Anda di halaman 1dari 6

1) Jelaskan Definisi Kanker Endometrium:

Kanker endometrium adalah keganasan yang berasal dari lapisan pada uterus yang melapisi
bagian dalam dari uterus yaitu endometrium.
 Kriteria kanker endometrium :
Kelompok risiko kanker endometrium dibagi atas:
1) Low Risk: derajat 1-2, invasi miometrium <50% dengan LVSI (-)
2) Low intermediate risk: stadium I endometrioid, derajat 1-2, dengan invasi miometrium >50%,
3) Intermediate risk: derajat I endometrioid, grade 3, <50% invasi miometrium, tanpa melihat
status LVSI
- derajat I endometrioid, grade 2. LVSI positif, tidak melihat derajat kedalaman invasi
4) High risk: derajat 3, >50% invasi miometrium atau non-endometrioid (clear cell, serous,
undifferentiated carcinoma jika >10% dari tumor), Stadium III penyakit residual dan Stadium
IVA, Metastasis Stadium IVB

2) Staging kanker ovarium


Stadium 1: terbatas pada ovarium saja
IA Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumor pada
permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau pada
bilasan peritoneum. IB Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak terdapat
tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau
pada bilasan peritoneum. IC Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium IC1 Surgical
spill. IC2 Kapsul pecah sebelum pembedahaan atau tumor pada permukaan luar
kapsul. IC3 Sel kanker positif pada cairan asites atau bilasan peritoneum. Stadium II
Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan perluasan ke pelvis. IIA Perluasan dan /
implant ke uterus dan / atau tuba falopii. IIB Perluasan ke organ pelvis jaringan
intraperitoneal lainnya. Stadium III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara mikroskopik di luar pelvis dan /
atau metastasis ke kelenjar getah bening regional. IIIA Metastasis peritoneum
mikroskopik di luar pelvis. IIIA1Hanya kelenjar getah bening pada organ retroperitoneal
IIIA1(i) metastasis < 10 mm. IIIA1(ii) Metastasis > 10 mm. IIIA2 mikroskopik di luar
pelvis (pinggiran atas) melibatkan peritoneal + retroperitoneal kelenjar getah bening
positif IIIB Metastasis peritoneum makroskopik di luar pelvis < 2 cm dengan metastasis
kelenjar getah bening retroperitoneal termasuk meluas pada kapsul liver/lien. IIIC
Metastase peritoneal diluar pelvik lebih dari 2 cm dalam dimensi terbesar (termasuk
penyebaran tumor ke kapsul dari hati dan limpa tanpa keterlibatan parenkim dari organ
lain) dengan atau tanpa positif KGB retroperitoneal. IV Metastasis jauh di luar rongga
peritoneum. Kecuali metastasis ke organ peritoneal
IVA Bila terdapat efusi pleura maka cairan pleura mengandung sel kanker
positif.
IVB Metastasis pada parenkim hati, metastasis ke luar organ abdominal
(termasuk, kelenjar getah bening inguinal dan kelenjar getah bening diluar

 Klasifikasi histopatologi kanker ovarium


Surface ephitheliat - stromal tumor
1. Serous tumor : benign, borderline, malignant
2. Musinois tumor : benign, borderline, malignant
3. Endometrioid tumor : benign, borderline, malignant
4. Clear cell tumor: benign, borderline, malignant
5. Transitional cell tumot : brenner tumor, brenner tumor borderline,
malignant bredder tumor, non-Brenner type
6. Squamous cell tumor: Squamous cell carcinoma, epidermoid cyst
7. Mixed epithelial tumor : benign, borderline, malignant

Sex cord-stromal tumor


1. Granulosa-stromal cell tumor
2. Sertoli- stromal cell tumor
3. Sex cord- stromal cell tumor of mixed : antubular, gynandroblastoma, sex
cord stromal cell tumor unclacified
4. Stroid cell tumor : Leydig, steroid cell tumor not itherwise specified

Germ cell tumor


1. Primitive germ cell tumor : dysgerminoma, yolk sac, embruonal c
arcinoma, polyembryoma, non-gestatinal carcinoma, mix germ cell tumor
2. Biphasic or triphasic teratoma : immature, mature (solid, cystic)
3. Monodermal teratoma and somatic-ty tumor associated with dermoid cyst:
thyroid tumor grup, carcinoid grip, neurotodermal tumor grup, carcinoma
group

 Peranan potong beku pada operasi NOK


Pemeriksaan potong beku merupakan metode pemeriksaan Histopatologi yang
menggunakan system pembekuan, dimana menggunakan jaringan yang freash
atau baru pada saat tumor atau jaringan tersebut diambil. Dimana dari hasil
pemeriksaan akan didapatkan kesimpulan apakah suatu jaringan tersebut
merupakan sel yang ganas atau suatu malignancy atau tumor yang termasuk jinak.
Dimana pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan Langkah selanjutnya
dalam Tindakan operative pada kasus NOK apakah diperlukan operasi surgical
staging atau tidak pada kasus NOK tersebut.

