Anda di halaman 1dari 6

Tugas 3

Pengembangan kecerdasan majemuk

1. Jelaskan menurut hakikat dalam kecerdasan naturalis, intrapersonal, dan eksistensial !


Jawab : Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini ditandai dengan keahlian membedakan anggota-anggota suatu spesies,
mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa spesies, baik
secara formal maupun informal. Seseorang yang optimal kecerdasan naturalisnya cenderung
menyukai dan efektif dalam menganalisis persamaan dan perbedaan, menyukai tumbuhan
dan hewan, mengklasifikasi flora dan fauna, mengoleksi flora dan fauna, menemukan pola
dalam alam, mengidentifikasi pola dalam alam, melihat sesuatu dalam alam secara detil,
meramal cuaca, menjaga lingkungan, mengenali berbagai spesies, dan memahami
ketergantungan pada lingkungan. Anak yang cenderung cerdas dalam naturalis tampak
sebagai penyayang binatang dan tumbuhan, serta peka terhadap alam. Kecerdasan mereka
dapat diidentifikasi melalui observasi terhadap:
a. kesenangan mereka terhadap tumbuhan, bunga-bungaan, dan
kecenderungan untuk merawat tanaman, tampak “seolah-olah berbicara”
dengan tumbuhan
b. sikap mereka yang sayang terhadap hewan piaraan (membelai, memberi
makan-minum, mengoleksi binatang atau gambar atau miniatur),
c. kemampuan mereka dalam mengenal dan menghafal nama-nama/jenis binatang dan
tumbuhan. Mereka hafal nama-nama ikan, nama-nama
burung, dan mengenali tumbuhan
d. kesukaan anak melihat gambar binatang dan hewan, serta sering
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentangnya. Apabila sudah dapat membaca, anak
sering memilih bacaan tentang hewan atau tumbuhan untuk dibaca
e. kepekaan terhadap bentuk, tekstur, dan ciri lain dari unsur alam, seperti daun-daunan,
bunga-bungaan, awan, batu-batuan
f. kesenangan terhadap alam, menyukai kegiatan di alam terbuka, seperti pantai, tanah
lapang, kebun, sungai, sawah, dan dalam alam terbatas menghabiskan waktu di dekat
kolam, dekat aquarium, Anak-anak dengan kecerdasan naturalis tinggi cenderung tidak takut
memegang-megang serangga dan berada di dekat binatang. Sebagian besar anak berusaha
memenuhi rasa ingin tahunya dengan cara bereksplorasi di alam terbuka, mereka mencari
cacing di sampah, membongkar sarang semut, menelusuri sungai. Pendidik sering menilai
kegiatan mereka sebagai kenakalan dan menjijikkan. Larangan dan hukuman pun sering
diberikan pada anak-anak yang menonjol dalam kecerdasan naturalis.
Pendidik yang cerdas akan membawa anak-anak didik mereka ke alam terbuka,
menyediakan materi-materi yang tepat untuk mempertimbangkan kecerdasan naturalis,
seperti membiasakan menyiram tanaman, menciptakan permainan yang berkaitan dengan
unsur-unsur alam, seperti membandingkan berbagai bentuk daun dan bunga, mengamati
perbedaan tekstur pasir, tanah, dan kerikil, mengoleksi biji-bijian, dan menirukan
karakteristik binatang tertentu. Sebaiknya, buku-buku dan VCD yang memuat seluk-beluk
hewan, alam, dan tumbuhan dengan gambar-gambar yang bagus dan menarik perlu di
pajang di depan anak. Dalam kadar kecil, kecerdasan naturalis dapat diwujudkan dalam
kegiatan investigasi, eksperimen, menemukan elemen, fenomena alam, pola cuaca, kondisi
yang mengubah karakteristik sebuah benda, misalnya es mencair ketika terkena panas
matahari. Kecerdasan naturalis memiliki peran yang besar dalam kehidupan. Pengetahuan
anak mengenai alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat mengantarkan mereka ke
berbagai profesi strategis, seperti dokter hewan, insinyur pertanian, perkebunan,
kehutanan, kelautan, ahli farmasi, ahli geodesi, geografi, dan ahli lingkungan.
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan memahami perasaan sendiri dan kemampuan
membedakan emosi, serta pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Seseorang
yang optimal dalam kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal berfantasi,
“bermimpi”, menjelaskan tata nilai dan kepercayaan, mengontrol perasaan,
mengembangkan keyakinan dan opini yang berbeda, menyukai waktu untuk menyendiri,
berpikir, dan merenung. Mereka selalu melakukan introspeksi, mengetahui dan mengelola
minat dan perasaan, mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, pandai memotivasi diri,
mematok tujuan diri yang realistis, dan memahami. Anak-anak yang cerdas intrapersonal
sering tampak sebagai sosok anak yang pendiam dan mandiri. Kecerdasan intrapersonal
anak dapat diketahui melalui observasi yang cukup cermat terhadap:
a. kecenderungan anak untuk diam (pendiam), tetapi mampu melaksanakan
tugas dengan baik, cermat
b. sikap dan kemauan yang kuat, tidak mudah putus asa, kadang-kadang
terlihat keras
c. sikap percaya diri, tidak takut tantangan, tidak pemalu
d. kecenderungan anak untuk bekerja sendiri, mandiri, senang melaksanakan kegiatan
seorang diri, tidak suka diganggu
e. kemampuan mengekspresikan perasaan dan keinginan diri dengan baik;
Anak-anak yang cerdas secara intrapersonal belajar sesuatu melalui diri mereka sendiri.
Mereka mencermati apa yang mereka alami dan rasakan. Awal masa anak-anak merupakan
saat yang menentukan bagi perkembangan intrapersonal. Anak-anak yang memperoleh
kasih sayang, pengakuan, dorongan, dan tokoh panutan cenderung mampu
mengembangkan konsep diri yang positif dan mampu membentuk citra diri sejati
(Armstrong, 1993). Kecerdasan intrapersonal dirangsang melalui tugas, kepercayaan, dan
pengakuan. Anak perlu diberi tugas yang harus dikerjakan sendiri, dipercaya untuk berkreasi
dan mencari solusi, dan didorong untuk mandiri. Dorongan tumbuhnya kecerdasan
intrapersonal harus disertai dengan sikap positif para guru dalam menilai setiap perbedaan
individu. Pujian yang tulus, sikap tidak mencela, dukungan yang positif, menghargai pilihan
anak, serta kemauan mendengarkan cerita dan ide-ide anak merupakan stimulasi yang
sesuai untuk kecerdasan intrapersonal ini.
Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial ditandai dengan kemampuan berpikir sesuatu yang hakiki,
menyangkut eksistensi berbagai hal, termasuk kehidupan- kematian, kebaikan-kejahatan.
Eksistensial muncul dalam bentuk pemikiran dan perenungan. Seseorang yang cerdas secara
eksistensial cenderung mempertanyakan hakikat kehidupan, mencari inti dari setiap
permasalahan, merenungkan berbagai hal atau peristiwa yang dialami, memikirkan hikmah
atau makna di balik peristiwa atau masalah, dan mengkaji ulang setiap pendapat dan
pemikiran. Orang yang cerdas secara eksistensial cenderung berani menyatakan keyakinan
dan memperjuangkan kebenaran, mampu menempatkan keberadaan sesuatu dalam bingkai
yang lebih luas, selalu mempertanyakan kebenaran suatu pernyataan/kejadian, memiliki
pengalaman yang mendalam tentang cinta pada sesama dan seni, mampu menempatkan
diri dalam kosmis yang luas, serta memiliki kemampuan merasakan, memimpikan, dan
merencanakan hal-hal yang besar. Kecerdasan eksistensial memiliki indikator yang sangat
sulit dipastikan keberadaannya. Bagaimana mengamati kegiatan berpikir, merasa,
merenung, merefleksi diri, atau mimpi-mimpi seseorang? Indikator hanya dapat diperoleh
melalui pengamatan yang benar-benar cermat terhadap:
a. kecenderungan anak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang
hakikat sesuatu, tujuan sesuatu, dan manfaat sesuatu
b. kepekaan anak untuk merasakan keberadaan diri dan sesuatu sebagai bagian dari
komposisi yang lebih besar
c. kemampuan anak untuk menjabarkan penilaian dan reaksi tentang sesuatu. Anak mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan pendidik tentang berbagai hal yang dirasakan, diimpikan,
dan dipikirkannya
d. reaksi anak yang relatif terkendali terhadap peristiwa yang dialaminya, belajar mengambil
hikmah dari suatu peristiwa
e. keberanian anak untuk menerima sesuatu yang dirasakannya benar, memperjuangkan
keyakinan dan rasa keadilan, seperti, “Kalau aku tak boleh bohong, Bu Guru juga tak boleh,
dong!”.

2. Menurut pendapat Anda kenapa anak usia dini penting untuk diajarkan kecerdasan
eksistensial !
Jawab : karena anak-anak yang cerdas secara eksistensial belajar dari pemikiran
mendasar. Oleh karena itu, ada dua hal mendasar yang wajib dilakukan pendidik yaitu:
a. menanggapi setiap pernyataan, pertanyaan, dan kritik anak perihal
hakikat dan makna kegiatan, situasi, peristiwa, impian, perilaku yang teramati/terasakan
oleh anak dengan jawaban yang baik dan jelas sesuai kapasitas anak
b. merangsang kemampuan anak untuk belajar menangkap makna berbagai hal yang dilihat,
dialami, dan dirasakannya. Sama dengan kecerdasan lainnya, kecerdasan eksistensial mulai
muncul pada awal masa kanak-kanak. Oleh karena anak-anak belum mempunyai penyaring
kebudayaan seperti orang dewasa, mereka selalu dapat menerima rahasia kehidupan dan
secara terus-menerus mengajukan pertanyaan besar yang sulit dijawab oleh orang dewasa
di sekitarnya).
Indikator kecerdasan eksistensial dapat diibaratkan sebagai pedang bermata dua. Frekuensi
seseorang dalam memikirkan kematian, misalnya mungkin dapat digunakan untuk menguji
kesadaran eksistensialnya. Meskipun demikian, tidak salah jika hal itu mengindikasikan
keputusasaan seseorang itu mengenai kehidupan. Seperti juga anak kecil yang bertanya
kepada gurunya, “Mengapa kita harus upacara? Pakai hormat-hormat segala?” Fenomena
tersebut dapat dipandang sebagai munculnya kesadaran eksistensial dan dapat juga
merupakan refleksi dari keengganan anak untuk melaksanakan kegiatan rutin sekolah.

3. Bagaimana strategi Anda dalam menstimulus pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun yang
mempunyai karakteristik dan kecerdasan berbeda beda! Jelaskan !
Jawab : Guru dapat menggunakan kerangka Multiple Intelligence dalam melaksanakan
proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan, yaitu seperti menggambar,
menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukkan. Dengan menggunakan
Multiple Intelligence, guru menyediakan kesempatan bagi anak untuk belajar sesuai dengan
kebutuhan, minat dan talentanya. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin
meningkat dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap
aktivitas anak dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat.
Ada beberapa strategi pembelajaran Multiple Intellegence yang dapat diterapkan pada anak
usia dini, di antaranya adalah:
1. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan interpersonal, yaitu:
a. berbagi rasa dengan teman sekelas
b. formasi patung dari orang
c. kerja kelompok
d. board games
e. simulasi
2. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan intrapersonal, yaitu:
a. sesi refleksi satu menit
b. hubungan materi pembelajaran dengan pengalaman pribadi
c. waktu memilih
d. momen untuk mengekspresikan perasaan
e. sesi perumusan tujuan
3. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan naturalis, yaitu:
a. jalan-jalan di alam terbuka
b. melihat keluar jendela
c. tanaman sebagai dekorasi
d. membawa hewan peliharaan ke kelas
e. ekostudi
4. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan eksistensial-spiritual,
yaitu:
a. Praktek shalat
b. Membaca cerita Qur’an dan Nabawi
Ada beberapa langkah tahapan menyusun rencana pembelajaran yaitu:
a. Mengorganisasikan isi atau materi pelajaran sedemikian rupa sehingga menjadi menarik
dan dapat merangsang indra semaksimal mungkin
b. Memilih strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi intelegensi.
c. Merancang dan membuat tugas atau penilaian yang dapat menggali seluruh potensi
intelegensi.
Sedangkan dalam melaksanakan pembelajaran agar dapat
mengembangkan seluruh intelegensi anak, hal yang dapat dipertimbangkan adalah:
a. Menerapkan rencana pembelajaran yang telah dirancang
untuk mengembangkan beberapa intelegensi, atau
b. Menerapkan keterampilan dasar mengajar yang dapat
mengembangkan berbagai intelegensi anak.

4. Sebutkan permasalahan yang dihadapi sekolah Anda untuk menstimulasi kecerdasan


majemuk dan solusi apa yang Anda lakukan dalam mengatasi masalah tersebut ! Silahkan
amati disekolahan Anda !
Jawab : karena disekolah saya anak anaknya memiliki karakteristik dan kecerdasan yang
berbeda beda jadi cara saya mengatasi masalah tersebut dengan strategi pembelajaran
Multiple Intelligences mempunyai metode discovering ability, artinya proses menemukan
kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki
kecenderungan jenis kecerdasan tertentu. Kecenderungan tersebut harus ditemukan melalui
pencarian kecerdasan. Konsep multiple intelligences yang menitikberatkan pada ranah
keunikan selalu menemukan keunikan setiap anak. Lebih jauh, konsep ini percaya bahwa
tidak ada anak yang bodoh, sebab setiap anak pasti minimal memiliki satu kelebihan. Apabila
kelebihan tersebut dapat dideteksi dari awal otomatis kelebihan itu adalah potensi
kepandaian sang anak. Atas dasar itu, seyogyanya sekolah menerima siswa barunya dalam
kondisi apapun. Dari metode diatas dapat dikatan bahwa merupakan tugas sekolah dalam
meneliti kondisi siswa dalam hal psikologis dengan proses mengetahui kecenderungan
beberapa model kecerdasan siswa melalui kecerdasan riset yang dinamakan Multiple
Intelligences Research (MIR).
Teori multiple intelligences membuka kemungkinan bagi setiap anak untuk belajar dan
mencapai tugas perkembangan. Multiple intelligences menghindarkan anak dari kegagalan
tugas perkembangan, seperti rasa rendah diri dan tidak bahagia, rasa ketidaksetujuan dan
penolakan sosial, yang akan menyulitkan penguasaan tugas perkembangan baru. Tugas
perkembangan akan terganggu jika anak tidak memperoleh kesempatan untuk belajar apa
yang diharapkan oleh kelompok sekolah, tidak memperoleh bimbingan dalam belajar, dan
tidak memiliki motivasi untuk belajar. Sebaliknya anak akan terdukung oleh lingkungan yang
memberikan kesempatan anak untuk belajar, bimbingan belajar dari orang tua dan pendidik,
serta motivasi yang kuat untuk belajar. Hal ini berarti, multiple intelligences memberi
kesempatan pada anak untuk mendapatkan dukungan untuk pencapaian tugas
perkembangan.

5. Buatlah rancangan belajar pada anak usia 5-6 tahun untuk menstimulasi kecerdasan
naturalis !
Jawab : Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kecerdasan naturalis tentang
lingkungan prasekolah ini pada pelaksanaan di kelompok B yaitu terdiri dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pada perencanaannya dalam kegiatan kecerdasan naturalis ini guru menyiapkan RKH
(Rencana Kegiatan Harian) terlebih dahulu dan melakukan pijakan lingkungan yaitu
menyiapkan ruangan yang kondusif bagi anak, serta media/alat/bahan yang akan digunakan
pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru
selalu membuat suasana kelas dalam keadaan yang menyenangkan, biasanya guru mengajak
anak- anak untuk senam, bernyanyi atau bercakap-cakap terlebih dahulu. Dengan tujuan
agar materi yang disampaikan akan mudah diserap oleh anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan langkah
awal pelaksanaan suatu kegiatan yang terarah pada tujuan tertentu. Perencanaan yang
tepat perlu memuat tentang rumusan yang akan dilakukan guru dan anak dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan sebelum kegiatan sesungguhnya dilaksanakan.
Pada langkah awal kegiatan ini, guru mengajak anak bernyanyi, bercakap- cakap tentang
lingkungan sekitar anak dan apa yang dilakukan anak serta bercakap-cakap terkait tentang
tema dan pembahasan. Langkah selanjutnya adalah guru memperlihatkan media yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan menjelaskan langkah demi langkah kegiatan
yang akan dilaksanakan sehingga anak paham dan memberikan kesempatan anak untuk
bertanya. Jadi pelaksanaan proses pembelajaran dapat disimpulkan sebagai terjadinya
interaksi antara guru dan dengan anak dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran
kepada anak untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran sebaiknya
berpedoman pada apa yang tertulis dalam perencanaan. Namun, keadaan yang dihadapi
guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru seharusnya paham tentang segala
sesuatu yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar
dengan situasi yang dihadapi. Adapun media yang biasa digunakan dalam mengajarkan
kegiatan kecerdasan naturalis tentang lingkungan sekolah pada anak usia 5-6 tahun pada
umumnya menggunakan metode bercerita menggunakan buku atau majalah. Disini dengan
cara yang berbeda yaitu dengan pembiasaan serta mengamati lingkungan disekitar lembaga
taman kanak-kanak dan melalui permainan.
Media yang digunakan ketika mengenalkan berupa gambar, macam-macam pewarna dari
makanan, kertas gambar kegiatan anak, kaleng plastik bekas, kapas dan kacang
hijau/kecambah. Peran guru dan orang tua dalam kegiatan ini adalah membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara terbaik dengan membangun minat,
kebutuhan, dan kelebihan-kelebihan yang ada pada setiap anak.
Kegiatan disusun sedemikian rupa sesuai dengan tema dan pembahasan sehingga
memudahkan anak memahami makna dan memudahkan anak mengingat ketika guru
menjelaskan kegiatan.Anak bukan hanya diharapkan mengenal huruf tetapi juga mengenal
benda beserta manfaatnya dan diharapkan melalui permainan yang sederhana anak dapat
menjaga lingkungan agar tetap bersih dan indah.
Faktor penghambat dalam kegiatan kecerdasan naturalis yaitu seperti media
pendukung/bahan main yang belum begitu banyak. Kadang anak semangat dan ada
beberapa anak yang tidak bersemangat, guru haruslah pandai mencari cara untuk bisa
membuat anak bersemangat dan berpartisipasi, karena masih terlihat anak yang asyik
dengan sendirinya ataupun bermain bersama teman saat kegiatan.
Kemudian faktor dari orang tua masih ada beberapa yang terkesan memaksakan anaknya
agar cepat bisa membaca, menulis tanpa memperhatikan perkembangan anaknya, sehingga
guru sering disalahkan karena tidak mengajarkan anaknya menulis dan membaca, padahal
semua itu ada tahapannya, anak tidak bisa dipaksakan karena akan berakibat kepada anak
yang merasa terbebani dan malas. Melalui bermain sederhana dalam kegiatan mengenal
jenis binatang dan anak dikenalkan hurup awal melalui gambar/media yang digunakan guru.
Cara mengatasinya guru harus pandai dan kreatif dalam menciptakan permainan dan
mengklasifikasikannya dengan kegiatan inti yang lain. Guru juga harus mengomunikasikan
kepada semua orang tua anak untuk memberikan pamahaman bahwa setiap anak berbeda,
orang tua tidak bisa memaksakan anak harus bisa menulis dan membaca, jika tidak ingin
perkembangan anak terganggu nantinya.
Sedangkan faktor pendukung kegiatan kecerdasan naturalis ini antara lain, dapat mengamati
secara langsung apa yang ada di lingkungan sekitar taman kanak-kanak, media yang sangat
sederhana sistematis dan menarik perhatian anak lebih cepat mengerti dan pandai,
khususnya dalam menjaga lingkungan yang menyenangkan apabila diterapkan pada anak,
karena sesuai dengan prinsip anak, mengutip pernyataan Mayesty bahwa “bagi seorang
anak, bermain adalah yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah
hidup dan hidup adalah permainan”.
Tingkat psikologis, konsentrasi anak pada kegiatan dinilai sudah baik, sehingga mendukung
kegiatan kecerdasan naturalis. Serta orang tua antusias dalam mendukung kegiatan
kecerdasan naturalis tentang kegiatan lingkungan karena akan memberikan memori yang
positif bagi anak kemasa yang akan datang. Dengan media yang menarik dan tidak
membosankan membuat anak semakin bersemangat dalam pembelajaran. Apalagi anak
sangat senang jika pembelajaran dilakukan dengan bermain baik dilakukan di dalam maupun
luar kelas serta mengamati apa saja yang ada di lingkungan prasekolah, bermain sambil
belajar dapat mengetahui bagaimana menjaga lingkungan agar bersih, indah dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai