Anda di halaman 1dari 16

Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan

LATIHAN SOAL HASIL DAN RESUME DISKUSI KELOMPOK


SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Dosen Pembimbing :
Eka Misbahatul M.Has., S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh Kelompok 4 :

Yuniati Lalu (132111123042)


Rayan Agung Pangestu (132111123043)
Rofiatul Muktamaroh (132111123064)
Mar’atus Sholihah (132111123065)
Andi Zola Brillian (132111123076)
Rendhika Fauzi Fitria Hilda (132111123077)
Diana Nur Hidayanti Tanjung (132111123078)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA 2021
LATIHAN SOAL

1. Sebutkan sasaran keselamatan pasien


a. Ketepatan identifikasi pasien
 Pasien diidentifikasi menggunakan 2 ( dua ) identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah
 Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/
prosedur
 Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang kon-
sisten pada semua situasi dan lokasi
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
 Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau
hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
 Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap olehpenerima perintah
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan
 Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melaluitelepon secara konsisten
c. Penigkatan keamanan obat yang perlu di waspadai atau high alert
 Kebijakan dan/ atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identif-
ikasi, menetapkan lokasi,pemberian label, dan penyimpanan elektrolit
konsentrat
 Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
 Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinisdan tindakan diambil untuk
mencegah pemberian yang kurang hati - hati di area tersebut sesuai ke-
bijakan
 Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpanpada area yang dibatasi ketat ( restrict ac-
cess )
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi
 Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses
panandaan
 Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan terse-
dia,tepat, dan fungsional
 Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “ sebelum
insisi/ time - out “ tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/ tindakan
pembedahan
 Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman
proses untuk memastikan tepatlokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/ dentalyang dil-
aksanakan di luar kamar operasi
e. Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
 Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudahditerima secara umum (al. dari WHO
Patient Safety)
 Rumah sakit menerapkan progam hand hygiene yang efektif
 Kebijakan dan/ atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengu-
rangan secara berkelanjutanrisiko infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan
f. Pengurangan resiko jatuh
 Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan asesmen ulang biladiindikasikan terjadi perubahan kondisi
atau pengobatan
 Langkah - langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmendianggap berisiko
 Langkah - langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupundampak yang berkaitan secara tidak disengaja
 Kebijakan dan/ atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengu-
rangan berkelanjutan risikopasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

2. Jelaskan persyaratan identifikasi pasien


a. Identifikasi pasien dengan menanyakan identitas pasien, yaitu nama pasien
dan tanggal lahir pasien
b. Pasien diidentifikasi menggunakan 2 ( dua ) identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
c. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah
d. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis
e. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/ prosedur
f. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsis-
ten pada semua situasi dan lokasi
g. Gelang identifikasi harus di bedakan, merah muda (wanita), biru (pria), me-
rah (pasien dengan resiko alergi), ungu (pasien dengan harapan hidup ren-
dah/dnr), kuning (resiko jatuh).

3. Jelaskan prosedur pencatatan intruksi via telepon


a. Menyiapkan data pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan klinis pasien
b. Melaporkan data pasien dengan menggunakan teknik SBAR ( situation,
background, assesment, recommendation)
c. Dengarkan penelpon bicara dan berkonsentrasi (tidak melamun)
d. Berikan respon cepat dan lugas
e. Berbicaralah dengan kecepatan normal atau tidak tergesa-gesa, nada suar
yang sedang atau tidak terlampau keras, jangan memotong pembicaraan,
dan hindari kata – kata yang bisa menyinggung perasaan penelpon
f. Catat pesan dengan lengkap
g. Baca kembali pesan yang diberikan dengan jelas dan lengkap
h. Konfirmasi ulang kepada pemberi pesan
i. Dokumentasikan pesan yang di dapat pada catatan dalam berkas rekam
medis pasien
j. Verifikasi dengan meminta tanda tangan dokter saat jaga di ruangan.

4. Jelaskan cara penilaian resiko pasien jatuh


Penilaian Resiko Jatuh merupakan suatu penilaian terhadap faktor - faktor yang
dapat menyebabkan pasien jatuh. Jatuh itu sendiri adalah suatu kejadian yang
dilaporkan oleh penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yaitu
seseorang mendadak terbaring / terduduk di lantai / tempat yang lebih rendah
dengan atautanpa kehilangan kesadaran atau luka. Ada dua tipe skala resiko
jatuh yang sering dipakai yaitu :
a. Morse Fall Scala (MFS) / Skala Jatuh dari Morse untuk Pasien dewasa
Skor
Faktor Risiko Skala Poin
Pasien
Riwayat jatuh Tidak 0
Ya 25
Diagnosis sekunder (≥2 Tidak 0
diagnosis medis) Ya 15
Bantuan ambulasi Ditempat tidur/ butuh bantuan 0
perawat/ memakai kursi roda
Kruk/ tongkat/ walker 15
Furniture : dinding, meja, 30
kursi, almari
Terapi IV Ya 0
Tidak 20
Gaya berjalan Normal/ tirah baring/ 0
imobilisasi
Lemah/ tidak bertenaga 10
Gangguan/ tidak normal 20
(pincang/ diseret)
Status mental Sadar akan kemampuan diri 0
sendiri
Sering lupa akan keterbatasan 15
yang dimiliki
Total
Keterangan :
 Tulis jumlah skor yang sesuai pada kolom skor pasien
 Kategori :
Risiko rendah : 0 – 24
Risiko sedang : 25 – 44
Risiko tinggi : ≥ 45
b. Humpty Dumpty Fall Scale (HDFS) / Skala Jatuh Humpty Dumpty untuk
pasien anak
Parameter Kriteria Nilai Skor
Usia < 3 Tahun 4
3 – 7 Tahun 3
7 – 13 Tahun 2
≥ 13 Tahun 1
Jenis Kelamin Laki – laki 2
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi (diagnosis 3
respiratorik. Dehidrasi, anemia, anoreksia,
sinkop, pusing, dll)
Gangguan perilaku/ psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatasan lainnya 3
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan Riwayat jatuh/ bayi diletakkan ditempat 4
tidur dewasa
Pasien menggunakan alat bantu/ bayi 3
diletakkan dalam tempat tidur bayi/
perabot rumah
Pasien diletakkan pada tempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Pembedahan/ sedasi/ Dalam 24 jam 3
anestesi Dalam 48 jam 2
>48 jam dan tidak menjalani pembedahan / 1
sedasi/ anestesi
Penggunaan medika Penggunaan multiple sedative, obat 3
mentosa hypnosis, barbiturate, fenotiazi,
antidepresan, pencahar, diuretic, narkose
Penggunaan obat salah satu diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/ atau tidak 1
ada medikasi
Jumlah Skor Humpty Dumpty
Keterangan :
Skor penilaian resiko jatuh (skor minimum 7, skor maksimum 25)
 Skor 7 – 11 : Risiko rendah
 Skor ≥ 12 : Risiko tinggi

5. Jelaskan alur pelaporan insiden keselamatan pasien di fasilitas pelayanan


kesehatan
a. Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada TKP dalam waktu
paling lambat 2×24 jam dengan menggunakan format laporan.
b. Laporan diverifikasi oleh TKP untuk memastikan kebenaran adanya insiden.
c. Setelah melakukan verifikasi laporan TKP melakukan investigasi dalam
bentuk wawancara dan pemeriksaan dokumen.
d. Berdasarkan hasil investigasi tim keselamatan pasien menentukan derajat
insiden (grading) dan melakukan Root Cause Analysis (RCA) dengan
metode baku untuk menentukan akar masalah (diatur dalam pedoman yang
disusun oleh Komite Nasional Keselamatan Pasien).
e. TKP harus memberikan rekomendasi keselamatan pasien kepada pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan hasil Root Cause Analysis (RCA).
f. Selanjutnya, Rumah sakit harus melaporkan insiden, analisis, rekomendasi
dan solusi secara tertulis/online kepada Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit sesuai format laporan. Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit melakukan pengkajian dan memberikan umpan balik
(feedback) berupa rekomendasi Keselamatan Pasien dalam rangka
mencegah berulangnya kejadian yang sama di fasilitas pelayanan kesehatan
lain secara nasional.
RESUME HASIL DISKUSI KELOMPOK

Dari yang sudah kelompok diskusikan, kasus tersebut dikategorikan pada


Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tin-
dakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
Menurut kelompok, terdapat dua sasaran keselamatan yang belum ter-
penuhi, yaitu Sasaran II (komunikasi yang tidak efektif) dan Sasaran III (mening-
katkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai). Kerugian yang terjadi pada
pasien yaitu terjadi efek terapi obat yang tidak diinginkan. Selain itu efek terapi
obat yang salah juga dapat mengakibatkan biaya yang dikeluarkan pasien menjadi
semakin banyak, karena perawatan pasien menjadi semakin lama. Bagi tenaga
medis bisa mendapatkan tuntutan hukum yang serius, kesalahan pada pemberian
obat yang dilakukan tenaga medis, mencerminkan buruknya mutu pelayanan yang
diberikan sehingga kepercayaan konsumen terhadap rumah sakit juga menurun.
Antisipasi yang dapat dilakukan agar tidak terjadi kesalahan saat dokter
memberikan instruksi melalui telpon adalah mencari ruangan yang kondusif (tidak
berisik/tenang), mencatat semua rekomendasi atau instruksi dalam lembar komu-
nikasi SBAR yang tersedia atau catatan terintegrasi dalam rekam medis pasien
yang berisikan tanggal dan jam intruksi diterima, jenis dosis, waktu pemberian
obat, dan semua instruksi atau advis yang diberikan dokter, memastikan bahwa
rekomendasi yang diberikan sesuai dengan cara mengulang dan membacakan
kembali catatan instruksi yang telah dituliskan, dokumentasi secara lengkap in-
struksi dokter dalam formulir lembar komunikasi SBAR atau lembar instruksi
dokter dan berikan paraf serta nama jelas perawat yang mendapat instruksi, serta
nama dokter yang memberikan instruksi, dan saat akan memberikan tindakan
kepada pasien pastikan kembali instruksi dokter dengan rekam medis pasien.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai