasi dengan rekayasa dari berbagai jenis
bahan baku nabati yang mengandung karbohidrat; atau
➢ minuman yang mengandung etanol dan/atau metanol yang ditambahkan
dengan sengaja.
II. STATUS HUKUM MINUMAN BERALKOHOL

➢ Meminum minuman beralkohol sedikit


atau banyak, hukumnya haram.Demikian
pula dengan kegiatan memproduksi,
mengedarkan, memperdagangkan,
membeli dan menikmati hasil/ keuntungan
dari perdagangan minuman beralkohol.

Jakarta, 14 Rabiul Akhir 1414 H


01 oktober 1993 M

Ttd

K.H. Hasan Basri


MAKANAN DAN MINUMAN YANG BERCAMPUR
DENGAN BARANG HARAM/NAJIS
MEMUTUSKAN
Memfatwakan:
1.Setiap makanan dan minuman yang jelas bercampur dengan
barang haram/najis hukumnya adalah haram.
2. Setiap makanan dan minuman yang diragukan bercampur
dengan barang haram/najis hendaknya ditinggalkan.
3. Setiap makanan dan minuman yang diragukan bercampur
dengan barang haram/najis hendaklah MUI meminta kepada
instansi yang bersangkutan memeriksanya di Laboratorium
untuk dapat ditentukan hukumnya.
Jakarta, 14 Rajab 1400 H
01 Juni 1980 M

Ttd

Prof. Dr. Hamka


MEMAKAN DAN MEMBUDIDAYAKAN KODOK
MEMUTUSKAN
1. Membenarkan adanya pendapat mazhab Syafii/Jumhur
ulama tentang tidak halalnya memakan daging kodok,
dan membenarkan adanya pendapat Imam Maliki
tentang halalnya daging kodok tersebut.
2. Membudidayakan daging kodok hanya untuk diambil
manfatnya, tidak untuk dimakan. Tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.

Jakarta, 18 Syafar 1405 H


12 November 1984 M

Ttd

Prof. KH. Ibrahim


KEPUTUSAN FATWA KOMISI FATWA MUI
tentang
Kepiting
Memutuskan
➢ MENETAPKAN: FATWA TENTANG KEPITING
1. Kepiting adalah halal dikonsumsi sepanjang tidak
menimbulkan bahaya bagi kesehatan
2. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Jakarta, 4 Rabi’ul 1423 H
15 Juni 2002 M

Ttd

KH. Ma’ruf Amin


PENYEMBELIHAN HEWAN SECARA MEKANIS

MEMUTUSKAN
➢ Menetapkan/ memfatwakan bahwa penyembelihan
hewan secar mekanis pemingsanan merupakan
modernisasi berbuat ihsan kepada hewan yang
disembelih sesuai dengan ajaran Nabi dan memenuhi
persyaratan ketentuan syar’i dan hukumnya sah dan
halal, dan oleh karenanya, diharapkan supaya kaum
Muslimin tidak meragukannya.
Jakarta, 24 Syawal 1396 H
18 Oktober 1976 M

Ttd

K.H. M. Syukri Ghozali


Panduan Penyusunan
Sistem Jaminan Halal
(Halal Assurance System)

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika


Majelis Ulama Indonesia
LP-POM MUI
2005

Edisi III
1.PERSYARATAN AUDITOR HALAL INTERNAL

a. Karyawan tetap perusahaan bersangkutan


b. Koordinator Tim Auditor halal internal orang muslim yang
mengerti dan menjalankan syariat Islam
c. Berada dalam lingkup Manajemen Halal
d. Berasal dari bagian yang terlibat dalam proses produksi
secara umum seperti bagian QA/QC, R&D, Purchasing,
Produksi dan Pergudangan
e. Memahami titik kritis keharaman produk, ditinjau dari
bahan maupun proses produksi secara keseluruhan
f. Diangkat melalui surat keputusan pimpinan perusahaan
dan diberi kewenangan penuh untuk melakukan tindakan
yang diperlukan dalam melaksanakan Sistem Jaminan
Halal termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan
sampai pada penghentian produksi atau penolakan bahan
baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LP POM MUI
PANDUAN HALAL
Kedudukan ketetapan hukum dalam Islam
1. Al Qur’an : hukumnya bersifat tetap, dan sebagiannya masih
bersifat umum, sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut
2. Al-Hadits: merupakan penjabaran aplikatif dari kaidah-kaidah
Qur’aniyyah yang berifat tetap, sekaligus juga penjelasan
lebih lanjut terhadap kaidah-kaidah yang bersifat umum
3. Ijima’Sahabat: merupakan kesepakatan para sahabat Nabi
SAW dan ulama atas permasalahan yan terjadi, karena
meluasnya wilayah da’wah serta perkembangan kehidupan
sosial, dan tidak ada ketentuannya secara khusus di dalam
Al Qur’an maupun Al-Hadits. Namun keputusan Ijma’ itu
tentu didasarkan pada pemahaman mereka atas All Qur’an
maupun Al-Hadits
4. Qiyas: merupakan metoda penentuan hukum secara analogi,
yang diambil berdasarkan pada kasus yang telah ditentukan
Al Qur’an maupun Al-Hadits.
5. Fatwa: adalah keputusan hukum agama yang dibuat dengan
Ijtihad (ulama), atas hal-hal yang tidak terdapat di dalam Al
Qur’an maupun Al-Hadits, berdasarkan pada kaidah-kaidah
pengambilan dan penentuan hukum, seperti dengan metode
qiyas atau ijma’
FATWA MUI UNTUK BAHAN dan
PROSES PRODUKSI
1. Khamr
➢ Segala sesuatu yang memabukkan
dikategorikan sebagai khamr.
➢ Minuman yang mengandung minimal 1%
ethanol, dikategorikan sebagai khamr
➢ Minuman yang dikategorikan khamr adalah najis
➢ Minuman yang diproduksi dari proses fermentasi
yang mengandung kurang dari 1% ethanol, tidak
dikategorikan khamr untuk dikonsumsi
2. ETHANOL
A. Ethanol yang diproduksi dari industri bukan khamr
hukumnya tidak najis atau suci
B. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni
yang bukan berasal dari industri khamr untuk proses
produksi pangan, hukumnya:
⚫ Mubah, apabila dalam hasil produk akhirnya tidak

terdeteksi
⚫ Haram, apabila dalam hasil produk akhirnya masih

terdeteksi
⚫ Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa

murni yang berasal dari industri khamr untuk proses


produksi industri hukumnya haram.
3.HASIL SAMPING INDUSTRI KHAMR
a. Fusel oil yang berasal dari hasil samping industri khamr
adalah haram dan najis.
b. Fusel oil yang bukan berasal dari khamr adalah halal dan
suci.
c. Komponen yang dipisahkan secara fusel oil yang berasal dari
khamr hukumnya haram.
d. Komponen yang dipisahkan secara fisik dan fusel oil yang
berasal dari khamr dan direaksikan secara kimiawi sehingga
berubah yang menjadi senyawa baru hukumnya halal dan
suci.
e. Cuka yang berasal dari khamr baik terjadi dengan sendirinya
maupun melalui rekayasa, hukumnya halal dan suci.
f. Ragi yang dipisahkan dari proses pembuatan khamr setelah
dicuci sehingga hilang rasa, bau dan warna khamr-nya,
hukumnya halal dan suci.
Waspada !
•k h a m r d a l a m p a n g a n a n d a

k h a mer •jelly arak • mi instan arak


WARNING !

•”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,


maka janganlah duduk pada meja makan yang di situ
dihidangkan khamer
•(minuman keras)”.

•HR. Ahmad 1/20, Irwaaul-Ghalil


•7/6-8 no. 1949
4. FLAVOR YANG MENYERUPAI
PRODUK HARAM
➢ Flavor yang menggunakan nama dan
mempunyai profil sensori produk haram,
contohnya flavor rum, flavor babi, dan lain-
lain, tidak bisa disertifikasi halal serta tidak
boleh dikonsumsi walaupun ingredient
yang digunakan adalah halal.
5.PRODUK MIKROBIAL
➢ Mikroba yang tumbuh dan berasal dari media
pertumbuhan yang suci dan halal, dan mikroba yang
tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang najis
dan haram adalah haram.
➢ Produk mikrobial yang langsung dikonsumsi yang
menggunakan bahan-bahan yang haram dan najis
dalam media pertumbuhannya, baik pada skala
penyegaran, skala pilot plan, dan tahap produksi,
hukumnya haram.
➢ Produk mikrobial yang digunakan untuk membantu
proses produksi produk lain yang langsung dikonsumsi
dan menggunakan bahan-bahan haram dan najis dalam
media pertumbuhannya, hukumnya haram.
➢ Produk konsumsi yang menggunakan produk mikrobial
harus ditelusuri kehalalannya sampai pada tahap proses
penyegaran mikroba.
6. PENGGUNAAN ALAT BERSAMA

➢ Alat bekas dipakai babi/anjing harus dicuci


dengan cara di-sertu (dicuci degan air 7x, yang
salah satunya dengan tanah/debu atau
penggantinya yang memiliki daya pembersih
yang sama.)
➢ Suatu peralatan tidak boleh digunakan
bergantian antara produk babi dan non-babi
meskipun sudah melalui proses pencucian.
Regulasi Halal

➢ UU RI No 18 tahun 2012
(Tentang Pangan)
➢ Peraturan Pemerintah No 69
tahun 1999
➢ Codex Alimentarius CAC / GL 24-
1997 / 1
UU Pangan No 18 tahun 2012
Tentang Pangan
➢ Pasal 30
1. Wajib mencantumkan label
2. Isi Label :
• Nama Produk
• Daftar bahan yang digunakan
• Berat atau isi bersih
• Nama dan alamat produsen
• Keterangan tentang halal
• Tanggal-bulan tahun kadaluwarsa
PP 69 TH 1999
Definisi Pangan Halal (Pasal 1 ayat
5) adalah pangan yang tidak
mengandung unsur atau bahan yang
haram atau dilarang untuk
dikonsumsi umat islam... Dan yang
pengelolaannya dilakukan sesuai
dengan ketentuan hukum agama
islam
PP 69 Pasal 10
➢ Ayat 1:
⚫ Setiap yang memproduksi atau memasukkan
pangan ke RI...... Dan menyatakan halal,
bertanggung jawab atas kebenaran
pernyataannya dan wajib mencantumkan
keterangan atau tulisan halal pada label
➢ Ayat 2:
⚫ Pernyataan halal merupakan bagian tak
terpisahkan dari label
PP 69 Pasal 11
➢ Ayat 1:
⚫ Untuk mendukung pernyataan halal
produsen/importir wajib memeriksakan terlebih
dahulu pangan tersebut pada lembaga
pemeriksa yang telah diakreditasi

➢ Ayat 2:
⚫ Pemeriksaan (ayat 1) dilaksanakan
berdasarkan pedoman dan tatacara yang
ditetapkan oleh MENAG dengan
memperhatikan saran dari lembaga
keagamaan yang kompeten
Pasal 69, pasal 61
➢ Bentuk tindakan administratif terhadap
pelanggaran PP 69:
➢ Peringatan tertulis
➢ Perintah penarikan atau larangan peredaran
produk
➢ Pemusnahan pangan
➢ Penghentian produksi
➢ Denda paling tinggi 50 jt
➢ Pencabutan izin produksi/usaha
➢ Sanksi diambil setelah peringatan tertulis 3 kali
PRINSIP DASAR
HALAL-HARAM
10 Prinsip Halal-Haram
Yusuf Qardhawi, 2000) + 2 Prinsip
➢ Segala sesuatu pada dasarnya mubah
➢ Menghalalkan dan mengharamkan adalah hak
Allah semata
➢ Mengharamkan yang halal dan menghalalkan
yang haram = Syirik
➢ Mengharamkan yang halal akan menimbulkan
keburukan dan bahaya
➢ Pada yang halal terdapat sesuatu yang bisa
menghindarkan yang haram
➢ Apa saja yang membahayakan kepada yang
haram adalah haram
10 Prinsip Halal-Haram
Yusuf Qardhawi, 2000) + 2 Prinsip
➢ Bersiasat atas yang haram adalah haram
➢ Niat yang baik tidak dapat membenarkan yang
haram
➢ Menjauhkan diri dari yang subhat karena takut
terjatuh pada yang haram
➢ Tidak ada pilih kasih dan pemilah-milahan
terhadap segala sesuatu yang haram
➢ Apa yang banyaknya memabukkan, sedikitnya
pun haram
➢ Keadaan terpaksa membolehkan yang haram
Larangan:
Mengharamkan yang Halal
➢ Al Ma’idah (5:87-88)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengharamkan apa-apa yang baik yang Allah telah
halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas
➢ Yunus (10:59)
Katakanlah: Terangkan lah kepada-Ku tentang rejeki
yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan
sebagiannya haram dan sebagiannya halal. Katakanlah
“Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang
ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah”
Larangan:
Mengharamkan yang Halal
➢ An Nahl (16:116)
➢ Dan janganlah kamu mengatakan
terhadap apa-apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secara dusta: “ini halal dan ini
haram”, untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah tidaklah beruntung
Perbedaan Sertifikat Halal dan
Label Halal
Sertifikat Halal Label Halal

• Pendaftaran: Ke LP POM MUI/MUI • Pendaftaran: Ke Badan POM

• Auditor : • Auditor :

•2 orang LP POM MUI •2 orang LP POM MUI

•2 orang Auditor system Jaminan •2 orang Badan POM,


Halal •1 orang DEPAG
• Fokus audit: Kehalalan Produk • Fokus audit:
• Sertifikat Halal dapat sebagai salah •LP POM MUI: Kehalalan Produk
satu bahan mengajukan Label Halal
•Badan POM: GMP/Hygiene
•Depag: Pembinaan Rohani
• Punya Label Halal pasti punya Sertifikat
Halal
Perbedaan
Sertifikat Halal Label Halal
Pendaftaran LP POM MUI Badan POM

Auditor 2 + 2 LP POM 2 LP POM MUI


MUI 2 Badan POM
1 Depag
Fokus Audit Kehalalan MUI: Halal
Produk Badan POM:
GMP/Sanitasi/Hygiene
Depag: Rohani
Audit Halal

Audit Halal Internal Internal Audit Halal

Audit Halal Auditor


Eksternal LP POM MUI
Flow Chart Sertifikasi Halal
Pengajuan Sertifikasi Halal
(Dilengkapi dengan Syarat-syarat) (1-3 bulan)

Verifikasi Dokumen Halal (2 minggu)

Audit Halal (2-7 Hari)

Sidang Team Auditor Halal (3 minggu)

Sidang Komisi Fatwa (4 minggu)

Sertifikat Halal (1-2 minggu)


Fokus Audit Halal
➢ Dokumen bahan (Sertifikat halal,
Spesifikasi bahan, Daftar bahan, Flow
Proses bahan, dll)
➢ Daftar Bahan pada Produk
➢ Proses Produksi
➢ Gudang Bahan Baku dan Bahan Jadi
➢ Dokumen Pembelian (3 bulan terakhir)
➢ Lingkungan Pabrik dan Karyawan
(Obsevasi)
Fokus Audit Sistem Jaminan Halal

➢ Manual Halal
➢ SOP Halal
➢ Guide Line Halal
➢ Work Instruction
➢ Work Sheet
➢ Hubungan antar bagian/work order
➢ Perunutan aliran bahan dan dokumen
Complexitas Halal in Food
Food (I) Soy (halal) Pork (haram)

Food (II) Soy Milk (halal) Sausage From


pork (haram)
Food (III) Lechitin (halal) Gelatin (haram)

Food (IV) Glicin (halal) Glicin (haram)

Conclution Halal Haram (All of


(Derivatives Derivatives
Halal) Haram)
Contoh Kasus 2
Bumbu: spices, salt, lactose
➢ Lactose dari mana:
⚫ Whey susu
⚫ Whey susu dari mana?
⚫ Whey pembuatan keju
⚫ Penggumpalnya enzim
⚫ Enzim dari apa
⚫ Renin
⚫ Abomasum sapi
⚫ Bagaimana penyembelihan sapi
⚫ ?????
Analisis Lab saja?
➢ LD (limit detection)
➢ Metode analisis belum mampu menjawab beberapa
hal dalam produk syariat agama islam:
⚫ Bisakah dibedakan bahan orang kafir dengan orang
muslim?
⚫ Daging vs bangkai
⚫ Daging disembelih dengan Bismillah vs tanpa Bismillah
⚫ Daging vs sesajen untuk berhala misalnya, mbok Sri, Nyai
Roro Kidul, dll (disembelih dengan menyebut selain Allah)
➢ Analisa hanya pada produk akhir: berbahaya
⚫ Glisin babi (haram) vs Glisin kedelai (halal)
⚫ Zat besi Fe dari darah (haram) vs mineral (halal)
➢ Cestein/sistin dari rambut manusia (haram) vs dari
bulu binatang vs dari proses fermentasi (perlu
ditelusuri)
Siapa yang menahan diri dari
memakan makanan haram,
Allah akan selalu menolongnya
(Hr Bukhari-Muslim)
Tentang Pangan......

Pangan Halal Pangan Haram

Halal Pasti Manfaat • Dikonsumsi


•Diproduksi

Pasti Mudharat •Diperdagangkan


Haram
Tipologi Masyarakat

Halal/Haram

Tahu dan mau Tidak Tahu tapi mau


Pelaksanaan

Tahu tapi tidak mau Tidak Tahu dan tidak mau


Halal atau Haram

• Tahu
• Resah, takut, khawatir
• Mencari yang terjamin

Sertifikat Halal /Sertifikat Haram


•our contact
kontak •email: info@halalcorner.id
•layanan whatsapp: 08977282341

halal corner

•halalcorne •halalcorner.i
r d

Anda mungkin juga menyukai