Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KASUS
Tn. S berusia 74 tahun tinggal bersama cucu yang bernama Sdri. C. Tn. S memiliki
tekanan darah yang tinggi. Hal ini diketahui pada beberapa tahun lalu dan klien belum minum
obat rutin. Klien dan keluarga belum pernah diberikan pendidikan kesehatn tentang hipertensi
atau manajemen hipertensi. Sehingga manajemen hipertensi yang diterapkan belum
sepenuhnya.

A. Pengkajian Kebutuhan Belajar


1. Faktor Predisposisi
a. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 74 tahun
Pekerjaan :-
Pendidikan terakhir : SD
b. Riwayat kesehatan
Tn. S memiliki tekanan darah yang tinggi dan belum memeriksakan
diri di puskesmas. Namun pengetahuan tentang manajemen hipertensi masih
kurang sehingga penerapan manajemen hipertensi dan phbs dalam kehidupan
sehari hari belum maksimal.
c. Pemeriksaan fisik Tn. S
Keadaan umum: sedang
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36 0C
RR : 20 x/menit
d. Kesiapan Klien Untuk belajar
a) Kognitif
Keluarga Tn.S mengatakan belum pernah mendapatkan pendiidkan
kesehatan, hanya mengetahui bahwa Tn.S harus minum obat setiap hari
dan belum tau tentang manajemen hipertensi.
b) Emosi
Tn. S belum memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
c) Komunikasi
Ada gangguan saat berkomunikasi dikarenakan pendengaran Tn. S
yang sudah berkurang dan Tn. S dapat berkomunikasi dengan baik jika
menggunakan bahasa jawa.
e. Motivasi belajar
Tn. S dan keluarga ingin tahu dengan informasi mengenai perawatan
dan manajemen hipertensi.
f. Kemampuan belajar
Sdr. C dapat membaca dan mengerti Bahasa Indonesia dan tamatan
SLTA sehingga dapat memahami informasi yang disampaikan melalui media
yang digunakan dan dapat menjelaskan dengan menggunakan bahasanya
sendiri. Tn. S tidak bisa membaca dikarenakan pengelihatannya sudah rabun,
namun masih dapat menerima informasi dengan baik.
2. Faktor Pemungkin (Enable)
a. Sarana Prasarana
1) Jarak antara rumah dan pusat pelayanan kesehatan terdekat yaitu
puskesmas cukup dekat yaitu 3 km dengan waktu tempuh sekitar 10
menit.
2) Transportasi yang biasa digunakan adalah sepeda motor.
3) Tersedia media tentang manajemen hipertensi.
b. Sumber Daya Manusia
1) Perawat adalah seorang perawat dari lulusan Sajana Terapan Keperawatan
yang sedang melakukan pendidikan profesi Ners dan sudah memiliki
pengalaman dalam memberikan pendidikan kesehatan.
2) Pendidikan terakhir Sdr.C adalah SLTA.
3. Faktor Penguat (Reinforcing)
a. Perawat adalah seorang perawat yang ramah, sabar dan penuh perhatian
sehingga Tn.S senang dan nyaman berdiskusi dengan perawat.
b. Keluarga Tn.S mengatakan ingin merawat Tn. S dengan baik.
B. Analisa Data

DATA MASALAH PENYEBAB


DO : Defisit Pengetahuan Kurang terpapar
- Sehari hari Tn. S tidak Tentang Hipertensi infomasi
melakukan olahraga (SDKI D.0111)
ataupun melakukan aktifitas
fisik yang cukup.
- Keseharian Tn. S
dihabiskan untuk istirahat,
menonton tv, dan duduk-
duduk saja.
- TD : 160/90 N : 90x (Tn. S)
- Tn. S mengatakan tidak
tahu tentang manajemen
hipertensi.
DS :
- Keluarga mengatakan
bahwa Tn. S meminum
belumobat rutin hipertensi.
- Keluarga mengatakan
belum tahu tentang senam
hipertensi ataupun
manajemen hipertensi
C. Diagnosa Keperawatan Kebutuhan Belajar
Defisit pengetahuan tentang Hipertensi berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan:
DO :
- Sehari hari Tn. S tidak melakukan olahraga ataupun melakukan aktifitas fisik yang
cukup.
- Keseharian Tn. S dihabiskan untuk istirahat, menonton tv, dan duduk-duduk saja.
- TD : 160/90 N : 90x (Tn. S)
- Tn. S mengatakan tidak tahu tentang manajemen hipertensi.

