BAB I
DEFINISI
2
cedera akibat jatuh. Rumah Sakit menetapkan program mengurangi risiko
terjatuh berdasarkan kebijakan dan atau prosedur yang tepat.
Maka dalam standar JCI sasaran ke 6 ini di sebutkan rumah sakit perlu
menyusun cara pendekatan untuk mengurangi risiko cedera yang menimpa
pasien akibat jatuh.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
BAB III
TATALAKSANA
1) Asesment Awal
a. Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Risiko Jatuh
dalam waktu 4 jam dari pasien masuk rumah sakit dan mencatat hasil
asesmen awal ke dalam rekam medis pasien :
Asesmen risiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan “ Morse
fall Scale ( MFS ) “.
Asesmen risiko jatuh pada pasien anak menggunakan “ The
Humpty Dumpty Scale “.
b. Asesment awal di catat dalam rekam medis pasien dalam waktu 2 jam
setelah dilakukan asesmen awal.
c. Tindakan pencegahan standar pasien dengan risiko jatuh di lakukan
pada pasien dengan risiko jatuh rendah dan risiko jatuh sedang.
d. Tindakan pencegahan pada pasien dengan risiko tinggi jatuh di
lakukan pada pasien dengan risiko jatuh tinggi.
e. Skrining farmasi dan / atau fisioterapi di lakukan jika terdapat
adanya risiko jatuh pada pasien.
Skala Jatuh Morse - MFS adalah sebuah cara cepat dan sederhana
guna mengkaji kemungkinan seeseorang pasien terjatuh. Kriteria usia
MFS / More falls scale adalah usia dewasa yakni ˃ 18 tahun.
Terdiri dari enam variabel yang secara cepat dan mudah dinilai dan
sudah menunjukkan validitass dan kepercayaan yang baik
Riwayat jatuh Ya 25
Tidak 0
5
Diagnosis sekunder Ya 15
Lemah 10
Total
MFS Score :
0 – 24 : risiko rendah
25 – 45 : risiko sedang
Keterangan :
1. Riwayat jatuh :
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau
terdapat riwayat kejadian jatuh fisiologis dalam 3 bulan terakhir ini,
seperti pingsan atau gangguan gaya berjalan, berikan skor 25. Jika pasien
tidak mengalami jatuh, berikan skor 0.
6
2. Diagnosis sekunder :
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan scor 15. Jika
tidak, berikan skor 0.
3. Alat bantu :
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30. Jika
pasien menggunakan tongkat / alat penopang, berikan skor 15. Jika pasien
dapat berjalan tanpa alat bantu, berikan skor 0.
4. Terapi intravena ( terpasang infus ) :
Jika pasien terpasang infus, berikan skor 20. Jika tidak, berikan skor 0.
5. Gaya berjalan :
Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan, mengalami kesulitan
untuk bangun dari kursi, menggunakan bantalan tangan kursi untuk
mendorong tubuhnya, kepala menunduk, pandangan mata terfokus pada
lantai, memerlukan bantuan sedang – total untuk menjaga
keseimbangan dengan berpegangan pada perabot, orang, atau alat bantu
berjalan, dan langkah – langkahnya pendek, berikan skor 20.
Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah, pasien membungkuk,
tidak dapat mengangkat kepala tanpa kehilangan keseimbangan, atau
memerlukan bantuan ringan untuk berjalan, dan langkah – langkah
pendek, berikan skor 10.
Jika pasien memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0.
6. Status Mental :
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai
kemampuannya untuk berjalan. Jika pasien mempunyai over – estimasi
terhadap kemampuan fisiknya, berikan skor 15. Jika asesmen pasien sesuai
dengan kemampuan sebenarnya, berikan skor 0.
The Humpty Dumpty Scale adalah sebuah cara cepat dan sederhana
guna mengkaji kemungkinan seeseorang pasien anak ( Pediatric ) terjatuh.
Kriteria usia The Humpty Dumpty Scale adalah usia Pediatrik yakni 0 -
18 tahun
7
Terdapat 7 parameter yang digunakan yang secara cepat dan mudah
dinilai dan sudah menunjukkan validitass dan kepercayaan yang baik
3 – 7 tahun 3
7 – 13 tahun 2
> 13 tahun 1
Perempuan 1
Diagnosis lainnya 1
8
Respon terhadap Dalam 24 jam 3
pembedahan / sedasi /
anastesi
Dalam 48 jam 2
HDS Score :
7 – 11 : risiko rendah
4) Asesment Ulang
Asesmen ulang risiko jatuh dilakukan : setiap pergantian shift, saat
transfer ke bagian / unit lain, ke rumah sakit, adanya perubahan kondisi
pasien, adanya kejadian jatuh pada pasien.
Penilaian menggunakan Asesmen Risiko Jatuh yang sudah di tentukan
dan tindakan pencegahan di sesuaikan dengan hasil asesmen ulang.
Untuk mengubah kategori dari risiko tinggi ke risiko rendah, di
perlukan scor < 25 untuk pasien dewasa dan < 12 untuk pasien anak,
dalam 2 kali pemeriksaan berturut – turut.
Tindakan pencegahan standar pasien dengan risiko jatuh di lakukan
pada pasien dengan risiko jatuh rendah dan risiko jatuh sedang.
Tindakan pencegahan pada pasien dengan risiko tinggi jatuh dilakukan
pada pasien dengan risiko jatuh tinggi.
9
5) Faktor Kontribusi Risiko Jatuh
10
a. Tindakan Pencegahan Standar Pasien dengan Risiko Jatuh, sebagai
berikut:
1) Lakukan orientasi kamar rawat inap kepada pasien.
2) Posisikan sandaran tempat tidur rumah sakit di posisi rendah
ketika pasien sedang beristirahat, dan posisikan sandaran
tempat tidur yang nyaman ketika pasien tidak tidur, pastikan
roda terkunci dan pegangan tempat tidur terpasang dengan
baik.
3) Posisikan benda – benda pribadi dalam jangkuan pasien
( misalnya : telpon genggam, kacamata ).
4) Monitor kebutuhan pasien. Keluarga menemani pasien yang
berisiko jatuh, terutama pasien anak – anak . untuk pasien
dewasa, bila tidak ada keluarga pasien di minta untuk menekan
bel bila membutuhkan bantuan. Posisikan bel dalam jangkauan
pasien.
5) Ruangan tertata rapi.
6) Pencahayaan yang terang.
7) Kondisikan permukaan lantai bersih, kering, tidak licin, bebas
hambatan, jauhkan kabel – kabel dari jalur berjalan pasien.
8) Memantau waktu dan dosis, efek samping dan interaksi obat –
obatan.
9) Anjurkan ke kamar mandi secara rutin dan bantu pasien ke
kamar mandi, jika diperlukan, dan mengedukasi pasien untuk
penggunaan pegangan tangan di kamar mandi.
10) Anjurkan menggunakan alas kaki ataupun kaos kaki yang
nyaman, tidak licin, dan tepat pada pasien.
11) Penggunaan alat bantu ( kursi roda, alat penopang ) jika
diperlukan.
12) Berikan edukasi mengenai pencegahan jauh kepada pasien dan
keluarganya.
13) Ikuti prosedur yang aman ketika membantu pasien pada saat
akan ke tempat tidur dan meninggalkan tempat tidur.
11
b. Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh dokter sebagai berikut
:
1) Lakukan evaluasi dan penataklasanaan perubahan jalan,
postural instability, kondisi spastic.
2) Lakukan penataklasanaan untuk gangguan penglihatan dan
pendengaran.
3) Evaluasi profil dari obat – obatan yang dapat menimbulkan
risiko jatuh.
4) Evaluasi dan penataklasanaan nyeri.
5) Evaluasi dan penataklasanaan hipotensi ortostatik.
6) Nilai dan penataklasanaan gangguan proses sentral ( dimensi,
delirium, stroke, perception )
c. Tindakan Pencegahan pada Pasien dengan Risiko Tinggi Jatuh:
12
2) CV agents – jika ortostatik ( penurunan tekanan darah sistolik
> 20 mm dalam 3 menit ) dan simptomatik :
Discontinue HCTZ ( Hydrocholorothiazide ), penggunaan
sodium yang berlebihan dalam diet.
Jika menggunakan ACE inhibitor, gunakan yang less renal
metabolism ( Fosinopril ).
Jika menggunakan Calcium channel blocker, jangan
gunakan Nifedipine.
Jika menggunakan β blocker, jangan gunakan yang
cardioselektive / not Metoprolol / Atenol, gunakan
Pindolol / Propanolol.
3) Pertimbangkan untuk konsul ke bagian rehabilitasi medic,
THT ( audiology ), mata ( ophthalmology ), kardiologi sesuai
indikasi.
4) Optimalisasi penataklasanaan terhadap kondisi medis pasien.
5) Evaluasi dan penataklasanaan nyeri.
6) Evaluasi faktor kontribusi ekstrinsik dan instrinsik terhadap
risiko jatuh.
e. Manajemen Setelah Kejadian Jatuh
Manajemen setelah kejadian jatuh yang dilakukan perawat sebagai
berikut:
1) Segera dilakukan penanganan atau pertolongan terhadap pasien
tersebut.
2) Nilai apakah terdapat cedera akibat jatuh ( misalnaya : abrasi,
kontusio, laserasi, fraktur, cedera kepala ).
3) Nilai tanda – tanda vital.
4) Nilai adanya keterbatasan gerak.
5) Laporkan pada dokter.
6) Ikuti prosedur monitoring pasien, observasi / pantau pasien
sesuai kondisi pasien.
7) Catat dalam satus rekam medis pasien.
13
8) Segera buat laporan insidennya dengan mengisi formulir
laporan insiden pada akhir jam kerja / shift kepada atasan
langsung ( paling lambat 2 x 24 jam ).
9) Nilai faktor intrinsik dan ekstrinsik.
10) Mempertimbangkan teknologi untuk mencegah kejadian
pasien jatuh terulang, seperti :
Tempat tidur rendah ( khusus ) untuk pasien dengan risiko
jatuh.
Tempat tidur dan / atau kursi dengan alarm.
Nurse call systems.
11) Informasikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
kondisi pasien.
12) Lakukan asesmen ulang risiko jatuh sesuai prosedur asesmen
risiko jatuh.
13) Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan
kondisi pasien.
f. Manajemen setelah kejadian jatuh yang dilakukan dokter sebagai
berikut :
1) Melakukan penilaian dan penataklasanaan cedera akibat jatuh (
misalnya: abrasi, kontusio, laserasi, fraktur, cedera kepala ).
2) Melakukan diangnosis dan penataklasanaan terhadap factor
kontribusi.
3) Menentukan kemungkinan penyebab pasien jatuh ( history,
factor fisik, obat – obatan, hasil laboratorium ).
4) Melakukan konsultasi sesuai indikasi.
5) Evaluasi dan penataklasanaan terhadap nyeri.
6) Informasikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
kondisi pasien
7) Catat dalam status rekam medis pasien.
8) Lakukan koordinasi dengan perawat tentang pelaporan
insidennya.
14
g. Edukasi Pasien dan / atau Keluarga Pasien
15
116