3) Klasifikasi Penyakit trophoblast gana berdasarkan WHO


Abnormal (non molar) villous lesion
Molar pregnancy:
Mola hidatidosa – tumor plasenta benigna dengan potensi maligna
Mola komplit
Mola parsial

Mola Invasive dan mestastasis mola hidatidosa


Gestational trophoblastic neoplasia – tumor plasenta dengan karakteristik maligna
Ephiteloid trophoblastic tumor
Koriokarsinoma gestasional
Placental site trophoblastic tumor
Epithelioid trophoblastic tumor

b. Evaluasi pasca evakuasi mola


Nilai kadar hCG yang tinggi > 4 minggu pasca-evakuasi (serum >20.000 IU/liter,
urine >30.000/24 jam)
Kadar bhcg diperiksa setelah post kuretase, hari ke 1 , 7 dan 14
Dimana berdasarkan kurva Mochizuki bhcg harus :
Setelah 4 minggu: <1000
Setelah 6 minggu: < 100
Setelah 8 minggu: < 20-30
Setelag 12 minggu: <5
2. kadar hCG yang meningkat progresif pasca-evakuasi
3. kadar hCG berapa pun juga yang terdeteksi pada 4 bulan pasca-evakuasi
4. kadar hCG berapapun juga dengan disertai tanda-tanda metastasis otak, renal,
hepar, GI tract, atau paru-paru

c. Klasifikasi klinik menurut Hammond pada PTG


1. Non metastasis : Tidak ditemukan metastasis
2. Metastasis: Terdapat metastasis ekstrauterin
a. Prognosis baik
Tidak ada faktor risiko :
 Durasi < 4 bulan
 Kadar β hCG pre terapi < 40.000mIU/ml
 Tidak terdapat metastasis otak atau hati
 Bukan kehamilan aterm sebelumnya
 Belum pernah kemoterapi
b. Prognosis buruk
Ada faktor risiko :
 Durasi ≥ 4 bulan sejak kehamilan sebelumnya
 Kadar β hCG preterapi ≥ 40.000 mIU/ml
 Metastasis otak atau hati
 Kehamilan aterm sebelumnya
 Pernah kemoterapi
4. Natural history: penegakan diagnosis,sebelum diberikan kemoterapi, diagnosis ca
harus ditegakkans cara histopatologi atau sitologi yang konsisten dengan diagnosis
klinik.
Tentukan stadium
Toleransi dan keadaan penderita: melalui penetapan status penampilan.
Status penampilan menunjukkan tingkat efektivitas pasien dan seberapa jauh penyakit kanker
berdampak pada pasien serta merupakan indikator prognosis pengaruh obat-obat terhadap
keadaan umum penderita.

5.
Persiapan kemoterapi:
Telah diketahui dengan pasti Jenis atau sel kanker, Stadium kanker. Telah dipastikan
Jenis terapi kemoterapi dan sensitiftas terhadap terapi, melakukan pemeriksaan
secara komperhensif pada pasien baik keadaan umum dan pemriksaan laboratorium
lengkap serta kimia klinik menilai fungsi organ seperti fungsi liver, ginjal, sumsum
tulang, EKG dll. Mempertimbangkan Efek samping kemoterapi yang dapat terjadi,
melakukan informes consent kepada pasien dan keluarga.

Syarat kemoterapi
Keadaan umum pasien cukup baik,
Pasien mengerti tujuan kemoterapi
Hasil pemeriksaan lab faal ginjal dan hati baik
Hb > 10, leukosit > 5000, trombo > 150.000

Efek samping kemoterapi yang umum:


 Mual dan muntah
 Kehilangan nafsu makan
 Kehilangan rambut
 Tangan dan kaki ruam
 Sariawan
Kemoterapi dapat merusak sel-sel darah yang memproduksi sumsum tulang, sehingga
pasien mungkin memiliki jumlah sel darah rendah. Hal ini dapat mengakibatkan:
 Meningkatnya kemungkinan infeksi (disebabkan oleh
kekurangan sel darah putih)
 Pendarahan atau memar setelah luka kecil atau luka (yang
disebabkan oleh kekurangan trombosit darah)
 Kelelahan (yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang rendah) Sindrom
myelodysplastic atau leukemia myeloid akut

Complete Response (CR)


Hilangnya semua penyakit yang ada, ditentukan dengan 2x observasi dalam waktu < 4
minggu
Partial Response (PR)
Jumlah semua lesi yang ada menurun > 50% setidaknya dalam waktu 4 minggu
Tidak ada lesi baru
Tidak perkembangan lesi apapun
Stable Disease (SD)
Jumlah semua lesi yang ada menurun < 50% atau meningkat < 25 % ukurannya pada 1 lesi/lebih
Progressive disease (PD)
Meningkat ukuran 1 lesi > 25% atau
Timbulnya lesi baru

6. Radiasi

Radiasi pada jaringan biologik dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase fisika, kimia dan biologi. Radiasi p
jaringan biologi, pada awalnya menyebabkan fase fisika dengan metode ionisasi dan eksitasi. Selanjutny
terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk mengakibatkan kerusakan biologi dengan car
DNA yang tidak bisa diperbaiki akan menyebabkan kematian sel. Ionisasi dan eksitasi akan menyebabkan k
maupun tidak langsung. Kerusakan DNA secara langsung jika radiasi pengion langsung mengenai DNA.4
akibat sinar x dan λ disebabkan oleh efek langsung, dan efek langsung ini lebih dominan pada radiasi
secara tidak langsung melalui pembentukan radikal bebas (atom dengan elektron tidak berpasangan)
merusak terhadap DNA

Kerusakan DNA bisa berupa terputusnya rantai tunggal DNA atau single strand breaks (SSB),
terputusnya rantai ganda DNA atau double strand breaks (DSB), crosslink DNA, serta kehilangan
basa DNA. Beberapa kerusakan DNA masih dapat diperbaiki, tetapi dapat juga mengalami
kegagalan, sehingga terjadilah kematian sel. Kerusakan DNA melalui mekanisme DSB adalah yang
paling penting, sebab terjadi pemisahan rantai DNA sehingga sulit diperbaiki. Sel yang gagal
diperbaiki tidak langsung mengalami kematian, tetapi mengalami beberapa pembelahan sel
(mitosis) terlebih dahulu.

Kerusakan DNA akibat radiasi terjadi terutama pada area fokus pengelompokan ionisasi yang
berjarak beberapa nanometer dari DNA. Diperkirakan terjadi
100.000 ionisasi pada sel per Gy dosis radiasi terserap; yang menyebabkan seribu sampai tiga ribu
crosslink DNA atau crosslink protein DNA, seribu kerusakan struktur DNA, 500-1000 SSB dan 25
sampai 50 DSB. Mayoritas ionisasi tidak menyebabkan kerusakan DNA, dan hampir semua lesi
pada DNA dapat diperbaiki melalui jalur perbaikan DNA. Kegagalan perbaikan atau kesalahan
perbaikan DNA pada DSB dapat mematikan (letal) atau menyebabkan mutase.

Sebagai terapi primer pada kanker ginekologi terutama pada stadium lanjut, stadium IIB-IVB Bentuk dan
dosis radiasi :

1. Diberikan radioterapi dalam bentuk radiasi eksterna whole pelvis sebagai terapi primer dengan dosis 45-50
Gy, 1,8-2Gy per fraksi, 5 fraksi per minggu, diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy (post RE 50 Gy)
atau 4x7 Gy (post RE 45 Gy).
2. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan radiasi sebagai radiosensitiser (kemoradiasi)
3. Apabila masih terdapat residu parametrium setelah 50 Gy, dapat diberikan tambahan booster radiasi eksterna
di daerah parametrium dengan dosis 15-20 Gy, atau brakiterapi interstitial, atau kombinasi intrakaviter dan
interstitial.

8) Tatalaksanaa pasien Neutropeni dengan demam


Bila demam > 38,3 C dan neutropenia < 0,5 x 109), di bagi menjadi low risk dan high risk.
pada Low risk : neutropenia < 7 hari dan klinis stabil dan tidak ada komobid bila pasien rawat
jalan diberikan antibiotic oral ( ciprofloxacin + amocilin/clavuanate) di lalukun aobservasi 4-24
jam di klinik/rumah sakit untuk memastikan pasien tolerated pada antibiotik empiric dan pasien
kondisi pasien stabil dapat di terapi rawat jalan. Bila pasien rawat ini, diberikan antibotik
intravena, jika respon dan pasien masuk kategori untuk rawat jalan kemudian tetap diobervasi 4-
24 untuk memastikan respon terapi.
Pada High risk : neutropenia > 7 hari atau klini stidka stabil dan ada komorbit lain, di berikan
Antibiotik intravena nomoterapi ( pipericilin/tzobactam/ carbapenem/ ceftazidime/ cefepime),
apabila respon dipertimbangkan untuk rawat jalan dan dilakukan observasi kondisi pasien. Terapi
antibotik empiris harus di berikan sesegera mungkin tampa menunggu konfirmasi infeksi melalui
laboratorium karen infeksi dapat memperburuk dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai