TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini adalah bagan untuk menggambarkan anatomi badan payudara atau
korpus yang terstruktur dalamnya tersebut dapat dikatakan menyerupai buah
anggur atau bulir-bulir jeruk.
Lobus
Lobulus
Lobulus
Berdasarkan bagan tersebut diatas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa masing-
masing payudara terdiri dari 15-24 lobus yang terletak radiair dan terpisah satu
sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobulus yang juga terdapatsel
aciner di dalam alveolus. Alveolus ini akan menghasilkan air susu. Lobulus
mempunyai saluran halus untuk mengalirkan air susu bernama duktus. Saluran-
saluran yang halus ini bersatu menjadi satu saluran lebih besar untuk tiap lobus
bernama duktus laktiferus yang akhirnya memusat menuju puting susu dimana
masing-masing bermuara.
Gambar 2.3. Payudara
Bila bayi mulai disusui, isapan pada putting susu merupakan rangsangan
psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh
hipofise. Produksi air susu ibu (AS!) akan lebih banyak. Sebagai efek
positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna. lbu dan bayi dapat
ditempatkain dalam satu kamar (roming in) atau pada tempat yang
terpisah. Keuntungan roming in adalah :
1. Mudah menyusukan bayi.
2. Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi.
3. Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya.
Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat dimulai sejak periode antenatal,
masa pasca persalinan dini (masa nifas atau laktasi) dan masa pasca persalinan.
Berapa masalah menyusui antara lain puting susu nyeri, puting susu lecet,
pembengkakanpayudara (breast engorgement) atau disebut juga bendungan ASI,
kelainan anatomi puting, atau bayi enggan menyusu dan mastitis (Bahiyatun,
2009).
Pembengkakan payudara merupakan salah satu masalah yang sering muncul pada
ibu post partum. Pembengkakan payudara biasanya terjadi pada hari ketiga sampai
hari keempat setelah persalinan. Selama 24 sampai 48 jam pertama sesudah
terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan
berbenjol-benjol. Keadaan ini menggambarkan aliran darah vena normal yang
berlebihan dan pengembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor
regular untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdistensi sistem
lakteal oleh air susu.
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI yang tidak segera dikeluarkan yang
menyebabkan penyumbatan pada aliran vena dan limfe sehingga aliran susu
menjadi terhambat dan tertekan ke saluran air susu ibu sehingga terjadinya
peningkatan aliran vena dan limfe. Kejadian ini timbul karena produksi ASI yang
berlebihan, menyusui bayi terjadwal, bayi tidak menyusu dengan adekuat, posisi
menyusui yang salah, atau karena putting susu yang datar/terbenam. Hal ini juga
bisa terjadi karena terlambat menyusui dini, perlekatan kurang baik.
Pembengkakan payudara merupakan pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna.
Payudara pada umumnya akan membesar, keras, dan tidak nyaman karena adanya
peningkatan suplai darah kepayudara bersamaan dengan terjadinya produksi air
susu. Kondisi ini bersifat normal dan akan berlangsung selama beberapa hari.
Namun terkadang pembesaran payudara dapat menimbulkan rasa sakit sehingga
ibu tidak leluasa dalam menggunakan bra atau membiarkan benda apapun
menyentuh payudaranya. Payudara yang mengalami bengkak akan terasa sakit,
panas, nyeri.
Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul bila mana
jaringan sedang dirusak yang menyebabkan individu tersebut bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri (Saifullah, 2015). Nyeri menurut Rospond (2008)
merupakan sensasi yang penting bagi tubuh. Sensasi penglihatan, pendengaran,
bau, rasa, sentuhan, dan nyeri merupakan hasil stimulasi reseptor sensorik,
provokasi saraf-saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi ketidaknyamanan,
distress, atau menderita nyeri adalah kejadian yang tidak menyenangkan, nyeri
adalah ketidaknyamanan yang dapat disebabkan oleh efek dari penyakit-penyakit
tertentu atau akibat cedera
Sebagai mana diketahui bahwa nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat
kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeri bersifat individual yang
dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin.
Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan hanya bergantung pada
pemeriksaan fisik sepenuhnya serta tes laboratorium mengarahkan kita pada
kesalahpahaman dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama pada
pasien-pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan pasien dengan
gangguan komunikasi.
Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau pasca
pembedahan harus dilakukan penanganan nyeri yang sempurna, karena dampak
dari nyeri itu sendiri akan menimbulkan metabolic stress response (MSR) yang
akan mempengaruhi semua sistem tubuh dan memperberat kondisi
pasiennya. Hal ini akan merugikan pasien akibat timbulnya perubahan fisiologi
dan psikologi pasien itu sendiri, seperti:
1. Perubahan kognitif (sentral): kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan
putus asa.
2. Perubahan neurohumoral: hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka.
3. Plastisitas neural (kornu dorsalis), transmisi nosiseptif yang difasilitasi
sehingga meningkatkan kepekaan nyeri.
4. Aktivasi simpatoadrenal: pelepasan renin, angiotensin, hipertensi,
takikardi.
5. Perubahan neuroendokrin: peningkatan kortisol, hiperglikemi,
katabolisme.
Tipe nyeri ada beberapa jenis, pertama yaitu nyeri nosiseptif yang disebabkan oleh
aktivitas nosiseptor (reseptor nyeri) sebagai respon terhadap stimuli yang
berbahaya. Nosiseptif sebenarnya merupakan alur nyeri yang dimulai dari
transduksi, transmisi, modulasi sampai persepsi; kedua adalah nyeri
neuropatik yang disebabkan oleh sinyal yang diproses di sistem saraf perifer atau
pusat yang menggambarkan kerusakan sistem saraf perifer atau pusat yang
menggambarkan kerusakan sistem saraf.
Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3 menunjukkan
nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkan
angka 7-10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh karena itu, skala NRS
akan digunakan sebagai instrument penelitian (Potter & Perry, 2006).
Menurut Skala nyeri dikategorikan sebagai berikut:
1. 0 : tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.
2. 1-3 : mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan.
3. 4-6 : rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan usaha
untuk menahan, nyeri sedang.
4. 7-10 : rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat
ditahan, meringis, menjerit bahkan teriak, nyeri berat.
Kubis dapat dikonsumsi secara langsung (mentah) sebagai lalapan, salad, jus, ataupun
dimasak sebagai lauk dan sayur.13 Beberapa tinjauan pustaka mengemukakan bahwa
kubis dapat menurunkan kadar lipid dalam darah. Salah satu cara yang dipakai untuk
menurunkan kadar lipid dalam darah adalah dengan meminum jus kubis sebanyak 1 liter
per hari minimal selama 10 hari, (Astuti, 2019).
Kubis atau kol (Brassica Oleracea Var. Capitata) merupakan sayuran ekonomis yang
sangat mudah ditemukan di sekitar kita. Kubis kaya akan fitonutrien dan berbagai
vitamin seperti vitamin A, C, E, dan kandungan glukosinolate mempunyai aktivitas
antikanker. Kubis juga kaya akan kandungan sulfur yang diyakini dapat mengurangi
pembengkakan dan peradangan payudara, (Astuti, 2019)
Asam Nyaman
Amino
Antibiotic, Cairan yang
Sinigrin, Terbendung
Minyak
Mustard,
Oxylate
↑ Aliran Darah
Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku
industri.Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti
enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
Menurut Wahyono E dan Kusnandar (2012), lidah buaya berkhasiat sebagai anti
inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Di samping
menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan
darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta
dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker.
Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin, sebuah
senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal
insulin seperti pencerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase dan
meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase kinase
3beta, sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah.
Kandungan daun lidah buaya terdapat dua jenis cairan pada daun lidah buaya.
Cairan pertama berupa cairan bening seperti jeli (lendir). Cairan inimengandung
zat anti bakteri dan anti jamur, serta salisilat yang dapat merangsang fibroblast (sel-
sel kulit yang berfungsi untuk menyembuhkan luka). Oleh karena itu, lidah buaya
diyakini mampu menyembuhkan luka, merendam rasa sakit, dan berkhasiat sebagai
anti bengkak. (Budisantoso, 2008).
Manfaat Daun dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun dalam
bentuk ekstra. Eskudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa pahit dan
kental) secara tradisional biasanya digunakan langsung untuk pemeliharaan
rambut, penyembuhan luka, dan sebagainya. Gel (bagian berlendir yang diperoleh
dengan menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan), bersifat
mendinginkan dan mudah rusak karena oksidasi sehingga dibutuhkan proses
pengolahan lebih lanjut agar diperoleh gel yang stabil dan tahan lama. Gel lidah
buaya mengandung karbohidrat tercerna, sehingga dapat digunakan sebagai
minuman diet. Gel lidah buaya tersusun oleh 96 persen air dan 4 persen padatan
yang terdiri dari 75 komponen senyawa berkhasiat. Khasiat hebat yang dimiliki
aloevera sangat terkait dengan 75 komponen tersebut secara sinergis.
(Furnawanthi, 2004).
Di negara-negara Amerika, Australia, dan Eropa, saat ini lidah buaya juga telah
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan. Aloe
vera/lidah buaya mengandung semua jenis vitamin kecuali vitamin D, mineral yang
diperlukan untuk fungsi enzim, saponin yang berfungsi sebagai anti mikroba dan
20 dari 22 jenis asam amino. Dalam penggunaannya untuk perawatan kulit, Aloe
vera dapat menghilangkan jerawat, melembabkan kulit, detoksifikasi kulit,
penghapusan bekas luka dan tanda, mengurangi peradangan serta perbaikan dan
peremajaan kulit. Dengan beragam manfaat yang terkandung dalam lidah buaya,
pemanfaatannya kurang optimal oleh masyarakat yang hanya memanfaatkannya
sebagai penyubur rambut.
Lidah buaya bukan sekadar tanaman hias di halaman rumah dan teras. Dibalik
bentuk fisiknya yang unik, lidah buaya bermanfaat untuk kesehatan maupun
kecantikan. Lidah buaya semakin populer, karena daging dari pelepah daun
ternyata juga enak untuk dikonsumsi.Daun lidah buaya juga dapat diolah menjadi
berbagai produk makanan dan minuman, berupa minuman (jeli, jus, dawet), nata de
aloe, dodol, selai, dan lain-lain. Makanan dan minuman hasil olahan lidah buaya
sangat berpotensi sebagai makanan/minuman kesehatan. Hal tersebut mengandung
zat gizi dan nongizi yang memiliki khasiat untuk mendongkrak kesehatan.
(Furnawanthi, 2004).
Beberapa penelitian lidah buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi berfungsi untuk
merusak menghancurkan, mengurangi, atau melokalisasi (sekuster) baik agen
yangrusak maupun jaringan yang rusak. Tanda terjadinya inflamasi adalah
pembengkakan / edema, kemerahan, panas, nyeri. Anti piretik adalah zat-zat yang
dapat mengurangi suhu tubuh atau obat untuk menurunkan panas. Lidah buaya
bekerja sebagai anti inflamasi serta obat herbal untuk luka bakar yang dapat
mencegah oedema dengan cara menghambat enzim siklo oksigenase atau
menghambat sintesis prostaglandin E2 (PGE2) dari asam arakhidonat. Senyawa
PGE2 merupakan prostag landin yang dilepaskan oleh makrofag dan memodulasi
beberapa respon radang.
Menurut Robert (2009), dalam penelitian Astutik (2016), kompres lidah buaya
terbukti untuk mengurangi rasa nyeri pada area tubuh yang mengalami bengkak.
Penurunan skala nyeri pembengkakan payudara setelah diberikan kompres lidah
buaya menurut. Green (2015), terjadi akibat tingginya kandungan asam amino,
mineral, polisakarida pada daun lidah buaya yang di yakini dapat mengurangi nyeri
pembengkakan dan peradangan payudara. Penelitian juga dilakukan oleh Sousa
dkk (2012), yang mengkombinasikan kompres hangat, dingin dan lidah buaya
untuk mengatasi bendungan payudara.
Variabel Idependen
Kompres Daun Kubis
Variabel
Ibu nifas
Dependen
Nyeri Payudara
Variabel Independen
Kompres Lidah Buaya
2.6.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep diatas maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis (H 1)
dalam penelitian ini adalah ada perbedaan pengaruh kompres kubis dan kompres
lidah buaya terhadap nyeri payudara.