Anda di halaman 1dari 16

Bab I

Pendahuluan

1.latar belakang

Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikroba

tidak hanya terdapat di lingkungan, tapi juga menghuni tubuh manusia. Mikroba yang secara

alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota (Pelczar dan Chan,

1988).

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan makhluk hidup lainnya seperti

tumbuhan dan hewan, termasuk mikroorganisme. Sekalipun tak kasat mata, mikroorganisme

juga dapat bersifat merugikan bagi manusia disamping juga bermanfaat untuk mikroba

tertentu. Mikroba yang merugikan disebut juga mikroba pathogen. Patogen adalah organisme

atau mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organisme lain. Kemampuan patogen

untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenitas.

Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus dapat masuk ke

tubuh inang, namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh inang dapat

menyebabkan penyakit. Banyak mikroorganisme tumbuh pada permukaan tubuh inang tanpa

menyerang jaringan tubuh dan merusak fungsi normal tubuh. Flora normal dalam tubuh

umumnya tidak patogen, namun pada kondisi tertentu dapat menjadi patogen oportunistik.

Penyakit timbul bila infeksi menghasilkan perubahan pada fisiologi normal tubuh.

Mikroorganime dapat ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya

kehidupan disegala lingkungan hidup manusia yaitu pada

1. Tanah

2. Lingkungan Akuatik

3. Udara

4. Makanan

1
Patogen adalah organisme atau mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada

organisme lain. Kemampuan patogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan

patogenitas.

Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil

saja yang merupakan Patogen

1.2.Rumusan Masalah

1. Cara masuk mikroorganisme kedalam tubuh manusia.

2. Apa yang dimaksud penyakit bakteri ?

3.Apa yang dimaksud dengan penyakit parasit ?

4.Apa saja penyakit yang disebabkan oleh virus?

1.3.Tujuan Umum

1.Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah epidemiologi penyakit tropis.

2.Untuk memahami pentingnya pengetahuan mengenai penyakit tropis akibat

agent mikroorganisme

3.Untuk menambah wawasan antara penulis dan pembaca tentang Penyakit Tropis

Akibat Agent Mikroorganisme.

1.4.Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui cara masuk mikrorganisme kedalam tubuh

2.Untuk mengetahui contoh penyakit bakteri

3.Untuk mengetahui contoh penyakit parasit

4.untuk mengetahui contoh penyakit virus

1.5.Manfaat Penulisan Makalah

1.Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang Penyakit Tropis Akibat Agent

Mikroorganisme.

2.Menambah pengetahuan tentang Penyakit Tropis Akibat Agent Mikroorganisme.

2
Bab II

Pembahasan

2.1 Cara Mikroorganisme Masuk Ke Dalam Tubuh

Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme (bakteri,virus dan

parasit, radiasi matahari, dan polusi. stres emosional atau fisiologis dari kesadian ini adalah

tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya manusia dilindungi oleh

sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap

kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun dapat

menekan sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai

penyakit(Chandra, 2007 )

Ada 3 jalan mikroorganisme memasuki tubuh manusia :

1. Sistem Pernapasan

2. Sistem Pencernaan

3. Kontak Kulit

2.2 Cara Masuk Mikroganisme melalui saluran pernapasan.

Saluran pernapasan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan juga

saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari saluran hidung hingga

faring. Ujung atas saluran berhubungan langsung dengan udara, sedangkan ujung bawah

saluran pernapasan mempunyai permukaan yang luas dengan dinding yang sangat tipisyang

berhubungan erat dengan pembuluh darah (Wilson,2005).

Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme

infeksius.Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu.

saluran pernafasan sering terinfeksi patogen, karena kontak langsung dengan lingkungan dan

secara terus menerus terpapar oleh mikroorganisme yang terdapat dalam udara yang dihirup.

3
Beberapa mikroorganisme sangat virulen dapat menyebabkan infeksi, minimal pada

orang yang rentan. Lingkungan saluran pernafasan yang lembab dan hangat,merupakan

tempat yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme (Wilson,2005) Saluran pernapasan

bagian bawah sering terbebas dari mikroorganisme karena adanya lendir dan silia

(Richard,2007) Gambar silia yang ada pada saluran pernapasan ditunjukkan oleh gambar 2.1

Gambar 2.1 Silia yang ada pada saluran pernapasan yang menyebabkan saluran

pernapasan bagian bawah sering terbebas dari mikroorganisme

(Sumber,Priangle,1991)

2.3 Penyakit bakteri

1. Diare

Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan

dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare

adalah dehidrasi yaitu akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare ( Depkes

RI,1998) Keadaan dehidrasi kalau tidak sesegera ditolong 50 – 60 % diantaranya dapat

meninggal.

Menurut (WHO,1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya

defekasi ( buang air besar )lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari disertai dengan

4
perubahan konsisten tinja ( menjadi cair ) dengan atau tanpa darah. Penyebab yakni virus,

bakteri, dan parasit.

 Gejala diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 3 kali atau lebih

dalam sehari, yang kadang disertai muntah,badan lesu atau lemah,panas,tidak nafsu

makan,darah dan lendir dalam kotoran,rasa mual dan muntah muntah dapat mendahului diare

yang disebabkan oleh infeksi virus.infeksi bisa secara tiba – tiba menyebabkan

diare,muntah,tinja berdarah,demam,penurunan nasu makan atau kelesuan.Selain itu dapat

pula mengalami sakit perut dan kejang perut serta gejala – gejala lain seperti flu misalnya

agak demam,nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.Gangguan bakteri dan parasit kadang –

kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi ( Amirudin,2007 ).

 Penyebab diare

Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit,terutama

natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik.Dehidrasi dapat

diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap

kehilangan brat badan yang melampui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari

tubuh.

 Jenis jenis diare

Depertemen Kesehatan RI ,2000, mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat

kelompok yaitu :

1. Diare akut,yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari

( umumnya kurang dari tujuh hari )

2. Diare disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya

3. Daiare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari

secara terus menerus.

5
4. Diare dengan masalah lain, anak yang menderita diare ( diare akut dan

persisten ) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam,gangguan gizi

atau penyakit lainnya.

 Pencegahan penyakit diare

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni

pencegahan tingkat pertama ( Primary prevention ) yang meliputi promosi kesehatan

dan pencegahan khusus,pencegahan tingkat kedua ( Secondary Prevention ) yang

meliputi diagnosis secara dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat

ketiga (Tertiary Prevention ) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan

rehabilitasi.

2. Pneumonial Pneumokokal

Di negara berkembang 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut hasil

Riskesdas (2007)

Proporsi kematian balita karena pneumonia menempati urutan kedua (13,2%) setelah

diare, menurut SKRT 2004 proporsi kematian balita karena pneumonia menempati urutan

pertama di negara maju umumnya disebabkan virus (Depkes RI, 2012)

Sebagian besar yang terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun

karena anak usia bawah lima tahun merupakan kelompok yang memiliki sistem kekebalan

tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau

orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi) (Dinkes Jateng,

2012).

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya

Manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua

terutama ibu berperan dalam pengambilan keputusan apabila ada anggota keluarga yang

6
sakit. Pengetahuan masyarakat dapat ditingkatkan dengan memberikan edukasi kesehatan

kepada masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian Sumarah (2009)

 Streptococcus pneumoniae

Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri 5ram positi# berbentuk

diplokokus dan seperti lanset

Streptococcus pneumoniae atau pnemokokus adalah diplokokus Gram-posistif

yang merupakan penghuni normal pada saluran pernapasan bagian atas manusia.

Bakteri ini sering berbentuk bulat hingga lanset atau tersusun dalam bentuk rantai,

mempunyai simpai polisakarida yang mempermudah penentuan tipe dengan

antiserum spesifik.8, 22-25 Panjang rantai sangat bervariasi dan sebagian besar

ditentukan oleh faktor lingkungan.

 Gejala Streptococcus pneumoniae

Gejala bergantung pada tempat infeksi dan usia penderita

• Pneumokokus dapat mengakibatkan sesak napas, demam, kurang berdaya, hilang

nafsu makan, sakit kepala, sakit dada dan batuk.

• Otitis media dapat mengakibatkan menangis, menarik telinga, demam, lekas marah,

kurang pendengaran dan adakalanya diare dan muntah.

• Meningitis dapat mengakibatkan demam, sakit kepala, kekejangan leher, mual,

muntah dan mengantuk.

 Cara penularan

Bakteri ini sering hidup tanpa bahaya dalam tenggorok orang sehat.Adakalanya

bakteri ini akan mengakibatkan infeksi.

7
 Pencegahan Streptococcus pneumoniae

Pada Anak-anak Vaksin pneumokokus dianjurkan dan tersedia gratis bagi semua anak

pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Perawatan termasuk antibiotik, obat untuk mengurangi demam

dan rasa sakit,dan cairan untuk mencegah dehidrasi.

2.4 Penyakit parasit

1. Aspergillosis

Aspergillosis pulmonary infection merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan

yang disebabkan oleh infeksi hifa jamur Aspergillus fumigatus. Infeksi dapat bertambah

parah dan menjadi semakin susah diobati apabila terjadi resistensi jamur patogen penyebab

penyakit terhadap obat. Umumnya infeksi ini baru diketahui ketika infeksi telah menyebar

(invasif). Resistensi dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya akibat penggunaan

terapi antijamur primer (amfoterisin B) secara terus-menerus dalam jangka waktu panjang

sebagai bentuk toleransi adanya penyebaran infeksi (Karthaus, 2011).

Aspergillosis didefinisikan sebagai suatu kelompok mikosis yang disebabkan oleh

berbagai macam jamur patogen genus Aspergillus, salah satu jenisnya yang paling banyak

menyebabkan infeksi jamur sistemik yaitu Aspergillus fumigatus (Jawetz and Adelberg,

2007)

 Pencegahan Aspergillosis

Pengobatan aspergillosis kini dikembangkan kearah yang lebih rasional

dengan cara kombinasi beberapa obat terapi primer. Berbagai kombinasi yang telah

dilakukan pada penelitian sebelumnya menunjukkan keberhasilan terapi dibanding

pada penggunaan obat tunggalnya. Pada penelitian in vitro hal ini dapat diungkapkan

dengan indeks interaksi kedua obat hasil kombinasi yang memberikan kemampuan

sinergisitas, antagonis, maupun aditif (Perea et al., 2002, Siau and Kerridge, 1998,

Manavathu et al., 2003)

8
Namun secara klinis potensi kombinasi tersebut diinterpretasikan dengan dosis

penggunaan yang lebih minimal, sehingga toksisitas obat dan biaya pengobatan dapat

ditekan (Karthaus,2011, Maertens et al., 2004, Njunda et al., 2012)

Pada penelitian Oakley et al (1998) baru dilakukan penelitian terhadap

sensitivitas A. fumigatus dengan AMB dan CAS tunggal metode macrobroth dilution,

sehingga belum diketahui bagaimana interaksi keduanya apabila dikombinasikan.

Perea et al (2002) dan Manavathu et al (2003) telah melakukan penelitian in vitro

terkait interaksi antara VOR dan CAS yang dikombinasikan. Penelitian keduanya

memberikan data bahwa terdapat penurunan konsentrasi kadar VOR dan CAS yang

digunakan pada kombinasi dibandingkan pada tunggalnya. Oleh karena itu, penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas AMB, VOR, dan CAS tunggal maupun

kombinasi terhadap A. fumigatus.

2. Filariasis

Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan

penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh

berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur hidup berupa

pembesaran tangan, kaki, payudara, dan buah zakar. Cacing filaria hidup di saluran dan

kelenjar getah bening. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis akut dan atau

kronik (Depkes RI,2005)

 Gejala filariasis

Gejala gejala yang terdapat pada penderita Filariasis meliputi gejala awal(akut) dan

gejala lanjut (kronik). gejala awal (akut) ditandai dengan demam berulang 1 -2 kali atau

lebih setiap bulan selama 3 - 4 hari apabila bekerja berat,timbul benjolan yang terasa

panas dan nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa adanya luka di badan, dan teraba adanya

tali urat seperti tali yang be0arna merahdan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak dan

9
berjalan kearah ujung kaki atau tangan. gejala lanjut (kronis) ditandai dengan pembesaran

pada kaki, tangan,kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin 0anita sehingga

menimbulkancacat yang menetap (Depkes RI,2005)

 Pencegahan filariasis

Menurut Depkes RI,2005!, tindakan pencegahan dan pemberantasan filariasis yang

dapat dilakukan adalah :

1. Melaporkan ke Puskesmas bila menemukan warga desa dengan pembesaran

kaki, tangan, kantong buah zakar, atau payudara.

2. Ikut serta dalam pemeriksaan darah jari yang dilakukan pada malam hari oleh

petugas kesehatan.

3. Meminum obat anti filariasis yang diberikan oleh petugas kesehatan

4. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar bebas dari nyamuk penular

5. Menjaga diri dari gigitan nyamuk misalnya dengan menggunakan kelambu

pada saat tidur.

2.5 Penyakit yang disebabkan oleh Virus

1. Dengue

Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebakan oleh

virus dengue dengan tanda dan gejala demam nyeri otot dan nyeri sendi disertai lekopenia

ruam limfadenopati.trombositopenia (Rohim,2004)

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopyctus. Faktor –

faktor yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, antara lain

iklim dan pergantian musim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan transportasi.

Sebaran nyamuk penular demam berdarah dengue, kebersihan lingkungan yang tidak

memadai serta factor keganasan virusnya. Berdasarkan kejadian dilapangan dapat

10
diidentifikasikan factor utama adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap

kebersihan lingkungan tempat tinggal. Sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan

berkembangnya nyamuk (Dinkom,2007)

 Tanda dan gejala DBD

Pada umumnya penderita DBD dikenal dengan gejala bintik-bintik atau ruam

merah pada kulit yang apabila diregangkan malah terlihat jelas bintik-bintiknya. Hal

itu memang menjadi salah satu tanda bahwa telah tergigit nyamuk Aedes agypti.

Untuk lebih waspada dan menindaklanjuti kasus DBD, berikut beberapa gejala DBD :

1. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus

berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan

pada hari ke-6 atau ke-7 mendadak turun. Jika digambarkan, maka grafiknya

menyerupai pelana kuda.

Jangan tunggu hingga 7 hari, lepas hari ketiga panas tetap tinggi, dianjurkan untuk

memeriksakan diri dengan tes darah. Karena apabila dalam waktu kurang dari 7 hari

penderita tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat meninggal dunia.

 Pencegahan Dengue

Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa mewabah. Usaha untuk

mengatasi masalah penyakit tersebut di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan,

berbagai upaya pemberantasan vector, tetapi hasilnya belum optimal. Secara teoritis

ada 4 cara untuk memutuskan rantai penularan demam berdarah dengue, yaitu:

melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk dan pengendalian

vector. Untuk pengendalian vector dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara kimia

dan pengelolaan lingkungan , salah satunya dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk.

PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M’ , yaitu :

11
1. Menguras dan menyikat tempat – tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc,

drum, dll seminggu sekali (M1).

2. Menutup rapat – rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dll

(M2).

3. Mengubur dan menyingkirkan barang – barang bekas yang dapat menampung air

hujan (M3).

 Penyebab Demam Berdarah Dengue

Penyebab penyakit adalah virus dengue. Virus ini termasuk kelompok

arthropoda. Borne viruses (arbovirosis). Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype virus

yaitu :

1 diisolasi oleh sabin pada tahun 1944 Dengue

2 diisolasi oleh sabin pada tahun 1944 Dengue

3 diisolasi oleh sather dengue

4 diisolasi oleh sather

 Tempat Penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk

penularnya. Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah :

 Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis) Tempat-tempat umum

yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari

berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut antara lain :

 Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah

selain itu merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang

DBD.

 Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Karena dalam hal ini orang yang datang dari berbagai wilayan dan

12
kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier virus

dengue

 Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan

tempat ibadah

2. Japanese Encephalitis

Merupakan penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya radang otak pada hewan dan

manusia.

Japanese encephalitis (JE) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Japanese

encephalitis yang menimbulkan encephalitis/radang otak pada manusia terutama pada anak-

anak di Asia. Penyakit dapat menyerang hewan ternak yang penularannya melalui vektor

(Tsai, 2000).

Saat ini, JE masih menjadi masalah kesehatan utama di wilayah Asia dengan jumlah

kasus lebih dari 35.000 dan angka kematian yang mencapai 10.000 jiwa setiap tahunnya.

Setelah infeksi HIV, JE merupakan penyebab terbesar encephalitis viral di seluruh dunia. (Iris

et al., 2012).

Kelompok usia anak-anak yang paling rawan terkena infeksi JE adalah antara 5

hingga 9 tahun, hal ini ditunjang dengan hasil penelitian Gautama (2005). Penelitian JE di

Bali tahun 2001-2003 dilaporkan bahwa didapatkan 86 kasus konfirm dari cairan

serebrospinal dan 4 kasus probabel dari serum dengan menggunakan MAC ELISA dan

didapatkan Incidence Rate (IR) kasus JE adalah 7,1 per 100.000 anak dan diperkirakan

sampai 8,2 per 100.000 anak yang berumur di bawah 10 tahun. (Komang et al., 2002).

 Gejala Japanese Encephalitis

Gejala klinik penyakit JE sulit dibedakan dengan penyakit encephalitis

lainnya, sehingga diagnosis klinis perlu ditunjang dengan pemeriksaan isolasi atau

13
serologi. Beberapa penelitian untuk mendiagnosis JE yang terdahulu telah

menggunakan beberapa metode antara lain menggunakan HI test (Clark, 1958),

CSF Cell IFA, (Mathur et al., 1990), IgM antibody assay by MAC ELISA, (Burk

et al., 1985), dan MAC ELISA, (Komang et al., 2006), namun penelitian ini

masih menggunakan metode yang mahal, tidak mudah dan rumit.

 Pencegahan

Sama seperti vaksin untuk penyakit menular lainnya, vaksin japanese

encephalitis berfungsi melindungi Anda dari penyakit sebelum benar-benar terinfeksi.

Vaksin ini terbuat dari virus japanese encephalitis yang dimatikan, bertujuan untuk

memicu respon sistem imun tubuh dengan membentuk antibodi. Antibodi tersebutlah

yang akan melawan virus sebelum menyebar dan menyebabkan penyakit.

Vaksin ini perlu diberikan 2 kali, dengan jarak antar pemberian vaksin per 28

hari. Vaksin booster bisa diberikan pada orang dewasa (> 17 tahun) minimal setahun

setelah 2 dosis vaksin tersebut.

14
Bab III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Mikroorganisme sebagai pemegang perana penting didalam epidemmiologi yang

merupakan penyebab penyakit menular atau disebut juga agen infeksi. Beberapa agen

infeksi : virus, ricketsia, bakteri, cendawan, cacing.

Beberapa penyakit tropis akibat agent mikroorganisme dan cara masuknya

mikroorganisme diantaranya : penyakit bakteri,penyakit parasit,dan penyakit yang

disebabkan oleh virus.

Tubuh manusia memiliki komponen pertahanan tubuh untuk mencegah masuk dan

menyebarnya agen infeksi. Mekanisme pertahanan dibagi menjadi dua kelompok fungsional,

yaitu mekanisme pertahanan non-spesifik dan pertahanan spesifik. Perthan non spesifik

meliputi kulit dan membrane mukosa, sel-sel fagosit, komplemen, lisozim, interferon, dan

berbagai faktor humoral lain.

15
Daftar Pustaka

Entjang , Indan. -75!. Ilmu :esehatan &asyarakat. +andung ) Penerbit allumni.

Prianto, Juni LA., dkk. -1999 Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta ) PT Gramedia

Pustaka Utama

Depkes RI.2005.Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengu Di

Indonesia.Jakarta:Dirjen PP&PL

Dr.Faziah A. Siregar.2004.Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di

Indonesia

Noto Adminodjo, S.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Dinkom.2007.Jadikan PSN Sebagai Budaya.

Tim Editor.2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Departemen IPD FKUI.

Anonym. (2013). Bakteri Tersedian: Online, id.wikipedia.org/wiki/Bakteri

16

Anda mungkin juga menyukai