Anda di halaman 1dari 69

Peran Sertifikasi dan

Dokumen Halal UMKM


Dina Sudjana
Pusat Halal Salman ITB
• Ummat Islam diwajibkan untuk memakan,
menggunakan, memanfaatkan dan mengkonsumsi
produk halal dan baik.
• Jika kewajiban tersebut diabaikan, maka akan
berdampak negatif pada tingkat keimanan dan
keislamannya seperti amal ibadahnya tidak
Mengapa Harus diterima Allah SWT dan doanya tidak dikabulkan
Halal ? • Oleh karena itu produk halal harus tersedia,
terjangkau dan terjamin agar Ummat Islam merasa
aman dan nyaman dalam mengkonsumsinya.
• Kata “HALAL” berasal dari kata “halalan” (Bahasa Arab) dengan asal
kata “halla” yang bermakna lepas atau tidak terikat.
• Halalan berarti hal-hal yang dibolehkan dan dapat dilakukan karena
telah bebas atau tidak terikat dengan ketentuan yang melarangnya.
• Halal menurut pengertian Bahasa adalah perkara atau perbuatan yang
Halal dibolehkan, diharuskan, diizinkan atau dibenarkan Syariat Islam.

& • Sedangkan kebalikan dari adalah yang mempunyai


arti perkara atau perbuatan yang dilarang atau tidak diperbolehkan
Haram oleh Syariat Islam.
• Konsep Halal dan Haram dalam Syariat Islam mencakup ibadah, akidah,
muammalah, akhlak, proses dan barang.
• Segala sesuatu itu halal
• Diharamkan oleh Nash (Al Quran
sampai ada dalil dalam Al dan Hadits): Bangkai, Babi, Darah
Qur’an, Hadits, Ijma, Qiyas mengalir, Sembelihan atas nama
dan Fatwa Ulama yang selain Allah, Sembelihan untuk
berhala, Khamr, Binatang buas
secara tegas mengharam-
dan bertaring, burung bercakar,
kannya (sesuai kaidah Ushul binatang fasiq dan keledai
Fiqih “Asal segala sesuatu peliharaan)
adalah boleh sampai ada dalil • Al-khobits atau al-khobais yang
berarti buruk, m e n j i j i k a n ,
yang mengharam-kannya”).
membuat kerusakan dan tidak
Kriteria • Dihalalkan oleh Nash (Al-
Quran dan Sunnah / Hadits):
menyenangkan (Untuk binatang
Jalalah ada yang mengharam-kan
Kriteria
Halal Binatang ternak darat, laut,

dan ada juga yang menghalalkan)
Najis atau Rijs
Haram
ikan, belalang, dll. • Iskar (memabukkan)
• Memenuhi kriteria Thayyib • Dharar dan mudharat
yang berarti baik, sehat, ( m e m b a h a y a - k a n a g a m a , jiwa,
aman, bermanfaat, keturunan, harta, akal, keamanan)
• Hasil perbuatan yang haram
berkhasiat dan berkualitas ( h a s i l c u r i a n , korupsi, riba,
(sesuai persyaratan kualitas). merampok, dll)
Pengaruh Produk Halal
1. Mempengaruhi
pertumbuhan tubuh dan
kecerdasan akal
2. Mempengaruhi sifat dan
perilaku
3. Mempengaruhi
perkembangan anak dan
keturunan
4. Mempengaruhi diterima dan
ditolaknya amak ibadah dan
doa.
5. Mengkonsumsi yang halal
adalah ibadah yang wajib
“Yaa ayyuha ann-naasa kullu mimmaa fi al - ardhi halalan thoyiba, suatu hari
dibacakan di hadapan Rosululloh SAW, kemudian Saad bin Abi Waqqas berdiri
dan berkata, “wahau Rosululloh berdoalah kepada Alloh SWT agar
menjadikanku orang yang dikabukan doanya.” Rosululloh berkata, “wahai Saad
perbaikilah makananmu maka engkau akan menjadi orang yang dikabulkan
doanya. Demi Zat yang nyawa Muhammad berada di tanganNya, sungguh
seorang hamba yang memakan sesua makanan haram dalam perutnya maka
tidak akan diterika amal ibadanya selama empat puluh hari, dan siapa saja yang
dagingnya tumbuh dari pekerjaan tidak halal dan hasil riba maka neraka lebih
pantas untuknya.” (HR Thabrani)
Halal Haram

Konsep mendasar dalam Islam


Halal selalu terkait dengan pangan (makanan dan
minuman) yang diperbolehkan dalam Islam
Luasnya cakupan makna kehalalan :
1. Tingkah laku
2. Tindakan
3. Perkataan
4. Sikap
5. Pakaian
6. Kosmetika
7. Obat-obatan
8. makanan dan minuman
Alasan makanan diharamkan:

01 02 03
Proses Cara
Pengolahan Zatnya
Mendapatkannya
Kaidah Ushulul Fiqh menurut Imam Syafii
“Hukum asal segala sesuatu adalah boeh sampai ada dalil
yang menunjukan keharamamnya”

Makanan diharamkan disebabkan

1. Proses Pengolahan
“Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi,
dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah.
Tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S> Al Baqoroh 173)
2. Zatnya
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, ü Bangkai
daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih ü Darah
bukan atas (nama) Allah: yang tercekik, yang dipukul, ü Daging babi
yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam
ü (daging) hewan yang disembelih
binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih.
bukan atasn nama Alloh
Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib ü yang tercekik
dengan anak panah, (karena) itu suatu perbuatan ü yang terpukul
fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa ü yang jatuh
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah
ü yang ditanduk
kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-
Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu ü yang diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kambu sembelih
untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu,
dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi ü yang disembelih untuk berhala
barang siapa terpaksa karena lapar, bukan karena ü mengundi nasib dengan azlam (anak
ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha panah)
Pengampun, Maha Penyayang.
3. Cara Mendapatkannya

Wahai orang-orang yang beriman!


Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil
(tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar
suka sama suka di antara kamu.
(Q.S. An Nisa 29
Penegasan Al-Quran
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al Baqoroh 168 ).

“Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai
rezeki yang dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya.” ( Q.S. Al Maidah 88 )
Konsep Halalan-Thoyyiban
Halal Thoyyiban
• Dibolehkan menurut • Baik dan Bersih
Syariah Islam.
• Berkhasiat
• Bahannya halal dan suci
• Bermanfaat
• Tidak terbuat dari bahan Haram
• Aman
dan Najis.
• Berkualitas
• Tidak terkontaminasi bahan
• Sesuai Persyaratan
Haram dan Najis
• Terdaftar di Regulator (Badan
• Tidak membahayakan
POM RI)
kesehatan dan jiwa.
Produk Halal Menurut Syariat

01 02 03
Halal semua bahannya Halal cara • Halal dalam memprosesnya
memperolehnya (termasuk penyembelihan)

04 05 06 07
Halal dalam Halal dalam Halal dalam Halal dalam
pengemasannya pengangkutannya penyimpanannya penyajiannya
Kewajiban Bersertifikat Halal

Makanan, Minuman

Obat, Kosmetik

Produk
Barang
Wajib Produk kimiawi, produk biologi,
Sertifikat produk rekayasa genetik
Halal
Barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh masyarakat bagi barang
yang berasal dari dan/atau
mengandung unsur hewan
Jasa, penyembelihan, pengolahan, penyimpanan,
pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan
penyajian hanya yang terkait dengan
makanan, minuman, obat, atau
Jasa
kosmetik.
15
Peta Jalan Aturan Jaminan
Produk Halal
1988 2000 -
1989 1994
2001
Isu lemak babi Produk MSG
MUI Sertifikasi
hasil riset Dr. Ir. mengganti
mendirikan Halal
Susanto Univ Polipepton Sapi
LPPOM MUI Makanan
Brawijaya dengan Bactosytone
6 Januari dimulai porcine. Terjadi
kegaduhan.

2021 2019 2017 2014 2004


PP 39/2021
1. Kewajiban BPJPH 1. UU Jaminan Produk
KMA 748 /2021 didirikan RUU JPH
Sertifikasi Halal Halal. 17 Oktober
Keputusan diajukan atas
17 Oktober 2. MUI tetap
Kepala BPJPH
melaksakan
inisiatif DPR
No 57/2021 2. PP 31/2019
tentang 3, PMA dan KMA Sertifikasi Halal
Perbedaan Sertifikasi Halal
RINCIAN TUGAS SEBELUM UUJPH SESUDAH UUJPH

Sifat Sertifikasi Voluntary Mandatory

Pelaksana MUI BPJPH

Kedudukan Hukum Pelaksana Non Pemerintah Pemerintah (KEMENAG)

Pemeriksa Kehalalan LPPOM MUI LPH

Auditor Halal Ditetapkan LPPOM MUI Kompetensi Jelas


Sertifikasi oleh MUI

Standar Halal HAS 23000 SJPH (Sistem Jaminan


Produk Halal)
Penentu Status Kehalalan Komisi Fatwa MUI Komisi Fatwa MUI

Durasi Sertifikat Halal 2 tahun 4 tahun

Legal Aspek Lemah Kuat


Transformasi Sertifikat Halal
Implementasi Produksi Halal

TARGET SISTEM ANALISIS TITIK


PENGEMBANG KRITIS
JAMINAN
PRODUK PRODUK
AN PRODUK KEHALALAN
HALAL BAHAN, PRODUK
HALAL HALAL DAN PROSES

SERTIFIKASI PENERAPAN PEMILIHAN PENETAPAN


STRATEGI FASILITAS
HALAL MANUFAKTUR PRODUKSI DAN BAHAN
PRODUKSI HALAL DISTRIBUSI HALAL HALAL
Penjaminan Kehalalan Produk

 Penjaminan kehalalan produk adalah suatu kegiatan atau upaya yang secara sadar
untuk tetap mengikuti semua persyaratan, aturan dan kegiatan produksi serta
pengawasannya agar secara konsisten mempertahankan kehalalan semua produk
yang dihasilkan industri halal.
 Penjaminan kehalalan dapat dilakukan oleh industri halal dengan cara:
v Selalu menggunakan bahan-bahan yang halal.
v Selalu menggunakan sistem produksi, fasilitas, sumber daya dan peralatan khusus
untuk produk halal (dedicated for halal only)Selalu mengikuti semua aturan
produksi halal yang sejalan dengan GMP.
v Selalu disiplin dalam menjalankan Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH)
Kewajiban Bersertifikat Halal

Ø Produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib


bersertifikat halal (Pasal 4 UU JPH).
Ø Pasal 4 ini mengubah praktik penyelenggaraan proses sertifikasi halal yang bersifat
sukarela (voluntary) yang dilakukan oleh MUI menjadi wajib (mandatory) yang
dilaksanakan oleh BPJPH.
Ø Kewajiban bersertifikat Halal bagi Produk yang beredar dan diperdagangkan di wilayah
Indonesia mulai berlaku 5 tahun terhitung sejak UU diundangkan (pasal 67 ayat 1), yaitu
17 Oktober 2019.
Ø Produk Halal adalah Produk yang telah dinyatakan HALAL sesuai dengan syariat Islam
(Pasal 1, Ayat 2).
Ø Sertifikat Halal adalah pengakuan kehalalan suatu Produk yang dikeluarkan oleh BPJPH
berdasarkan fatwa halal tertulis yang dikeluarkan oleh MUI (Pasal 1, Ayat 10).
Pendorong Peningkatan
Produksi Konsumsi Produk
Halal

1. Demografi (jumlah populasi) Muslim di Indonesia


2. Peningkatan kesadaran beragama
3. Pasar dan ekonomi halal yang meningkat di Indonesia maupun dunia
4. Pengaruh internet, medsos dan e-commerce.
Kewajiban
Bersertifikat Halal

• Produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat
halal (UUJPH Pasal 4).
• Pasal 4 ini mengubah praktik penyelenggaraan proses sertifikasi halal yang bersi fat
s u k a r e l a ( v o l u n t a r y ) yang d i l a k u k a n oleh MUI m e n j a d i w a j i b (mandatory) yang
dilaksanakan oleh BPJPH.
• Kewajiban bersertifikat Halal bagi Produk yang beredar dan diperdagangkan di wilayah
Indonesia mulai berlaku 5 tahun terhitung sejak UU diundangkan, yaitu 17 Oktober 2019
(UUJPH pasal 67 ayat 1).
• Kewajiban bersertifikat halal bagi produk dilakukan secara bertahap dimulai dari Produk
makanan dan minuman dan selanjutnya Produk lain (akan diatur PMA setelah
berkoordinasi dengan K/L terkait).
• Produk yang belum bersertifikat halal pada 17 Oktober 2019 diatur lebih lanjut dengan PMA
dan KMA setelah koordinasi dengan K/L terkait.
Akibat kurangnya pemahaman dari sisi syariah tentang
perintah terkait halal dan haram, akibat yang ditimbulkan
dan manfaat yang akan di dapat jika mentaatinya --->
mengakibatkan kurang kesadaran dalam mengkonsumsi
pangan (makanan dan minuman).
Urgensi Halal :
Sebagian besar muslim Indonesia belum
menyadari bahwa mereka dikelilingi oleh
produk yang dan

Akibat kurangnya pemahaman dari sisi syariah


tentang perintah terkait halal dan haram, akibat
yang ditimbulkan dan manfaat yang akan di
dapat jika mentaatinya ---> mengakibatkan
kurang kesadaran dalam mengkonsumsi pangan
(makanan dan minuman).
Peran Serta
Masyarakat:
• Sosialisasi dan Edukasi mengenai Jaminan Produk
Halal
• Pendampingan dalam Proses Produk Halal (PPH)
• Publikasi bahwa produk berada dalam pendampingan

• Pemasaran dalam jejaringan organisias


kemasyarakatan Islam Berbadan Hukum
• Pengawasan Produk Halal yang Beredar

PP 39 Pasal 144/2021
Bahan
Terminologi Titik Kritis Kehalalan

• Suatu tahapan produksi dimana ada kemungkinan suatu produk menjadi haram.

• Produk Halal Makanan, minuman, obat, kosmetik, dll yang tersusun dari unsur yang halal,
dan telah melalui proses produksi produk halal yang telah dinyatakan halal sesuai dengan
syariah.

• Sistem Jaminan Halal (SJH)Suatu pengelolaan terpadu terhadap bahan, proses, produk,
sumberdaya manusia, dan prosedur untuk menghasilkan produk halal dan menjamin
kehalalannya secara konsisten dan berkelanjutan.
Prinsip Kajian Titik Kehalalan

1. Bahan haram atau najis tidak boleh digunakan atau masuk kedalam rangkaian proses
produksi halal,
2. Jika tidak ada bahan haram atau najis yang digunakan, masuk atau mengkontaminasi pada
salah satu tahapan proses produksi, maka produknya dapat dinyatakan produk halal. Dan
sebaliknya,
3. Jika ada bahan haram atau najis yang digunakan, masuk atau mengkontaminasi pada
salah satu rangkaian proses produksinya maka produknya dapat dikategorikan sebagai
produk haram.
• Ushul Fiqh: Idzaa ijtima al-halal wa al-haram ghuliba al-haram (Jika bercampur yang halal
dengan yang haram, maka dihukumi haram).
Bahan Untuk
Membuat Produk
Pangan

Jenis Bahan Bahan Bahan Bahan


bahan : baku olahan tambahan penolong
Pangan

............

........
Sumber bahan : Manusia
Tumbuhan Mineral
Sintetik Mikroba
Hewan
Kimia

(Pasal 1. UU No 33 (2014)
tentang Jaminan Produk Halal)
Bahan Terkonsumsi dan Terpakai dalam Kehidupan Muslim dan
Produk Bisnis Global dengan Persyaratan Halal

Obat dan
BABI suplemen BINATANG
Alat alat Sabun, BUAS
kemasan Shampo,
dan Odol, Sikat
transportas Gigi,
ALKOHOL i logistik Kosmetik
HEWAN
Halal: TERNAK YANG
Bahan DISEMBELIH
BINATANG
MENJIJIKKAN Makanan, TIDAK SECARA
Pakaian
Minuman SYARIAH
Alat alat
masak
DARAH atau BANGKAI
produksi
Bahan Haram Asal Babi Tersembunyi dalam Industri Makanan, Minuman,
Obat, Pakaian, Kosmetik dan Lainnya
Cream Mentega Kuas Sabun Sampho Jus Lilin
Whipped Chees / dapur
Pupuke Buah
Cream Bulu Asam Lemak Gelatine
ButterGelatine Asam Lemak
Ice Roti
Cream Bulu
Gelatine Lemak
Kertas Lemak
Tas Protein Obat
Sapatu Kulit
Bulu
Pakaian Lemak Tablet/Kapsul
Asam Lemak Gelatine
Tulang Suplemen
Pelembab Lemak
Crayon Kolagen Gelatine Tissue Tissue Cat
Enzym Asam Lemak
Mask usus
Muka Gliserin
Darah Pankreas Penumbuhan
Tulang Binder Heparin stemcell Bubuk
Odol Pembersih
Hemoglobin Insulin
Kalsium Sumbat Obat
Filter Rokok
Yoghurt Anti
penggumpalan
darah
Produk
Halal
Produk
Produk Halal
Barang dan/atau jasa yang terkait
dengan makanan, minuman, obat, Produk yang telah
kosmetik, produk kimiawi, produk dinyatakan halal sesuai
biologi, produk rekayasa genetik, dengan syariat Islam.
s e r t a b a ra n g g u n a a n yg d i p a ka i ,
digunakan, atau dimanfaatkan oleh
masyarakat.

Proses Produk
Sertifikat Halal
Halal (PPH)
Pengakuan kehalalan suatu
Ra n g k a i a n k e g i a t a n u n t u k Produk yang dikeluarkan
menjamin kehalalan produk
mencakup penyediaan bahan,
oleh BPJPH berdasarkan
p e n g o l a h a n , p e ny i m p a n a n , fatwa halal tertulis yang
pengemasan, pendistribusian, dikeluarkan oleh MUI.
penjualan, dan penyajian produk.
Kriteria Produk Halal

1. Bahan dan Proses Produksi HALAL sesuai


Syariat Islam

2. Tidak terbuat dari bahan-bahan


yang haram atau najis

3. Tidak terkontaminasi atau tercampur


dengan bahan haram atau najis
4. Selama produksi, penyimpanan,
transportasi, distribusi dan
penyajian tidak terkontaminasi dan
tercampur bahan haram atau najis.
• Produk pada industri pengolahan : produk yang didaftarkan untuk sertifikasi halal, baik
berupa produk retail (eceran), non retail, produk akhir, produk antara (intermediet).

• Produk pada restoran/katering : semua menu yang disajikan, baik dibuat sendiri oleh
perusahaan maupun menu titipan/ rekanan, menu musiman dan menu ekstra.
Produk halal diproduksi dari:

01 02 03
Bahan halal Diproses dengan cara Menggunakan peralatan
sesuai syariat Islam

04 05 06 07
Fasilitas produksi Sistem pengemasan Penyimpanan Distribusi yang tidak
terkontaminasi dengan
bahan tidak halal
Produk yang disertifikasi halal :

a. Nama produk yang mengandung nama minuman keras, contoh rootbeer, es krim rasa rhum
raisin, bir 0% alkohol;
b. Nama produk yang mengandung nama babi dan anjing serta turunannya, seperti babi
panggang, babi goreng, beef bacon, hamburger, hotdog;
c. Nama produk yang mengandung nama setan seperti rawon setan, es pocong, mi ayam
kuntilanak;
d. Nama produk yang mengarah kepada hal-hal yang menimbulkan kekufuran dan kebatilan;
misalnya : coklat valentine, biskuit natal, mie gong xi fai chai
Contoh Produk
Produk melakukan sertifikasi halal produk dengan bentuk:

1. Bentuk menyerupai hewan babi dan anjing.


2. Bentuk produk atau label kemasan yang sifatnya erotis, vulgar dan/atau porno.
Produk melakukan sertifikasi halal apabila : karakteristik/profil sensori produk yang memiliki
kecenderungan bau atau rasa yang mengarah kepada produk haram atau yang telah
dinyatakan haram berdasarkan ketetapan fatwa.
Contoh : minuman yang memiliki bau/rasa bir tidak dapat disertifikasi msekipun dibuat dari
bahan halal.
Contoh Bentuk
Nama Produk yang telah dikenal luas dan tidak mengandung bahan haram dapat
digunakan, contoh bir pletok, bakso, bakmi, bakpia, bakpao.

Produk wajib menghasilkan produk atau bahan yang aman untuk dikonsumsi.
Pengemasan
Kemasan Berdasarkan Struktur Isi

Ø Kemasan Primer
Bahan kemas yang langsung mewadahi produk (misalnya kaleng susu,botol
minuman, dll).
Ø Kemasan Sekunder
Kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasanlainnya, seperti
kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan
yang dibungkus dan sebagainya.
ØKemasan Tersier dan Kuarter
Kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, pengiriman atau identifikasi.
Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan
Kemasan Berdasarkan Frekuensi
Pemakaiannya
Ø Kemasan Sekali Pakai (Disposable)
Kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik,
bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.
Ø Kemasan Dipakai Berulang Kali (Multi Trip)
Kemasan jenis ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi
pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol
minuman dan botol kecap.
Ø Kemasan yang Tidak Dibuang (Semi Disposable)
Kemasan ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai.
Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Bahan Kemasan

46
Contoh Kemasan Plastik Halal
Contoh bentuk kemasan yang tidak boleh
Peraturan dalam Hal Kemasan
Ø Wajib menggunakan bahan pengemas yang tidak terbuat atau mengandung
bahan yang tidak halal;
Ø Wajib mengemas produk halal sesuai dengan isinya
Ø Wajib mengemas produk karkas dengan menggunakan kemasan yang bersih,
sehat, tidak berbau, tidak mempengaruhi kualitas dan keamanan daging;
Ø Wajib mendesain kemasan, tanda, simbol, logo, nama, dan gambar yang tidak
menyesatkan dan/atau melanggar prinsip syariat Islam;
Ø Wajib mencantumkan label halal pada produk yang telah mendapat
sertifikat halal pada:
a. Kemasan produk;

b. Bagian tertentu dari produk; dan

c. Tempat tertentu pada produk


Label
Logo Halal
Label

Label Halal adalah tanda kehalalan


suatu produk

Logo dalam Label Halal


merupakan wujud keputusan
dan/atau tindakan yang
ditetapkan dan/atau dilakukan
oleh BPJPH

Pasal 91/PP 29/2021


Ø Label Halal dicantumkan pada:
a. kemasan produk;
b. bagian tertentu dari produk; dan/atau
c. tempat tertentu pada produk.

Ø Pencantuman Label Halal mudah dilihat dan dibaca, serta tidak mudah dihapus, dilepas, dan
dirusak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ø Pencantuman Label Halal dikecualikan untuk:


a. Produk yang kemasannya terlalu kecil sehingga tidak mungkin dicantumkan seluruh
keterangan;
b. Produk yang dijual dan dikemas secara langsung dihadapan pembeli dalam jumlah kecil; dan
c. Produk yang dijual dalam bentuk curah
Ø Label Halal dicantumkan pada:
a. kemasan produk;
b. bagian tertentu dari produk; dan/atau
c. tempat tertentu pada produk.

Ø Pencantuman Label Halal mudah dilihat dan dibaca, serta tidak mudah dihapus, dilepas, dan
dirusak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ø Pencantuman Label Halal dikecualikan untuk:


a. Produk yang kemasannya terlalu kecil sehingga tidak mungkin dicantumkan seluruh
keterangan;
b. Produk yang dijual dan dikemas secara langsung dihadapan pembeli dalam jumlah kecil; dan
c. Produk yang dijual dalam bentuk curah
Ø Pelaku usaha wajib mencantumkan label halal pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca,
serta tidak mudah dihapus, dilepas, dan dirusak; dan
Ø Pelaku usaha wajib mencantumkan label halal sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal dan tetap memperhatikan peraturan
perundangan yang terkait label sesuai dengan komoditinya.
Ø Penyajian wajib dipisahkan antara produk segar asal hewan tidak halal dengan Produk
segar asal hewan halal.
Ø Penyajian wajib dipisahkan antara produk segar dan olahan asal hewan dan non hewan
tidak halal dengan Produk segar dan olahan asal hewan dan non hewan halal.
Ø Pemajangan (display) : prosedur harus menjamin tidak terjadinya kontaminasi produk
halal oleh bahan haram/najis.
Ø Penentuan menu : prosedur harus menjamin restoran hanya menjual menu yang sudah
disertifikasi.
Penyajian
Fasilitas dan peralatan penyajian hanya dikhususkan untuk menyajikan produk
halal. Jika ada penggunaan fasilitas/peralatan penyajian secara bersama untuk
produk yang disertifikasi dan produk yang tidak disertifikasi (tetapi bahanya tidak
berasal dari babi/turunanya), misalnya di foodcourt, maka harus ada proses
pencucian sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi kontaminasi silang.

1. Tempat penyajian wajib dipisahkan antara yang halal dan tidak halal
meliputi:
a. Sarana penyajian Produk Halal; dan

b. Proses penyajian Produk.


Aturan dalam hal penyajian

Ø Penyajian wajib dipisahkan antara produk segar asal hewan tidak halal dengan Produk
segar asal hewan halal.

Ø Penyajian wajib dipisahkan antara produk segar dan olahan asal hewan dan non hewan
tidak halal dengan Produk segar dan olahan asal hewan dan non hewan halal.

Ø Pemajangan (display) : prosedur harus menjamin tidak terjadinya kontaminasi


produk halal oleh bahan haram/najis.

Ø Penentuan menu : prosedur harus menjamin restoran hanya menjual menu yang sudah
disertifikasi.
Pelaku usaha wajib menggunakan alat penyajian
yang memenuhi persyaratan:
v Tidak menggunakan alat penyajian secara bergantian dengan yang
digunakan untuk penyajian Produk tidak halal;
v Menggunakan sarana yang berbeda untuk yang halal dan tidak
halal dalam pembersihan alat;
v Menggunakan sarana yang berbeda untuk yang halal dan tidak
halal dalam pemeliharaan alat; dan
v Memiliki tempat penyimpanan alat sendiri untuk yang halal dan
tidak halal
Prosedur Pemajangan dan Penyajian

Khusus restoran/katering, harus tersedia prosedur pemajangan dan penyajian menu-->


menjamin tidak terjadinya kontaminasi oleh bahan haram/najis selama pemajangan dan
penyajian.
Ø Fasilitas/peralatan pemajangan dan penyajiannya hanya dikhusukan untuk memajang
dan menyajikan menu halal.
Ø Jika ada penggunaan peralatan penyajian secara bersama dengan menu yang tidak
disertifikasi (misalnya foodcourt atau acara pernikahan) --> harus menjamin tidak
terjadinya kontaminasi silang.
Ø Pastikan proses pencucian dapat menghilangkan najis yang mungkin ada
Ø Jika ada menu babi --> peralatan penyajian khusus/dedicated (tidak digunakan bersama)
atau peralatan penyajian sekali pakai.
Ø Jika terdapat kontaminasi najis babi pada peralatan penyajian --> harus dilakukan prosedur
penyucian najis berat dan untuk selanjutnya hanya digunakan untuk menyajikan menu
halal.
(sumber LPPOM)
Display Produk Haram Harus dipisah
Prosedur Aturan Pengunjung

Khusus restoran, harus tersedia prosedur aturan pengunjung --> menjamin


pengunjung tidak mengkonsumsi produk dari luar restoran yang tidak
memiliki status halal yang jelas.

Ø Perusahaan harus menerapkan aturan larangan bagi pelanggan


mengkonsumsi makanan/minuman haram atau jelas kehalalanya di dalam
restoran.
Ø Jika terdapat acara/seremonial di dalam restoran, maka makanan yang
dibawa dari luar (misalkan kue ulang tahun dll) harus bersertifikat halal, jika
tidak, maka makanan hanya boleh untuk seremonial (dipotong/difoto)
tetapi tidak boleh dikonsumsi di dalam restoran.
(sumber LPPOM)
Contoh Kasus di Restoran
Ada menu yang tidak sesuai dengan kaidah
Sistem Jaminan Produk Halal
Contoh Kasus di Restoran
Ada menu yang tidak sesuai dengan kaidah
Sistem Jaminan Produk Halal
Studi Kasus Makanan Kekinian
Halal = Hukum Halal Tidak Boleh
Ditetapkan Oleh Sembarang Orang

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu
secara dusta ”Ini halal dan ini haram,” untuk mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah tidak akan beruntung. (QS. An Nahl 116)
Halal is My Life
My Life is Halal

Hatur Nuhun

Anda mungkin juga menyukai