DS :
- Keluarga mengatakan bahwa Tn. S belum meminum obat rutin hipertensi.
- Keluarga mengatakan belum tahu tentang senm hipertensi ataupun manajemen
hipertensi

D. Perencanaan Kebutuhan Belajar


Defisit pengetahuan tentang Hipertensi berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tersebut akan dilakukan penyuluhan kepada Keluarga Tn.S Berikut satuan
acara (SAP) yang akan dilakukan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manajemen Hipertensi


Sasaran penyuluhan : Keluarga Tn. S
Sasaran program : Keluarga Tn.S
Pelaksanaan kegiatan
Hari/tanggal : Jumat, 18 Maret 2022
Waktu : 10.00 WIB (30 menit)
Tempat : Rumah Tn.S
Penyuluh : Tuhfah Hanni Sanadathifah
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan dapat menerapkan
manajemen dan pencegahan hipertensi dengan baik dan benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang manajemen hipertensi selama 30 menit,
keluarga Tn. S diharapkan dapat
a. Menyebutkan pengertian hipertensi
b. Menyebutkan klasifikasi hipertensi
c. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
d. Menyebutkan faktor risiko hipertensi
e. Menyebutkan komplikasi hipertensi
f. Menyebutkan manajemen hipertensi
g. Menyebutkan cara pencegahan hipertensi
B. Materi (Isi materi terlampir)
1. Pengertian hipertensi
2. Klasifikasi hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Factor risiko hipertensi
5. Komplikasi hipertensi
6. Manajemen hipertensi
7. Cara pencegahan hipertensi
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Demonstrasi
D. Media
1. PPT
2. Video
E. Setting Tempat

A
Keterangan :
A : Penyuluh
B : Media
v
C : Audience
C

F. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan:
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan 3. Menjawab pertanyaan
penyuluhan
4. Menyampaikan kontrak waktu
5. Menyampaikanpokok bahasan
2. 10 menit Pelaksanaan: 1. Memperhatikan
1. Penyampaian materi penjelasan
a. Menjelaskan pengertian 2. Menanyakan materi
hipertensi yang tidak diketahui
b. Menjelaskan klasifikasi 3. Bertanya dan
hipertensi menjawab pertanyaan
c. Menjelaskan tanda dan
gejala hipertensi
d. Menjelaskan factor risiko
hipertensi
e. Menjelaskan komplikasi
hipertensi
f. Menjelaskan manajemen
hipertensi
g. Menjelaskan cara
pencegahan hipertensi
2. Memberikan kesempatan
pada klien untuk bertanya
mengenai materi yang
disampaikan
3. Merangkum materi

3. 10 menit Evaluasi: 1. Menjawab pertanyaan


1. Memberikan pertanyaan 2. Menjawab salam
kepada klien
2. Memberi pujian atas jawaban
yang disampaikan
3. Menyimpulkan hasil evaluasi
4. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan reinforcement 1. Menjawab pertanyaan
2. Mengucapkan terima kasih 2. Memperhatikan
atas perhatian yang 3. Menjawab salam
diberikan.
3. Menyampaikan rencana
tindak lanjut
4. Mengucapkan salam
penutup.
G. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kehadiran sesuai waktu yang dijadwalkan.
b. Kesepakatan sasaran untuk mengikuti kegiatan.
c. Kondisi alat yang digunakan baik.
2. Evaluasi Proses
a. Antusiasme audience terhadap materi penyuluhan
b. Partisipasti sasaran dari awal sampai akhir acara.
c. Antusiasme sasaran dalam bertanya saat sesi tanya jawab dan penyampaian
kesimpulan hasil evaluasi

3. Evaluasi Hasil

No Ranah Waktu Metode Instrumen


1. Kognitif Segera setelah Tanya jawab Daftar pertanyaan
waktu penyuluhan
2. Afektif Segera setelah Wawancara Daftar wawancara
waktu penyuluhan
Lembar Evaluasi
A. Evaluasi Kognitif
Beri tanda ceklist () di kolom terjawab apabila klien dapat menjawab
pertanyaan sesuai dengan apa yang disampaikan, dan di kolom tidak terjawab apabila
klien tidak dapat menjawab pertanyaan.

Tidak
No. Pertanyaan Terjawab
terjawab
1. Apa pengertian hipertensi
2. Sebutkan klasifikasi hipertensi (2)
Sebutkan tanda dan gejala hipertensi
3.
(min.4)
4. Sebutkan faktor risiko hipertensi (min.3)
5. Sebutkan komplikasi hipertensi (min.1)
6. Sebutkan manajemen hipertensi (min.2)
Sebutkan cara pencegahan hipertensi
7.
(min.3)

B. Evaluasi Afektif
Apa yang akan Anda lakukan setelah diberikan penyuluhan tentang manajemen dan
pencegahan hipertensi?
Jawaban: ……………………………………………………………………

Kulonprogo, 17 Maret 2022


Penyusun,

(Tuhfah Hanni Sanadathifah)


LAMPIRAN MATERI
A. Konsep Penyakit (Hipertensi)
1. Pengertian
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan
suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena
jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular.
Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke,
dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi
(Andrian Patica N Ejournal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)
2. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering
dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes
militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan yaitu (WHO, 2014) :
a. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara
riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita
penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh
utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang
dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,
kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan
resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan
darah.
b. Hipertensi Renal atau Hipertensi Sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui,
yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering
terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Tambayong 2016, tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan darah tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing.
2) Lemas, kelelahan.
3) Sesak nafas.
4) Gelisah.
5) Mual.
6) Muntah.
7) Epistaksis.
8) Kesadaran menurun.
4. Faktor yang Mempengaruhi Hipretensi
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui
mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30
tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,
sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan
dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause (Endang Triyanto,
2014).
b. Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia
20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga,
semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi
seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan
diusia muda (Endang riyanto, 2014).
c. Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu
sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua
kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat
keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.
Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty,Amalia H,
Amirudin R., 2007).
Faktor resiko yang dapat dikontrol :
a. Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan
aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan
terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi
(Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).
b. Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi
peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga
melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu.
c. Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam
kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
d. Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris
Pranaka, 2014-2015).
e. Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat menyebabkan darah
di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
f. Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir
kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5-10 mmHg.
g. Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan
frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan
meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah
sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya
maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan kecemasan yang
berulang-ulang akan mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga jantung
memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.
5. Penatalaksanaan
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah kematian
dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada
atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk penyandang diabetes melitus
atau penyandang penyakit ginjal kronis) kapan pun jika memungkinkan (Smeltzer,
2013).
Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan; pembatasan
alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet DASH (Dietary Approaches
to Stop Hypertension) tinggi buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah
terbukti menurunkan tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013).
Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil, dan
peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia sebagai terapi lini
pertama : diuretik dan penyekat beta (Smeltzer, 2013).
Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks
(Smeltzer, 2013). Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah
mengendalikan tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi, adapun
penatalaksanaannya sebagai berikut :
a. Non Medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka pengendalian faktor
risiko, yaitu :
1) Turunkan berat badan pada obesitas.
2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).
3) Hentikan konsumsi alkohol.
4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.
5) Pola makan yang sehat.
6) Istirahat cukup dan hindari stress.
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet hipertensi.
8) Penyandang atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi diharapkan
lebih hati-hati terhadap makanan yang dapat memicu timbulnya hipertensi,
antara lain : semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan
menggunakan garam dapur/ soda, biskuit, daging asap, ham, bacon, dendeng,
abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin, asinan, acar, dan lainnya. Otak,
ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya. Bumbu-bumbu;
garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, magi, tomat
kecap, petis, taoco, dan lain-lain.
b. Medikamentosa meliputi :
1) Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan pengobatan non
medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai
salah satu obat berikut :
2) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
3) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
4) Methyldopa
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi berkala
dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia penyandang,
penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat dapat
diobati dengan kombinasi HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat
tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi
di atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg. Penyandang hipertensi dengan
asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada penyulit/ hipertensi emergensi
segera rujuk ke rumah sakit.
6. Komplikasi
Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
a. Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang.
Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan
terbentuknya aneurisma.
b. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak
pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang
dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi
hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum
tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
c. Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler
glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla
ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya
glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan
osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penyandang
hipertensi kronik.
d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang
mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro
disekitarnya terjadi koma dan kematian.

7. Pencegahan
Populasi pre hipertensi adalah kelompok yang berisiko tinggi untuk menuju
kejadian penyakit kardiovaskular. Di populasi USA, insiden pre hipertensi sekitar
30%. Populasi pre hipertensi ini diprediksi pada akhirnya akan menjadi hipertensi
permanen sehingga pada populasi ini harus segera dianjurkan untuk merubah gaya
hidup atau lifestyle modification (Setiati, 2015).
Rekomendasi gaya hidup yang harus ditaati menurut CHEP 2011 untuk
mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan asupan garam
sampai di bawah 1500 mg/hari. Diet yang sehat ialah bilamana dalam makanan
sehari-hari kaya dengan buah-buahan segar, sayuran, rendah lemak, makanan yang
kaya serat (soluble fibre), protein yang berasal dari tanaman, juga harus tidak lupa
olahraga yang teratur, tidak mengkonsumsi alkohol, mempertahankan berat badan
pada kisaran 18,5 – 24,9 kg/m2 (Setiati, 2015).
Menurut Riyadi (2011), pencegahan hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu:
a. Pencegahan primer
Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas rata-rata, adanya
riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras, takikardia, obesitas, dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk :
1) Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan sebagainya.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4) Melakukan olahraga untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penyandang telah diketahui
menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bisa dilakukan
berupa :
1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penyandang baik dengan obat
maupun tindakan-tindakan seperti pencegahan primer.
2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal
atau stabil mungkin.
3) Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain harus dikontrol.
4) Batasi aktivitas.
Daftar Pustaka

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan


Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut Kota
Manado.Beevers, D.G. (2002). Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah. Jakarta: Dian
Rakyat.
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan
Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) :
20-25.
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. (Dion, Ed.) (1st ed.). Jogjakarta:
DIVA Press.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanudin Makasar.
Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:
Citra Aji Parama.
Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu
Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis.
Bandung: Alfa Beta.
Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta : Deepublish.
Riyadi, S. M. (2011). Buku Keperawatan Medikal Bedah. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Setiati Siti. (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: Interna Publishing
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu
Smeltzer, B. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: nuha medika.
Tambayong Jan. (2016). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood
pressure or contain the according to national circumstances.
Mardhiah, A., & Asnawi Abdullah, H. (2015). Pendidikan Kesehatan Dalam Peningkatan
Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Keluarga Dengan Hipertensi-Pilot Study. Jurnal
Ilmu Keperawatan, 3(2).
Wardani, R., Widyastika, K. S., Ardiana, O. J., Sila, I. M., & Asri, R. L. T. (2018). Pengaruh
pendidikan kesehatan hipertensi terhadap pengetahuan lansia di Posyandu Lansia
Kelurahan Manisrenggo. Journal of Community Engagement in Health, 1(2), 25-28.

Anda mungkin juga menyukai